MINERAL OPTIK
Disusun Oleh :
Bella Pratiwi
21100117130045
SEMARANG
OKTOBER 2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas laporan praktikum mata kuliah Mineral Optik acara Sifat Optik
Mineral Dalam Batuan Beku Fragmental yang disusun oleh Bella Pratiwi telah
disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Sebagai tugas laporan praktikum Mineral Optik.
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Mengetahui sifat-sifat optik mineral dalam Batuan Beku
Fragmental.
Mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui
nikol sejajar dan nikol bersilang.
Mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral
yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.2 Tujuan
Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral.
Dapat mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral
melalui nikol sejajar dan nikol bersilang.
Dapat mendeskripsikan sifat-sifat optik mineral dalam Batuan
Beku Non Fragmental berdasarkan atas aspek-aspek deskripsinya.
Dapat memberi penamaan mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik
mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
Dapat menginterpretasikan proses pembentukan dari sifat optic
mineral.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum mineral optik dengan acara Sifat Optik Mineral dalam
Batuan Beku Fragmental dilakukan pengamatan sayatan pada :
Hari, tanggal : Kamis, 27 September 2018
Waktu : 18.30 WIB-Selesai
Tempat : Laboratorium Sumberdaya Mineral dan
Batubara Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi
Universitas Diponegoro.
5
BAB II
HASIL DESKRIPSI
2.1 Kode Preparat 26
Deskripsi Lithic :
Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : coklat kehitaman
Ukuran (size) : 3 mm
Relief : tinggi
Pleokroisme (pleocroism) : tidak ada
Komponen tambahan Nikol Bersilang (XPL)
Kembaran (twinning) : albite
Sudut Kembaran : 47°
TRO (Tanda Rentang Optik) : addisi (+)
WI (Warna Interferensi) : biru orde 2 dan jingga orde 3
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa
Penjelasan: Kenampakan sayatan preparat kode 26 ini diamati dengan mikroskop polarisator berupa nikol
sejajar atau PPL, yaitu berupa kenampakan warna coklat kehitaman, dengan ukuran perbesaran 4 kali
sehingga mineral tersebut berukuran 4 mm, dengan relief atau batas bidang mineral tinggi, Apabila meja
objek diputar mineral ini tidak menunjukan adanya perubahan warna sehingga mineral ini tergolong dalam
mineral yang tidak memiliki pleokroisme. Pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk
mengamati sifat optis mineral atau XPL yaitu warna interferensi biru pink orde 2 dan biru pink jingga orde
6
1 dengan tanda rentang optis positif (addisi), terdapat kembaran berupa hitam putih atau albit dnegan
sudut 42°. Sehingga nama mineral kode 26 ini adalah litic (komposisi).
Nama Mineral : Litic
Penjelasan: Kenampakan sayatan preparat kode BP-02 ini diamati dengan mikroskop polarisator
berupa nikol sejajar atau PPL, yaitu berupa kenampakan warna colorless, Pengamatan polarisasi
bersilang perlu dilakukan untuk mengamati sifat optis mineral pada XPL sayatan ini berwarna hitam
sedangkan pada baji kuarsa atau warna interferensi berwarna pink. sehingga nama mineral pada kode
BP-02 ini adalah Vitric (komposisi),
Nama Mineral : Vitric
7
Belahan (cleavage) :-
Pecahan (fracture) : ada
Inklusi (inclusion) :-
Relief : sedang
Pleokroisme (pleocroism) :-
Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) :-
Sudut Gelapan :-
Kembaran (twinning) : 43°
Sudut Kembaran :-
TRO (Tanda Rentang Optik) : addisi (+)
WI (Warna Interferensi) : biru jingga orde 1, pink orde 3
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa
Penjelasan: kenampakan sayatan preparat kode STA 30 ini diamati dengan mikroskop polarisator
berupa nikol sejajar atau PPL, yaitu berupa kenampakan warna colorless, dengan pengukuran yang
absolute yaitu perbesaran 4 kali sehingga mineral tersebut berukuran 3 mm, dengan bentuk yang
diamati secara dua dimensi dimana bentuk ini dibatasi sebagian oleh Kristal itu sendiri atau subhedral
prismatikdimana bentuk tampak sejajar , tidak terdapaat belahan namun terdapat pecahan karena garis-
