Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

PETROGRAFI

BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Disusun Oleh :
Bella Pratiwi
21100117130045

LABORATORIUM SUMBERDAYA MINERAL


DAN BATUBARA
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MEI 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas laporan praktikum mata kuliah Petrografi acara Batuan Beku


Fragmental yang disusun oleh Bella Pratiwi telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Sebagai tugas laporan praktikum Petrografi.

Semarang, 10 Mei 2019


Mengetahui,
Asisten Acara, Praktikan,

Azka Zakiyah Bella Pratiwi


21100116120022 21100117130045

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud
 Mendeskripsikan sifat-sifat optic mineral dan tekstur khusus
mineral dalam sayatan tipis Batuan sedimen klastik.
 Mengetahui nama batuan berdasarkan ciri-ciri mineral yang
diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.2 Tujuan
 Dapat memberi penamaan batuan klasifikasi Pettijhon (1975)
berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral dan tekstur khusus yang
diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
 Mengetahui petrogenesa dari sayatan tipis batuan sedimen klastik
 Dapat menginterpretasikan proses pembentukan dari batuan.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum mineral optik dengan acara Sifat Optik Mineral dalam
Batuan sedimen klastik dilakukan dua kali pengamatan sayatan pada :
 Hari, tanggal : Jumat, 26 april 2019
Waktu : 14.30 WIB-Selesai
Tempat : Laboratorium Sumberdaya Mineral dan
Batubara Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi
Universitas Diponegoro
 Hari, tanggal : Jumat, 3 mei 2019
Waktu : 14.30 WIB-Selesai
Tempat : Laboratorium Sumberdaya Mineral dan
Batubara Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi
Universitas Diponegoro

3
BAB II
HASIL DESKRIPSI

2.1 Kode sayatan Avangers

No. Sayatan AVANGERS


Perbesaran 4x

Jenis batuan Batuan Sedimen Klastik


Tekstur umum
Grain Size 2 mm
Roundness Angular
Sorting Poorly Sorted
Grain Contact Point
Struktur masif

Komposisi
Mineral (30 %)
 Kuarsa (70%)
 Feldspar (30%)
Grains
Lithic (70%)
 Batuan Beku (10%)
 Batuan Sedimen (90%)

Matrix Mineral Lempung

Cement Mineral karbonat

Porositas Primer : Intergranular


Porositas
Porositas Sekunder : Pelarutan

4
MP 1 Ket : G M C

XPL Batuan sedimen


Meineral lempung
Mineral kuarsa
Mineral feldspar 80% 10% 10%

MP 2 Ket : G M C

Mineral Lempung
Batuan sedimen
Mineral kuarsa
80% 10% 10%

XPL
MP 3 Ket : G M C

Batuan sedimen
XPL Mineral kuarsa
Mineral lempung
80% 10% 10%

Total Komposisi 80% 10% 10%


Nama batuan Lithic Arenite (Pettijohn, 1975)

5
Sayatan ini berasal dari batuan sedimen klastik yang telah
mengalami proses diagenesis. Diagenesis yang dialami batuan
sedimen klastik ini yaitu berupa kompkasi, pelarutan, dan
sementasi. Dari kenampakan sayatan tipisnya batuan ini dengan
fragmen yang tidak menyatu menunjukan bahwa proses kompaksi
masih belum sempurna. Sayatan ini telah mengalami sementasi
Petrogenesa
sehingga mampu mengikat butir satu dengan butir lainnya dimana
semen pada sayatan ini berupa mineral karbonat berupa dolomit.
Dari pengamatan sayatan tipis batuan didapati bahwa batuan ini
telah mengalami proses pelarutan dengan terdapat adanya porositas
sekunder, batuan ini belum mengalami rekristalisasi dan
autigenesis dikarenakan belum adanya perubahan mineral yang
menyusun batuan ini.
Maturity Mature

6
2.2 Kode Sayatan NANNATSU

No. Sayatan NANATSU


Perbesaran 4x

Jenis batuan Batuan Sedimen Klastik


Tekstur umum
Size 1-2 mm
Roundness Angular
Grain contact Suture
Sorting Well Sorted
Struktur Masif
Komposisi

Mineral (90%)
Grains  Kuarsa (90%)
Fragmen Cangkang (10%)

Matrix Mineral Lempung

Cement Mineral Karbonat berupa glaukonit

Porositas Porositas Primer : Interkristalin

7
MP 1 Ket : G M C

Mineral kuarsa
XPL
Mineral lemoung
Mineral glaukonit
50% 45% 5%

MP 2 Ket : G M C

Mineral lempung
Mineral glaukonit
Mineral kuarsa
70% 25% 5%

XPL
MP 3 Ket : G M C

Mineral kuarsa
XPL
Mineral glaukonit
Mineral lempung
60% 30% 10%
Mineral karbonat

Total Komposisi 50% 33,3% 6,7%


Nama batuan Quartz Wacke (Pettijohn, 1975)

8
Sayatan ini berasal dari batuan sedimen klastik yang telah
mengalami proses diagenesis. Diagenesis yang dialami batuan
sedimen klastik ini yaitu berupa kompkasi, sementasi, rekristalisasi
dan autigenesis. Dimana sayatan ini telah mengalami kompaksi
karena saling menyatu satu dengan yang lain Sayatan ini telah
mengalami sementasi dimana semen ini telah mengikat materiak
Petrogenesa
fragmen dan juga matriks,semen yang mengikat batuan ini dari
pengamatan mikroskopis didapat berupa mineral karbonatsayatan
ini telah mengalami rekristalisasi karena keterdapatan mineral
dolomit yang diperkirakan perubahan dari mineral karbonat yang
sebelumnya ada. Batuan ini juga telah mengalami autigenesis
dimana adanya mineral glaukonit yang terbentuk pada lingkungan
pengendapan.
Maturity Submature

9
2.3 Kode Peraga Samsung Galaxy

No. Sayatan Samsung Galaxy


Perbesaran 4x

Jenis batuan Batuan Sedimen Klastik


Tekstur umum
Grain Size <1/256 mm
Roundness -
Sortasi Well Sorted
Grain Contact -
Struktur Laminasi
Komposisi

