Anda di halaman 1dari 17

5 PROYEKSI STEREOGRAFI

5.1 Prinsip Dasar


Proyeksi stereografi merupakan cara pendekatan deskripsi geometri yang efisien
untuk menggambarkan hubungan sudut antara garis dan bidang secara langsung. Pada
proyeksi stereografi, unsur struktur geologi digambarkan dan dibatasi didalam suatu
permukaan bola (sphere).
Bila pada suatu bidang miring (Gambar 5.1a) ditempatkan pada suatu
permukaan bola melalui pusat bola, maka bidang tersebut akan memotong permukaan
bola sebagai lingkaran besar (great circle) atau disebut sebagai proyeksi permukaan bola
(spherical projection). Pada umumnya dasar proyeksi yang akan dipakai adalah proyeksi
sferis pada belahan bola bagian bawah (lower hemisphere), akan tetapi ada pula yang
memakai bagian atasnya (upper hemisphere). Proyeksi permukaan bola ini digambarkan
pada setiap titik pada lingkaran besar melalui titik puncak zenith (Gambar 5.1b). Hasil
proyeksi pada bidang equator dinamakan stereogram atau proyeksi stereografi.

Gambar 5.1 Gambaran umum geometri proyeksi stereografi. (A) proyeksi struktur bidang dan struktur
garis pada permukaan bola. (B) Hasil proyeksi berupa perpotongan garis terhadap permukaan bola pada
ekuator melalui zenith.

Struktur bidang atau garis diproyeksikan dengan cara yang sama yaitu melalui
perpotongannya dengan permukaan bola sebagai proyeksi sferis atau titik, dan
diproyeksikan pada bidang horizontal melalui Zenith. Beberapa contoh proyeksi
bidang dan garis, serta gambaran pada bidang equator nya (proyeksi stereografi),
ditunjukkan pada Gambar 5.2. Secara umum, dalam proyeksi stereografis, akan
dibahas empat macam proyeksi, yaitu: equal angle projection (wulf-net), equal area projection
(Schmidt-net), orthogonal projection, dan polar projection.

45
Gambar 5.2 Proyeksi stereografi struktur garis dan struktur bidang. Struktur dengan kemiringan besar
diproyeksikan mendekati titik pusat lingkaran bola, dan sebaliknya.

46
5.2 Jaring stereografi meridional (Wulf Net)
Dalam pekerjaan praktis, proyeksi dan garis dilakukan dengan bantuan jarring
stereografi. Jaring stereografi Wulf Net, dibuat berdasarkan pembagian sudut yang
sama dari garis yang ditarik melalui Zenith ke setiap titik pada lingkaran besar, yang
proyeksinya pada bidang equator berupa stereogram. Dengan memproyeksikan
berbagai bidang dengan jurus Utara-Selatan (Gambar 5.3a) dengan arah kemiringan
ke Barat dan Timur akan didapat berbagai jarring meredian (stereogram). Dengan
demikian besaran tiap sudut pada proyeksi stereografi merupakan gambaran sudut
pada permukaan bola. Pusat dari lingkaran besar didapatkan secara grafis (Gambar
5.3b) yang menunjukkan beberapa meredional lingkaran besar yang menggambarkan
seri bidang dengan jurus utara-selatan dengan kemiringan ke barat pada selang 10°.

.
Gambar 5.3 Proyeksi stereografi dari bidang miring. (A) Kedudukan titik proyeki pada struktur bidang.
(B) Pembuatan lingkaran besar (stereogram) pada jarring Wulf.

Lingkaran kecil merupakan perpotongan antara permukaan bola dengan bidang


yang tidak melalui pusat bola. Setiap lingkaran kecil dapat dianggap sebagai
perpotongan antara permukaan bola dan kerucut tegak melalui pusat lengkungan O.
Suatu kerucut dapat digambarkan dengan cara menentukan tempat kedudukan dari
garis dengan pitch yang tetap pada suatu bidang, dengan berbagai kemiringan
(Gambar 5.4a). Bila arah Utara-Selatan merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran
kecil bagian bawah bola diproyeksikan ke titik zenith, maka akan menghasilkan
stereogram yang disebut garis lengkung lingkaran kecil. Pusat-pusat lingkaran kecil ini
dapat digambarkan secara grafis (Gambar 5.4b).
Perpotongan antara garis lengkung lingkaran kecil dengan garis lengkung
meredian membentuk Jaring Stereografi Meredian atau disebut juga Wulff Net
(gambar 6.5). Jaring stereografi ini disebut juga jaring stereografi proyeksi sama sudut
(equal angle projection), karena dibuat berdasarkan proyeksi dari bidang-bidang yang
bersudut sama. Jaring stereografi Wulf Net, dibuat pada setiap selang 2° dan 10°.

