MINERAL OPTIK
Disusun Oleh :
Bella Pratiwi
21100117130045
SEMARANG
OKTOBER 2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas laporan praktikum mata kuliah Mineral Optik acara Sifat Optik
Mineral Dalam Batuan Sedimen Karbonat yang disusun oleh Bella Pratiwi telah
disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Sebagai tugas laporan praktikum Mineral Optik.
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Mengetahui sifat-sifat optik mineral dalam Batuan Sedimen
Karbonat.
Mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui
nikol sejajar dan nikol bersilang dimana terdapat komposisi beupa
Allochem, Orthocem, Semen, dan Porositas.
Mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral
yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.2 Tujuan
Mengetahui komposisi penyusun batuan sedimen karbonat secara
mikroskopis.
Dapat mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral dan
mendeskripsikan sifat-sifat optik mineral berdasarkan atas aspek-
aspek deskripsinya melalui nikol sejajar dan nikol bersilang
dimana terdapat komposisi beupa Allochem, Orthocem, Semen,
dan Porositas.
Dapat memberi penamaan mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik
mineral dan menginterpretasikan proses pembentukan yang
diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum mineral optik dengan acara Sifat Optik Mineral dalam
Batuan Sedimen Klastik dilakukan pengamatan sayatan pada :
Hari, tanggal : Kamis, 18 Oktober 2018
Waktu : 18.30 WIB-Selesai
Tempat : Laboratorium Paleontologi, Geologi Foto,
dan Geologi Teknik Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi
Universitas Diponegoro.
5
BAB II
HASIL DESKRIPSI
2.1 Kode Peraga 37
LEMBAR DESKRIPSI
Tanggal Pengamatan 18 oktober 2018
Pengamat Bella Pratiwi
No. Sayatan 37
Perbesaran 4X
Jenis batuan Batuan Sedimen Karbonat
Komposisi
Cement Kalsit
Porositas Vugy
6
Ket :
Allochem skeletal grain berupa
Red alga
Orthocem : micrite
Semen kalsit
perbesaran 4X
Sayatan kode 37 ini memiliki komponen fragmen berupa allochem skeletal grain
yang merupakan alga, dengan orthocem atau matriks berupa mikrit dan belum
terkristalisasi sehingga terbentuk pada zona vades, semen berupa kalsit sehingga
merupakan mineral yang stabil dalam air laut dan dekat permukaan kulit bumi.
Mineral kalsit tersebut masih bisa ditemukan hingga kedalam laut mencapai 4500
meter. telah mengalami neomorphisme dengan porositas vugy dimana merupakan
porositas sekunder yang rendah sehingga kompaksi kurang intensif dimana
Petrogenesa mengandung material yang berasal dari organisme yang dapat diinterpretasikan
batuan ini terbentuk didaerah laut yang cukup dangkal. Komposisi mikrit pada
peraga ini terbentuk pada lingkungan pengendapan yang berenergi rendah dan
terbentuk pada kondisi yang tenang dengan energy pengendapan yang cukup
tinggi. Batuan ini terbentuk dari endapan material karbonat yang mana material
organic lainnya ikut terendapkan. Akumilasi material sedimen karbonat
mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini terbentuk pada kedalaman dan kondisi
salinitas yang cukup
LEMBAR DESKRIPSI
Tanggal Pengamatan 18 oktober 2018
Pengamat Bella Pratiwi
No. Sayatan 36
Perbesaran 4X
Jenis batuan Batuan Sedimen Karbonat
Komposisi
Cement Kalsit
7
Porositas -
Perbesaran 4X Ket :
Semen kalsit
LEMBAR DESKRIPSI
Tanggal Pengamatan 18 oktober 2018
Pengamat Bella Pratiwi
No. Sayatan 35
Perbesaran 4X
Jenis batuan Batuan Sedimen Karbonat
Komposisi
8
Allocherm (Fragment) Skeletal grain berupa algae
Cement Aragonite
Porositas Vugy
Ket :
Porositas sekunder berupa vuggy
Perbesaran 10X
9
Sayatan kode 35 ini memiliki komponen fragmen berupa allochem skeletal grain
yang merupakan alga, dengan orthocem atau matriks berupa mikrit dan belum
terkristalisasi sehingga terbentuk pada zona vades, semen berupa aragonit Mineral
aragonit terbentuk pada lingkungan yang mempunyai temperatur tinggi dengan
penyinaran matahari yang cukup, sehingga batuan karbonat yang tersusun oleh
komponen dengan mineral aragonit merupakan produk laut dangkal dengan
kedalaman sekitar 2000 meter, namun perkembangan maksimum adalah hingga
kedalaman 200 meter.sehingga telah mengalami neomorphisme dengan porositas
vugy diamana merupakan porositas sekunder yang rendah sehingga kompaksi
Petrogenesa
kurang intensif dimana mengandung material yang berasal dari organisme yang
dapat diinterpretasikan batuan ini terbentuk didaerah laut yang cukup dangkal.
Komposisi mikrit pada peraga ini terbentuk pada lingkungan pengendapan yang
berenergi rendah dan terbentuk pada kondisi yang tenang dengan energy
pengendapan yang cukup tinggi. Batuan ini terbentuk dari endapan material
karbonat yang mana material organic lainnya ikut terendapkan. Akumilasi material
sedimen karbonat mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini terbentuk pada
kedalaman dan kondisi salinitas yang cukup
LEMBAR DESKRIPSI
Tanggal Pengamatan 18 oktober 2018
Pengamat Bella Pratiwi
No. Sayatan 33
Perbesaran 4X
Jenis batuan Batuan Sedimen Karbonat
Komposisi
10
Cement Kalsit
Porositas -
Ket :
Perbedaran 4x
Sayatan kode 33 ini memiliki komponen fragmen berupa allochem skeletal grain
yang merupakan foraminifera, dengan orthocem atau matriks berupa mikrit dan
sehingga terbentuk pada zona phreatic, semen berupa kalsit dimana kalsit tersebut
masih bisa ditemukan hingga kedalam laut mencapai 4500 meter. sehingga telah
mengalami neomorphisme tidak terdapat porositas sehingga kompaksi kurang
intensif dimana mengandung material yang berasal dari organisme yang dapat
Petrogenesa diinterpretasikan batuan ini terbentuk didaerah laut yang cukup dangkal.