Grains -

Matrix Mineral Lempung (90%) dan Mineral Kuarsa (10%)

Cement Mineral Silika

Porositas Porositas Sekunder : Pelarutan

10
MP 1 Ket : G M C

Mineral lempung
Mineral kuarsa
XPL

- 90% 10%

MP 2 Ket : G M C

Mineral lempung
XPL
Mineral kuarsa

- 90% 10%

MP 3 Ket : G M C

Mineral lempung
XPL
Mineral kuarsa

- 90% 10%

Total Komposisi - 90% 10%


Nama batuan Mudrock (Pettijohn, 1975)

11
Sayatan ini berasal dari batuan sedimen klastik yang telah
mengalami proses diagenesis. Diagenesis yang dialami batuan
sedimen klastik ini yaitu berupa kompkasi, pelarutan, dan
sementasi. Sayatan ini telah mengalami kompaksi mengakibatkan
terbentuk lapisan dimana sayatan ini telah mengalami sementasi
sehingga material satu dengan material lain saling mengikat satu
Petrogenesa
sama lain dimana terdapat semen berupa mineral silika. Sayatan ini
telah mengalami pelarutan sehingga terdapat posorsitas sekunder

Maturity Immature

12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum petrografi dengan acara Batuan Sedimen Klastik yang
dilaksanakan secara 2 kali pertemuan pengamatan sayatan pada hari jumat tanggal 26
april 2019 dan 3 mei 2019 di ruang laboratorium Gedung Pertamina Sukowati,
Teknik Geologi, Universitas Diponegeoro. Pada praktikum dan pengamatan sayatan
tipis kali ini dilakukan beberapa hal seperti, mendeskripsikan sifat optic dalam batuan
sedimen klastik menggunakan mikroskop polarisasi dengan nikol sejajar atau PPL,
nikol bersilang atau XPL, dan baji kuarsa, menentukan mineral-mineral yang terdapat
pada sayatan tipis, serta tekstur khusus dan struktur mineral pada sayatan tipis
tersebut, dan penaaman batuan berdasarkan komposisi mineral pada sayatan tipis
tersebut. Pada pengamatan ini mendeskripsikan 3 sayatan tipis dimana 9 medan
pandang dengan kode sayatan tipis, yaitu avangers, samsung galaxy, dan nanatsu
Berikut ini adalah hasil pengamatannya:
3.1 Kode sayatan avangers
Pada peraga kode sayatan avengers ini memiliki kenampakan secara
mikroskopis dengan bantuan mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah
sayatan mineral pada nikol sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa dimana yang
dideskripsikan melalui tiga medan pandang, pembesaran mineral adalah 4X.
sayatan ini merupakan sayatan batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau dari hasil aktivitas
kimia ataupun organisme, yang diendapakan lapis demi lapis pada permukaan
bumi yang kemudian mengalami pembatuan yang terbentuk berasal dari
hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya
mengalami diagenesis dan litifikasi atau disebut batuan sedimen klastik. Struktur
batuan sedimen klastik merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pada pembentukannya dimana
struktur pada sayatan ini berupa masif. Tekstur batuan sedimen klastik adalah

13
kenampakan yang mencerminkan kondisi didalamnya. Tekstur umum yang dapat
diamati pada sayatan ini adalah grain size, yaitu dimana untuk mengetahui
Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth, 1922. Dimana ukuran
butir pada sayatan ini dengan perbesaran 4x sehingga ukuran butir sekitar ½-1
mm sehingga termasuk pasir sangat kasar.

Tabel 3.1 Klasifikasi Wenworth, 1922


Ukuran Nama Butir Nama Batuan
Butir (mm)
> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen
64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing
4-64 Kerakal (Pebble) Konglomerat : jika
membulat
2-4 Kerikil (Gravel) fragmen berbentuk
membulat
1-2 Pasir Sangat Kasar
(Very Coarse Sand)
1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand)

1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) Batupasir


1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand)

1/16-1/8 Pasir Sangat Halus


( Very Fine Sand)
1/256-1/16 Lanau Batulanau
<1/256 Lempung Batulempung

Pada sayatan ini memiliki bentuk butir adalah nilai membulat atau meruncingnya
butiran dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar.
Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut

14
dimana pada sayatan ini cenderung angular (menyudut) sehingga permukaan
konkaf dengan ujungnya yang tajam. Selanjutnya derajat pemilahan atau
keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, bila semakin
seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin baik atau
disebut sortasi. Pada sayatan ini cenderung sortasi yang sangat buruk, hal ini
ditunjukan oleh perbedaan material penyusun butir. Dan kontak antar butir pada
sayatan ini dimana menggambarkan kontak antar butir batuan sedimen yang
dipengaruhi oleh proses diagenesis sehingga grain contact secara umum dapat
memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan
porositas dan permeabilitas batuan pada sayatan ini berupa point dimana butir
penyusunnya saling bersinggungan di satu titik sehingga terdapat ruang kosong
diantara satu butir dengan lainnya.

Gambar 3.1 Klasifikasi Roundness dan sortasi

Gambar 3.1 grain contact


Pada kode peraga avengers memiliki material penyusun yang berasal
dari batuan sedimen klastik. Sayatan ini memiliki Komposisi pada setiap tiga
medan pandang, yaitu Material penyusun batuan sedimen umumnya yaitu
berupa fragmen, matriks dan semen. Komposisi ini dibedakan berdasarkan

