Anda di halaman 1dari 31

ACARA VI

PROYEKSI STEREOGRAFIS

Proyeksi stereografis merupakan salah satu metode proyeksi di mana bidang


proyeksinya berupa permukaan setengah bola. Biasanya yang dipakai adalah permukaan
setengah bola bagian bawah (lower hemisphere). Dalam acara proyeksi stereografis
akan dibahas empat macam proyeksi, yaitu:
a. Equal angle projection
b. Equal area projection
c. Orthogonal projection
d. Polar projection.

a. Equal Angle Projection


Proyeksi equal angle lebih umum disebut dengan proyeksi stereografis.
Bidang proyeksi adalah bidang horisontal setengah bola yang melalui pusat bola.
Biasanya proyeksi memakai setengah bola bagian bawah (lower hemisphere).
Proyeksi equal angle pada dasarnya memproyeksikan titik-titik pada
permukaan bola ke bidang proyeksi pada satu titik yaitu pada zenith (P) yang
terletak pada sumbu vertikal melalui pusat bola bagian puncak (gambar VIII.1).

Gambar VIII.1. Equal angle projection, menghubungkan titik-titik permukaan bola ke zenith (P).

55
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Pada proyeksi stereografis sebuah bidang dan garis akan memotong


permukaan bola imajiner. Titik/garis potong tersebut dihubungkan dengan zenith
(P) memotong bidang proyeksi (gambar VIII.2). Bidang-bidang yang berjarak sama
(misal 10°) akan digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil proyeksi equal
angle adalah Wulff Net (gambar VIII.3).
Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut stereogram. Pada
stereogram terdapat dua pola lingkaran, yaitu yang membujur N-S disebut
lingkaran besar dan yang melintang E-W disebut lingkaran kecil (gambar VIII.4).

Gambar VIII.2. Proyeksi stereografis sebuah bidang miring (Ragan, 1973).

Gambar VIII.3. Wulff Net, merupakan proyeksi equal angle (Ragan, 1973).

56
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.4. Gambaran tiga dimensi hubungan proyeksi permukaan bola, pembuatan lingkaran
besar dan lingkaran kecil (Badgley, 1957).

b. Equal area projection


Equal area projection adalah proyeksi titik-titik pada permukaan bola pada
bidang proyeksi sedemikian hingga titik-titik pada permukaan bola yang berjarak
sama akan digambarkan pada bidang proyeksi dengan jarak yang sebanding dan
sama (gambar VIII.5). Jadi jarak lingkaran besar sepanjang lingkaran kecil akan
konstan dari pusat ke tepi. Stereogram proyeksi equal area dikenal denqan Schmidt
Net (gambar VIII.6).
Proyeksi equal area ini lebih umum digunakan untuk analisis data statistik,
karena kerapatan hasil ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

Gambar VIII.5. Prinsip Equal area projection. O adalah pusat proyeksi; R adalah jari-jari bola; OB
adalah jejak bidang yang menyudut Φ; X adalah titik proyeksi equal area bidang
tersebut.

57
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.6. Schmidt Net, proyeksi equal area (Ragan, 1973).

c. Orthogonal projection
Dengan proyeksi orthogonal titik-titik pada permukaan bola diproyeksikan
tegak lurus pada bidang proyeksi (gambar VIII.7), sehingga hasilnya kebalikan dari
equal angle projection, yaitu lingkaran besar akan semakin renggang ke arah pusat.
Stereogram dari proyeksi ini dikenal dengan Orthographic Net (gambar VIII.8),
yang digunakan untuk penggambaran blok diagram.

Gambar VIII.7. Orthogonal projection.

58
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.8. Orthographic Net, merupakan orthogonal projection.

d. Polar projection
Dengan proyeksi kutub (polar), baik garis maupun bidang digambarkan
sebagai titik. Bila garis maka proyeksinya adalah proyeksi titik tembus garis
tersebut dengan permukaan bola. Bila yang diproyeksikan bidang, maka
proyeksinya berupa proyeksi titik tembus garis melalui pusat yang tegak lurus
bidang tersebut (gambar VIII.9). Jadi misal ada garis 200,N00E dan bidang
N900E/700 maka proyeksi garis dan bidang tersebut berimpit.