Komposisi mikrit pada peraga ini terbentuk pada lingkungan pengendapan yang
berenergi rendah dan terbentuk pada kondisi yang tenang dengan energy
pengendapan yang cukup tinggi. Batuan ini terbentuk dari endapan material
karbonat yang mana material organic lainnya ikut terendapkan. Akumilasi material
sedimen karbonat mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini terbentuk pada
kedalaman dan kondisi salinitas yang cukup
2.5 Kode Peraga 38
LEMBAR DESKRIPSI
Tanggal Pengamatan 18 oktober 2018
11
Pengamat Bella Pratiwi
No. Sayatan 38
Perbesaran 4X
Jenis batuan Batuan Sedimen Karbonat
Komposisi
Cement Dolomit
Porositas Vugy
Ket :
brachiopoda
mikrospar
12
Sayatan kode 38 ini memiliki komponen fragmen berupa allochem skeletal grain
yang merupakan foraminifera dan bracipoda, dengan orthocem atau matriks
berupa mikrosparit dan belum terkristalisasi sehingga terbentuk pada zona vades,
semen berupa dolomit sehingga telah mengalami neomorphisme dengan porositas
vugy diamana merupakan porositas sekunder yang rendah sehingga kompaksi
kurang intensif dimana mengandung material yang berasal dari organisme yang
dapat diinterpretasikan batuan ini terbentuk didaerah laut yang cukup dangkal.
Komposisi mikrospar terbentuk akibat proses diagenesis berupa pelarutan
Petrogenesa
karbonat yang kemudian mengkristal atau disebut neomorfisme yang mencirikan
lingkungan pengendapan berenergi tinggi,. Secara umum, jika kehadiran
mikrospar melimpah, mencirikan lingkungan pengendapan berenergi tinggi.
Batuan ini terbentuk dari endapan material karbonat yang mana material organic
lainnya ikut terendapkan. adanya komposisi material organisme yang cukup tinggi
maka diinterpretasikan batuan peraga ini tingkat suplai sedimennya relatif rendah
dan tingkat kejernihan airnya cukup tinggi.ini terbentuk pada kedalaman dan
kondisi salinitas yang cukup
13
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum mineral optik dengan acara sifat optic mineral dalam
Batuan Sedimen Karbonat yang dilaksanakan pertemuan pengamatan sayatan
pada hari kamis tanggal 18 Oktober 2018 di Laboratorium Paleontologi, Geologi
Foto, dan Geologi Teknik Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi,
Universitas Diponegeoro. Pada praktikum dan pengamatan sayatan kali ini
dilakukan beberapa hal seperti, mendeskripsikan sifat optic dalam batuan sedimen
karbonat dimana komposisi berupa fragmen merupakan allochem, terdapat
matriks berupa orthocem, porositas, dan semen dengan menggunakan mikroskop
polarisasi dengan nikol sejajar atau PPL, nikol bersilang atau XPL, dan baji
kuarsa. Pada pengamatan ini mendeskripsikan 5 mineral preparat sayatan dimana
pada peraga berkode, yaitu 37, 36, 35, 33, dan 38. Berikut ini adalah hasil
pengamatannya:
3.1 Kode Preparat 37
Pada peraga kode 37 ini merupakan batuan sedimen karbonat merupakan
batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun
atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung. Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase
primer, sekunder dan butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral
presipitasi yang dihasilkan oleh organisme, sementara mineral karbonat
sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang terjadi saat
proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan
mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi
pelapukan batuan sebelumnya. Dimana sayatan ini berupa batuan sedimen
karbonat dimana memiliki frgmen berupa allochem yang dibagi menjadi
skeletal grain dan non skeletal grain dan matriks berupa orthocem yang
terbagi menjadi micrite dan microspar, dan terdapat semen yang merupakan
kalsit, dolomit, dan aragonite, serta terdapat porositas yang dibagi menjadi
sekunder dan primer. batuan karbonat tersusun oleh ion kalsium (Ca2+), ion
14
Magnesium (Mg2+), dan tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam
umum yang dijumpai pada hampir semua batuan karbonat (baik batugamping
maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang penting dalam
dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan
karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut
terendapkan bersama butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat,
dan alumina juga meningkat saat dianalisis kandungan kimianya. Banyak juga
unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-
lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li.
Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari
batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal
dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa
oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur
sekeltalnya.
Terdapat 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu fragmen
berupa allochem. Dimana fragmen adalah Batuan yang ukurannya lebih besar
daripada pasir fragmen berupa Allochem yang merupakan komponen batuan
karbonat berupa partikel / butiran karbonat yang berukuran lebih dari/ sama
dengan pasir. Dimana terdapat dua macam allochem, yaitu non skeletal grain
yang merupakan grain atau butiran dalam batuan karbonat yang bukan berasal
dari cangkang/rangka organisme karbonatan dan skeletal grain fragmen
karbonat yang berasal dari bagian keras organisme/cangkang/tubuh organisme
(moluska, echinoidea, ostracoda, foraminifera dll). Butiran cangkang pada
batuan karbonat dapat berupa mikrofosil, makrofosil atau fragmen/pecahan
makrofosil memiliki kenampakan secara mikroskopis dengan bantuan
mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah sayatan mineral pada nikol
sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa. Dengan pengamatan PPL atau (plane
Polarized Light) dengan nikol sejajar dimaan memiliki warna colorless.
Namun terkadang pengamatan PPL saja masih belum cukup untuk
membedakan komponen-komponen yang memiliki banyak kemiripan
khususnya untuk yang berada dalam satu golongan tertentu. Untuk itu,
15
pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati komponen-
komponen. Dimana pada sayatan ini memiliki fragmen allochem dengan
sayatan skeletal grain berupa organisme yang secara morfologis sederhana,
yang mengandung berklorofil dengan ukuran yang berkisar dari mikroskopis
dan uniseluler (bersel tunggal) sampai sangat besar dan multiseluler atau
disebut alga namun memiliki warna merah yang memanjang dengan relief
tinngi. Memiliki struktur internal berbentuk reticulate, cellular, atau
latticework sehingga disebut red algae dimana dengan perbesaran 4x, terdapat
matriks yang merupakan Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen
dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen dimana matriks berupa
komponen batuan karbonat yang mineralnya terkristalisasi langsung di tempat
pengendapan, sehingga tidak mempunyai butiran-butiran bawaan atau disebut
orthocem dimana berupa lumpur (mud) karbonat, yang tersusun oleh
interlocking anhedral calcite / aragonit yang berukuran halus/lumpur atau
mikrit Secara umum, mikrite ini membentuk matriks dalam batuan karbonat
Di bawah microscop micrite mempunyai kenampakan cloudy dan translucent,
keabu-abuan sampai cokelat. Kehadiran mikrite yang melimpah mencirikan
lingkungan pengendapan yang berenergi rendah, sehingga micrite terbentuk
pada kondisi air yang tenang. setelah itu terdapat Material halus yang menjadi
pengikat yaitu berupa semen diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen
umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi. Semen pada sayatan
terlihat berwarna merah jika dilakukan pengamatan dengan menggunakan
mikroskop polarisasi yaitu dimana nikol bersilang disisipi dengan baji kuarsa
pada sayatan yang telah diberi alizarine red dimana bereaksi dengan
magnesium sehingga semen tersebut berupa mineral kalsit namun semen kalsit
ini tidak semerah pada semen dolomit saat disisipi oleh alizarine red. Dan
terakhir terdapat Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous)
rongga atau pori-pori di dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas
tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles) atau pori-
pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila
kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit
16
sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori dimana porositas pada sayatan
ini berupa porositas sekunder dimana porositas batuan yang terbentuk sesudah
batuan sedimen terendapkan berupa Vuggy porosity Ini adalah porositas
sekunder yang dihasilkan oleh pembubaran fitur besar (seperti macrofossils)
dalam batuan karbonat meninggalkan lubang besar, vugs, atau bahkan gua.