15
ukuran butirnya dimana fragmen merupakan butiran penyusun suatu batuan
sedimen yang berukuran lebih besar daripada pasir. Matriks merupakan material
penyusun yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan fragmen, sedangkan
semen merupakan material pengikat yang mengikat butir framen dan juga
matriks dan terdapat porositas yang ditemukan dalam sayatan batuan sedimen
klastik, porositas merupakan celah atau ruang kosong pada sayatan yang tidak
terisi oleh material. Dimana fragmen pada sayatan ini fragmen yang menyusun
pada sayatan peraga ini berupa kenampakan butir yang angular atau menjarum
dengan kenampakan seeprti pecahan sehingga diinterpretasikan bahwa material
fragmen ini berupa pecahan-pecahan batuan sebelumnya atau lithic namun
terdapat.mineral pada sayatan ini dengan sifat optik pecahan sedang, belahan 1
arah, prismatic, pleokroisme tidak ada, relief sedang, dan terdapat mineral
dengan kembaran carlsbad, maka disebut feldspar dengan kelimpahan
keseluruhan 30% dan selanjutnya mineral yang memiliki ciri-ciri colorless,
pecahan sedikit, gelapan bergelombang dan relief rendah, anhedral sehingga
dapat disimpulkan berupa mineral kuarsa dengan kelimpahan keseluruhan 70%.
Selanjutnya terdapat matriks pada sayatan ini dengan ukuran halus, yaitu
<1/256 mm atau mineral lempung, serta terdapat semen yang mengikat matriks
dan fragmen berupa semen mineral silica. Pada sayatan ini terlihat porositas
pada batuan sedmen klastik tersebut berupa porositas primer berupa
intergranular, yaitu porositas yang berada di atara fragmen dan matriks.

Gambar 3.1 porositas primer intergranular

16
Tabel 3.1 Komposisi Sayatan
komposisi Grain (%) Matriks (%) Semen (%)
MP 1 80 10 10
MP 2 80 10 10
MP 3 80 10 10
RATA-RATA 80 10 10

MP 1 MP 2 MP 3
Gambar 3.1 kode peraga avangers

Sehingga jika dilihat dari komposisi dan presentase dari 3 medan pandang
maka akan didapat rata – rata penyusun. Rata – rata material penyusun sayatan
peraga kode avengers yang berupa fragmen, matriks, dan semen. Dari presentase
material penyusun dari tiap medan pandang makan akan didapat rata – rata
material penyusun yaitu fragmen 80%, matriks 10%, dan semen 10%. Nilai
komposisi penyusun ini dapat digunakan untuk penamaan batuan sedimen klastik.
Dari rata – rata yang didapat maka sayatan ini memiliki nama yang berupa Lithic
Arenite (Pettijohn, 1975). Penamaan sayatan peraga ini didasarkan keterdapatan
matriksnya yang didominasi oleh arenites.

17
Gambar 3.1 Klasifikasi pettijhon, 1975

Petrogenesa dari batuan ini yaitu Batuan ini terbentuk dari batuan
sedimen klastik sebelumnya dimana pada awalnya batuan ini terombakan dari
batuan induknya kemudian tererosi menjadi material sedimen yang lepas
kemudian tertransportasi dengan energi transport yang kecil, karena material
yang tertransport pada batuan ini tergolong kecil dan halus-halus, lalu batuan
ini tertransport cukup jauh dari batuan induknya karena pada saat proses
trasnportasi butiran-butiran pada batuan sedimen ini mengalami proses erosi
yang cukup signifikan sehingga mengalami perubahan bentuk dan ukuran
yang signifikan pula, lalu setelah tertransport, material sedimen ini
terendapkan pada suatu cekungan dan mengalami proses sedimentasi, setelah
itu mengalami diagenesa. Sayatan batuan tersebut menunjukkan bahwa batuan
ini telah mengalami proses diagenesis. Sayatan ini telah mengalami proses
diagenesis kompaksi meskipun belum begitu intens. Kompaksi merupakan
berkurangnya volume sedimen dengan penurunan porositas secara bersamaan
disebabkan oleh penataan ulang fragmen dan proses lainnya yang dihasilkan
dari pembebanan oleh sedimen diatasnya maupun proses tektonik. Kemudian
jika dilihat dari keterdapatan semen silika dan porositas maka diidentifikasi
batuan ini telah mengalami proses diagenesis berupa sementasi dimana
membuat porositas berkurang pada batupasir dan mempengaruhi kompasi
sedimen Pada tahap diagenesis, yaitu pada awalnya berupa proses sementasi,

18
semen yang ada pada batuan ini berjenis silika (quartz overgrowth), diduga
pada saat material sedimen ini tersedimentasikan ada fluida berjenis silikaan
yang masuk ke dalam material sedimen ini sehingga setelah material sedimen
ini tersemenkan. Dari prngamatan sayatan tipis batuan didapati bahwa batuan
ini telah mengalami proses pelarutan yang mana akhirnya membentuk
porositas primer. Dari sayatan tipis juga diketahui bahwa batuan ini belum
mengalami rekristalisasi dan autigenesis dikarenakan belum adanya
perubahan mineral yang menyusun batuan ini.

Gambar 3.1 Klasifikasi Kematangan Folk 1951


Kematangan batuan dapat ditentukan berdasarkan tekstur batuan yang terlihat
pada sayatan, memiliki kematangan berupa mature-supermature dimana
Batuan sedimen disebut matang jika komposisinya didominasi oleh mineral
kuarsa (mineral yang sangat stabil). Sementara itu batuan sedimen disebut
tidak matang jika tidak didominasi oleh kuarsa melainkan didominasi oleh
mineral tidak stabil (misal feldspar, olivin, dll.) dan fragmen batuan.
Berdasarkan sayatan tersebut diinterpretasikan batuan belum mengalami
proses diagenesis lainnya, seperti kompaksi, sementasi, dan pelarutan.
Porositas yang terdapat pada sayatan batuan tersebut merupakan porositas
primer, dengan demikian dapat diinterpretasikan batuan tersebut melalui tahap
proses pengendapan predepositional ataupun depositional. Berdasarkan
berbagai penjelasan dan mekanisme genesis serta diagenesa sayatan ini, dapat
disimpulkan bahwa batuan ini lingkungan pengendapannya berada di daerah

19
hulu menuju daerah laut dangkal karena adanya semen silika yang mencirikan
adanya komponen laut dangkal pada batuan ini.