Gambar VIII.9. Proyeksi kutub. (a) proyeksi kutub sebuah garis; (b) proyeksi kutub sebuah bidang.

59
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Stereogram proyeksi kutub dinamakan Polar Net atau Billings Net (gambar
VIII.10). Polar net ini diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila akan
mengembalikan proyeksi kutub yang berupa titik ke dalam bidang (lingkaran besar)
harus digunakan Schmidt Net.

Gambar VIII.10. Polar Net atau Billings Net.

VIII.1. PENGGAMBARAN UNSUR STRUKTUR

A. Penggambaran Garis

Contoh:
Gambarkan garis 300, S420
1. Proyeksi stereografis (lihat gambar VIII.11)
a. Letakkan kertas kalkir di atas stereonet. Buat lingkaran pinggir dan tandai
titik utara, selatan, timur dan barat.
b. Tentukan titik yang mewakili trend dengan menghitung 42 derajat dari S
berlawanan arah jarum jam (ke arah E).
c. Putar kalkir searah jarum jam hingga titik tersebut tepat berada di S.
d. Hitung 30 derajat dari pinggir ke pusat sepanjang diameter N-S. Plot titik
tersebut.
e. Kembalikan kalkir ke posisi semula.

60
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.11. Menggambar garis 300, S420E (Ragan, 1973).

2. Proyeksi kutub
Proyeksi kutub sebuah garis adalah titik tembus garis tersebut dengan
bidang permukaan bola imajiner. Dengan Schmidt net atau Wulff net maupun
Polar net proyeksi garis berupa titik. Trend dihitung pada lingkaran luar,
plunge dihitung dari luar ke pusat.

B. Penggambaran bidang

Contoh:
Gambarkan bidang N300E/400E

1. Proyeksi stereografis (lihat gambar VIII.12)


a. Letakkan kertas kalkir di atas stereonet. Buat lingkaran pinggir dan tandai
titik utara, selatan, timur dan barat.
b. Untuk menentukan jurus hitung 30 derajat searah jarum jam dari utara.
Beri tanda.

61
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

c. Putar kertas kalkir berlawanan arah jarum jam sampai tanda yang dibuat
tepat berada pada titik N dari net, yang berarti memutar sebesar 300
berlawanan arah jarum jam dari posisi semula.
d. Untuk menentukan lingkaran besar yang mewakili bidang yang dimaksud
hitung 40 derajat dari pinggir ke arah pusat net sepanjang diameter E-W.
Telusuri dan buat garis.
e. Kembalikan kertas kalkir ke posisi semula.

Gambar VIII.12. Penggambaran bidang miring N300E/400E (Ragan, 1973). Titik P adalah proyeksi
kutub.

2. Proyeksi kutub

a. Dengan Wulff Net atau Schmidt Net:


Bila lingkaran besar sudah dilukis, tambahkan 90 derajat sepanjang
sumbu E-W. Kembalikan kalkir ke posisi semula. Titik tersebut adalah
proyeksi kutub dari bidang N300E/400E.
b. Dengan Polar Net (Billings Net):
Dengan polar net, jurus N00E diplot pada sisi W (bukan N). Dip dihitung
dari pusat ke tepi. Sedangkan N900E diplot pada N, dst.

62
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

C. Penggambaran garis dan bidang

a. Penggambaran garis pada bidang

Contoh:
Gambarkan garis dengan trend N360W pada bidang N00/450W.
Tentukan rake dan plunge dari garis tersebut.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.13):
1. Penggambaran bidang. Tandai arah jurus pada pinggir net. Hitung 45
derajat dari pinggir ke pusat pada diameter E-W. Telusuri dan buat
lingkaran besarnya.
2. Penggambaran garis. Letakkan kalkir pada posisi semula, putar
kalkir 36 derajat searah jarum jam. Tandai perpotongan sumbu N-S
dengan lingkaran besar bidang yang telah dibuat.
3. Plunge garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang terbaca
pada sumbu N-S dari tepi ke titik tersebut.
4. Putar kalkir sehingga lingkaran besar bidang berimpit lagi dengan
lingkaran besar net. Rake adalah derajat yang terbaca sepanjang
lingkaran besar dari N atau S (yang <900) hingga titik tersebut.