Red alga
kalsit
mikrit
17
proses diagenesa maupun proses tektonik yang rendah sehingga kompaksi
kurang intensif dimana mengandung material yang berasal dari organisme
yang dapat diinterpretasikan batuan ini terbentuk didaerah laut yang
cukup dangkal pada iklim lembab, umumnya hanya sedikit sekali porositas
primer yang terhindar dari proses sementasi, tetapi porositas sekunder vug
berkembang secara signifikan. Komposisi mikrit pada peraga ini terbentuk
pada lingkungan pengendapan yang berenergi rendah dan terbentuk pada
kondisi yang tenang dengan energy pengendapan yang cukup tinggi
dimana terjai Proses mikritisasi butiran ditunjukan dengan adanya proses
penggantian sejumlah butiran kerangka oleh mikrit yang berwarna coklat
keruh yang melapisi butiran. Mikritisasi merupakan proses yang penting
dalam lingkungan stagnant marine phreatic zone dan active marine
phreatic zone. Setelah itu terjadi proses pelarutan Proses pelarutan
memerlukan jumlah volume air yang terlewat jenuh dalam jumlah banyak
dan dipengaruhi oleh selektivitas terhadap matriks, bentuk butir, ukuran
butir serta sifat kerangka. Tingkat kelarutan (Solubilities) dari mineral-
mineral tersebut merupakan fungsi dari temperatur dan tekanan (water
depth). Kelarutan (Solubilities) menurun dengan meningkatnya
temperatur, dan kelarutan meningkat dengan meningkatnya tekanan air
laut. Proses pelarutan pada batuan karbonat dapat membentuk porositas
sekunder seperti porositas vuggy. Proses sementasi dalam sedimen
karbonat merupakan proses diagenesa utama dan terjadi ketika pore-fluid
supersaturated terhadap fase semen dan tidak ada faktor kinetik yang
menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan sirkulasi air tawar
ataupun air laut yang besar sekali. Dalam air yang stagnant hampir
tidak/sedikit sekali terjadi sementasi. Mineralogi dan fabric semen yang
berbeda-beda tergantung pada komposisi pore-fluid, kecepatan supply
karbonat dan kecepatan presipitasi, yang dapat menunjukan lingkungan
diagenesa yang berbeda pula Selanjutnya Proses Neomorfisme terdiri dari
inverse, rekristalisasi dan coalescive neomorphism. Inversi adalah
perubahan satu mineral ke polymorph, misalnya polymorphic
transformation aragonite menjadi kalsit, alterasi Mg kalsit menjadi kalsit.
18
Sedangkan rekristalisasi adalah perubahan dalam ukuran kristal tanpa
perubahan dalam mineraloginya, misalnya membesar/mengecilnya
ukuran kristal kalsit atau penggantian (replacement) kristal kalsit
berukuran kecil oleh kristal kalsit berukuran lebih besar. Neomorfisme
pada batuan karbonat umumnya adalah tipe aggrading (agradasi) yaitu
kumpulan proses yang menghasilkan butiran spar yang lebih besar.Proses
neomorfisme menyebabkan matrik (mikrit) telah terubah menjadi
mikrospar dimana mineral ini terbentuk pada zona Zona Vadose terletak di
bawah permukaan dan di atas muka air tanah yang menyebabkan rongga
pada batuan terisi oleh udara dan air meteorik. Proses utama yang terjadi di
lingkungan ini berupa pelarutan yang menghasilkan porositas sekunder
vuggy dan saturasi yang membentuk semen pendant dan meniskus akibat air
yang jenuh kalsit maupun penguapan CO2. Pada pengamatan megaskopis
ditunjukan oleh tingkat pengapuran (chalky appearance) pada batuan inti.
Kecenderungan tinggi rendahnya pengapuran menunjukan tingkat resistensi
batuan terhadap pelarutan. Proses Batuan ini terbentuk dari endapan
material karbonat yang mana material organic lainnya ikut terendapkan
Akumilasi material sedimen karbonat mengalami kompaksi lalu
tersementasi. ini terbentuk pada kedalaman dan kondisi salinitas yang
cukup.
19
Gambar 3.1 diagenesis karbonat
3.2 Kode Peraga 36
Pada peraga kode 36 ini merupakan batuan sedimen karbonat merupakan
batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun
atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung. Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase
primer, sekunder dan butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral
presipitasi yang dihasilkan oleh organisme, sementara mineral karbonat
sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang terjadi saat
proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan
mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi
pelapukan batuan sebelumnya. Dimana sayatan ini berupa batuan sedimen
karbonat dimana memiliki frgmen berupa allochem yang dibagi menjadi
skeletal grain dan non skeletal grain dan matriks berupa orthocem yang
terbagi menjadi micrite dan microspar, dan terdapat semen yang merupakan
kalsit, dolomit, dan aragonite, serta terdapat porositas yang dibagi menjadi
sekunder dan primer. batuan karbonat tersusun oleh ion kalsium (Ca2+), ion
Magnesium (Mg2+), dan tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam
umum yang dijumpai pada hampir semua batuan karbonat (baik batugamping
maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang penting dalam
dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan
karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut
terendapkan bersama butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat,
dan alumina juga meningkat saat dianalisis kandungan kimianya. Banyak juga
unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-
lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li.
20
Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari
batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal
dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa
oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur
sekeltalnya.