Gambar 3.1 Hubungan Porositas dan Proses Pengendapan


Batuan sedimen berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang telah ada
sebelumnya. Sedimen tertransportasi oleh bermacam-macam agen termasuk
gravitasi, air yang mengalir, angin dan es yang bergerak (gletser). Sediment
tersebut akan berpindah dari asalnya ke tempat-tempat pengendapan yang
beragam. Mekanisme pembentukkan batuan ini yakni pada awalnya batuan ini
mengalami proses perombakan dari batuan asalnya, kemudian tertransport
dengan jarak yang cukup jauh dari batuan asalnya karena pada saat proses
transportasi butiran yang ada dalam batuan ini sudah tererosi cukup
signifikan, lalu energi transport yang mengendapkan batuan ini kecil karena
material pada batuan ini tergelong kecil dan berukuran halus, lalu setelah
tertransport, batuan ini tersedimentasikan pada suatu cekungan. Akibat adanya
suatu proses geologi tertentu batuan ini terburialkan di bawah permukaan
kemudian terkena suatu gaya tektonik berupa gaya kompressi di bawah
permukaan sehingga proses kompaksi dan pemadatan pun berjalan cepat
dengan bantuan gaya kompressi tersebut lalu ketika gaya kompressi menekan
batuan ini terus menerus hingga batuan ini tidak bisa menahan gaya tekan
tersebut akhirnya terbentuklah fracture yang menyebabkan adanya celah pada
batuan ini kemudian celah tersebut terisi oleh fluida yang bersifat silikaan
yang selanjutnya menjadi komponen mineral pengisi celah tersebut.

20
Gambar. 3.1 provenance dan setting tektonik
Dimana untuk mengetahui provenance dan setting tektonik pada
sayatan ini Setelah itu dilakukan normalisasi untuk partikel-partikel khusus
seperti mineral kuarsa, mineral feldspar dan lithik. Ketiga komponen itu
kemudian diplot pada diagram segitiga yang biasa dikenal sebagai diagram
QFL (kuarsa, felspar, fragmen lithik). Di dalam segitiga ini ada beberapa
“field” yang akan menunjukkan pengelompokkan setting tectonic batuan yang
sedang diamati. Dilihat dari komposisi pada sayatan ini seperti Untuk
roundness, semakin rounded suatu butiran sedimen menunjukkan bahwa jarak
transportasinya semakin jauh namun pada sayatan ini cenderung angular
sehingga transportasi dekat dengan asalnya. Sehingga pada sayatan ini
memiliki setting tektonik berupa Basement uplift dimana Tipe daerah
provenance ini biasanya memiliki setting tectonic berupa Rift shoulder atau
transform rupture. Ciri-ciri komposisi pasir yang dihasilkan pada daerah ini
yaitu Quartzofeldspathic (Qm-F) sands dengan Lt yang rendah dan rasio
Qm/F & Fk/Fp yang hampir sama.
3.2 Kode sayatan Nannatsu

21
Pada peraga kode sayatan nannatsu ini memiliki kenampakan secara
mikroskopis dengan bantuan mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah
sayatan mineral pada nikol sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa dimana yang
dideskripsikan melalui tiga medan pandang, pembesaran mineral adalah 4X.
sayatan ini merupakan sayatan batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau dari hasil aktivitas
kimia ataupun organisme, yang diendapakan lapis demi lapis pada permukaan
bumi yang kemudian mengalami pembatuan yang terbentuk berasal dari
hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya
mengalami diagenesis dan litifikasi atau disebut batuan sedimen klastik. Struktur
batuan sedimen klastik merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pada pembentukannya dimana
struktur pada sayatan ini terdapat kenampakan lapisan tipis yang silang siur hal
ini disebut juga keterdapatan struktur yang berupa cross-lamination. Tekstur
batuan sedimen klastik adalah kenampakan yang mencerminkan kondisi
didalamnya. Tekstur umum yang dapat diamati pada sayatan ini adalah grain
size, yaitu dimana untuk mengetahui Pemilahan ukuran butir didasarkan pada
skala Wenworth, 1922. Dimana ukuran butir pada sayatan ini dengan perbesaran
4x sehingga ukuran butir sekitar 1-2 mm sehingga termasuk pasir sangat kasar.

Tabel 3.1 Klasifikasi Wenworth, 1922


Ukuran Nama Butir Nama Batuan
Butir (mm)
> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen
64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing
4-64 Kerakal (Pebble) Konglomerat : jika
membulat
2-4 Kerikil (Gravel) fragmen berbentuk
membulat

22
1-2 Pasir Sangat Kasar
(Very Coarse Sand)
1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand)

1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) Batupasir


1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand)

1/16-1/8 Pasir Sangat Halus


( Very Fine Sand)
1/256-1/16 Lanau Batulanau
<1/256 Lempung Batulempung

Pada sayatan ini memiliki bentuk butir adalah nilai membulat atau meruncingnya
butiran dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar.
Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut
dimana pada sayatan ini cenderung subrounded (menyudut) dimana fragmen
pembentuk batuan sedimen disebabkan oleh pengaruh transport terhadap butiran
atau kebundaran dimana permukaan umumnya datar dengan ujung yang
membundar. Selanjutnya derajat pemilahan atau keseragaman dari ukuran besar
butir penyusun batuan sedimen, bila semakin seragam ukurannya dan besar
butirnya, maka pemilahan semakin baik atau disebut sortasi. Pada sayatan ini
cenderung berupa sortai baik dimana memiliki distribusi ukuran butir yang
sergam. Dan kontak antar butir pada sayatan ini dimana menggambarkan kontak
antar butir batuan sedimen yang dipengaruhi oleh proses diagenesis sehingga
grain contact secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran
dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan pada sayatan
ini berupa berupa long dimana butir penyusunnya saling bersinggungan di satu
bagian memanjang sehingga masih terdapat ruang kosong diantara satu butir
dengan butir lainnya.