Gambar VIII.13. Rake sebuah garis pada bidang (Ragan, 1973).

63
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

b. Sudut garis dan bidang (mencari apparent dip)

Contoh:
Tentukan kemiringan bidang (apparent dip) dari bidang N500E/500SE
pada arah N800E.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.14):
1. Penggambaran bidang. Putar titik N kertas kalkir 50 derajat
berlawanan jarum jam. Dari titik E hitung 50 derajat sepanjang
sumbu E-W ke pusat. Telusuri dan buat lingkaran besar.
2. Kembalikan ke posisi semula. Tandai N800E pada lingkaran pinggir.
3. Letakkan titik tersebut pada titik E, perhatikan perpotongan diameter
E-W dengan lingkaran besar bidang. Baca dan catat besar sudutnya.

Gambar VIII.14. Sudut antara garis dan bidang (mencari apparent dip) (Ragan, 1973).

c. Penggambaran bidang dari dua garis (true dip dari dua apparent dip)

Contoh:
Tentukan kedudukan bidang dan sudut antara dua garis 28, N560W dan
22, N140E.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.15):

64
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

1. Penggambaran garis.
Garis 1: Putar titik N sebesar 56 derajat searah jarum jam dan
hitung 28 derajat dari N ke pusat sepanjang sumbu N-S. Beri tanda
dan kembalikan.
Garis 2: Putar titik N sebesar 14 derajat berlawanan jarum jam,
hitung 22 derajat dari N sepanjang sumbu N-S. Beri tanda dan
kembalikan.
2. Putar kertas kalkir sedemikian rupa sehingga dua titik tersebut
terletak pada satu lingkaran besar. Telusuri lingkaran besar tersebut.
Lingkaran besar tersebut adalah bidang yang dicari.
3. Sudut antara dua garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang
terbaca sepanjang lingkaran besar antara dua titik. Baca dip bidang
tersebut.
4. Kembalikan ke posisi semula hingga N kalkir dan N net berimpit.
Baca strike bidang. Maka kedudukan bidang N560E/300N.

Gambar VIII.15. Mencari bidang dari dua garis (true dip dari dua apparent dip) (Ragan, 1973).

65
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

d. Perpotongan bidang

1. Garis potong dua bidang

Contoh:
Dua bidang N500E/600SE dan N700W/200S. Tentukan kedudukan
garis potong dua bidang dan rake terhadap kedua bidang.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.16.a):
a. Penggambaran bidang.
Bidang 1: Putar kalkir 50 derajat berlawanan arah jarum jam
dari N. Hitung 60 derajat dari E sepanjang sumbu E-W. Lukis
lingkaran besarnya.
Bidang 2: Putar kalkir 70 derajat searah jarum jam dan hitung
20 derajat dari titik W sepanjang sumbu E-W. Lukis lingkaran
besarnya.
b. Perpotongan kedua lingkaran besar mewakili perpotongan
kedua bidang. Untuk membaca trend hubungkan titik tersebut
dengan pusat, baca sudut lingkaran besar dari N. Untuk
membaca plunge, putar kalkir hingga titik potong berada pada
sumbu N-S. Baca besar sudutnya dari tepi.
c. Untuk membaca rake, putar kalkir sehingga bidang berimpit
dengan N-S. Baca derajat lingkaran kecil dari tepi hingga titik
potong (kurang dari 900). Untuk contoh di atas rake terhadap
bidang pertama 730, terhadap bidang kedua 220.

2. Sudut antara dua bidang

Contoh:
Sama dengan di atas, cari sudut antara dua bidang tersebut.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.16.b):
a. Buat kedua bidang.
b. Sudut antara dua bidang diukur tegak lurus perpotongan
bidang, maka letakkan titik perpotongan bidang pada sumbu E-
W. Tambahkan 90 derajat. Lukis lingkaran besarnya melalui

66
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

titik tersebut. Tandai perpotongan lingkaran besar ini dengan


kedua bidang.
c. Sudut antara dua bidang adalah besar derajat pada lingkaran
besar antara perpotongan bidang 1 dengan lingkaran besar
tersebut dan perpotongan bidang 2 dengan lingkaran besar
tersebut.
Lingkaran besar tersebut dapat diperoleh dengan
menghubungkan proyeksi kutub bidang 1 (P1) dan proyeksi
kutub bidang 2 (P2) dalam satu lingkaran besar (lihat gambar).