47
Gambar 5.4 Proyeksi stereografi kerucut yang menunjukkan tahapan pembuatan lingkaran kecil.dan
proyeksi 3D permukaan bola.

5.3 Jaring stereografi sama luas


Pada proyeksi stereografi dengan menggunakan jaring Wulf, terlihat bahwa
distribusi bidang ataupun garis tidak merata pada keseluruhan luas jaring. Bidang-
bidang atau garis-garis dengan kecondongan kecil akan tersebar lebih renggang
dibagian tepi lingkaran, sedangkan yang mempunyai kemiringan besar akan tersebar
lebih rapat pada bagian pusat jaring. Hal ini disebabkan karena pembuatan jaring
tersebut didasarkan pada sudut yang sama yang ditarik dari Zenith, sehingga pada
bidang equator tidak merata.
Didalam analisa struktur lebih lanjut, ketidak-teraturan ini, disamping kesalahan
pengukuran, akan memperbesar penyebaran yang tidak merata dari proyeksi unsur-
unsur struktur tersebut, terutama apabila data pengukuran yang diambil tidak banyak.
Selain itu, apabila data yang diolah dan dievaluasi, distribusi titik yang menyebar akan
menyulitkan.
Jaring sama luas adalah proyeksi titik-titik pada permukaan bola pada bidang
proyeksi sedemikian hingga titik-titik pada permukaan bola yang berjarak sama akan
digambarkan pada bidang proyeksi dengan jarak yang sebanding dan sama (Gambar
5.5). Jadi jarak lingkaran besar sepanjang lingkaran kecil akan konstan dari pusat ke
tepi. Cara untuk menggambarkan dan menggunakan data pada jaring ini identik dengan

48
cara yang dipakai pada jaring Wulf. Perbedaannya adalah, lingkaran besar dan kecil
pada Schmidt tidak diproyeksikan sebagai garis lengkung busur.

Gambar 5.5 Prinsip Equal area projection. O adalah pusat proyeksi; R adalah jari-jari bola; OB adalah
jejak bidang yang menyudut φ; X adalah titik proyeksi equal area bidang tersebut.

5.4 Proyeksi Ortogonal


Dengan proyeksi orthogonal titik-titik pada permukaan bola diproyeksikan tegak
lurus pada bidang proyeksi (Gambar 5.6), sehingga hasilnya kebalikan dari jarring Wulf
Net, yaitu lingkaran besar akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram dari
proyeksi ini dikenal dengan orthographic net, yang digunakan untuk penggambaran
blok diagram.

Gambar 5.6 Prinsip proyeksi orthogonal.

5.5 Proyeksi Kutub


Dengan proyeksi kutub (polar), baik garis maupun bidang digambarkan sebagai
titik. Bila garis maka proyeksinya adalah proyeksi titik tembus garis tersebut dengan
permukaan bola. Bila yang diproyeksikan bidang, maka proyeksinya berupa proyeksi
titik tembus garis melalui pusat yang tegak lurus bidang tersebut (Gambar 5.7). Jadi
misal ada garis 20°,N0°E dan bidang N90°E/70° maka proyeksi garis dan bidang
tersebut berimpit.
Stereogram proyeksi kutub dinamakan Polar Net atau Billings Net. Polar net ini
diperoleh dari proyeksi kutub Schmidt Net, sehingga apabila akan mengembalikan

49
proyeksi kutub yang berupa titik ke dalam bidang (lingkaran besar) harus digunakan
Schmidt Net.

Gambar 5.7 Proyeksi kutub. (a) proyeksi kutub sebuah garis; (b) proyeksi kutub sebuah bidang.

