Anda di halaman 1dari 17

MATA ACARA IV

PROYEKSI STEREOGRAFIS

BJ Habibie, pernah berkata, “punya mental itu seperti sepeda” yaitu kalau
berhenti mengayuh pasti jatuh, artinya anak muda yang berhenti mencari dan
berkerja berarti dia jatuh atau mati. BJ Habibie contoh isinyur yang mengispirasi
bangsanya, insiyur yang membangun negaranya. Kita adalah insiyur, kalau ada
contoh isinyur yang sangat patut jadi teladan ialah BJ Habibie.

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat mengunakan proyeksi stereografis dalam analisis deskriptif
problema struktur geologi;
2. Praktikan dapat memahami pengunaan Wulff Net dan Scmidht Net dalam
analisis deskriptif problema struktur geologi.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Mistar 30 cm
2. Busur 360°
3. Papan standard an penjepit kertas
4. Alat Tulis Menulis (terutama drawing pen)
5. Kertas kalkir minimal 10 lembar
6. Polar net
7. Schmidt net
8. Wulff net
9. Kalbseek net
10. Jangka

Note : semua proyeksi streografis harus sama besar diameter lingkarannya (polar
net, Schmidt net, wulff net dan kalsbeek net).
III. TEORI PENGANTAR

Proyeksi stereografi merupakan cara pendekatan deskripsi geometri yang


efisien untuk menggambarkan hubungan sudut antara garis dan bidang secara
langsung. Pada proyeksi stereografi, unsur struktur geologi digambarkan dan
dibatasi didalam suatu permukaan bola (sphere). Biasanya yang dipakai adalah
permukaan setengah bola bagian bawah (lower hemisphere) (Ragan, 1973).
Dalam acara proyeksi stereografis akan dibahas empat macam proyeksi,
yaitu:
a. Equal angle projection
b. Equal area projection
c. Orthogonal projection
d. Polar projection.

A. Equal angle projection


Proyeksi equal angle lebih umum disebut dengan proyeksi stereografis.
Proyeksi equal angle pada dasarnya memproyeksikan titik-titik pada permukaan
bola ke bidang proyeksi pada satu titik yaitu pada zenith (P) yang terletak pada
sumbu vertikal melalui pusat bola bagian puncak (Gambar 1) (Ragan, 1973).
Gambar 1. Equal angle projection, menghubungkan titik-titik permukaan bola ke zenith (P)

Pada proyeksi stereografis sebuah bidang dan garis akan memotong


permukaan bola imajiner. Titik/garis potong tersebut dihubungkan dengan zenith
(P) memotong bidang proyeksi (gambar 2). Bidang-bidang yang berjarak sama
(misal 10°) akan digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil proyeksi equal
angle adalah Wulff Net (gambar 3).
Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut stereogram. Pada
stereogram terdapat dua pola lingkaran, yaitu yang membujur N-S disebut
lingkaran besar dan yang melintang E-W disebut lingkaran kecil (gambar 4) (Ragan,
1973).
Gambar 2. Proyeksi stereografis sebuah bidang miring (Ragan, 1973).

Gambar 3. Wulff Net, merupakan proyeksi equal angle (Ragan, 1973).


Gambar 4. Gambaran tiga dimensi hubungan proyeksi permukaan bola,
pembuatan lingkaran besar dan lingkaran kecil (Badgley, 1957).

B. Equal area projection


Equal area projection adalah proyeksi titik-titik pada permukaan bola
bidang proyeksi hingga titik-titik pada permukaan bola yang berjarak sama akan
digambarkan pada bidang proyeksi dengan jarak yang sebanding dan sama.
Proyeksi equal area ini lebih umum digunakan untuk analisis data statistik, karena
kerapatan hasil ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Stereogram
proyeksi equal area dikenal denqan Schmidt Net (gambar 5) (Ragan, 1973).
Gambar 5. Schmidt Net, proyeksi equal area (Ragan, 1973).

C. Orthogonal projection

Dengan proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola diproyeksikan tegak


lurus pada bidang proyeksi sehingga hasilnya kebalikan dari equal angle projection,
yaitu lingkaran besar akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram dari proyeksi
ortogonal disebut sebagai Orthographic Net. (Ragan, 1973).