Gambar VIII.16. Perpotongan dua bidang (Ragan, 1973). (a) Garis potong dua bidang; (b) sudut antara
dua bidang.

3. Bidang bagi dua bidang

Contoh:
Cari bidang bagi untuk soal di atas.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.17):
a. Buat kedua bidang.
b. Bagi dua kedua strike bidang (dalam contoh N100W), lalu
sejajarkan dengan sumbu N-S.
c. Lukis lingkaran besar melalui perpotongan kedua bidang. Maka
bidang yang dilukis ini adalah proyeksi bidang yang membagi
dua kedua bidang. Baca dip-nya dari tepi pada sumbu E-W.

67
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.17. Bidang bagi.

E. Rotasi Bidang

Rotasi (perputaran) bidang dapat dilakukan dengan tiga cara:


1. Perputaran dengan sumbu putar horisontal
2. Perputaran dengan sumbu putar vertikal
3. Perputaran dengan sumbu putar miring.

a. Perputaran dengan sumbu putar horisontal


Perputaran dengan sumbu putar horisontal pada stereonet akan terlihat
bahwa pergerakan bidang akan mengikuti lingkaran kecil (lihat gambar
VIII.18). Perputaran horisontal tidak merubah jurus dari bidang. Bila jurus
bidang yang diputar tidak sejajar sumbu putar, maka bidang hasil putarannya
diperoleh dengan menelusuri lingkaran kecil sebesar sudut putar. Kemudian
hubungkan titik-titik tersebut. Atau dengan cara yang lebih mudah, setelah
bidang dibuat, pilih dua titik sembarang, telusuri sepanjang lingkaran kecil
yang dilalui titik tersebut sebesar dan searah sudut putar. Melalui dua titik baru
tersebut buat lingkaran besar. Maka bidang yang sudah diputar diperoleh.

68
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.18. Putaran bidang dengan sumbu putar horisontal (Ragan, 1973).

b. Perputaran dengan sumbu putar vertikal


Perputaran dengan sumbu vertikal paling mudah dilihat pada stereonet,
karena sumbu putar berada pada pusat net. Perputaran ini tidak merubah besar
kemiringan bidang, hanya merubah jurusnya (lihat gambar VIII.19).

Gambar VIII.19. Putaran bidang sumbu vertikal (Ragan, 1973).

c. Perputaran dengan sumbu putar miring

Contoh:
Putar bidang N830E/220S sebesar 80 derajat searah jarum jam dengan
sumbu putar 300, N420E.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.20):

69
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

1. Plot sumbu putar R, dan proyeksi kutub bidang (titik P).


2. Lukis proyeksi bidang tegak lurus R, dengan menambahkan 90
derajat dari titik R pada sumbu E-W, lalu buat lingkaran besar.
3. Lukis lingkaran besar yang melalui P dan R hingga memotong
lingkaran besar bidang tegak lurus garis R di L. Baca besar sudut
antara P dan R (terbaca 460).
4. Karena P diputar terhadap R, maka L akan terputar sepanjang
lingkaran besar bidang tegak lurus R. Kedudukan akhir L (di L’)
adalah memutar 80 derajat (25+55) dari L searah jarum jam,
sedangkan P ke P’. Jarak RP’ = 410 (35+6).
5. P’ adalah proyeksi kutub bidang yang sudah diputar. Untuk melukis
bidangnya, letakkan titik P’ pada arah E-W, tambahkan 90 derajat,
tandai titik tersebut. Buat lingkaran besar yang melalui titik tersebut.
Baca kedudukannya.

Gambar VIII.20. Putaran bidang dengan sumbu putar miring (Ragan, 1973).