garis yang tidak teratur, tidsk terdapat pengotor atau inklusi disekitar mineral tersebut, dengan relief
sedang, Apabila meja objek diputar mineral ini tidak menunjukan adanya perubahan warna sehingga
mineral ini tergolong dalam mineral yang tidak memiliki pleokroisme. Pengamatan polarisasi bersilang
perlu dilakukan untuk mengamati sifat optis mineral yaitu warna interferensi berwarna berypa biru
jingga orde 1 dan pink orde 3, kembaran berupa hitam putih atau albit, dengan sudut kembaran 43°,
8
tidak terdapat gelapan dan sudut gelapan, dan tanda rentang optis + (addisi). Mineral yang diamati
terbentuk dari penurunan suhu magma yang bersifat intermediet. Sebelum membentuk mineral magma
mengalami proses diferensiasi yang berupa fraksinasi, crystal settling selanjutnya crystal floatation.
Tahapan diferensiasi magma terhenti ketika magma mengalami liquid immisibility. Umumnya mineral
ini terbentuk pada suhu 900°𝐶. Mineral ini dapat ditemukan pada batuan beku non fragmental seperti
andesit. mineral tersebut dapat tersingkap atau ditemukan pada daerah island arc, back arc basin, dan
zona hotspot samudra.
9
Mineral yang diamati
Penjelasan: kenampakan sayatan preparat kode BS-04 ini diamati dengan mikroskop polarisator
berupa nikol sejajar atau PPL, yaitu berupa kenampakan warna colorless, dengan pengukuran yang
absolute yaitu perbesaran 4 kali sehingga mineral tersebut berukuran 4 mm, dengan bentuk yang
diamati secara dua dimensi dimana bentuk ini tidak dibatasi oleh Kristal itu sendiri atau anhedral tidak
beraturan, tidak terdapaat belahan maupun pecahan, tidak terdapat inklusi atau pengotor disekitar
mineral tersebut, dengan relief rendah, Apabila meja objek diputar mineral ini tidak menunjukan
adanya perubahan warna sehingga mineral ini tergolong dalam mineral yang tidak memiliki
pleokroisme. Pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati sifat optis mineral
yaitu warna interferensi jingga orde 1 ke pink orde 2, tidak terdapat kembaran dan sudut kembaran,
namun terdapat gelapan parallel atau sejajar dengan sudut 90°, dan tanda rentang optis + (addisi).
Mineral ini diinterpretasikan terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat asam, Sebelum
membentuk mineral magma mengalami proses diferensiasi yang berupa fraksinasi, crystal settling
selanjutnya crystal floatation. Tahapan diferensiasi magma terhenti ketika magma mengalami liquid
immisibility. setelah proses magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan pnumatolisis pada proses
hidrotermal yang bersuhu rendah (berkisar 2000 – 4000 C). dapat ditemukan di zona subduksi yaitu
volcanic arc.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum mineral optik dengan acara sifat optic mineral dalam
Batuan beku fragmental yang dilaksanakan pertemuan pengamatan sayatan pada
hari kamis tanggal 27 September 2018 di ruang 202 Gedung Pertamina Sukowati,
Teknik Geologi, Universitas Diponegeoro. Pada praktikum dan pengamatan
sayatan kali ini dilakukan beberapa hal seperti, mendeskripsikan sifat optic dalam
batuan beku fragmental, yaitu sifat optik mineral dengan menggunakan mikroskop
polarisasi dengan nikol sejajar atau PPL, nikol bersilang atau XPL, dan baji
kuarsa. Pada pengamatan ini mendeskripsikan 4 mineral preparat sayatan dimana
pada peraga berkode, yaitu 26, BP-02, STA 30, dan BS-04. Berikut ini adalah
hasil pengamatannya:
3.1 Kode Preparat 26
Pada peraga kode 26 ini merupakan batuan beku fragmental dimana dapat
menghasilkan material piroklastik ataupun material lava dimana pada sayatan
ini merupakan material yang tersusun oleh material yang sangat sedikit
sehingga sayatan ini di interpretasikan berasal dari material piroklastik yang
mengalami konsolidasi. Batuan piroklastik merupakan batuan yang susunannya disusun
oleh material hasil dari letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen. Yang kemudian
mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapan nya, lalu setelah proses
pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang kemudian menjadi batuan
piroklastik dimana memiliki kenampakan secara mikroskopis dengan bantuan
mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah sayatan mineral pada nikol
sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa.