5.6 Penggambaran Unsur Struktur


Untuk menggambarkan stereogram dari suatu bidang baik pada Wulf Net dan
Schmidt Net, selalu digunakan arah jurus pada garis Utara - Selatan, dan kemiringannya
diukur pada arah Barat - Timur. Untuk penggambaran praktis, umumnya digunakan
kertas transparan atau kalkir.
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut (Gambar 5.8):
− Letakkan kertas kalkir di atas jaring dan gambarkan lingkaran luarnya, dan beri tanda
titik-titik utara - selatan dan pusat lingkaran.
− Gambarkan garis jurus melalui pusat lingkaran sesuai dengan harga jurusnya.
− Putar kalkir sehingga garis jurus berimpit dengan garis utara-selatan, dimana titik
utara jaring berimpit dengan harga jurusnya.
− Gambarkan garis lengkung stereogram sesuai dengan besarnya kemiringan, dengan
besaran 0 di pinggir dan 90 di pusat lingkaran, dengan mengikuti lengkung lingkaran
besar pada jaring.
− Apabila stereogram bidang telah digambarkan, posisi kalkir dikembalikan pada
kedudukan sebenarnya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah arah kemiringan bidang, dan ini akan sangat
tergantung pada cara pengukuran dan jenis kompas yang dipakai. Oleh karena itu
mutlak disebutkan arah kemiringannya apakah cenderung kearah Timur atau ke Barat,
dengan pengertian apakah stereogramnya digambarkan disebelah kanan (E) atau kiri
(W) dari garis utara-selatan jaring. Cara penggambaran struktur garis pada dasarnya
sama (Gambar 5.9), proyeksi stereografinya berupa titik atau garis menurut besaran
arah dan penunjamannya. Besaran sudut penunjaman dapat dilakukan pada arah N-S
atau E-W dari jaring stereonet.

50
Tahapan penggambaran struktur
bidang N40°W/30°SW.
a Ukurkan besaran jurus 40° ke
barat (W) dari utara (N) sepanjang
lingkaran kecil
b Gambarkan garis jurus
c Ukur sudut kecondongan 30°
sepanjang garis barat-timur pada
sisi W melalui garis lingkaran besar
d Kembalikan pada posisi semula

Gambar 5.8 Tahapan penggambaran struktur


bidang

Tahapan penggambaran struktur garis


40°, N40°E.
a Ukurkan besaran trand 400 ke
timur (E) dari utara (N) Tandai arah
garis (trend)
b Putarkan trend garis kearah garis
barat-timur, ukur sudut penunjaman
260.
c Kembalikan pada posisi semula,
proyeksi digambarkan sebagai titik
atau garis
d Cara lain dengan pengukuran
penunjaman pada arah utara –
selatan.
Gambar 5.9 Tahapan penggambaran struktur garis

5.7 Penyelesaian problem struktur dengan proyeksi stereografi


5.7.1 Penggambaran struktur garis pada struktur bidang
Rake dan plunge pada struktur garis dengan trend N36°W pada bidang N0°/45°W.
Penyelesaian (Gambar 5.10)
1 Penggambaran bidang. Tandai arah jurus pada pinggir net. Hitung 45° dari pinggir
ke pusat pada diameter E-W. Telusuri dan buat lingkaran besarnya.
2 Penggambaran garis. Letakkan kalkir pada posisi semula, putar kalkir 36° searah
jarum jam. Tandai perpotongan sumbu N-S dengan lingkaran besar bidang yang
telah dibuat.

51
3 Plunge garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang terbaca pada sumbu N-S
dari tepi ke titik tersebut.
4 Putar kalkir sehingga lingkaran besar bidang berimpit lagi dengan lingkaran besar
net. Rake adalah derajat yang terbaca sepanjang lingkaran besar dari N atau S (yang
<90°) hingga titik tersebut.

Gambar 5.10 Rake sebuah garis pada bidang.

Kemiringan bidang (apparent dip) dari bidang N50°E/50°SE pada arah N80°E
Penyelesaian (Gambar 5.11)
1 Penggambaran bidang. Putar titik N kertas kalkir 50° berlawanan jarum jam. Dari
titik E hitung 50° sepanjang sumbu E-W ke pusat. Telusuri dan buat lingkaran
besar.
2 Kembalikan ke posisi semula. Tandai N80°E pada lingkaran pinggir.
3 Letakkan titik tersebut pada titik E, perhatikan perpotongan diameter E-W dengan
lingkaran besar bidang. Baca dan catat besar sudutnya.