VIII.2. ANALISIS KEKAR

Dengan proyeksi stereografis analisis kekar akan lebih teliti, karena kemiringan
kekar ikut diperhitungkan, tidak seperti halnya pada analisis kekar dengan histogram
maupun roset. Dengan analisis kontur ini dapat ditafsirkan gaya utama pembentuk
kekar, gaya menengah dan gaya terkecil yang saling tegak lurus (baca kembali bab
Acara VI. Analisis Kekar). Perlu diingat bahwa arah gaya utama membagi dua sudut

70
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

lancip yang dibentuk kekar gerus. Bila hanya diketahui satu arah kekar gerus maka kita
harus tahu sudut gesek dalam batuan (a) yang biasanya kurang dari 450. Bila tidak
diketahui pakai teoritis a = 300. Atau asumsi gaya utama tegak lurus sumbu lipatan atau
jurus lapisan batuan (dari model Moody dan Hill, 1956).

A. Diagram Kontur

Misalkan terdapat data pengukuran kekar gerus sebanyak 50 pengukuran.


Maka pembuatan diagram kontur sebagai berikut:
a. Buat proyeksi kutub masing-masing data kekar (jadi ada 50 titik plotting) di
atas kalkir menggunakan Polar Net.
b. Pindahkan hasil plotting kekar tersebut di atas Kalsbeek Net (gambar
VIII.21.a.). Hitung densitas tiap segi enam atau lingkaran (gambar VIII.21.b).
Untuk lingkaran atau segi enam pada tepi harus dijumlahkan dengan yang
berseberangan (gambar VIII.21b; yang B dan C).
c. Hubungkan titik-titik dengan densitas yang sama. Beri keterangan prosentase
masing-masing kontur (dengan pensil warna atau simbol), lihat gambar
VIII.22.a dan b).
d. Tentukan maksima (prosentase terbesar). Untuk membacanya kembalikan ke
atas Polar Net. Baca kedudukannya. Hati-hati membaca Polar Net berbeda
dengan Schmidt Net atau Wulff Net. Maka hasil pembacaan tersebut adalah arah
umum pola kekar. Bila kekar gerus berpasangan biasanya ada dua maksima.

B. Interpretasi Gaya Pembentuk Kekar

Dalam interpretasi gaya ini akan dicari gaya maksimum (α1), gaya menengah
(α2) dan gaya terkecil (α3). α1 membagi dua sudut lancip, α2 merupakan
perpotongan dua kekar yang berpasangan, sedangkan α3 membagi dua sudut
tumpul. α1 dan α3 terletak pada satu bidang yang tegak lurus perpotongan kekar
(α2).

Contoh:
Misalkan diketahui pengukuran kekar dengan maksima N300E/750 dan
N1100E/800. Tentukan α1, α2 dan α3.

71
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.21. Plotting data kekar. (a) Kalsbeek Net; (b) Penghitungan densitas.

Gambar VIII.22. Pengkonturan. (a) Penghitungan densitas dari 50 data pengukuran; (b) pembuatan
kontur.

Penyelesaian:
1. Buat proyeksi bidang dari kedua maksima. Caranya meletakkan titik
maksima pada sumbu E-W. Tambahkan 900, lukis lingkaran besarnya.
2. Kedua lingkaran besar berpotongan di α2. Baca kedudukannya (..., N...E).
3. Letakkan α2 pada sumbu E-W, tambahkan 900, buat lingkaran besarnya.
Ini adalah bidang α1α3.
4. Bidang α1α3 memotong kedua bidang kekar. Bagi dua lingkaran besar
antara kedua perpotongan tersebut. Bila >900 maka titik tengah antara
kedua perpotongan merupakan letak α3, bila kurang dari 900 merupakan

72
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

α1. Maka α3 (bila sudut lancip), berada 90 derajat dihitung dari α1


sepanjang lingkaran besar α1α3. Baca kedudukan α1 dan α3.

Gambar VIII.23. Penentuan arah-arah gaya berdasarkan kekar gerus.

VIII.3. ANALISIS SESAR

A. Pergerakan Sesar

Dengan proyeksi stereografis dapat menafsirkan pergerakan sesar dan


membantu penyelesaian analisis kekar cara proyeksi orthogonal. Dengan proyeksi
stereografis dapat mencari secara cepat rake dari garis potong perlapisan atau urat
pada bidang sesar.

