Gambar 5.1 Gambaran umum geometri proyeksi stereografi. (A) proyeksi struktur bidang dan struktur
garis pada permukaan bola. (B) Hasil proyeksi berupa perpotongan garis terhadap permukaan bola pada
ekuator melalui zenith.
Struktur bidang atau garis diproyeksikan dengan cara yang sama yaitu melalui
perpotongannya dengan permukaan bola sebagai proyeksi sferis atau titik, dan
diproyeksikan pada bidang horizontal melalui Zenith. Beberapa contoh proyeksi
bidang dan garis, serta gambaran pada bidang equator nya (proyeksi stereografi),
ditunjukkan pada Gambar 5.2. Secara umum, dalam proyeksi stereografis, akan
dibahas empat macam proyeksi, yaitu: equal angle projection (wulf-net), equal area projection
(Schmidt-net), orthogonal projection, dan polar projection.
45
Gambar 5.2 Proyeksi stereografi struktur garis dan struktur bidang. Struktur dengan kemiringan besar
diproyeksikan mendekati titik pusat lingkaran bola, dan sebaliknya.
46
5.2 Jaring stereografi meridional (Wulf Net)
Dalam pekerjaan praktis, proyeksi dan garis dilakukan dengan bantuan jarring
stereografi. Jaring stereografi Wulf Net, dibuat berdasarkan pembagian sudut yang
sama dari garis yang ditarik melalui Zenith ke setiap titik pada lingkaran besar, yang
proyeksinya pada bidang equator berupa stereogram. Dengan memproyeksikan
berbagai bidang dengan jurus Utara-Selatan (Gambar 5.3a) dengan arah kemiringan
ke Barat dan Timur akan didapat berbagai jarring meredian (stereogram). Dengan
demikian besaran tiap sudut pada proyeksi stereografi merupakan gambaran sudut
pada permukaan bola. Pusat dari lingkaran besar didapatkan secara grafis (Gambar
5.3b) yang menunjukkan beberapa meredional lingkaran besar yang menggambarkan
seri bidang dengan jurus utara-selatan dengan kemiringan ke barat pada selang 10°.
.
Gambar 5.3 Proyeksi stereografi dari bidang miring. (A) Kedudukan titik proyeki pada struktur bidang.
(B) Pembuatan lingkaran besar (stereogram) pada jarring Wulf.
47
Gambar 5.4 Proyeksi stereografi kerucut yang menunjukkan tahapan pembuatan lingkaran kecil.dan
proyeksi 3D permukaan bola.
48
cara yang dipakai pada jaring Wulf. Perbedaannya adalah, lingkaran besar dan kecil
pada Schmidt tidak diproyeksikan sebagai garis lengkung busur.
Gambar 5.5 Prinsip Equal area projection. O adalah pusat proyeksi; R adalah jari-jari bola; OB adalah
jejak bidang yang menyudut φ; X adalah titik proyeksi equal area bidang tersebut.
49
proyeksi kutub yang berupa titik ke dalam bidang (lingkaran besar) harus digunakan
Schmidt Net.
Gambar 5.7 Proyeksi kutub. (a) proyeksi kutub sebuah garis; (b) proyeksi kutub sebuah bidang.
50
Tahapan penggambaran struktur
bidang N40°W/30°SW.
a Ukurkan besaran jurus 40° ke
barat (W) dari utara (N) sepanjang
lingkaran kecil
b Gambarkan garis jurus
c Ukur sudut kecondongan 30°
sepanjang garis barat-timur pada
sisi W melalui garis lingkaran besar
d Kembalikan pada posisi semula
51
3 Plunge garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang terbaca pada sumbu N-S
dari tepi ke titik tersebut.
4 Putar kalkir sehingga lingkaran besar bidang berimpit lagi dengan lingkaran besar
net. Rake adalah derajat yang terbaca sepanjang lingkaran besar dari N atau S (yang
<90°) hingga titik tersebut.
Kemiringan bidang (apparent dip) dari bidang N50°E/50°SE pada arah N80°E
Penyelesaian (Gambar 5.11)
1 Penggambaran bidang. Putar titik N kertas kalkir 50° berlawanan jarum jam. Dari
titik E hitung 50° sepanjang sumbu E-W ke pusat. Telusuri dan buat lingkaran
besar.
2 Kembalikan ke posisi semula. Tandai N80°E pada lingkaran pinggir.
3 Letakkan titik tersebut pada titik E, perhatikan perpotongan diameter E-W dengan
lingkaran besar bidang. Baca dan catat besar sudutnya.
Penggambaran bidang dari dua garis (menentukan kedudukan bidang dan sudut antara
2 garis 28°, N56°W dan 22°, N14°E.
Penyelesaian (Gambar 5.12)
1 Penggambaran garis.
Garis 1: Putar titik N sebesar 56° searah jarum jam dan hitung 28° dari N ke pusat
sepanjang sumbu N-S. Beri tanda dan kembalikan.
Garis 2: Putar titik N sebesar 14° berlawanan jarum jam, hitung 22° dari N
sepanjang sumbu N-S. Beri tanda dan kembalikan.
2 Putar kertas kalkir sedemikian rupa sehingga dua titik tersebut terletak pada satu
lingkaran besar. Telusuri lingkaran besar tersebut. Lingkaran besar tersebut adalah
bidang yang dicari.
3 Sudut antara dua garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang terbaca sepanjang
lingkaran besar antara dua titik. Baca dip bidang tersebut.
