Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI STRUKTUR

OLEH

ONTARO PALASIMA PURBA

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Adapun maksud
dan tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai syarat kelulusan pada matakuliah Geologi
Struktur serta mengetahui bagaimana terbentuk dan struktur dari mineral.
Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
dalam menyelesaikan laporan ini, Khususnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Geologi
Struktur, Bapa Rana Wiratama ST,.M.Eng, Serta Tim Asisten Dan seluruh Mahasiswa
Teknik Pertambangan Angkatan 2018.
Harapan penulis dari pada penulisan Laporan in, Semoga menambah pengetahuan
bagi para pembaca, terlebih tim penyusun laporan ini. Kami menyadari dalam penulian
laporan ini masih banyak kekurangan sehinggan kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca yang bersifat membangun dalam penulisan laporan ini. Akhir kata penulis
mengucapkan Terimakasih.

Manokwari, 12 Desember 2019

Penilis
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.

Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai
akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Jadisecara umum pengertian geologi struktur
adalah Ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak
bumi serta menjelaskan proses pembrntuannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenal unsure-unsur struktur geologi seperti
perlipatan (Fold),Rekahan(Frkture),Patahan(Fault) dan sebagainya sebagai satuan dari
tektonik.

Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang, umumnya geologi struktur
diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumi serta bagaimana struktur
geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya struktur dan proses terbentuknya lipatan
dan patahan.

1.2. Maksud Dan Tujuan

Adapun maksud penlisan laporan ini adalah sebgai syarat kelulusan pada mata kuliah
Geologi Struktur.
Adapun Tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1. Mengaplikasikan Kompas pada struktur batuan.
2. Mengtahui struktur geologi apa saja yang ada di Gunung Botak.
3. Mengaplikasikan data kekar ke dalam stereonet.
4. Mengetahui cara pembuatan diagram kipas.
5. Mengidentifikasi proses terbentuknya patahan dan lipatan
6. Dapat mengukur strike dip pada kekar
7. Mengetahui dan membedakan jenis-jenis kekar dan sesar

1.3. Alat Dan Bahan


Adapun alat dalam praktikum di lab maupun di lapangan adalah:
Alat Bahan
1. Pensil 1. Kertas kalkir
2. Penggaris 2. Stereonet
3. Penghapus
4. Jangka
5. Busur derajat
6. Penjepit kertas
7. Paku tindis
8. Papan clipboard
9. Buku penuntun geologi struktur
Adapun alat dan bahan yang di gunakan di lapangan adalah:
Alat Bahan
1. Pensil 1. Plastik sampel
2. Penghapus 2. Kertas HVS
3. Penggaris
4. Busur derajat
5. Jangka
6. Roll meter
7. Papan clipboard
8. Kompas
9. GPS
10. Palu geologi
11. Spidol permanen
12. Buku lapangan

II. DASAR TEORI


2.1. Struktur Geologi

Struktur geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang ada di suatu struktur
atau kondisi geologi yang ada di suatu daerah sebagai objek akibat dari terjadinya perubahan-
perubahan pada batuan oleh proses tektonik atau proses lainnya. Saat ini pengetahuan
mengenai struktur-struktur geologi menjadi hal yang esensial bagi kehidupan modern.

Teori Elastic Rebound menjelaskan bagaimana gempa bumi muncul dari gerakan
horisontal lempeng tektonik yang berdekatan sepanjang strike-slip fault linier. Teori ini
menunjukkan bahwa dua piring bergerak dalam arah yang berlawanan menjadi terkunci
untuk beberapa waktu karena gesekan. Namun, stres mengatasi gesekan terakumulasi dan
menyebabkan pelat tiba-tiba bergerak selama periode waktu yang singkat yang menghasilkan
gempa bumi. Struktur geologi, bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit bumi yang
terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupa tekanan maupun tarikan. Para ahli
geologi menyebutnya Struktur Geologi, dan dikenal dengan Kekar, Sesar, dan Lipatan.
Disalin dari Museum Geologi.
Struktur geologi, bagian dari geologi berkaitan dengan struktur yang terbentuk pada batuan
(Pfannkuch, 1971).