Penggambaran bidang dari dua garis (menentukan kedudukan bidang dan sudut antara
2 garis 28°, N56°W dan 22°, N14°E.
Penyelesaian (Gambar 5.12)
1 Penggambaran garis.
Garis 1: Putar titik N sebesar 56° searah jarum jam dan hitung 28° dari N ke pusat
sepanjang sumbu N-S. Beri tanda dan kembalikan.
Garis 2: Putar titik N sebesar 14° berlawanan jarum jam, hitung 22° dari N
sepanjang sumbu N-S. Beri tanda dan kembalikan.
2 Putar kertas kalkir sedemikian rupa sehingga dua titik tersebut terletak pada satu
lingkaran besar. Telusuri lingkaran besar tersebut. Lingkaran besar tersebut adalah
bidang yang dicari.
3 Sudut antara dua garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang terbaca sepanjang
lingkaran besar antara dua titik. Baca dip bidang tersebut.
4 Kembalikan ke posisi semula hingga N kalkir dan N net berimpit. Baca strike
bidang. Maka kedudukan bidang N56°E/30°N.

52
Gambar 5.11 Sudut antara garis dan bidang (mencari kemiringan semu).

Gambar 5.12 Mencari bidang dari dua garis (true dip dari dua apparent dip).

5.7.2 Perpotongan struktur bidang


Kedudukan garis potong dua bidang dan rake terhadap kedua bidang pada
N50°E/60°SE dan N70°W/20°S.
Penyelesaian (Gambar 5.13a)
1 Penggambaran bidang.
Bidang 1: Putar kalkir 50° berlawanan arah jarum jam dari N. Hitung 60° dari E
sepanjang sumbu E-W. Lukis lingkaran besarnya.
Bidang 2: Putar kalkir 70° searah jarum jam dan hitung 20° dari titik W sepanjang
sumbu E-W. Lukis lingkaran besarnya.
2 Perpotongan kedua lingkaran besar mewakili perpotongan kedua bidang. Untuk
membaca trend hubungkan titik tersebut dengan pusat, baca sudut lingkaran besar
dari N. Untuk membaca plunge, putar kalkir hingga titik potong berada pada sumbu
N-S. Baca besar sudutnya dari tepi.

53
3 Untuk membaca rake, putar kalkir sehingga bidang berimpit dengan N-S. Baca
derajat lingkaran kecil dari tepi hingga titik potong (kurang dari 90°). Untuk contoh
di atas rake terhadap bidang pertama 73° dan terhadap bidang kedua 22°.

Penentuan sudut antara dua bidang


Penyelesaian (Gambar 5.13b)
1 Buat kedua bidang.
2 Sudut antara dua bidang diukur tegak lurus perpotongan bidang, maka letakkan titik
perpotongan bidang pada sumbu EW. Tambahkan 90°. Lukis lingkaran besarnya
melalui titik tersebut. Tandai perpotongan lingkaran besar ini dengan kedua bidang.
3 Sudut antara dua bidang adalah besar derajat pada lingkaran besar antara
perpotongan bidang 1 dengan lingkaran besar tersebut dan perpotongan bidang 2
dengan lingkaran besar tersebut. Lingkaran besar tersebut juga dapat diperoleh
dengan menghubungkan proyeksi kutub bidang 1 (P1) dan proyeksi kutub bidang
2 (P2) dalam satu lingkaran besar (Gambar 5.13).

Gambar 5.13 Perpotongan dua bidang. (a) Garis potong kedua bidang, (b) Sudut antara kedua bidang.

Penentuan bidang bagi kedua bidang


Penyelesaian (Gambar 5.14)
1 Buat kedua bidang.
2 Bagi dua kedua strike bidang (dalam contoh N10°W), lalu sejajarkan dengan sumbu
N-S.
3 Lukis lingkaran besar melalui perpotongan kedua bidang. Maka bidang yang dilukis
ini adalah proyeksi bidang yang membagi dua kedua bidang. Baca dip-nya dari tepi
pada sumbu E-W.

54
Gambar 5.14 Bidang bagi kedua struktur bidang

5.7.3 Perputaran bidang


Perputaran bidang dalam jaring stereografi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

Perputaran dengan sumbu putar vertikal


Perputaran ini akan mengubah komponen arah atau jurus, tanpa perubahan pada
komponen kemiringan atau penunjaman. Sebagai contoh, suatu bidang dengan
kedudukan N0°E/45°SE, diputar sebesar 45° searah jarum jam (Gambar 5.15),
kedudukan bidang itu akan menjadi N45°E/45°SE.