Terdapat 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu fragmen
berupa allochem. Dimana fragmen adalah Batuan yang ukurannya lebih besar
daripada pasir fragmen berupa Allochem yang merupakan komponen batuan
karbonat berupa partikel / butiran karbonat yang berukuran lebih dari/ sama
dengan pasir. Dimana terdapat dua macam allochem, yaitu non skeletal grain
yang merupakan grain atau butiran dalam batuan karbonat yang bukan berasal
dari cangkang/rangka organisme karbonatan dan skeletal grain fragmen
karbonat yang berasal dari bagian keras organisme/cangkang/tubuh organisme
(moluska, echinoidea, ostracoda, foraminifera dll). Butiran cangkang pada
batuan karbonat dapat berupa mikrofosil, makrofosil atau fragmen/pecahan
makrofosil memiliki kenampakan secara mikroskopis dengan bantuan
mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah sayatan mineral pada nikol
sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa. Dengan pengamatan PPL atau (plane
Polarized Light) dengan nikol sejajar dimana memiliki warna colorless.
Namun terkadang pengamatan PPL saja masih belum cukup untuk
membedakan komponen-komponen yang memiliki banyak kemiripan
khususnya untuk yang berada dalam satu golongan tertentu. Untuk itu,
pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati komponen-
komponen. Dimana pada sayatan ini memiliki fragmen allochem dengan
sayatan skeletal grain berwarna kecoklatan dengan relief tinggi berupa
organisme yang secara morfologis sederhana invertebrata laut yang termasuk
dalam kelas Anthozoa dari filum Cnidaria atau disebut koral. Mereka biasanya
hidup dalam koloni yang padat dari banyak polip individu yang identik. Koral
mencakup pembangun terumbu karang yang mendiami lautan tropis dan
mengeluarkan kalsium karbonat untuk membentuk kerangka keras berwarna
coklat, Biasanya ditemui hidup berkoloni dengan kemas tertutup dan bentuk
21
oval maupun poligonal Memiliki horizontal tabulae dan septal spike sebagai
penciri. dimana dengan perbesaran 4x, terdapat matriks yang merupakan
Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan
bersama-sama dengan fragmen dimana matriks berupa komponen batuan
karbonat yang mineralnya terkristalisasi langsung di tempat pengendapan,
sehingga tidak mempunyai butiran-butiran bawaan atau disebut orthocem
dimana berupa lumpur (mud) karbonat, yang tersusun oleh interlocking
anhedral calcite / aragonit yang berukuran halus/lumpur atau mikrit Secara
umum, mikrite ini membentuk matriks dalam batuan karbonat Di bawah
microscop micrite mempunyai kenampakan cloudy dan translucent, keabu-
abuan sampai cokelat. Kehadiran mikrite yang melimpah mencirikan
lingkungan pengendapan yang berenergi rendah, sehingga micrite terbentuk
pada kondisi air yang tenang. setelah itu terdapat Material halus yang menjadi
pengikat yaitu berupa semen diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen
umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi. Semen pada sayatan
Nampak berwarna merah jika dilakukan pengamatan dengan menggunakan
mikroskop polarisasi yaitu dimana nikol bersilang disisipi dengan baji kuarsa
pada sayatan yang telah diberi alizarine red dimana bereaksi dengan
magnesium sehingga semen tersebut berupa mineral kalsit namun semen kalsit
ini tidak semerah pada semen dolomit saat disisipi oleh alizarine red dimana
Cangkang-cangkang dari organisme tersebut mengandung mineral aragonit
yang kemudian berubah menjadi mineral kalsit.
22
tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles) atau pori-
pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila
kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit
sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori pada sayatan ini tidak memiliki
porositas.
Semen kalsit
Perbesaran 4X
gambar 3.2 Sayatan 36
23
sedimen karbonat merupakan proses diagenesa utama dan terjadi ketika pore-
fluid supersaturated terhadap fase semen dan tidak ada faktor kinetik yang
menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan sirkulasi air tawar
ataupun air laut yang besar sekali. Dalam air yang stagnant hampir tidak/sedikit
sekali terjadi sementasi (Koesoemadinata, 1987). Mineralogi dan fabric semen
yang berbeda-beda tergantung pada komposisi pore-fluid, kecepatan supply
karbonat dan kecepatan presipitasi, yang dapat menunjukan lingkungan
diagenesa yang berbeda pula Selanjutnya Proses Neomorfisme terdiri dari
inverse, rekristalisasi dan coalescive neomorphism. Inversi adalah perubahan
satu mineral ke polymorph, misalnya polymorphic transformation aragonite
menjadi kalsit, alterasi Mg kalsit menjadi kalsit. Sedangkan rekristalisasi adalah
perubahan dalam ukuran kristal tanpa perubahan dalam mineraloginya,
misalnya membesar/mengecilnya ukuran kristal kalsit atau penggantian
(replacement) kristal kalsit berukuran kecil oleh kristal kalsit berukuran lebih
besar. Neomorfisme pada batuan karbonat umumnya adalah tipe aggrading
(agradasi) yaitu kumpulan proses yang menghasilkan butiran spar yang lebih
besar. Proses neomorfisme menyebabkan matrik (mikrit) telah terubah menjadi
mikrospar dimana mineral ini terbentuk pada zona Sedimen berada pada
lingkungan marine phreatic bila semua rongga porinya terisi oleh air laut yang
normal. Umumnya batuan karbonat diendapkan dan memulai sejarah diagenesanya
pada lingkungan marine phreatic. Lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air sedikit, dicirikan oleh
kehadiran mikritisasi dan sementasi setempat. Lingkungan kedua berupa
lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air yang baik dimana tingkat
sementasi intergranular dan mengisi rongga lebih intensif. Semen aragonit
berserabut dan Mg Kalsit merupakan ciri lain dari lingkungan ini. Keberadaan
lingkungan ini didukung oleh terdapatnya proses mikritisasi mikrobial dan
semen mikrit yang jejaknya banyak dijumpai pada contoh sayatan tipis Proses
Batuan ini terbentuk dari endapan material karbonat yang mana material
organic lainnya ikut terendapkan Akumilasi material sedimen karbonat
24
mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini terbentuk pada kedalaman dan
kondisi salinitas yang cukup
25
Magnesium (Mg2+), dan tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam
umum yang dijumpai pada hampir semua batuan karbonat (baik batugamping
maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang penting dalam
dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan
karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut
terendapkan bersama butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat,
dan alumina juga meningkat saat dianalisis kandungan kimianya. Banyak juga
unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-
lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li.
Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari
batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal
dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa
oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur
sekeltalnya.