2.2. Tipe-tipe pergerakan lempeng.

Alfred Wegener (1912) adalah seorang yang membuat suatu hipotesis pergeseran
benua (continental drift) dan merupakan awal mula dari teori tektonik lempeng. Hipotesis ini
kemudian dikembangkan lagi dalam bukunya yang berjudul "The Origin of Continents and
Oceans" di tahun 1915. Isinya berkata bahwa benua-benua yang sekarang ada, dulu
merupakan suatu bentang alam yang bergerak saling menjauh satu hingga yang lain, sehingga
memecahkan benua-benua tersebut yang dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang
bermassa jenis rendah dan mengambang di atas lautan basal yang padat.

Teori ini mengatakan bahwa kerak bumi bergerak mengapung dan tidak bersifat
permanen. Pada Penjelasan Komposisi Isi Perut Bumi menjelaskan bahwa kerak bumi
beserta mantel atas bagian atas membentuk suatu kesatuan yang disebut lapisan litosfer.
Litosfer tersebut mengapung diatas lapisan astenosfer. Teori tektonik lempeng atau dapat
disebut dengan "Plate Tectonic" ini mempelajari hubungan antara deformasi dengan
pergerakan lempeng.
1. Divergen: Pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak saling
menjauh satu dengan yang lain dimana gaya yang bekerja pada gerak ini adalah
gaya tarikan (tensional). Divergen ini menyebabkan naiknya magma dari pusat
bumi yang akan membentuk lantai samudera atau kerak samudera. Contohnya
adalah MOR (Mid Ocean Ridges) di dasar samudera Atlantik.

2. Konvergen: Pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak saling


mendekati satu dengan yang lain dimana gaya yang bekerja pada gerak ini adalah
gaya kompresional. Ada tiga jenis pergerakan konvergen yaitu:
Subduksi: Pergerakan konvergen diantara lempeng benua dengan lempeng
samudera, dimana lempeng samudera akan menunjam ke bawah lempeng benua
karena berat jenis lempeng benua lebih ringan dibandingkan dari lempeng
samudera. Contohnya adalah palung yang memanjang dari sebelah barat Sumatra,
selatan Jawa, hingga ke sealatan Nusa Tenggara Timur.
Obduksi: Pergerakan konvergen diantara kerak benua dengan kerak samudera,
dimana kerak benua menunjam di bawah kerak samudera. Penunjaman ini terjadi
karena perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen yang
kemudian penunjaman tersebut membawa kerak benua berbenturan dengan kerak
samudera.
Kolisi: Pergerakan konvergen diantara lempeng benua dengan lempeng
benua. Kedua lempeng tersebut memiliki massa jenis yang sama sehingga
membentuk pegunungan lipatan yang sangat tinggi. Contohnya: Pegunungan
Himalaya
3. Transform: Pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak saling
berpapasan. Gerakan ini sejajar dan tidak tegak lurus dimana menghasilkan sesar
mendatas jenis Strike Slip Fault. Contohnya adalah sesar San Andreas di Amerika
Serikat.
Gambar 2.1 Divergen, konvergen, dan transform

Secara geologi daerah tumbukan merupakan daerah sangat aktif, Sedimen yang ter
erosi akibat tumbukan akan terakumulasi dan terbawa ke astenosfer sepanjang litosferm yang
menunjam rangkaian gunung akan terbentuk apabila material tersebut mancair dan
menerobos rekahan-rekahan akibat gunung api.

Analisis dinamika, pada dasarnya dapat dikatan bahwa analisis dinmika adalaj
menyangkut hubungan antara stress yang mempunyai kecenderungan mendeformasi dan
kekuatan batuan yang cenderung menahannya . Struktur batuan:

a) Struktur Primer, struktur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan Granded


beding,parallel laminasi,pillow parallel laminasi, danpilow lava (lava bantal)

b) Steruktur sekunder, struktur yang terbentuk setelah pembentukan batuan


lipatan,rekahan, dan patahan.