Perputaran dengan sumbu putar horisontal


Perputaran ini akan merubah komponen kemiringan atau penunjaman. Pada dasarnya
perputaran ini menjadikan setiap titik pada stereogram bergeser sesuai besar sudut
putar dan arah perputarannya. Sebagai contoh, suatu bidang N0°E/60°E diputar
sebesar 30° ke arah horizontal. Kedudukan bidang menjadi N0°E/30°E (Gambar
5.15). Perlu diperhatikan bahwa pergeseran sudut kemiringan akan selalu mengikuti
atau searah dengan garis lingkaran kecil. Apabila pada bidang tersebut terdapat struktur
garis atau ada bidang lain yang kedudukannya terkait terhadap bidang yang diputar,
maka perputarannya juga akan mengikuti garis lingkaran kecil sesuai dengan perputaran
bidang tersebut.

Perputaran dengan sumbu putar miring


Perputaran pada sumbu putar miring umumnya dilakukan pada beberapa rotasi
perlapisan batuan selama pergerakan sesar rotasi maupun rotasi perlapisan pada sesar
oblique (memiliki komponen strike-slip dan dip-slip).
Contoh: sebuah bidang berkedudukan N83°E/22°S diputar sebesar 80° searah jarum
jam dengan sumbu putar 30°, N42°E.
Penyelesaian (Gambar 5.16)
1 Plot sumbu putar R, dan proyeksi kutub bidang (titik P).

55
2 Lukis proyeksi bidang tegak lurus R, dengan menambahkan 90° dari titik R pada
sumbu E-W, lalu buat lingkaran besar.
3 Lukis lingkaran besar yang melalui P dan R hingga memotong lingkaran besar
bidang tegak lurus garis R di L. Baca besar sudut antara P dan R (terbaca 41°).
4 Karena P diputar terhadap R, maka L akan terputar sepanjang lingkaran besar
bidang tegak lurus R. Kedudukan akhir L (di L’) adalah memutar 80° (25+55) dari
L searah jarum jam, sedangkan P ke P’. Jarak RP’ = 41° (35+6).
5 P’ adalah proyeksi kutub bidang yang sudah diputar. Untuk melukis bidangnya,
letakkan titik P’ pada arah E-W, tambahkan 90°, tandai titik tersebut. Buat lingkaran
besar yang melalui titik tersebut. Baca kedudukannya.

Gambar 5.15 Perputaran bidang pada (a) sumbu vertikal dan (b) sumbu horisontal.

Gambar 5.16 Rotasi bidang terhadap struktur garis berorientasi miring.

Di dalam persoalan geologi struktur, perputaran bidang dipakai untuk


menentukan kedudukan suatu unsur bidang atau garis yang harus dikembalikan pada

56
kedudukan awalnya, atau pada saat pembentukannya. Misalnya arah arus purba,
kedudukan bidang dibawah ketidakselarasan dan sebagainya.
5.7.4 Geometri struktur dengan proyeksi kutub
Pada setiap bidang, terdapat suatu garis normal (garis tegak lurus) pada bidang,
yang disebut sebagai kutub dari bidang tersebut. Di dalam proyeksi stereografi, suatu
bidang dapat direpresentasikan sebagai titik, yang merupakan proyeksi dari kutubnya.
Pada dasarnya garis ini adalah garis yang tegak lurus pada suatu bidang, atau
mempunyai sudut 90° terhadap bidangnya (Gambar 5.17).

Gambar 5.17 Proyeksi stereografi struktur bidang dan kutubnya.

Untuk mendapatkan kutub dari suatu bidang, cukup dengan menggambarkan


titik proyeksi pada jaring sebesar 90° dari kemiringan bidangnya. Demikian pula
sebaliknya, stereogram bidang dapat digambarkan dari proyeksi titik kutubnya. Perlu
diketahui bahwa untuk penggunaan umum, proyeksi bidang atau kutub dari suatu
bidang dapat digunakan kedua jaring, baik Wulf ataupun Schmidt. Akan tetapi untuk
kepentingan analisa struktur lebih lanjut, akan lebih baik digunakan jaring Schmidt
mengingat distribusinya yang lebih merata pada keseluruhan luas permukaan jaring.