Terdapat 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu fragmen
berupa allochem. Dimana fragmen adalah Batuan yang ukurannya lebih besar
daripada pasir fragmen berupa Allochem yang merupakan komponen batuan
karbonat berupa partikel / butiran karbonat yang berukuran lebih dari/ sama
dengan pasir. Dimana terdapat dua macam allochem, yaitu non skeletal grain
yang merupakan grain atau butiran dalam batuan karbonat yang bukan berasal
dari cangkang/rangka organisme karbonatan dan skeletal grain fragmen
karbonat yang berasal dari bagian keras organisme/cangkang/tubuh organisme
(moluska, echinoidea, ostracoda, foraminifera dll). Butiran cangkang pada
batuan karbonat dapat berupa mikrofosil, makrofosil atau fragmen/pecahan
makrofosil memiliki kenampakan secara mikroskopis dengan bantuan
mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah sayatan mineral pada nikol
sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa. Dengan pengamatan PPL atau (plane
Polarized Light) dengan nikol sejajar dimaan memiliki warna colorless.
Namun terkadang pengamatan PPL saja masih belum cukup untuk
membedakan komponen-komponen yang memiliki banyak kemiripan
khususnya untuk yang berada dalam satu golongan tertentu. Untuk itu,
26
pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati komponen-
komponen. Dimana pada sayatan ini memiliki fragmen allochem dengan
sayatan skeletal grain berupa organisme yang secara morfologis sederhana,
yang mengandung berklorofil dengan ukuran yang berkisar dari mikroskopis
dan uniseluler (bersel tunggal) sampai sangat besar dan multiseluler atau
disebut alga namun memiliki warna kebiruan yang memanjang Memiliki
penciri berupa stromatolit Karakterisasi stromatolit algae yaitu berbentuk planar
/contorted lamination. Pada beberapa stromatolit dapat membentu
kenampakan branching sehingga disebut blue-green algae dimana dengan
perbesaran 10x, terdapat matriks yang merupakan Butiran yang berukuran
lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen
dimana matriks berupa komponen batuan karbonat yang mineralnya
terkristalisasi langsung di tempat pengendapan, sehingga tidak mempunyai
butiran-butiran bawaan atau disebut orthocem dimana berupa lumpur (mud)
karbonat, yang tersusun oleh interlocking anhedral calcite / aragonit yang
berukuran halus/lumpur atau mikrit Secara umum, mikrite ini membentuk
matriks dalam batuan karbonat Di bawah microscop micrite mempunyai
kenampakan cloudy dan translucent, keabu-abuan sampai cokelat. Kehadiran
mikrite yang melimpah mencirikan lingkungan pengendapan yang berenergi
rendah, sehingga micrite terbentuk pada kondisi air yang tenang. setelah itu
terdapat Material halus yang menjadi pengikat yaitu berupa semen diendapkan
setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau
oksida besi. Semen pada sayatan terlihat berwarna merah jika dilakukan
pengamatan dengan menggunakan mikroskop polarisasi yaitu dimana nikol
bersilang disisipi dengan baji kuarsa pada sayatan yang telah diberi alizarine
red dimana bereaksi dengan magnesium sehingga semen tersebut berupa
mineral aragonite namun semen aragonite ini tidak semerah pada semen
dolomit saat disisipi oleh alizarine red. Dan terakhir terdapat Porositas adalah
tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan.
Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak
dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
27
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau
tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai
pori-pori dimana porositas pada sayatan ini berupa porositas sekunder dimana
porositas batuan yang terbentuk sesudah batuan sedimen terendapkan berupa
Vuggy porosity Ini adalah porositas sekunder yang dihasilkan oleh
pembubaran fitur besar (seperti macrofossils) dalam batuan karbonat
meninggalkan lubang besar, vugs, atau bahkan gua.
Porositas sekunder
berupa vuggy
Allochem
berupa
alga Semen aragonit
Orthocem
berupa
Perbesaran 10X mikrit
gambar 3.3 Sayatan 35
28
yang tersusun oleh komponen dengan mineral aragonit merupakan
produk laut dangkal dengan kedalaman sekitar 2000 meter, namun
perkembangan maksimum adalah hingga kedalaman 200 meter. sehingga
telah mengalami neomorphisme dengan porositas vugy dimana
merupakan porositas sekunder porositas sekunder terbentuk setelah batuan
karbonat terbentuk (post-sedimentary) yang diakibatkan oleh proses
diagenesa maupun proses tektonik yang rendah sehingga kompaksi kurang
intensif dimana mengandung material yang berasal dari organisme yang
dapat diinterpretasikan batuan ini terbentuk didaerah laut yang cukup
dangkal pada iklim lembab, umumnya hanya sedikit sekali porositas primer
yang terhindar dari proses sementasi, tetapi porositas sekunder vug
berkembang secara signifikan. Komposisi mikrit pada peraga ini terbentuk
pada lingkungan pengendapan yang berenergi rendah dan terbentuk pada
kondisi yang tenang dengan energy pengendapan yang cukup tinggi
dimana terjai Proses mikritisasi butiran ditunjukan dengan adanya proses
penggantian sejumlah butiran kerangka oleh mikrit yang berwarna coklat
keruh yang melapisi butiran. Mikritisasi merupakan proses yang penting
dalam lingkungan stagnant marine phreatic zone dan active marine
phreatic zone. Setelah itu terjadi proses pelarutan Proses pelarutan
memerlukan jumlah volume air yang terlewat jenuh dalam jumlah banyak
dan dipengaruhi oleh selektivitas terhadap matriks, bentuk butir, ukuran
butir serta sifat kerangka. Tingkat kelarutan (Solubilities) dari mineral-
mineral tersebut merupakan fungsi dari temperatur dan tekanan (water
depth). Kelarutan (Solubilities) menurun dengan meningkatnya
temperatur, dan kelarutan meningkat dengan meningkatnya tekanan air
laut. Proses pelarutan pada batuan karbonat dapat membentuk porositas
sekunder seperti porositas vuggy. Proses sementasi dalam sedimen
karbonat merupakan proses diagenesa utama dan terjadi ketika pore-fluid
supersaturated terhadap fase semen dan tidak ada faktor kinetik yang
menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan sirkulasi air tawar
ataupun air laut yang besar sekali. Dalam air yang stagnant hampir
tidak/sedikit sekali terjadi sementasi. Mineralogi dan fabric semen yang
29
berbeda-beda tergantung pada komposisi pore-fluid, kecepatan supply
karbonat dan kecepatan presipitasi, yang dapat menunjukan lingkungan
diagenesa yang berbeda pula Selanjutnya Proses Neomorfisme terdiri dari
inverse, rekristalisasi dan coalescive neomorphism. Inversi adalah
perubahan satu mineral ke polymorph. Sedangkan rekristalisasi adalah
perubahan dalam ukuran kristal tanpa perubahan dalam mineraloginya,
misalnya membesar/mengecilnya ukuran kristal. Neomorfisme pada
batuan karbonat umumnya adalah tipe aggrading (agradasi) yaitu
kumpulan proses yang menghasilkan butiran spar yang lebih besar.Proses
neomorfisme menyebabkan matrik (mikrit) telah terubah menjadi
mikrospar dimana mineral ini terbentuk pada zona Zona Vadose terletak di
bawah permukaan dan di atas muka air tanah yang menyebabkan rongga
pada batuan terisi oleh udara dan air meteorik. Proses utama yang terjadi di
lingkungan ini berupa pelarutan yang menghasilkan porositas sekunder
vuggy dan saturasi yang membentuk semen pendant dan meniskus akibat air
yang jenuh maupun penguapan CO2. Pada pengamatan megaskopis
ditunjukan oleh tingkat pengapuran (chalky appearance) pada batuan inti.