Dengan pengamatan PPL atau (plane Polarized Light) dengan nikol sejajar
dimana yang dideskripsikan berupa, pencerminan dari data serap atau absorpsi
panjang gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk atau disebut
warna pada preparat ini berwarna coklat kehitaman, mineral ini dinyatakan
secara absolut sehingga memiliki ukuran 4 kali perbesaran mikroskop
polarisasi sehingga ukuran mineral 4 mm. Terdapat ekspresi dari cahaya yang
11
keluar dari suatu media kemudian masuk ke dalam media yang lain yang
mempunyai harga indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut
mengalami pembiasan pada batas kontak kedua media tersebut disebut relief
dimana relief atau bidang batas mineral ini tinggi, dan warna yang terjadi (bila
meja mikroskop diputar 360 ), karena adanya perbedaan daya absorpsi dari
sumbu-sumbu kristal terhadap kedudukan analisator dan polarisatordisebut
pleokroisme dimana tidak terjadi perubahan warna. Namun terkadang
pengamatan PPL saja masih belum cukup untuk membedakan mineral mineral
yang memiliki banyak kemiripan sifat optis khususnya untuk yang berada
dalam satu golongan tertentu. Untuk itu, pengamatan polarisasi bersilang perlu
dilakukan untuk mengamati sifat optis mineral yaitu keadaan di mana mineral
gelap maksimal dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh
analisator disebut gelapan pada zat anisotropic syarat terjadinya gelapan
adalah kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar polarisator dan atau
analisator pada mineral ini keadaan mineral tidak gelapap maksimal sehingga
tidak memiliki sudut gelapan, kenampakan pada mineral akibat adanya atau
tumbuhnya 2 kristal bersamaan pada proses pengkristalan disebut kembaran
dimana sayatan mineral ini memiliki kembaran berwarna hitam putih disebut
kembaran albite dengan sudut kembaran dihitung dari sudut kembaran gelap
maksimum dan kembaran terang maksimum sehingga dihasilkan sudut
kembaran 42°. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar
polarisator inilah, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh
analisator,sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat disebut warna
interferensi dimana terdapat pada orde 1 biru jingga pink dan orde 2 sehngga
hubungan antara sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal)
dengan sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z) disebut tanda rentang optic
dengan tanda Length slow (+) sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan
arah getar sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu
penambahan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan. Untuk
melakukan pengamatan polarisasi bersilang, analyser diorientasikan tegak
lurus terhadap orientasi polarisator sehingga cahaya kembali terkonsentrasi
12
pada arah tertentu yangkemudian menghasilkan kenampakan yang berbeda
dengan polarisasi sejajar. Mineral pada sayatan mineral peraga kode 26
memiliki kenampakan terang maksimal yang cenderung colorless, selanjutnya
apabila disisipkan baji kuarsa mineral berubah warnanya menjadi biru pink
ordo 2 pada Michel – Levy Chart. Penaikan warna pada chart menunjukan
bahwa tanda rentang optic mineral ini ialah positif.