Contoh 1:
Sesar N900E/400 memotong dan menggeser lapisan batubara N300W/350NE
dan urat N2100E/600. Posisi tersingkapnya lapisan batubara dan urat lihat
gambar VIII.24.
Pertanyaan:
a. Buat rekonstruksi dengan cara gabungan stereografis dan orthogonal.
b. Tentukan net slip dan rake.
Penyelesaian:
1. Buat bidang sesar pada stereonet.

73
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

2. Buat pula bidang lapisan batubara dan urat. Tentukan perpotongan sesar
dengan batubara (B) dan sesar dengan urat (U) (gambar VIII.25).
3. Sejajarkan kembali jurus sesar dengan sumbu N-S. Rake batubara adalah
busur NB (α), rake urat adalah busur SU (β).
4. Gambarkan letak tersingkapnya urat dan batubara.
5. Plotkan rake pada kedua blok, cari perpotongannya.
6. Hubungkan titik perpotongan dari kedua blok, maka diperoleh net slip
(gambar VIII.26).

Gambar VIII.24. Kedudukan setelah tersesarkan.

Gambar VIII.25. Plot bidang dalam stereogram.

74
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.26. Pencarian net slip dengan proyeksi ortogonal.

Contoh 2:
Sesar kedudukan N250E/400NW. Pada foot wall dijumpai microfold
dengan kedudukan lihat diagram kontur (gambar VIII.27).

Pertanyaan:
Tentukan arah pergeseran sesar dan nama sesar.

Penyelesaian:
Microfolds merupakan struktur penyerta dari sesar. Beberapa struktur
mikro lain antara lain gash fracture, shear fracture, step gash fracture, step
shear fracture, lineasi, dll. Hubungan antara pergerakan sesar dengan struktur
tersebut lihat gambar VIII.28.
Adapun cara penyelesaian sebagai berikut (lihat gambar VIII.29).
1. Buat proyeksi bidang sesar dan sumbu lipatan. Cari perpotongannya.
2. Tambahkan 90 derajat sepanjang lingkaran besar sesar. Maka titik
tersebut adalah net slip.
3. Arah pergerakan sesar menyudut tumpul dengan sumbu microfolds,
sehingga blok hanging wall bergeser ke selatan.
4. Dip sesar <450, blok kiri mendekati pengamat, sehingga nama sesar
thrust sinistral fault.

75
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.27. Diagram kontur pengukuran sumbu microfolds.

Gambar VIII.28. Hubungan pergerakan sesar dengan struktur penyerta.

Gambar VIII.29. Hasil analisis pergerakan sesar dari microfolds.

76
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Contoh 3:
Diketahui arah breksi sesar N450E. Data pengukuran gash fracture dan shear
fracture lihat gambar VIII.30a.
Pertanyaan:
Tentukan kedudukan bidang sesar dan pergerakan sesar, serta nama sesar.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.30b):
1. Buat bidang gash fracture dan shear fracture. Cari perpotongannya.
2. Bidang sesar mempunyai jurus searah dengan bearing breksiasi, maka
putar kalkir 45 derajat berlawanan arah jarum jam. Buat lingkaran besar
melalui titik potong lingkaran besar gash fracture dan shear fracture.
Maka bidang tersebut adalah bidang sesar.
3. Karena dip sesar >450 maka disebut sesar normal. Blok kanan bergerak
mendekati pengamat maka sesar dekstral, sehingga sesar dinamakan
normal sinistral fault.

Gambar VIII.30. (a) Diagram kontur pengukuran gash fracture (A) dan shear fracture (B);
(b) Penyelesaian sesar diketahui breksi sesar, shear fracture dan gash fracture.

B. Gaya Pembentuk Sesar

Interpretasi gaya pembentuk sesar seperti halnya pada analisis kekar. Jadi
yang dicari adalah α1, α2 dan α3, di samping pergerakan sesar dan nama sesar.