Kecenderungan tinggi rendahnya pengapuran menunjukan tingkat resistensi
batuan terhadap pelarutan. Proses Batuan ini terbentuk dari endapan
material karbonat yang mana material organic lainnya ikut terendapkan
Akumilasi material sedimen karbonat mengalami kompaksi lalu
tersementasi. ini terbentuk pada kedalaman dan kondisi salinitas yang
cukup.
30
Gambar 3.3 diagenesis karbonat
3.4 Kode Peraga 33
Pada peraga kode 33 ini merupakan batuan sedimen karbonat
merupakan batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang
tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung. Secara umum batuan karbonat ini
mengandung fase primer, sekunder dan butiran reworked. Fase primer ini
merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme, sementara
mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik
yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama
dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi
pelapukan batuan sebelumnya. Dimana sayatan ini berupa batuan sedimen
karbonat dimana memiliki frgmen berupa allochem yang dibagi menjadi
skeletal grain dan non skeletal grain dan matriks berupa orthocem yang
terbagi menjadi micrite dan microspar, dan terdapat semen yang merupakan
kalsit, dolomit, dan aragonite, serta terdapat porositas yang dibagi menjadi
sekunder dan primer. batuan karbonat tersusun oleh ion kalsium (Ca2+), ion
Magnesium (Mg2+), dan tentu saja karbonat (CO3-). kalsium adalah logam
umum yang dijumpai pada hampir semua batuan karbonat (baik batugamping
maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang penting dalam
dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan
karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut
terendapkan bersama butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat,
dan alumina juga meningkat saat dianalisis kandungan kimianya. Banyak juga
unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-
lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li.
31
Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari
batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal
dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa
oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur
sekeltalnya.
Terdapat 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu
fragmen berupa allochem. Dimana fragmen adalah Batuan yang ukurannya
lebih besar daripada pasir fragmen berupa Allochem yang merupakan komponen
batuan karbonat berupa partikel / butiran karbonat yang berukuran lebih dari/
sama dengan pasir. Dimana terdapat dua macam allochem, yaitu non skeletal
grain yang merupakan grain atau butiran dalam batuan karbonat yang bukan
berasal dari cangkang/rangka organisme karbonatan dan skeletal grain
fragmen karbonat yang berasal dari bagian keras organisme/cangkang/tubuh
organisme (moluska, echinoidea, ostracoda, foraminifera dll). Butiran
cangkang pada batuan karbonat dapat berupa mikrofosil, makrofosil atau
fragmen/pecahan makrofosil memiliki kenampakan secara mikroskopis
dengan bantuan mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah sayatan
mineral pada nikol sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa. Dengan
pengamatan PPL atau (plane Polarized Light) dengan nikol sejajar dimana
memiliki warna colorless. Namun terkadang pengamatan PPL saja masih
belum cukup untuk membedakan komponen-komponen yang memiliki banyak
kemiripan khususnya untuk yang berada dalam satu golongan tertentu. Untuk
itu, pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati
komponen-komponen. Dimana pada sayatan ini memiliki fragmen allochem
dengan sayatan skeletal grain berwarna putih kecoklatan dengan relief tinggi
berupa organisme Memiliki dinding penyusun yang berasal dari kristal kalsit,
hyalin maupun porselen Sebagian besar memiliki kamar dengan jumlah yang
banyak disebut foraminifera, dimana dengan perbesaran 4x, terdapat matriks
yang merupakan Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen dimana matriks berupa komponen
batuan karbonat yang mineralnya terkristalisasi langsung di tempat
32
pengendapan, sehingga tidak mempunyai butiran-butiran bawaan atau disebut
orthocem dimana berupa lumpur (mud) karbonat, yang tersusun oleh
interlocking anhedral calcite / aragonit yang berukuran halus/lumpur atau
mikrit Secara umum, mikrite ini membentuk matriks dalam batuan karbonat
Di bawah microscop micrite mempunyai kenampakan cloudy dan translucent,
keabu-abuan sampai cokelat. Kehadiran mikrite yang melimpah mencirikan
lingkungan pengendapan yang berenergi rendah, sehingga micrite terbentuk
pada kondisi air yang tenang. setelah itu terdapat Material halus yang menjadi
pengikat yaitu berupa semen diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen
umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi. Semen pada sayatan
Nampak berwarna merah jika dilakukan pengamatan dengan menggunakan
mikroskop polarisasi yaitu dimana nikol bersilang disisipi dengan baji kuarsa
pada sayatan yang telah diberi alizarine red dimana bereaksi dengan
magnesium sehingga semen tersebut berupa mineral kalsit namun semen kalsit
ini tidak semerah pada semen dolomit saat disisipi oleh alizarine red dimana
Cangkang-cangkang dari organisme tersebut mengandung mineral aragonit
yang kemudian berubah menjadi mineral kalsit.
33
Allochem
berupa
foraminife
ra
Ortochem
berupa
micrite
Perbedaran 4x
gambar 3.4 Sayatan 33
34
berbeda-beda tergantung pada komposisi pore-fluid, kecepatan supply karbonat
dan kecepatan presipitasi, yang dapat menunjukan lingkungan diagenesa yang
berbeda pula Selanjutnya Proses Neomorfisme terdiri dari inverse, rekristalisasi
dan coalescive neomorphism. Inversi adalah perubahan satu mineral ke
polymorph, misalnya polymorphic transformation aragonite menjadi kalsit,
alterasi Mg kalsit menjadi kalsit. Sedangkan rekristalisasi adalah perubahan
dalam ukuran kristal tanpa perubahan dalam mineraloginya, misalnya
membesar/mengecilnya ukuran kristal kalsit atau penggantian (replacement)
kristal kalsit berukuran kecil oleh kristal kalsit berukuran lebih besar.