2.3. Jenis-Jenis Sesar

Kita sering menjumpai istilah sesar, Dalam bahasa ilmiah sesar sering disebul dengan
fault sedangkan secara istilah sesar merupakan rekahan yang disebabkan oleh adanya
pergeseran tubuh batuan.

Secara umum, sesar dibagi kedalam tiga kelompok yaitu sesar naik,sesar normal dan sesar
mendatar. Meskipun ada juga sesar yang terbentuk karena gabungan beberapa sesar sehingga
disebut sebagai sistem sesar.

Disini kita akan mempelajari berbagai macam sesar secara umum yang sering dijumpai yaitu;

1. Sesar naik
Merupakan pergeseran batuan kearah atas dari batuan asal. Pada sesar naik sudut
kemiringan lereng kecil bahkan cenderung tegak. Pada proses kejadian sesar naik ini energi
yang dibutuhkan cukup besar sehingga pelapisan batuan dapat terangkat.

Gambar 2.2 Sesar Naik


2. Sesar normal
Merupakan pergeseran blok batuan kearah bawah yang disebabkan oleh adanya gaya
gravitasi. Sesa ini juga sering disebut sesar ekstensi karen memanjangkan atau menipiskan
kerak bumi. Pada sesar turun ini sering kita lihat pada perlapisan batuan yang nampak pada
tebing yang mengalami sesar naik

Gambar 2.3 Seasar Normal/Turun

3. Sesar mendatar
Merupakan sesar yang terbentuk secara mendatar, Pada sesar ini lapisan batuan kiri
bergerak berlawanan arah terhadap lapisan batuan kanan atau sebaiknya. Jika gerak
mengiri disebut sinitral jika bergerak menganan disebut dekstral.