23
Gambar 3.2 Klasifikasi Roundness dan sortasi

Gambar 3.1 grain contact


Pada kode peraga nannatsu memiliki material penyusun yang berasal
dari batuan sedimen klastik. Sayatan ini memiliki Komposisi pada setiap tiga
medan pandang, yaitu Material penyusun batuan sedimen umumnya yaitu
berupa fragmen, matriks dan semen. Komposisi ini dibedakan berdasarkan
ukuran butirnya dimana fragmen merupakan butiran penyusun suatu batuan
sedimen yang berukuran lebih besar daripada pasir. Matriks merupakan material
penyusun yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan fragmen, sedangkan
semen merupakan material pengikat yang mengikat butir framen dan juga
matriks dan terdapat porositas yang ditemukan dalam sayatan batuan sedimen
klastik, porositas merupakan celah atau ruang kosong pada sayatan yang tidak
terisi oleh material. Dimana fragmen pada sayatan ini fragmen yang menyusun
pada sayatan peraga ini berupa kenampakan butir yang subrounded dengan
kenampakan seperti mineral yang memiliki ciri-ciri colorless, pecahan sedikit,
gelapan bergelombang dan relief rendah, anhedral sehingga dapat disimpulkan
berupa mineral kuarsa, terdapat material penyusun yang berukuran lebih kecil
dari fragmen pada sayatan ini memiliki kenampakan yang kehijauan dan

24
berukuran cukup halus sehingga disebut dengan mineral glaukonit serta terdapat
material berupa matriks yang berukuran halus, yaitu <1/256 mm dan berwarna
coklat sehingga dapat disimpulkan bahwa matriks ini merupakan mineral
lempung atau mineral lempung, serta terdapat semen pengikat material
penyusun pada sayatan ini dimana mengikat fragmen dan matriks ialah berupa
semen karbonatan. Pada tahap diagenesis, yaitu pada awalnya berupa proses
sementasi, semen yang ada pada batuan ini berjenis silika (quartz overgrowth),
diduga pada saat material sedimen ini tersedimentasikan ada fluida berjenis
silikaan yang masuk ke dalam material sedimen ini sehingga setelah material
sedimen ini tersemenkan, Pada sayatan medan pandang satu ini porositas tidak
terlalu nampak jelas namun porositas pada batuan sedmen klastik selalu dapat
ditemukan pada pertemuan antar butir porositas yang berada di atara fragmen
dan matriks atau disebut dengan porositas intergranular

Gambar 3.2 porositas primer intergranular

Tabel 3.2 Komposisi Sayatan


komposisi Grain (%) Matriks (%) Semen (%)
MP 1 50 45 5
MP 2 70 25 5
MP 3 60 30 10
RATA-RATA 50 33.3 6.7

25
MP 1 MP 2 MP 3
Gambar 3.2 kode peraga nannatsu

Sehingga jika dilihat dari komposisi dan presentase dari 3 medan pandang maka
akan didapat rata – rata penyusun. Rata – rata material penyusun sayatan peraga
kode avengers yang berupa fragmen, matriks, dan semen. Dari presentase material
penyusun dari tiap medan pandang makan akan didapat rata – rata material
penyusun yaitu fragmen 80%, matriks 10%, dan semen 10%. Nilai komposisi
penyusun ini dapat digunakan untuk penamaan batuan sedimen klastik. Dari rata
– rata yang didapat maka sayatan ini memiliki nama yang berupa Quartz wacke
(Pettijohn, 1975). Penamaan sayatan peraga ini didasarkan keterdapatan
matriksnya yang didominasi oleh wacke.

Gambar 3.2 Klasifikasi pettijhon, 1975

Petrogenesa dari batuan ini yaitu Batuan ini terbentuk dari batuan
sedimen klastik sebelumnya dimana pada awalnya batuan ini terombakan dari

26
batuan induknya kemudian tererosi menjadi material sedimen yang lepas
kemudian tertransportasi dengan energi transport yang kecil, karena material
yang tertransport pada batuan ini tergolong kecil dan halus-halus, lalu batuan
ini tertransport cukup jauh dari batuan induknya karena pada saat proses
trasnportasi butiran-butiran pada batuan sedimen ini mengalami proses erosi
yang cukup signifikan sehingga mengalami perubahan bentuk dan ukuran
yang signifikan pula, lalu setelah tertransport, material sedimen ini
terendapkan pada suatu cekungan dan mengalami proses sedimentasi, setelah
itu mengalami diagenesa. Sayatan batuan tersebut menunjukkan bahwa batuan
ini telah mengalami proses diagenesis. Pada tahap diagenesa yaitu pada
awalnya yaitu proses sementasi, semen yang ada pada batuan ini berjenis
karbonatan, diduga pada saat material sedimen ini tersedimentasikan ada
fluida berjenis karbonatan yang masuk ke dalam material sedimen ini
sehingga setelah material sedimen ini tersemenkan, batuan ini mengalami
proses kompaksi meskipun belum begitu intens. Kompaksi merupakan
berkurangnya volume sedimen dengan penurunan porositas secara bersamaan
disebabkan oleh penataan ulang fragmen dan proses lainnya yang dihasilkan
dari pembebanan oleh sedimen diatasnya maupun proses tektonik atau
pemadatan massa endapan akibat pengisian semen, kemudian setelah massa
endapan sedimen memadat air dari rongga-rongga butiran sedimen tersebut
keluar lalu endapan tersebut terlithifikasikan menjadi sebuah batuan. Dari
prngamatan sayatan tipis batuan didapati bahwa batuan ini telah mengalami
proses pelarutan yang mana akhirnya membentuk porositas primer.
Selanjutnya mengalami Autigenesis (neocrystalitation) adalah proses yang
mana fase mineral baru mengalami kristalisasi didalam sediment atau batuan
selama proses diagenesis ataupun setelahnya. Mineral baru mungkin terbentuk
melalui reaksi di dalam fase yang terdapat dalam sedimen atau batuan,
mungkin juga muncul karena presipitasi dari material yang masuk melalui
fase fluida, atau dihasilkan dari kombinasi sedimen primer dan material yang

27
masuk. Dan selanjutnya mengalami Replacement yaitu proses yang mana
mieral baru menggantikan (secara kimia dan fisika) in situ pada endapan
mineral. Replacement mungkin bersifat neomorphic, yang mana butiran yang
baru memiliki fase yang sama dengan asalnya atau polimorpisme dari fase
asalnya. Pseudomorfic yang mana fase baru merupakan tiruan dari bentuk
eksternal dari fase yang digantikan tetapi fasenya berbeda, allomorphic yaitu
replacement dalam bentuk fase baru yang biasanya berbeda bentuk kristalnya
dan menggantikan sepenuhnya fase sediment asal. Fase replacement sama
beragamnya dengan fase autigenesis, tetapi fase replacement yang penting
yaitu dolomite, opal, kuarsa dan ilite. Dari sayatan tipis juga diketahui bahwa
batuan ini telah mengalami kompaksi, sementasi, autigenesis, replacement,
dan pelarutan.