13
Gambar 3.1 Michel-Levy Chart
Gambar 3.1. Klasifikasi batuan piroklastik berdasar komposisi fragmen (kiri) dan ukuran
fragmen (kanan)
Pada material lithic dari batuan beku fragmental. Material lithic ini
terbentuk dari penurunan suhu magma membentuk batuan. Material lithic
terbentuk pada zona hypabisal. Diinterpretasikan bahwa material lithic ini
terbentuk terlebih dahulu dibanding dengan material lain yang terdapat pada
sayatan seperti material vitric yang jumlahnya sedikit. Mineral ini terbentuk
dari pendinginan magma yang lebih dulu, selanjutnya material lithic ini ikut
terlontarkan saat gunung api mengalami erupsi yang cukup kuat. Material
erupsi yang keluar dari gunung api ini diinterpretasikan mengalami
mekanisme trasportasi secara jatuhan, sehingga material piroklastik jatuh
menyeluruh keatas permukaan. Material lithic, kristal, vitric dan material
erupsi lainnya akhirnya mengendap pada suatu wilayah dan mengalami
kompaksi sehingga terbentuk batuan beku fragmental.
14
Gambar 3.1Tipe Endapan Piroklastik
15
tertentu. Untuk itu, pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk
mengamati sifat optis mineral dimana pada XPL berwarna hitam. Pada posisi
sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisatorinilah, komponen sinar
lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator,sehingga dapat diteruskan
hingga mata pengamat disebut warna interferensi dimana berwarna pink
dengan baji kuarsa.
16
Gambar 3.2 Klasifikasi batuan piroklastik berdasar komposisi fragmen (kiri) dan ukuran
fragmen (kanan)
17
Material piroklastik ini diinterpretasikan mengalami transportasi secara
jatuhan yang menyebabkan material jatuh keseluruh permukaan (mantle
bedding). Material akhirnya jatuh ke permukaan dan mengalami pembebanan
dan kompaksi sehingga menjadi batuan beku fragmental.
18
sehingga ukuran mineral 4 mm, dapat diamati bentuk dalam keadaan dua
dimensi dimana mineral ini apabila kristal tersebut dibatasi oleh sebagian
bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan dan sangat jelas dengan bentuk
tampak sejajar atau subhedral prismatik , bentuk garis-garis yang teratur
sepanjang bidang belahannya atau disebut belahan, di mana kenampakan pada
mineral ini tidak terdapat garis-garis yang teratur, terdapat kecenderungan dari
suatu mineral untuk pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh
struktur atom seperti halnya belahan disebut pecahan pada mineral ini terdapat
pecahan, mineral sayatan ini selama proses kristalisasi sebagian material asing
yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap
dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material
tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda
jenisnya, atau berupa kotoran/impurities padamagma, dapat juga berupa fluida
baik cairan ataupun gas disebut dengan inklusi pada mineral ini tidak terdapat
pengotor. Terdapat ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media
kemudian masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks
bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas
kontak kedua media tersebut disebut relief dimana relief mineral ini sedang,
dan warna yang terjadi (bila meja mikroskop diputar 360 ), karena adanya
perbedaan daya absorpsi dari sumbu-sumbu kristal terhadap kedudukan
analisator dan polarisator disebut pleokroisme dimana tidak terjadi perubahan
warna. Namun terkadang pengamatan PPL saja masih belum cukup untuk
membedakan mineral mineral yang memiliki banyak kemiripan sifat optis
khususnya untuk yang berada dalam satu golongan tertentu. Untuk itu,
pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati sifat optis