Neomorfisme pada batuan karbonat umumnya adalah tipe aggrading (agradasi)
yaitu kumpulan proses yang menghasilkan butiran spar yang lebih besar. Proses
neomorfisme menyebabkan matrik (mikrit) telah terubah menjadi mikrospar
dimana mineral ini terbentuk pada zona Sedimen berada pada lingkungan marine
phreatic bila semua rongga porinya terisi oleh air laut yang normal. Umumnya
batuan karbonat diendapkan dan memulai sejarah diagenesanya pada lingkungan
marine phreatic. Lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Lingkungan yang
berhubungan dengan sirkulasi air sedikit, dicirikan oleh kehadiran mikritisasi dan
sementasi setempat. Lingkungan kedua berupa lingkungan yang berhubungan
dengan sirkulasi air yang baik dimana tingkat sementasi intergranular dan mengisi
rongga lebih intensif. Semen aragonit berserabut dan Mg Kalsit merupakan ciri lain
dari lingkungan ini. Keberadaan lingkungan ini didukung oleh terdapatnya
proses mikritisasi mikrobial dan semen mikrit yang jejaknya banyak dijumpai
pada contoh sayatan tipis Proses Batuan ini terbentuk dari endapan material
karbonat yang mana material organic lainnya ikut terendapkan Akumilasi
material sedimen karbonat mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini terbentuk
pada kedalaman dan kondisi salinitas yang cukup
35
Gambar 3.4 zona marine phreatic
36
umum yang dijumpai pada hampir semua batuan karbonat (baik batugamping
maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang penting dalam
dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan
karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut
terendapkan bersama butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat,
dan alumina juga meningkat saat dianalisis kandungan kimianya. Banyak juga
unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak. Elemen-
lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li.
Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari
batuan tapi juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal
dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan unsur jejak yang ikt terbawa
oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur
sekeltalnya.
Terdapat 4 komponen penyusun batuan sedimen karbonat yaitu fragmen
berupa allochem. Dimana fragmen adalah Batuan yang ukurannya lebih besar
daripada pasir fragmen berupa Allochem yang merupakan komponen batuan
karbonat berupa partikel / butiran karbonat yang berukuran lebih dari/ sama
dengan pasir. Dimana terdapat dua macam allochem, yaitu non skeletal grain
yang merupakan grain atau butiran dalam batuan karbonat yang bukan berasal
dari cangkang/rangka organisme karbonatan dan skeletal grain fragmen
karbonat yang berasal dari bagian keras organisme/cangkang/tubuh organisme
(moluska, echinoidea, ostracoda, foraminifera dll). Butiran cangkang pada
batuan karbonat dapat berupa mikrofosil, makrofosil atau fragmen/pecahan
makrofosil memiliki kenampakan secara mikroskopis dengan bantuan
mikroskop polarisasi, yang dapat diamati adalah sayatan mineral pada nikol
sejajar, nikol bersilang, dan baji kuarsa. Dengan pengamatan PPL atau (plane
Polarized Light) dengan nikol sejajar dimaan memiliki warna colorless.
Namun terkadang pengamatan PPL saja masih belum cukup untuk
membedakan komponen-komponen yang memiliki banyak kemiripan
khususnya untuk yang berada dalam satu golongan tertentu. Untuk itu,
pengamatan polarisasi bersilang perlu dilakukan untuk mengamati komponen-
37
komponen. Dimana pada sayatan ini memiliki fragmen allochem dengan
sayatan skeletal grain berupa organisme Memiliki bentuk struktur internal
yang sangat bergelombang disebut brachiopoda berwarna coklat dan dimana
dengan perbesaran 10x, terdapat matriks yang merupakan merupakan semen
karbonat yang umumnya mengisi ruang kosong pada batuan karbonat.
Kenampakannya lebih jernih, kristalin dan berukuran lebih kasar daripada
micrite, berbentuk equant, berukuran 0,021-0,1 mm, kenampakannya
transparan dan jernih di bawah mikroskop polarisasi pada bentuk kristalnya
dan tidak adanya tekstur internal disebut mikrospar dimana terbentuk akibat
proses diagenesis, yaitu dari pelarutan karbonat yang kemudian mengkristal.
Secara umum, jika kehadiran mikrospar melimpah, mencirikan lingkungan
pengendapan berenergi tinggi. setelah itu terdapat Material halus yang
menjadi pengikat yaitu berupa semen diendapkan setelah fragmen dan matrik.
Semen umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi. Semen pada
sayatan terlihat berwarna biru jika dilakukan pengamatan dengan
menggunakan mikroskop polarisasi yaitu dimana nikol bersilang disisipi
dengan baji kuarsa pada sayatan yang telah diberi blueday sehingga semen
tersebut berupa mineral aragonite namun semen dolomite ini mengisi ruang
kosong pada porositas Dan terakhir terdapat Porositas adalah tingkatan
banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan. Batuan
dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak
dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau
tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai
pori-pori dimana porositas pada sayatan ini berupa porositas sekunder dimana
porositas batuan yang terbentuk sesudah batuan sedimen terendapkan berupa
Vuggy porosity Ini adalah porositas sekunder yang dihasilkan oleh
pembubaran fitur besar (seperti macrofossils) dalam batuan karbonat
meninggalkan lubang besar, vugs, atau bahkan gua.
38
Gambar 3.8 porositas sekunder vuggy dan komponen semen
brachiopoda
mikrospar
39
Proses pelarutan memerlukan jumlah volume air yang terlewat jenuh dalam
jumlah banyak dan dipengaruhi oleh selektivitas terhadap matriks, bentuk
butir, ukuran butir serta sifat kerangka. Tingkat kelarutan (Solubilities) dari
mineral-mineral tersebut merupakan fungsi dari temperatur dan tekanan
(water depth). Kelarutan (Solubilities) menurun dengan meningkatnya
temperatur, dan kelarutan meningkat dengan meningkatnya tekanan air laut.