D. Polar projection

Dengan proyeksi kutub (polar), baik garis maupun bidang digambarkan sebagai
titik. Bila garis maka proyeksinya adalah proyeksi titik tembus garis tersebut dengan
permukaan bola. Bila yang diproyeksikan bidang, maka proyeksinya berupa proyeksi
titik tembus garis melalui pusat yang tegak lurus bidang tersebut (gambar 6).
Stereogram proyeksi kutub dinamakan Polar Net atau Billings Net (gambar 7).
Polar net ini diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila akan
mengembalikan proyeksi kutub yang berupa titik ke dalam bidang (lingkaran besar)
harus digunakan Schmidt Net (Ragan, 1973).
Gambar 6. Proyeksi kutub. (a) proyeksi kutub sebuah garis; (b) proyeksi kutub
sebuah bidang.

Gambar 7. Polar Net atau Billings Net.


IV. PENGGAMBARAN UNSUR STRUKTUR

A. Penggambaran Garis
Contoh: Gambarkan garis 30°, S42°

1. Proyeksi stereografis
a. Letakkan kertas kalkir di atas stereonet. Buat lingkaran pinggir dan tandai
titik utara, selatan, timur dan barat.
b. Tentukan titik yang mewakili trend dengan menghitung 42 derajat dari S
berlawanan arah jarum jam (ke arah E).
c. Putar kalkir searah jarum jam hingga titik tersebut tepat berada di S.
d. Hitung 30 derajat dari pinggir ke pusat sepanjang diameter N-S. Plot titik
tersebut.
e. Kembalikan kalkir ke posisi semula.

Gambar 8. Menggambar garis 30°, S 42°E (Ragan, 1973).


2. Proyeksi kutub
Proyeksi kutub sebuah garis adalah titik tembus garis tersebut dengan bidang
permukaan bola imajiner. Dengan Schmidt net atau Wulff net maupu Polar net proyeksi
garis berupa titik. Trend dihitung pada lingkaran luar, plunge dihitung dari luar ke pusat
(Ragan, 1973).

B. Penggambaran bidang
Contoh: Gambarkan bidang N30°E/40°E
1. Proyeksi stereografis
a. Letakkan kertas kalkir di atas stereonet. Buat lingkaran pinggir dan tandai
titik utara, selatan, timur dan barat.
b. Untuk menentukan jurus hitung 30 derajat searah jarum jam diutara. Beri
tanda.
c. Putar kertas kalkir berlawanan arah jarum jam sampai tanda yang dibuat tepat
berada pada titik N dari net, yang berarti memutar sebesar 30° berlawanan
arah jarum jam dari posisi semula.
d. Untuk menentukan lingkaran besar yang mewakili bidang yang dimaksud
hitung 40 derajat dari pinggir ke arah pusat net sepanjang diameter E-W.
Telusuri dan buat garis.
e. Kembalikan kertas kalkir ke posisi semula.
Gambar 9. Penggambaran bidang miring N300E/400E (Ragan, 1973). Titik P adalah
proyeksi kutub.

2. Proyeksi kutub

a. Dengan Wulff Net atau Schmidt Net


Bila lingkaran besar sudah dilukis, tambahkan 90 derajat sepanjang sumbu
E-W. Kembalikan kalkir ke posisi semula. Titik tersebut adalah proyeksi kutub dari
bidang N30°E/40°E.
b. Dengan Polar Net (Billings Net):
Dengan polar net, jurus N 0°E diplot pada sisi W (bukan N). Dip dihitung
dari pusat ke tepi. Sedangkan N90°E diplot pada N, dst.

C. Penggambaran garis dan bidang


1. Penggambaran garis pada bidang
Contoh: Gambarkan garis dengan trend N 36° W pada bidang N 0°/45°W. T
Tentukan rake dan plunge dari garis tersebut.
a. Penggambaran bidang. Tandai arah jurus pada pinggir net. Hitung 45
derajat dari pinggir ke pusat pada diameter E-W. Telusuri dan buat
lingkaran besarnya.
b. Penggambaran garis. Letakkan kalkir pada posisi semula, putar kalkir 36
derajat searah jarum jam. Tandai perpotongan sumbu N-S dengan
lingkaran besar bidang yang telah dibuat.
c. Plunge garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang terbaca pada
sumbu N-S dari tepi ke titik tersebut.
d. Putar kalkir sehingga lingkaran besar bidang berimpit lagi dengan lingkaran
besar net. Rake adalah derajat yang terbaca sepanjang lingkaran besar dari

N atau S (yang <90°) hingga titik tersebut.