4 Kembalikan ke posisi semula hingga N kalkir dan N net berimpit. Baca strike
bidang. Maka kedudukan bidang N56°E/30°N.
52
Gambar 5.11 Sudut antara garis dan bidang (mencari kemiringan semu).
Gambar 5.12 Mencari bidang dari dua garis (true dip dari dua apparent dip).
53
3 Untuk membaca rake, putar kalkir sehingga bidang berimpit dengan N-S. Baca
derajat lingkaran kecil dari tepi hingga titik potong (kurang dari 90°). Untuk contoh
di atas rake terhadap bidang pertama 73° dan terhadap bidang kedua 22°.
Gambar 5.13 Perpotongan dua bidang. (a) Garis potong kedua bidang, (b) Sudut antara kedua bidang.
54
Gambar 5.14 Bidang bagi kedua struktur bidang
55
2 Lukis proyeksi bidang tegak lurus R, dengan menambahkan 90° dari titik R pada
sumbu E-W, lalu buat lingkaran besar.
3 Lukis lingkaran besar yang melalui P dan R hingga memotong lingkaran besar
bidang tegak lurus garis R di L. Baca besar sudut antara P dan R (terbaca 41°).
4 Karena P diputar terhadap R, maka L akan terputar sepanjang lingkaran besar
bidang tegak lurus R. Kedudukan akhir L (di L’) adalah memutar 80° (25+55) dari
L searah jarum jam, sedangkan P ke P’. Jarak RP’ = 41° (35+6).
5 P’ adalah proyeksi kutub bidang yang sudah diputar. Untuk melukis bidangnya,
letakkan titik P’ pada arah E-W, tambahkan 90°, tandai titik tersebut. Buat lingkaran
besar yang melalui titik tersebut. Baca kedudukannya.
Gambar 5.15 Perputaran bidang pada (a) sumbu vertikal dan (b) sumbu horisontal.
56
kedudukan awalnya, atau pada saat pembentukannya. Misalnya arah arus purba,
kedudukan bidang dibawah ketidakselarasan dan sebagainya.
5.7.4 Geometri struktur dengan proyeksi kutub
Pada setiap bidang, terdapat suatu garis normal (garis tegak lurus) pada bidang,
yang disebut sebagai kutub dari bidang tersebut. Di dalam proyeksi stereografi, suatu
bidang dapat direpresentasikan sebagai titik, yang merupakan proyeksi dari kutubnya.
Pada dasarnya garis ini adalah garis yang tegak lurus pada suatu bidang, atau
mempunyai sudut 90° terhadap bidangnya (Gambar 5.17).
57
Dua bidang N50°E/45°NW (I) dan N80°W/10°SW (H). Besar sudut antara kedua
bidang diukur dengan meletakkan kedua proyeksi kutub bidang tersebut pada satu garis
lingkaran besar yang sama.
58
besar yang sama dan N adalah garis bagi kedua bidang tersebut. Bidang bagi adalah
bidang yang melalui garis potong dan garis bagi.
Gambar 5.20 Penentuan garis bagi sudut antara dua struktur garis
Gambar 5.21 Garis bagi dan bidang bagi pada kedua struktur bidang.
59
5.8 Tugas Pendahuluan Proyeksi Stereografi
Tuliskan perbedaan mendasar antara berbagai jenis proyeksi stereografi berikut:
Proyeksi Metode proyeksi struktur penentuan lingkaran besar Penggunaan proyeksi Keterangan gambar
bidang dan struktur garis dan lingkaran kecil
Wulf Net
Schmidt Net
Polar
Ortogonal
60
5.9 Tugas Praktikum Proyeksi Stereografi
1 Sayap suatu lipatan mempunyai kedudukan N70°E/30°SE dan sayap yang lain
adalah N50°W/40°SW. Tentukan:
a Kedudukan sumbu lipatan
b Kemiringan semu pada masing-masing sayap pada arah S60°W.
Note: Selesaikan soal 1a dengan proyeksi stereografi dan proyeksi kutub
2 Apperent dip pada suatu lapisan batupasir diukur pada kedua kekar yang
berkedudukan vertikal. Salah satu kekar berjurus N30°E, pitch dengan kemiringan
semu terhadap jurus kekar, 60° dihitung dari Utara jaring. Kekar lain berjurus ke
Utara dan picth kemiringan semu terhadap jurus kekar tersebut 40° dihitung dari
Selatan jarring. Tentukan kedudukan batupasir tersebut.
3 Sesar A berjurus ke Barat dengan kemiringan sebesar 60°, sesar B dengan
kedudukan N45°W/35°SW.
a Tentukan kedudukan garis potong kedua bidang sesar tersebut
b Besar sudut antara bidang Sesar A dan Sesar B
c Besar pitch pada masing-masing bidang sesar.
d Besar penunjaman cermin gores garis Sesar B pada arah S55°W
Note: Selesaikan soal 3a dan 3b dengan pryeksi kutub.
4 Formasi batuan A tidak selaras di atas batuan B. Formasi batuan A berkedudukan
N150°E/30°SW, sedangkan batuan B berkedudukan N230°E/50°NW.
Ditanyakan kedudukan batuan B di saat batuan A diendapkan.
5 Pada suatu perlapisan batupasir berarah N45°E/60°SE dijumpai struktur flutecast
sebagai indikasi arus purba pada arah N65°E. Tentukan arah orientasi sedimen saat
batupasir mulai terendapkan.
61