mineral yaitu keadaan di mana mineral gelap maksimal dapat terjadi karena
tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator disebut gelapan pada zat
anisotropic syarat terjadinya gelapan adalah kedudukan sumbu sinar berimpit
dengan arah getar polarisator dan atau analisator pada mineral ini keadaan
mineral tidak gelapap maksimal sehingga tidak memiliki sudut gelapan,
kenampakan pada mineral akibat adanya atau tumbuhnya 2 kristal bersamaan
19
pada proses pengkristalan disebut kembaran dimana sayatan mineral ini
memiliki kembaran berwarna hitam putih disebut kembaran albite dengan
sudut kembaran dihitung dari sudut kembaran gelap maksimum dan kembaran
terang maksimum sehingga dihasilkan sudut kembaran 43°. Pada posisi sumbu
sinar sembarang terhadap arah getar polarisatorinilah, komponen sinar lambat
dan cepat tidak diserap oleh analisator,sehingga dapat diteruskan hingga mata
pengamat disebut warna interferensi dimana terdapat pada biru jingga ordo 1
dan pink orde 3 sehngga hubungan antara sumbu kristalografi (terutama arah
memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z) disebut
tanda rentang optic dengan tanda Length slow (+) sumbu c berimpit
/menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini
dinamakan Addisi yaitu penambahan orde warna interferensi pada saat
kompensator digunakan. Untuk melakukan pengamatan polarisasi bersilang,
analyser diorientasikan tegak lurus terhadap orientasi polarisator sehingga
cahaya kembali terkonsentrasi pada arah tertentu yangkemudian menghasilkan
kenampakan yang berbeda dengan polarisasi sejajar. Mineral pada sayatan
mineral peraga kode STA 30 memiliki kenampakan terang maksimal yang
cenderung colorless, selanjutnya apabila disisipkan baji kuarsa mineral
berubah warnanya menjadi biru jingga ordo 1 dan pink orde 3 pada Michel –
Levy Chart. Penaikan warna pada chart menunjukan bahwa tanda rentang
optic mineral ini ialah positif.
20
Gambar 3.3 Kode STA 30
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenampakan sayatan preparat kode STA
30 ini diamati dengan mikroskop polarisator berupa nikol sejajar atau PPL,
yaitu berupa kenampakan warna colorless, dengan ukuran yaitu perbesaran 4
kali sehingga mineral tersebut berukuran 4 mm, dengan bentuk subhedral
prismatik, tidak terdapat belahan namun ada pecahan, tidak terdapat inklusi
disekitar mineral tersebut, dengan relief sedang, Apabila meja objek diputar
mineral ini tidak menunjukan adanya perubahan warna sehingga mineral ini
tergolong dalam mineral yang tidak memiliki pleokroisme. Pengamatan
polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati sifat optis mineral yaitu
warna interferensi b dengairu jingga orde 1 ke pink orde 3 tanda rentang optis
positif (addisi) , tidak terdapat gelapan maupun sudut gelapan, namun terdapat
kembaran berupa albit dengan sudut 43°. sehingga dari kenampakan sifat optic
mineral yang diamati mineral ini termasuk dalam kelompok mineral
plagioklas (bytonite An 78).
21
Gambar 3.3 kurva jenis plagioklas
22
Sehingga mineral ini terbentuk terlebih dahulu disbanding dengan material
lain yang terdapat pada sayatan seperti material vitric yang jumlahnya sedikit.
Mineral ini terbentuk dari pendinginan magma yang lebih dulu, selanjutnya
mineral ini ikut terlontarkan saat gunung api mengalami erupsi yang cukup
kuat. Material kristal, vitric dan material erupsi lainnya akhirnya
tertransportasi. Material piroklastik ini tertransportasi dengan mekanisme
jatuhan. Setelah jatuh di permukaan, material piroklastik mengendap pada
dan mengalami kompaksi sehingga terbentu batuan beku fragmental.