Gambar 2.4 Sesar Mendatar

2.4. Jenis – Jenis Kekar

Kekar adalah suatu fracture (retakan pada batuan) yang relatif tidak mengalami
pergeseran pada bidang rekahnya, yang disebabkan oleh gejala tektonik maupun non tektonik
(Ragan, 1973).
Kekar merupakan salah satu struktur yang paling umum dijumpai pada batuan. Kekar atau
joint adalah rekahan-rekahan pada batuan yang berbentuk lurus, planar dan tidak terjadi
pergeseran.
Joint set adalah kumpulan kekar pada satu tempat atau pada suatu batuan yang memiliki ciri
khas yang dapat dibedakan dengan joint set lainnya. Kekar adalah struktur retakan/rekahan
terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada
batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh:
a). Pemotongan bidang perlapisan batuan;
b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;
c). Kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Perbedaan kekar dengan struktur retakan biasa adalah, kekar terjadi dalam pola-pola
yang teratur. Biasanya berupa garis lurus yang arahnya tegak lurus vektor tegasan (stress).
Terkadang beberapa kekar saling berpotongan, membagi sebuah batuan besar menjadi balok-
balok yang saling terpisah. Kekar terjadi pada lingkungan geologi yang bertekanan rendah.
Kekar memegang peranan penting di geofisika, misalnya sebagai jalur migrasi
minyak bumi atau air tanah. Apabila kekar dilewati larutan hidrotermal, maka mineral dapat
mengendap di sana, membentuk urat mineral. Selain itu, pemetaan kekar sangat penting
dilakukan sebelum membuat desain waduk. Kekar umumnya terdapat sebagai rekahan
tensional dan tidak ada gerak sejajar bidangnya. Kekar membagi-bagi batuan yang tersingkap
menjadi blok-blok yang besarnya bergantung pada kerapatan kekarnya. Dan merupakan
bentuk rekahan paling sederhana yang dijumpai pada hampir semua batuan. Biasanya
terdapat sebagai dua set rekahan, yang perpotongannya membentuk sudut berkisar antara 45
sampai 90 derajat. Kekar mungkin berhubungan dengan sesar besar atau oleh pengangkatan
kerak yang luas, dapat tersebar sampai ribuan meter persegi luasnya. Umumnya pada batuan
yang getas. Kebanyakan kekar merupakan hasil pembubungan kerak atau dari kompresi atau
tarikan (tension) berkaitan dengan sesar atau lipatan. Ada kekar tensional yang diakibatkan
oleh pelepasan beban atau pemuaian batuan. Kekar kolom pada batuan volkanik terbentuk
oleh tegasan yang terjadi ketika lava mendingin dan mengkerut.
Kekar juga mempunyai nilai ekonomis. Dapat memperbesar permeabilitas yang penting bagi
migrasi dan menampung air tanah dan minyak bumi. Analisa kekar sangat diperlukan dalam
eksplorasi dan pengembangan sumber daya alam. Rekahan-rekahan mengontrol endapan
mineral, tembaga, timbal, seng, merkuri,perak,emas dan tungsten. Larutan hidrotermal yang
berasosiasi dengan intrusi batuan beku mengalir sepanjang kekar-kekar dan mengendapkan
mineral-mineral sepanjang dinding kekar, membentuk urat-urat mineral (mineral veins).
Kekar dapat terjadi pada semua jenis batuan, dengan ukuran yang bervariasi dari beberapa
millimeter (kekar mikro) hingga ratusan kilometer (kekar mayor). Sedangkan yang berukuran
beberapa meter disebut dengan kekar minor.Kekar dapat terjadi akibat adanya proses
tektonik, proses perlapukan dan perubahan temperature yang signifikan. Kekar merupakan
jenis struktur batuan yang berbentuk bidang pecah. Sifat dari bidang ini memisahkan batuan
menjadi bagian-bagian yang terpisah. Tetapi tidak mengalami perubahan posisinya. Sehingga
menjadi jalan atau rongga atau kesarangan batuan yang dapat dilalui cairan dari luar beserta
materi lain seperti air, gas dan unsur-unsur lain yang menyertainya.
Klasifikasi kekar atau joint terdiri dari beberapa klasifikasi yaitu :
1. Berdasrkan Cara Terbentuknya:
 Srinkage Joint (Kekar Pengkerutan)
Gambar 2.5 Srinkage Joint
Srinkage Joint adalah kekar yang disebabkan karena gaya pengerutan yang timbul
akibat pendinginan (kalau pada batuan beku terlihat dalam bentuk kekar tiang/kolom) atau
akibat pengeringan (seperti pada batuan sedimen). Kekar ini biasanya berbentuk polygonal
yang memanjang.
 Kekar Lembar (Sheet Joint)

Gambar 2.6 Kekar Lembar


Yaitu sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan permukaan tanah. Kekar
seperti ini terjadi terutama pada batuan beku. Sheet joint terbentuk akibat penghilangan beban
batuan yang tererosi.
Penghilangan beban pada sheet joint terjadi akibat :
1. Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh
2. Proses erosi yang dipecepat pada bagian atas batuan beku
3. Adanya peristiwa intrusi konkordan (sill) dangkal
2. Berdasarkan Bentuknya
 Kekar Sistematik: yaitu keakar dalam bentuk berpasangan arahnya sejajar satu dengan
yang lainnya .

Gambar 2.7 Kekar Sistematis

3. Kekar Berdasarkan Ganesanya


 Kekar Kolom
Kekar Kolom umumnya terdapat pada batuan basalt, tetapi kadang juga terdapat pada
batuan beku jenis lainnya. Kolom-kolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan
pendinginan, sehingga pada sill atau aliran tersebut akan berdiri vertikal sedangkan pada dike
kurang lebih akan horizontal, dengan mengukur sumbu kekar kolom kita dapat
merekonstruksi bentuk dari bidang pendinginan dan struktur batuan beku.

Gambar 2.8 Kekar Kolom


 Kekar Gerus
Gambar 2.9 Kekar Gerus
Kekar Gerus (Shear Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung
mengelincirkan bidang satu sama lainnya yang berdekatan.