Contoh penyelesaian geometri struktur dengan proyeksi kutub


Menentukan kedudukan perpotongan dua buah bidang (Gambar 5.18)
Suatu bidang ABC mempunyai kedudukan N60°E/40°SE berpotongan dengan bidang
DFG, kedudukan N45°W/50°SW.
6 Gambarkan kutub dari kedua bidang tersebut
7 Putarlah transparan sehingga kedua kutub berada pada satu lingkaran besar
8 Kedudukan garis didapat dengan membuat garis tegak lurus (mengukur 90)
terhadap lengkungan besar tersebut.
9 Baca kedudukan garis setelah dikembalikan pada posisi semula, didapat 38°, S6°E.

Menentukan besar sudut dua buah bidang (Gambar 5.19)

57
Dua bidang N50°E/45°NW (I) dan N80°W/10°SW (H). Besar sudut antara kedua
bidang diukur dengan meletakkan kedua proyeksi kutub bidang tersebut pada satu garis
lingkaran besar yang sama.

Gambar 5.18 Penentuan kedudukan garis berpotongan pada kedua bidang

Gambar 5.19 Penentuan besar sudut antar dua bidang.

Menentukan garis bagi sudut antara dua garis (Gambar 5.20)


Gambar 5.20 menunjukkan dua buah garis, OA, 20°, N80°E dan OB, 60°, N45°W.
Setelah dua kutub tersebut diletakkan pada satu lengkungan besar, diperoleh dua garis
yaitu C, garis bagi sudut lancip dan D, garis bagi sudut tumpul.

Menentukan bidang bagi sudut antara dua bidang


Pada Gambar 5.21 dua bidang N170°E/65°SW (ABC/F) dan N90°E/40°N
(DBE/H). OB adalah garis perpotongannya. F dan H diletakkan pada satu lingkaran

58
besar yang sama dan N adalah garis bagi kedua bidang tersebut. Bidang bagi adalah
bidang yang melalui garis potong dan garis bagi.

Gambar 5.20 Penentuan garis bagi sudut antara dua struktur garis

Gambar 5.21 Garis bagi dan bidang bagi pada kedua struktur bidang.

59
5.8 Tugas Pendahuluan Proyeksi Stereografi
Tuliskan perbedaan mendasar antara berbagai jenis proyeksi stereografi berikut:
Proyeksi Metode proyeksi struktur penentuan lingkaran besar Penggunaan proyeksi Keterangan gambar
bidang dan struktur garis dan lingkaran kecil
Wulf Net
Schmidt Net
Polar
Ortogonal

60
5.9 Tugas Praktikum Proyeksi Stereografi
1 Sayap suatu lipatan mempunyai kedudukan N70°E/30°SE dan sayap yang lain
adalah N50°W/40°SW. Tentukan:
a Kedudukan sumbu lipatan
b Kemiringan semu pada masing-masing sayap pada arah S60°W.
Note: Selesaikan soal 1a dengan proyeksi stereografi dan proyeksi kutub
2 Apperent dip pada suatu lapisan batupasir diukur pada kedua kekar yang
berkedudukan vertikal. Salah satu kekar berjurus N30°E, pitch dengan kemiringan
semu terhadap jurus kekar, 60° dihitung dari Utara jaring. Kekar lain berjurus ke
Utara dan picth kemiringan semu terhadap jurus kekar tersebut 40° dihitung dari
Selatan jarring. Tentukan kedudukan batupasir tersebut.
3 Sesar A berjurus ke Barat dengan kemiringan sebesar 60°, sesar B dengan
kedudukan N45°W/35°SW.
a Tentukan kedudukan garis potong kedua bidang sesar tersebut
b Besar sudut antara bidang Sesar A dan Sesar B
c Besar pitch pada masing-masing bidang sesar.
d Besar penunjaman cermin gores garis Sesar B pada arah S55°W
Note: Selesaikan soal 3a dan 3b dengan pryeksi kutub.
4 Formasi batuan A tidak selaras di atas batuan B. Formasi batuan A berkedudukan
N150°E/30°SW, sedangkan batuan B berkedudukan N230°E/50°NW.
Ditanyakan kedudukan batuan B di saat batuan A diendapkan.
5 Pada suatu perlapisan batupasir berarah N45°E/60°SE dijumpai struktur flutecast
sebagai indikasi arus purba pada arah N65°E. Tentukan arah orientasi sedimen saat
batupasir mulai terendapkan.

61

Anda mungkin juga menyukai