Gambar 3.2 Klasifikasi Kematangan Folk 1951


Kematangan batuan dapat ditentukan berdasarkan tekstur batuan yang terlihat
pada sayatan, memiliki kematangan berupa submature dimana Batuan
sedimen disebut matang jika komposisinya didominasi oleh mineral kuarsa
(mineral yang sangat stabil). Sementara itu batuan sedimen disebut tidak
matang jika tidak didominasi oleh kuarsa melainkan didominasi oleh mineral
tidak stabil (misal feldspar, olivin, dll.) dan fragmen batuan. Sehingga batuan
ini tergolong batuan yang sub-mature/cukup dewasa karena ukuran butirnya
yang berukuran 1 mm yang berjenis pasir sangat kasar, lalu sortasi batuan
yang baik menandakan bahwa batuan tersebut sudah mengalami proses
transportasi yang sangat signifikan jadi dapat dikatakan batuan ini derajat

28
kedewasaannya mature. Berdasarkan berbagai penjelasan dan mekanisme
genesis serta diagenesa batuan ini, dapat disimpulkan bahwa batuan ini
lingkungan pengendapannya berada di daerah hulu menuju daerah laut
dangkal karena adanya semen karbonat yang mencirikan adanya komponen
laut dangkal pada batuan ini. Berdasarkan sayatan tersebut diinterpretasikan
batuan telah mengalami proses diagenesis lainnya, seperti kompaksi,
sementasi, autigenesis, replacement, dan pelarutan. Porositas yang terdapat
pada sayatan batuan tersebut merupakan porositas primer, dengan demikian
dapat diinterpretasikan batuan tersebut melalui tahap proses pengendapan
predepositional ataupun depositional.

Gambar 3.2 Hubungan Porositas dan Proses Pengendapan

Gambar. 3.2 provenance dan setting tektonik

29
Dimana untuk mengetahui provenance dan setting tektonik pada
sayatan ini Setelah itu dilakukan normalisasi untuk partikel-partikel khusus
seperti mineral kuarsa, mineral feldspar dan lithik. Ketiga komponen itu
kemudian diplot pada diagram segitiga yang biasa dikenal sebagai diagram
QFL (kuarsa, felspar, fragmen lithik). Di dalam segitiga ini ada beberapa
“field” yang akan menunjukkan pengelompokkan setting tectonic batuan yang
sedang diamati. Dilihat dari komposisi pada sayatan ini seperti Untuk
roundness, semakin rounded suatu butiran sedimen menunjukkan bahwa jarak
transportasinya semakin jauh namun pada sayatan ini cenderung angular
sehingga transportasi dekat dengan asalnya. Sehingga pada sayatan ini
memiliki setting tektonik berupa Stable craton dimana tipe daerah provenance
ini biasanya memiliki setting tectonic berupa daerah continental interior atau
passive margin. Ciri-ciri dari komposisi pasir yang dihasilkan pada tipe ini
yaitu berupa Quartzose sand (Qt-rich) dengan rasio Qm/Qp yang tinggi dan
Fk/Fp yang tinggi pula.
3.3 Kode sayatan Samsung Galaxy
Pada peraga kode sayatan samsung galaxy ini memiliki kenampakan
secara mikroskopis dengan bantuan mikroskop polarisasi, yang dapat diamati
adalah sayatan mineral pada nikol sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa
dimana yang dideskripsikan melalui tiga medan pandang, pembesaran mineral
adalah 4X. sayatan ini merupakan sayatan batuan yang terbentuk dari akumulasi
material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau dari hasil
aktivitas kimia ataupun organisme, yang diendapakan lapis demi lapis pada
permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan yang terbentuk berasal
dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang
selanjutnya mengalami diagenesis dan litifikasi atau disebut batuan sedimen
klastik. Struktur batuan sedimen klastik merupakan suatu kelainan dari
perlapisan normal yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pada
pembentukannya dimana struktur pada sayatan ini berupa masif. Tekstur batuan

30
sedimen klastik adalah kenampakan yang mencerminkan kondisi didalamnya.
Tekstur umum yang dapat diamati pada sayatan ini adalah derajat pemilahan atau
keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, bila semakin
seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin baik atau
disebut sortasi. Pada sayatan ini cenderung berupa sortai baik dimana memiliki
distribusi ukuran butir yang sergam.

Gambar 3.1 Klasifikasi sortasi


Pada kode peraga samsung galaxy memiliki material penyusun yang
berasal dari batuan sedimen klastik. Sayatan ini memiliki Komposisi pada setiap
tiga medan pandang, yaitu Material penyusun batuan sedimen umumnya yaitu
berupa fragmen, matriks dan semen. Komposisi ini dibedakan berdasarkan
ukuran butirnya dimana fragmen merupakan butiran penyusun suatu batuan
sedimen yang berukuran lebih besar daripada pasir. Matriks merupakan material
penyusun yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan fragmen, sedangkan
semen merupakan material pengikat yang mengikat butir framen dan juga
matriks dan terdapat porositas yang ditemukan dalam sayatan batuan sedimen
klastik, porositas merupakan celah atau ruang kosong pada sayatan yang tidak
terisi oleh material. Dimana fragmen pada sayatan ini fragmen yang menyusun
pada sayatan peraga ini berupa mineral yang memiliki ciri-ciri colorless,
pecahan sedikit, gelapan bergelombang dan relief rendah, anhedral sehingga
dapat disimpulkan berupa mineral kuarsa dengan kelimpahan yang sedikit.
Selanjutnya material berupa matriks yang berukuran halus, yaitu <1/256 mm

31
dan berwarna coklat sehingga dapat disimpulkan bahwa matriks ini merupakan
mineral lempung atau mineral lempung, serta terdapat semen pengikat material
penyusun pada sayatan ini dimana mengikat fragmen dan matriks ialah berupa
semen karbonatan. Pada sayatan medan pandang satu ini porositas tidak terlalu
nampak jelas namun porositas pada batuan sedmen klastik selalu dapat
ditemukan pada pertemuan antar butir porositas yang berada di atara fragmen
dan matriks atau disebut dengan porositas intergranular dan terbentuk porositas
sekunder berupa Fractured porosity diakibatkan oleh gaya tektonik atau proses
lain seperti pemadatan dan pengeringan.