Ciri-ciri di lapangan :
1) Biasanya bidangnya licin.
2) Memotong seluruh batuan.
3) Memotong komponen batuan.
4) Biasanya ada gores garis.
5) Adanya joint set berpola belah ketupat.
 Kekar Lembar
Kekar lembar (sheet joint ) adalah sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan
permukaan tanah, terutama pada batuan beku. Terbentuknya kekar ini akibat penghilangan
beban batuan yang tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini terjadi akibat:
1. Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh
2. Tiba-tiba diatasnya terjadi erosi yang dipercepat
3. Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal
 Kekar Tarik (Esktension Joint dan Release Joint)
Gambar 2.10 Kekar Tarik
Kekar Tarikan (Tensional Joint), yaitu kekar yang terbentuk dengan arah tegak lurus dari
gaya yang cenderung untuk memindahkan batuan (gaya tension). Hal ini terjadi akibat dari
stress yang cenderung untuk membelah dengan cara menekannya pada arah yang berlawanan,
dan akhirnya kedua dindingnya akan saling menjauhi.
Ciri-ciri dilapangan :
1. Bidang kekar tidak rata.
2. Selalu terbuka.
3. Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-kotak.
4. Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yangkemudian disebut vein.

Kekar tarikan dapat dibedakan atas:


a) Tension Fracture, yaitu kekar tarik yang bidang rekahannya searah dengan tegasan.
b) Release Fracture, yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau pengurangan
tekanan, orientasinya tegak lurus terhadap gaya utama. Struktur ini biasanya disebut
Stylyotit.
Gambar 2.11 Kekar Tarik Dilapangan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Praktikum Laboratorium


3.1.1. Problematika Tiga Titik

Problema tiga titik dapat digunakan apabila data-data memenuhi


syarat:
a. ketiga titik singkapan yang telah diketahui lokasi dan ketinggiannya
terletak pada satu bidang,

b. bidang tersebut belum terpatahkan atau terlipat.

Cara yang digunakan untuk menentukan kedudukan bidang dengan


metoda problema tiga titik ada tiga, yaitu:

1. cara proyeksi,

2. cara grafis I,

3. cara grafis II.

Contoh: 1

Diketahui suatu lapisan batupasir yang kaya akan bijih tembaga tersingkap pada
tiga titik pengamatan. Pada lokasi B yang berjarak 450 m dari titik A dengan

arah N2000E, dan titik C berjarak 400 m dengan arah N1500E dari titik A.
Tentukan arah jurus dan kemiringan lapisan batupasir tersebut. Ketinggian titik
A = 175 meter, B = 50 meter , C = 100 meter. Skala 1:10.000.

Cara Proyeksi

Penyelesaian:

1. Tentukan letak ketiga titik A, B dan C yang sudah


diketahui.

2. Buat garis k yang berarah timur-barat (0 meter). Proyeksikan titik


A, B, C pada k, diperoleh A’, B’ dan C’.

3. Dengan menggunakan garis k sebagai garis rebahan tentukan titik A”,


B” dan C”, jarak dan ketinggian sesuai sekala

4. Buat garis l sejajar k melalui titik C” (titik yang berada


diantara dua ketinggian) hingga berpotongan A”B” di titik D”,
kemudian proyeksikan balik titik D” ini ke garis AB sehingga didapat
D.

5. Hubungkan titik D dan C sebagai garis DC, yang merupakan jurus


perlapisan.

Arah dari jurus ini belum diketahui. Untuk mengetahui dengan


memperhatikan ketinggian relatifnya.

6. Buat garis tegak lurus DC sebagai garis m dengan ketinggian 175 meter
(titik tertinggi).

7. Pada garis DC buat titik C’’’ dengan jarak sama dengan ketinggian
A

dikurangi ketinggian C.