23
Dengan pengamatan PPL atau (plane Polarized Light) dengan nikol
sejajar dimana yang dideskripsikan berupa, pencerminan dari data serap atau
absorpsi panjang gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk atau
disebut warna pada preparat ini berwarna colorless, mineral ini dinyatakan
secara absolut sehingga memiliki ukuran 4 kali perbesaran mikroskop
polarisasi sehingga ukuran mineral 5 mm, dapat diamati bentuk dalam
keadaan dua dimensi dimana mineral ini apabila kristal tersebut tidak dibatasi
oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan atau anhedral, bentuk garis-
garis yang teratur sepanjang bidang belahannya atau disebut belahan, di mana
kenampakan pada mineral ini tidak terdapat garis-garis yang teratur, namun
terdapat kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah dengan cara tertentu
yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan disebut pecahan
mineral ini tidak terddapat pecahan, mineral sayatan ini selama proses
kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada permukaan bidang
pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi
bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih
kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities
padamagma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas disebut dengan
inklusi pada mineral ini tidak terdapat pengotor. Terdapat ekspresi dari cahaya
yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke dalam media yang lain yang
mempunyai harga indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut
mengalami pembiasan pada batas kontak kedua media tersebut disebut relief
dimana relief mineral ini rendah, dan warna yang terjadi (bila meja mikroskop
diputar 360 ), karena adanya perbedaan daya absorpsi dari sumbu-sumbu
kristal terhadap kedudukan analisator dan polarisatordisebut pleokroisme
dimana tidak terjadi perubahan warna. Namun terkadang pengamatan PPL
saja masih belum cukup untuk membedakan mineral mineral yang memiliki
banyak kemiripan sifat optis khususnya untuk yang berada dalam satu
golongan tertentu. Untuk itu, pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan
untuk mengamati sifat optis mineral yaitu keadaan di mana mineral gelap
maksimal dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh
24
analisator disebut gelapan Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang Kristal
(sumbu c) sejajar dengan arah getar PP dan atau AA. Sehingga dapat
dikatakan sumbu optic berimpit dengan sumbu kristalografi disebut gelapan
sejajar atau paralel dengan sudut gelombang dihitung dari gelap maksimal,
yaitu 90°, kenampakan pada mineral akibat adanya atau tumbuhnya 2 kristal
bersamaan pada proses pengkristalan disebut kembaran dimana sayatan
mineral ini tidak memiliki kembaran dan sudut kembaran. Pada posisi sumbu
sinar sembarang terhadap arah getar polarisatorinilah, komponen sinar lambat
dan cepat tidak diserap oleh analisator,sehingga dapat diteruskan hingga mata
pengamat disebut warna interferensi dimana terdapat pada orde 2 pink pada
gelap maksimal dan orde 1 jingga sehngga hubungan antara sumbu
kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat
(x) dan lambat (z) disebut tanda rentang optic dengan tanda Length slow (+)
sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat (sumbu z).
Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan orde warna interferensi pada
saat kompensator digunakan. Untuk melakukan pengamatan polarisasi
bersilang, analyser diorientasikan tegak lurus terhadap orientasi polarisator
sehingga cahaya kembali terkonsentrasi pada arah tertentu yangkemudian
menghasilkan kenampakan yang berbeda dengan polarisasi sejajar. Mineral
pada sayatan mineral peraga kode BS-04 memiliki kenampakan terang
maksimal yang cenderung colorless, selanjutnya apabila disisipkan baji kuarsa
mineral berubah warnanya menjadi pink orde 2 dan jingga orde 1 pada Michel
– Levy Chart. Penaikan warna pada chart menunjukan bahwa tanda rentang
optic mineral ini ialah positif.
25
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa
26
Mineral ini diinterpretasikan terbentuk dari pembekuan magma yang bersifat
asam, Genesa mineral Kuarsa, mineral ini mempunyai ukuran yang kecil, ini
berarti menunjukan bahwa mineral ini paling akhir terbentuk oleh karena
mineral ini tidak mempunyai cukup ruang untuk terbentuk sesudah mineral-
mineral lain terbentuk. Dari bentuk mineral yang anhedral dapat diketahui
mineral ini terbentuk paling akhir karena bidang batas mineral dipegaruhi
oleh mineral lain sehingga bidang batasnya hampir tidak terlihat, kemudian
terdapatnya sedikit pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa mineral ini
terletak pada di akhir oleh karena itu mineral ini mempunyai resistensi yang
tinggi dan mineral ini terdapat pada batuan beku asam hal ini dikarenakan
mineral ini terbentuk di akhir (semakin keatas sifatnya semakin basa dan
semakin kebawah semakin asam).Awalnya magma mengintrusi batuan
dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi sehingga terbentuklah
mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam. Kemudian seiring
dengan penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan yang dilaluinya
serta penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari dapur
magma dan pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu
pembentukan kristal kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa dengan
kondisi tertentu sehingga membentuk tekstur yang tertentu pula. Mineral ini
dijumpai pada batuan beku asam seperti granit, granodiorit, tonalit, ryolit.