Gambar 3.3 porositas intergranular dan fracture

Tabel 3.3 Komposisi Sayatan


komposisi Grain (%) Matriks (%) Semen (%)
MP 1 - 90 10
MP 2 - 90 10
MP 3 - 90 10
RATA-RATA - 90 10

32
MP 1 MP 2 MP 3
Gambar 3.3 kode peraga samsung galaxy

Sehingga jika dilihat dari komposisi dan presentase dari 3 medan pandang
maka akan didapat rata – rata penyusun. Rata – rata material penyusun sayatan
peraga kode avengers yang berupa fragmen, matriks, dan semen. Dari presentase
material penyusun dari tiap medan pandang makan akan didapat rata – rata
material penyusun yaitu tidak terdapat fragmen, matriks 90%, dan semen 10%.
Nilai komposisi penyusun ini dapat digunakan untuk penamaan batuan sedimen
klastik. Dari rata – rata yang didapat maka sayatan ini memiliki nama yang
berupa mudrock (Pettijohn, 1975). Penamaan sayatan peraga ini didasarkan
keterdapatan matriksnya yang didominasi oleh mudrock.

Gambar 3.3 Klasifikasi pettijhon, 1975

Petrogenesa dari batuan ini yaitu Batuan ini terbentuk dari batuan
sedimen klastik sebelumnya dimana pada awalnya batuan ini terombakan dari
batuan induknya kemudian tererosi menjadi material sedimen yang lepas
kemudian tertransportasi dengan energi transport yang kecil, karena material

33
yang tertransport pada batuan ini tergolong kecil dan halus-halus, lalu batuan
ini tertransport cukup jauh dari batuan induknya karena pada saat proses
trasnportasi butiran-butiran pada batuan sedimen ini mengalami proses erosi
yang cukup signifikan sehingga mengalami perubahan bentuk dan ukuran
yang signifikan pula, lalu setelah tertransport, material sedimen ini
terendapkan pada suatu cekungan dan mengalami proses sedimentasi, setelah
itu mengalami diagenesa. Sayatan batuan tersebut menunjukkan bahwa batuan
ini telah mengalami proses diagenesis. Pada tahap diagenesa yaitu pada
awalnya yaitu proses sementasi, semen yang ada pada batuan ini berjenis
karbonatan, diduga pada saat material sedimen ini tersedimentasikan ada
fluida berjenis karbonatan yang masuk ke dalam material sedimen ini
sehingga setelah material sedimen ini tersemenkan, batuan ini mengalami
proses kompaksi meskipun belum begitu intens. Kompaksi merupakan
berkurangnya volume sedimen dengan penurunan porositas secara bersamaan
disebabkan oleh penataan ulang fragmen dan proses lainnya yang dihasilkan
dari pembebanan oleh sedimen diatasnya maupun proses tektonik atau
pemadatan massa endapan akibat pengisian semen, kemudian setelah massa
endapan sedimen memadat air dari rongga-rongga butiran sedimen tersebut
keluar lalu endapan tersebut terlithifikasikan menjadi sebuah batuan. Dari
prngamatan sayatan tipis batuan didapati bahwa batuan ini telah mengalami
proses pelarutan yang mana akhirnya membentuk porositas primer. Dari
sayatan tipis juga diketahui bahwa batuan ini belum mengalami rekristalisasi
dan autigenesis dikarenakan belum adanya perubahan mineral yang menyusun
batuan ini.

34
Gambar 3.3 Klasifikasi Kematangan Folk 1951
Kematangan batuan dapat ditentukan berdasarkan tekstur batuan yang terlihat
pada sayatan tergolong batuan yang immature/belum dewasa, lalu sortasi
batuan yang buruk menandakan bahwa batuan tersebut belum mengalami
proses transportasi yang sangat signifikan jadi dapat dikatakan batuan ini
derajat kedewasaannya immature dimana batuan sedimen disebut tidak
matang jika komposisinya berupa material lempung Berdasarkan sayatan
tersebut diinterpretasikan batuan telah mengalami proses diagenesis lainnya,
seperti kompaksi, sementasi, dan pelarutan, serta autigenesis. Porositas yang
terdapat pada sayatan batuan tersebut merupakan porositas primer, dengan
demikian dapat diinterpretasikan batuan tersebut melalui tahap proses
pengendapan depositional hingga post deposisisonal pada Eogenesis (Shallow
Burial) bioturbasi, kompaksi minor, grain packing (kompaksi), perubahan
secara mineralogy atau proses awal diagenesis yang terdapat di antara
endapan dan timbunan, atau dekat permukaan, dan pembentukan mineral baru
atau diagenesis dimana terbentuk mineral kuarsa walaupun kelimpahan yang
tidak melimpah. Serta terbentuk porositas sekunder berupa fracture dimana
diakibatkan oleh gaya tektonik atau proses lain seperti pemadatan dan
pengeringan. Berdasarkan berbagai penjelasan dan mekanisme genesis serta
diagenesa batuan ini, dapat disimpulkan bahwa batuan ini lingkungan
pengendapannya berada di daerah hulu.