8. Buat melalui B sejajar jurus (DC) dan buat titik B’’’ dengan jarak
sama dengan ketinggian A dikurangi ketinggian B.

9. Hubungkan titik C’’’ dan B’’’ hingga berpotongan dengan garis m di A’’’.

10. Sudut yang dibentuk antara garis tersebut dengan garis m, merupakan
sudut kemiringan lapisan batuan (dip = α).

11. Maka kedudukan lapisan batuan Nβ0E/α0.


Gambr 3.1 Hasil Proyeksi Problema tiga titik

Contoh: 2

Dari suatu pemboran vertkal pada keti nggian 690 meter, didapat Top lapisan
Batubara pada 3 titik A B dan C. Titik B berjarak 300 meter dari A dengan arah N 120⁰ E,
titik C berjarak 400 meter dari A dengan arah N 200⁰ E. Lapisan Batubara dapat di titik A
pada kedalaman 50 meter, Lapisan Batubara dapat di titik B didapat pada kedalamaman 200
meter, dan Lapisan Batubara dapat di titik C pada kedalaman 300 meter. Tentukan
kedudukan Strike/Dip Lapisan Batubara dengan Skala 1 : 10.000

Penyelesaian

Cara sama dengan yang diatas.


Gambar 3.2 Hasil proyeksi problema tiga titik

3.1.2. Analisa Kekar Menggunakan Diagram Roset:

Tujuan : Diagram ini dimaksudkan untuk mengetahui arah kelurusan umum dari data-
data dengan satu parameter, yaitu bearing (memperhatikan trend). Tabulasi data: Data-data
yang ada dimasukkan dalam tabel dengan tujuan untuk mempermudah akan tetapi tabelnya
berbeda dengan tabel pada diagram kipas.
Cara Kerja
Pada prinsipnya pembuatan sama dengan diagram kipas hanya perbedaannya disini terletak
pada bentuknya dimana diagram kipas berbentuk setengah lingkaran sedangkan diagram roset
berbentuk lingkaran penuh,dengan demikian pencantuman tanda, serta arahnyapun berbeda.

CONTOH SOAL, didapat data-data seperti di bawah ini :

TABEL 5.3 : 50 data pengukuran arah struktur sedimen (memiliki trend) "Flute ast"

N......... ° E N .......° E N ........ . °E N...... °E N ........°E N......... °E N…..°E

175 169 157 109 127 118 122

136 162 307 126 141 111 128

116 132 106 148 144 302 146

166 112 134 142 123 133 113

138 304 130 127 129 163 126

131 297 107 143 223 151 121

168 114 111 124 47 108 97


TABEL 5.4 Tabulasi data untuk pembuatan diagram rosset

ARAH NOTASI JUMLAH PERSENTASE ARAH NOTASI JUMLAH PERSENTASE

0-5 I 1 4% 180 – 185

1 - 15 185-189

15 - 20 189 -195

15 - 20 195 – 200

20 - 25 200 -205

25 - 30 205 – 210

30 - 35 210 -215

35 - 40 215 -220

40 - 45 220 – 225 1 1 4%

45 - 50 I I 4% 225 – 230

50 - 55 230 – 235

55 - 60 235 – 240

60 - 65 240 – 245

65 - 70 245 – 250

70 - 75 250 – 255

75 - 80 255 – 260

80 - 85 260 – 265

85 - 90 265 – 270
90 - 95 I l 4% 270 – 275

95 - 100 275 – 280

100 -105 II 2 8% 280 – 285

105- 110 III 3 12% 285 – 290

110- 115 III 3 12% 290 – 295

115- 120 II 1 8% 295 – 300 1 1 4%

120- 125 IIII 4 16% 300 – 305 11 2 8%

115- 130 IIIIII 6 24% 305 – 310 I 1 4%

130 -135 IIIII 5 20% 310 – 315

135 -140 ll 2 8% 315 – 320

140 -145 IIII 4 16% 320 – 325

145- 150 II 2 8% 325 – 330

150 -155 I I 4% 330 – 335

155- 160 1 I 4% 335 – 340

160 -165 II 2 8% 340 – 345

165 -170 III 3 12% 345 – 350

170 .175 I l 4% 350 – 355

175- 180 355 – 360


Gamabar 3.3 Diagram roset hasil pengukuran strike dip

Anda mungkin juga menyukai