77
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Contoh 4:
Diketahui dua sesar konjugate yang berpasangan masing-masing
N300E/700NW dan N200W/600NE.
Pertanyaan:
Tentukan net slip, α1, α2 dan α3, serta sudut gesekan dalam batuan (α).
Penyelesaian (lihat gambar VIII.31):
1. Plot kedua bidang sesar pada kertas kalkir. Tentukan perpotongan kedua
bidang (α2).
2. Letakkan α2 pada sumbu E-W tambahkan 90 derajat dari α2, buat
lingkaran besarnya (dinamakan bidang α1α3).
3. Tentukan perpotongan kedua sesar dengan bidang α1α3. Titik potong
tersebut adalah net slip (ada dua net slip).
4. Bagi dua sudut antar net slip (diperoleh α1 bila sudut lancip). Tambahkan
90 derajat sepanjang lingkaran besar dari α1, diperoleh α3.
5. Sudut gesekan dalam (α) adalah sudut antara α1 dan net slip (kurang dari
450).

Gambar VIII.31. Arah gaya pembentuk sesar, diketahui dua sesar konjugate.

Contoh 5:
Diketahui sesar sinistral kedudukan N300E/450NW. Pada bidang sesar
terdapat striasi (gores-garis) dengan arah N150E.
Pertanyaan:
Tentukan gaya-gaya yang bekerja.

78
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Penyelesaian (lihat gambar VIII.32):


1. Plot bidang sesar dan garis (diperoleh titik).
2. Dari titik tersebut tambahkan 90 derajat sepanjang lingkaran besar sesar,
diperoleh α2.
3. Letakkan α2 pada sumbu E-W, tambah 90 derajat, lukis lingkaran besar
(bidang α1α3).
4. Karena sesar sinistral, tambahkan 30 derajat (sudut gesek dalam teoritis)
ke kiri dari perpotongan bidang sesar dan bidang α1α3 sepanjang
lingkaran besar α1α3 diperoleh α1. Letak α3 berada 90 derajat dari α1
sepanjang lingkaran besar α1α3.

Gambar VIII.32. Arah gaya pembentuk sesar, diketahui satu bidang sesar dan striasi.

C. Sesar Rotasi

Contoh 6:
Sesar rotasi kedudukan N50E/350 memutar lapisan batupasir yang dijumpai
pada blok barat dengan kedudukan N3000E/450. Sudut rotasi 30 derajat
berlawanan jarum jam.
Pertanyaan:
Tentukan kedudukan batupasir pada blok timur.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.33):
1. Plot bidang sesar dan poros sesar (tegak lurus bidang sesar) dengan
menambah 90 derajat dari bidang sesar di S.
2. Plot proyeksi kutub lapisan batupasir di P.

79
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

3. Hubungkan S dan P dalam satu lingkaran besar. Hitung sudut SP. Busur
SP memotong bidang sesar di Q.
4. Putar Q berlawanan jarum jam 30 derajat ke L’. Buat lingkaran besar
melalui L’ dan S. Hitung dari S ke arah L’ sebesar sudut SP. Beri tanda
P’.
5. P’ adalah proyeksi kutub bidang yang telah diputar. Letakkan P’ pada
sumbu E-W. Tambahkan 90 derajat dan buat lingkaran besarnya. Baca
kedudukan bidang tersebut. Maka bidang tersebut adalah kedudukan
bidang pada blok timur.

Gambar VIII.33. Sesar rotasi. Mencari kedudukan lapisan yang terputar sesar rotasi.

VIII.4. LIPATAN

Dengan menggunakan proyeksi stereografis dapat digunakan untuk


merekonstruksi kedudukan sumbu lipatan maupun bidang sumbu (axial plane).

A. Diagram β (beta) dan Diagram S-pole

Baik diagram β maupun S-pole keduanya dapat digunakan untuk menentukan


kedudukan sumbu lipatan silindris, yaitu setelah diketahui kedudukan lapisan dari
kedua sayap lipatan tersebut.
Contoh:
Diketahui data pengukuran sayap lipatan sebagai berikut:

80
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

N2640E/150 N350E/360
N2440E/460 N400E/480
N2460E/310 N200E/220
Pertanyaan:
Tentukan kedudukan sumbu lipatannya dengan diagram β dan S-pole.
Penyelesaian:
a. Dengan diagram β (lihat gambar VIII.34a):
Buat proyeksi masing-masing kedudukan sayap lipatan. Semua
kedudukan akan berpotongan pada satu titik di β, yang disebut dengan β-
axis. Maka titik tersebut merupakan proyeksi sumbu lipatan.
b. Dengan diagram S-pole (disebut pula diagram pi) (lihat gambar
VIII.34b):
Gambar proyeksi kutub dari masing-masing bidang sayap lipatan
sebagai titik. Melalui titik-titik tersebut buat lingkaran besar (disebut Pi-
circle). Kutub dari Pi-circle merupakan β-axis, jadi sebagai sumbu
lipatan.