35
Gambar 3.3 Hubungan Porositas dan Proses Pengendapan
Batuan sedimen berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang telah ada
sebelumnya. Sedimen tertransportasi oleh bermacam-macam agen termasuk
gravitasi, air yang mengalir, angin dan es yang bergerak (gletser). Sediment
tersebut akan berpindah dari asalnya ke tempat-tempat pengendapan yang
beragam. Mekanisme pembentukkan batuan ini yakni pada awalnya batuan ini
mengalami proses perombakan dari batuan asalnya, kemudian tertransport
dengan jarak yang cukup jauh dari batuan asalnya karena pada saat proses
transportasi butiran yang ada dalam batuan ini sudah tererosi cukup
signifikan, lalu energi transport yang mengendapkan batuan ini kecil karena
material pada batuan ini tergelong kecil dan berukuran halus, lalu setelah
tertransport, batuan ini tersedimentasikan pada suatu cekungan. Akibat adanya
suatu proses geologi tertentu batuan ini terburialkan di bawah permukaan
kemudian terkena suatu gaya tektonik berupa gaya kompressi di bawah
permukaan sehingga proses kompaksi dan pemadatan pun berjalan cepat
dengan bantuan gaya kompressi tersebut lalu ketika gaya kompressi menekan
batuan ini terus menerus hingga batuan ini tidak bisa menahan gaya tekan
tersebut akhirnya terbentuklah fracture yang menyebabkan adanya celah pada
batuan ini kemudian celah tersebut terisi oleh fluida yang bersifat silikaan
yang selanjutnya menjadi komponen mineral pengisi celah tersebut.

36
Gambar. 3.3 provenance dan setting tektonik
Dimana untuk mengetahui provenance dan setting tektonik pada
sayatan ini Setelah itu dilakukan normalisasi untuk partikel-partikel khusus
seperti mineral kuarsa, mineral feldspar dan lithik. Ketiga komponen itu
kemudian diplot pada diagram segitiga yang biasa dikenal sebagai diagram
QFL (kuarsa, felspar, fragmen lithik). Di dalam segitiga ini ada beberapa
“field” yang akan menunjukkan pengelompokkan setting tectonic batuan yang
sedang diamati. Dilihat dari komposisi pada sayatan ini seperti Untuk
roundness, semakin rounded suatu butiran sedimen menunjukkan bahwa jarak
transportasinya semakin jauh namun pada sayatan ini cenderung angular
sehingga transportasi dekat dengan asalnya. Sehingga pada sayatan ini
memiliki setting tektonik berupa Stable craton dimana tipe daerah provenance
ini biasanya memiliki setting tectonic berupa daerah continental interior atau
passive margin. Ciri-ciri dari komposisi pasir yang dihasilkan pada tipe ini
yaitu berupa Quartzose sand (Qt-rich) dengan rasio Qm/Qp yang tinggi dan
Fk/Fp yang tinggi pula.

37
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Sayatan peraga kode Avengers merupakan sayatan dari batuan sedimen


klastik yang merupakan batuan yang tersusun atas pecahan atau fragmen
batauan sebelumnya. Sayatan peraga ini tersusun atas struktur masif dengan
tekstur berupa grain size ½-1 mm, sortasi poorly sorted, grain contact berupa
point, dan bentuk butir yang angular, komposisi berupa fragmen berupa
fragmen batuan sebelumnya dan terdapat mineral feldspar dan kuarsa dengan
total kelimpahan seluruhnya 80%, matriks pada sayatan ini berupa mineral
lempung dengan kelimpahan 10%, dan semen berupa semen silikaan 10% dan
terdapat porositas berupa intergranular. maka dari itu sayatan ini dari hasil
rata – rata material penyusun dan justa komposisi mineralnya yang telah
dijumlah maka akan didapat nama yang berupa lithic arenites (pettijhon,
1975) Penamaan sayatan peraga ini didasarkan keterdapatan matriksnya yang
didominasi oleh arenites.
 Sayatan peraga kode nannatsu merupakan sayatan dari batuan sedimen
klastik yang merupakan batuan yang tersusun atas pecahan atau fragmen
batauan sebelumnya. Sayatan peraga ini tersusun atas struktur cross-
lamination dengan tekstur berupa grain size 1-2 mm, sortasi well sorted, grain
contact berupa long, dan bentuk butir yang subrounded, komposisi berupa
fragmen berupa mineral glaukonit dan kuarsa dengan total kelimpahan
seluruhnya 50%, matriks pada sayatan ini berupa mineral lempung dengan
kelimpahan 38.3%, dan semen berupa semen karbonatan 6.7% dan terdapat
porositas berupa intergranular. maka dari itu sayatan ini dari hasil rata – rata
material penyusun dan justa komposisi mineralnya yang telah dijumlah maka
akan didapat nama yang berupa quartz wacke (pettijhon, 1975) Penamaan

38
sayatan peraga ini didasarkan keterdapatan matriksnya yang didominasi oleh
wacke.
 Sayatan peraga kode samsung galaxy merupakan sayatan dari batuan
sedimen klastik yang merupakan batuan yang tersusun atas pecahan atau
fragmen batauan sebelumnya. Sayatan peraga ini tersusun atas struktur masif
dengan tekstur berupa grain size <1/256 mm dan sortasi well sorted,
komposisi berupa matriks pada sayatan ini berupa mineral lempung dengan
kelimpahan 90%, dan semen berupa semen silikaan terdapat mineral kuarsa
dengan kelimpahan 10% dan terdapat porositas berupa intergranular dan
porositas sekunder berupa fracture. maka dari itu sayatan ini dari hasil rata –
rata material penyusun dan justa komposisi mineralnya yang telah dijumlah
maka akan didapat nama yang berupa mudrock (pettijhon, 1975) Penamaan
sayatan peraga ini didasarkan keterdapatan matriksnya yang didominasi oleh
mudrock.
4.2 Saran
 Asisten dalam menyampaikan materi lebih menjelaskan lagi
 Praktikan lebih focus lagi dalam praktikum

39
DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Petrografi. 2018. Buku Panduan Praktikum Petrografi. Semarang,


Jawa tengah: Universitas Diponegoro

40
LAMPIRAN

41
LABORATORIUM SUMBERDAYA ENERGI, SEDIMENTOLOGI
DAN PALEONTOLOGI
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Sekretariat: Jl. Prof. Soedharto, SH Tembalang-Semarang, GedungPertaminaSukowati
Phone (024) 74600053, Fax (024) 7460055

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Bella Pratiwi


NIM : 21100117130045
Praktikum : Petrografi
Acara : Batuan Sedimen Klastik
Semester : Genap
Tahun Akademik : 2018/2019
Asisten Acara : Azka Zakiyah

No Tanggal Keterangan Paraf

1. 9 mei 2019 Acc acara

Acc kelompok

42

Anda mungkin juga menyukai