Gambar 10. Rake sebuah garis pada bidang (Ragan, 1973).

2. Sudut garis dan bidang (mencari apparent dip)


Contoh: Tentukan kemiringan bidang (apparent dip) dari bidang N50°E/50°SE
pada arah N 80°E.
a. Penggambaran bidang. Putar titik N kertas kalkir 50 derajat berlawanan
jarum jam. Dari titik E hitung 50 derajat sepanjang sumbu E-W ke pusat.
Telusuri dan buat lingkaran besar.
b. Kembalikan ke posisi semula. Tandai N800E pada lingkaran pinggir.
c. Letakkan titik tersebut pada titik E, perhatikan perpotongan diameter E-W
dengan lingkaran besar bidang. Baca dan catat besar sudutnya.

Gambar 11. Sudut antara garis dan bidang (mencari apparent dip) (Ragan, 1973).

3. Penggambaran bidang dari dua garis (true dip dari dua apparent dip)
Contoh: Tentukan kedudukan bidang dan sudut antara dua garis 28, N56°W dan
22, N 14°E.
a. Penggambaran garis.
Garis 1: Putar titik N sebesar 56 derajat searah jarum jam dan hitung
28 derajat dari N ke pusat sepanjang sumbu N-S. Beri tanda dan
kembalikan. Garis 2: Putar titik N sebesar 14 derajat berlawanan jarum jam,
hitung 22 derajat dari N sepanjang sumbu N-S. Beri tanda dan kembalikan.
b. Putar kertas kalkir sedemikian rupa sehingga dua titik tersebut terletak pada
satu lingkaran besar. Telusuri lingkaran besar tersebut. Lingkaran besar
tersebut adalah bidang yang dicari.
c. Sudut antara dua garis tersebut adalah derajat lingkaran kecil yang terbaca
sepanjang lingkaran besar antara dua titik. Baca dip bidang tersebut.
d. Kembalikan ke posisi semula hingga N kalkir dan N net berimpit. Baca
strike bidang. Maka kedudukan bidang N56°E/30°N.

Gambar 12. Mencari bidang dari dua garis (true dip dari dua apparent dip) (Ragan,
1973).
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel Victor (2013) Panduan Geologi Struktur TGL FT Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Ragan, D.M (1973) Structural Geology: An Introduction to Geometrical Techniques, 2 nd
ed. John Wiley & Sons, New York, 201 pp.
Langkah Kerja Proyeksi Stereografis

A. Menentukan Kedudukan dan Pitch


1. Pertama-tama siapkan kertas kalkir A4, pensil mekanik, mistar, busur 360°,
jangka dan Schmidt Net.
2. Buatlah lingkaran menggunakan jangka untuk menimpe Schmidt Net pada kertas
kalkir ukuran A4.
3. Lalu masukkan arah trend dan kedudukan bidang pada kertas kalkir yang telah di
tentukan menggunakan metode yang telah di ajarkan.
4. Setelah menentukan arah, utarakan arah dari kedudukan bidang lalu hitunglah
dip dari arah timur.
5. Setelah menentukan dip dari arah timur selanjutnya buatlah garis yang mengikuti
garis dari Schmidt Net dan tarik garis lurus dari kedudukan bidang.
6. Setelah itu tarik garis dari trend ke titik tengah garis kedudukan bidang .
7. Kemudian tentukan dip semunya dengan metode yang di ajarkan.

B. Menentukan Dip semu dan Pole


1. Pertama-tama siapkan kertas kalkir A4, pensil mekanik, mistar, busur 360°,
jangka dan Schmidt Net.
2. Buatlah lingkaran menggunakan jangkar untuk menimpe Schmidt Net pada kertas
kalkir ukuran A4.
3. Lalu masukkan arah kedudukan bidang pada kertas kalkir yang telah di tentukan
menggunakan metode yang telah di ajarkan.
4. Setelah menentukan arah, utarakan arah dari kedudukan bidang lalu hitunglah
dip dari arah timur.
5. Setelah itu tambahkan 90 derajat pada dip yang di hitung dari arah timur untuk
menentukan pole.
6. Selanjutnya buat lah garis yang mengikuti garis dari Schmidt Net pada dip yang
belum ditambahkan lalu tarik garis lurus pada kedudukan bidang yang di
utarakan
7. kemudian tarik garis dari titik arah ke titik tengah dari kedudukan bidang.

Anda mungkin juga menyukai