Gambar VIII.34. Plot stereografis dari kedudukan lipatan silinder. (a) Diagram β, (b) diagram S-pole.

81
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

B. Penentuan Sumbu dan Bidang Sumbu Lipatan

Pengenalan lipatan dari peta pada gambar VIII.35a menunjukkan antiklin


menunjam dengan beberapa data pengukuran sayapnya. Sumbu lipatan ditarik
secara langsung dari pola singkapan bidang sumbu AA sebagai arah jurusnya.
Hasil pengukuran kedudukan sayap diplot pada stereographic net sebagai
proyeksi kutub (pole). Melalui titik-titik tersebut dibuat lingkaran besar (Pi-circle).
Dengan demikian maka dapat ditentukan kedudukan sumbunya, yaitu proyeksi
kutub dari Pi-circle, sehingga hinge line dapat dibaca (gambar VIII. 35b).
Bidang sumbu lipatan dicari dengan mengeplot arah garis AA pada stereonet.
Impitkan AA pada sumbu N-S, buat lingkaran besar melalui β, maka bidang sumbu
lipatan dapat dibaca. Dengan mengetahui kedudukan hinge line dan hinge surface
dapat diketahui jenis lipatannya.
Hasil pengukuran sayap lipatan kadang-kadang sulit dibuat garis AA, karena
banyaknya data pengukuran, luas daerah penelitian, plotting letak, dll. sehingga
sering dilakukan contouring kedudukan sumbu lipatan. Bidang sumbu lipatan
adalah bidang bagi dari kedua bidang sayap.

Gambar VIII.35. Penentuan sumbu dan bidang sumbu lipatan. (a) Peta lipatan rebah, (b) plot
stereografis penentuan sumbu dan bidang sumbu lipatan.

82
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

VIII.5. KETIDAKSELARASAN

Dengan proyeksi stereografis dapat digunakan untuk membantu mengetahui


kedudukan lapisan batuan yang dipisahkan oleh bidang ketidakselarasan, terutama
ketidakselarasan menyudut. Prinsipnya adalah dengan membuat lapisan di atas bidang
ketidakselarasan menjadi horisontal, sehingga lapisan di bawah ketidakselarasan
terputar pula.

Contoh:
Suatu lapisan batulempung terletak di atas ketidakselarasan menyudut
mempunyai kedudukan N200E/200W. Perlapisan batupasir yang terletak di bawah
ketidakselarasan mempunyai kedudukan N720W/210S.
Pertanyaan:
Tentukan kedudukan lapisan batupasir ketika batulempung diendapkan.
Penyelesaian (lihat gambar VIII.36):
1. Plot kutub bidang perlapisan batupasir P, kemudian bidang perlapisan
batulempung sebagai lingkaran besar (plane-1).
2. Dengan plane-1 tetap pada posisi plotting, putarlah bidang, berarti jurus
bidang pada sumbu N-S. Untuk menghorisontalkan plane-1, putarlah 20
derajat searah jarum jam, sehingga P ikut bergerak sepanjang lingkaran kecil
pada arah dan jarak yang sama ke P’.
3. Dari kedudukan kutub yang baru (P’) lingkaran besar yang mewakili
perlapisan batupasir dapat digambarkan (plane-2).
4. Kedudukan batupasir pada saat batulempung diendapkan adalah N670E/300S.

Gambar VIII.36. Mencari kedudukan awal lapisan batupasir (Ragan, 1973).

83
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar VIII.37. Perselingan batupasir dan batulanau yang terdeformasi pada zona Sesar Cacaban,
Karangsambung, Jawa Tengah.

Gambar VIII.38. Kontak struktural berupa sesar geser antara dua unit batuan berumur Pra-Tersier
(kanan) dan Paleogen (kiri), Kotopanjang, Riau.

84
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM

Anda mungkin juga menyukai