Mineral kuarsa dapat berasosiasi dengan berbagai jenis mineral yang
menyusun batuan, baik itu batuan beku asam, intermediet, batuan sedimen,
piroklastik, maupun pada batuan metamorf. Magma awalnya mengalami
fraksinasi yaitu pemisahan antara magma dengan kristal yang sudah mulai
terbentuk. Setalah mengalami pemisahan, magma lanjut mengalami crystal
settling yaitu pemisahan antara kristal bermassa jenis tinggi dengan Kristal
yang bermassa jenis rendah. Akibat pemisahan kristal berdasarkan massa
jenisnya Kristal yang berdensitas rendah mengalami flotation. Proses
differensiasi pada magma asam ini diinterpretasikan sampai pada proses
liquid Sehingga mineral ini terbentuk terlebih dahulu disbanding dengan
material lain yang terdapat pada sayatan seperti material vitric yang
27
jumlahnya sedikit. Mineral ini terbentuk dari pendinginan magma yang lebih
dulu, selanjutnya mineral ini ikut terlontarkan saat gunung api mengalami
erupsi yang cukup kuat. Material kristal, vitric dan material erupsi lainnya
akhirnya tertransportasi. Material piroklastik ini tertransportasi dengan
mekanisme jatuhan. Setelah jatuh di permukaan, material piroklastik
mengendap pada dan mengalami kompaksi sehingga terbentu batuan beku
fragmental.
28
BAB 1V
STUDI KASUS
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
30
optis mineral yaitu warna interferensi biru orang orde 1 ke pink orde 3
dengan tanda rentang optis positif (addisi) , tidak terdapat gelapan maupun
sudut gelapan, namun terdapat kembaran berupa albit dengan sudut
43°.mineral ini terbentuk pada suhu 900°𝐶, mineral tersebut dapat
tersingkap atau ditemukan pada daerah island arc, back arc basin, dan
zona hotspot samudra.sehingga nama mineral pada kode STA 30 ini
adalah Plagioklas (bytonite An 78)
Kenampakan sayatan preparat kode BS-04 ini diamati dengan mikroskop
polarisator berupa nikol sejajar atau PPL, yaitu berupa kenampakan warna
colorless, dengan ukuran perbesaran 4 kali sehingga mineral tersebut
berukuran 4 mm, bentuk anhedral tidak beraturan, tidak terdapaat belahan
maupun tidak terdapat pecahan, tidak terdapat inklusi atau pengotor
disekitar mineral tersebut, dengan relief rendah, Apabila meja objek
diputar mineral ini tidak menunjukan adanya perubahan warna sehingga
mineral ini tergolong dalam mineral yang tidak memiliki pleokroisme.
Pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati sifat
optis mineral yaitu warna interferensi pink dengan tanda rentang optis
positif (addisi) , terdapat gelapan berupa gelapan sejajar atau paralel,
namun tidak terdapat kembaran maupun sudut kembaran.Umumnya
mineral ini terbentuk pada suhu 650°𝐶 mineral jenis ini dapat ditemukan
di zona subduksi yaitu volcanic arc. Sehingga nama mineral BS-04 ini
adalah kuarsa.
5.2 Saran
Pada saat pengamatan kalau bias waktunya ditambahkan lagi
Praktikan lebih tepat waktu.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/32/2018/02/03-
MODUL-ACARA-III-MINERALOGI-OPTIK.pdf ( diakses pada tanggal 28
september 2018 pukul 22:00 WIB)
32
LAMPIRAN
33