Proses pelarutan pada batuan karbonat dapat membentuk porositas sekunder
seperti porositas vuggy. Proses sementasi dalam sedimen karbonat merupakan
proses diagenesa utama dan terjadi ketika pore-fluid supersaturated terhadap fase
semen dan tidak ada faktor kinetik yang menghalangi presipitasi semen. Proses
ini memerlukan sirkulasi air tawar ataupun air laut yang besar sekali. Dalam air
yang stagnant hampir tidak/sedikit sekali terjadi sementasi. Mineralogi dan fabric
semen yang berbeda-beda tergantung pada komposisi pore-fluid, kecepatan
supply karbonat dan kecepatan presipitasi, yang dapat menunjukan lingkungan
diagenesa yang berbeda pula Selanjutnya Proses Neomorfisme terdiri dari
inverse, rekristalisasi dan coalescive neomorphism. Inversi adalah perubahan
satu mineral ke polymorph. Sedangkan rekristalisasi adalah perubahan dalam
ukuran kristal tanpa perubahan dalam mineraloginya, misalnya
membesar/mengecilnya ukuran kristal. Neomorfisme pada batuan karbonat
umumnya adalah tipe aggrading (agradasi) yaitu kumpulan proses yang
menghasilkan butiran spar yang lebih besar.Proses neomorfisme menyebabkan
matrik (mikrit) telah terubah menjadi mikrospar dimana mineral ini terbentuk
pada zona Zona Vadose terletak di bawah permukaan dan di atas muka air tanah
yang menyebabkan rongga pada batuan terisi oleh udara dan air meteorik. Proses
utama yang terjadi di lingkungan ini berupa pelarutan yang menghasilkan
porositas sekunder vuggy dan saturasi yang membentuk semen pendant dan
meniskus akibat air yang jenuh maupun penguapan CO2. Pada pengamatan
megaskopis ditunjukan oleh tingkat pengapuran (chalky appearance) pada batuan
inti. Kecenderungan tinggi rendahnya pengapuran menunjukan tingkat resistensi
batuan terhadap pelarutan. Proses Batuan ini terbentuk dari endapan material
karbonat yang mana material organic lainnya ikut terendapkan Akumilasi
40
material sedimen karbonat mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini
terbentuk pada kedalaman dan kondisi salinitas yang cukup.
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
42
terdapat porositas. Terbentuk pada zona vados. Batuan ini terbentuk dari
endapan material karbonat yang mana material organic lainnya ikut
terendapkan. Akumilasi material sedimen karbonat mengalami kompaksi
lalu tersementasi. ini terbentuk pada kedalaman dan kondisi salinitas yang
cukup. Dimana terjadi diagenesis berupa mikritisasi, pelarutan,
sedimentasi dan neomorfisme, dan kompaksi terlalu intensif.
Kenampakan sayatan kode 35 ini merupakan merupakan batuan sedimen
karbonat merupakan batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 %
yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung dimana terdapat 4 komponen penyusun
batuan sedimen karbonat yaitu fragmen berupa allochem (skeletal grain dan non
skeletal), matriks berupa orthocem, porositas, dan semen. fragmen berupa
allochem yang skeletal grain merupakan blue-green alga, dengan matriks
atau orthocem berupa mikrit dimana komposisi mikrit pada peraga ini
terbentuk pada lingkungan pengendapan yang berenergi rendah dan
terbentuk pada kondisi yang tenang, semen yag berupa aragonit, dan
porositas berupa porositas sekunder yaitu vuggy. Terbentuk pada zona
vados. Batuan ini terbentuk dari endapan material karbonat yang mana
material organic lainnya ikut terendapkan. Akumilasi material sedimen
karbonat mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini terbentuk pada
kedalaman dan kondisi salinitas yang cukup. Dimana terjadi diagenesis
berupa mikritisasi, pelarutan, sedimentasi dan neomorfisme, dan kompaksi
yang tidak terlalu intensif.
Kenampakan sayatan kode 33 ini merupakan merupakan batuan sedimen
karbonat merupakan batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 %
yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung dimana terdapat 4 komponen penyusun
batuan sedimen karbonat yaitu fragmen berupa allochem (skeletal grain dan non
skeletal), matriks berupa orthocem, porositas, dan semen. fragmen berupa
allochem yang skeletal grain merupakan foraminifera, dengan matriks atau
orthocem berupa mikrit dimana komposisi mikrit pada peraga ini
43
terbentuk pada lingkungan pengendapan yang berenergi rendah dan
terbentuk pada kondisi yang tenang, semen yag berupa kalsit, dan tidsk
terdapat porositas. Terbentuk pada zona vados. Batuan ini terbentuk dari
endapan material karbonat yang mana material organic lainnya ikut
terendapkan. Akumilasi material sedimen karbonat mengalami kompaksi
lalu tersementasi. ini terbentuk pada kedalaman dan kondisi salinitas yang
cukup. Dimana terjadi diagenesis berupa mikritisasi, pelarutan,
sedimentasi dan neomorfisme, dan kompaksi yang terlalu intensif.
Kenampakan sayatan kode 38 ini merupakan merupakan batuan sedimen
karbonat merupakan batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 %
yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat
kristalin hasil presipitasi langsung dimana terdapat 4 komponen penyusun
batuan sedimen karbonat yaitu fragmen berupa allochem (skeletal grain dan non
skeletal), matriks berupa orthocem, porositas, dan semen. fragmen berupa
allochem yang skeletal grain merupakan brachiopoda, dengan matriks atau
orthocem berupa mikrit dimana komposisi mikrit pada peraga ini
terbentuk pada lingkungan pengendapan yang berenergi tinggi dan
terbentuk pada kondisi yang tidak tenang, semen yag berupa dolomit, dan
porositas berupa porositas sekunder yaitu vuggy. Terbentuk pada zona
vados. Batuan ini terbentuk dari endapan material karbonat yang mana
material organic lainnya ikut terendapkan. Akumilasi material sedimen
karbonat mengalami kompaksi lalu tersementasi. ini terbentuk pada
kedalaman dan kondisi salinitas yang cukup. Dimana terjadi diagenesis
berupa mikritisasi, pelarutan, sedimentasi dan neomorfisme, dan kompaksi
yang tidak terlalu intensif.
4.2 Saran
Pada saat pengamatan kalau bias waktunya ditambahkan lagi
Praktikan lebih tepat waktu.
44
DAFTAR PUSTAKA
http://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/32/2018/02/03-
MODUL-ACARA-III-MINERALOGI-OPTIK.pdf ( diakses pada tanggal 20
oktober 2018 pukul 22:00 WIB)
https://www.geomacorner.com/2015/03/lingkungan-diagenesis-batuan-karbonat-zona-
meteorik.html (diakses pada tanggal 20 oktober 2018 pukul 21:00 WIB)
45
LAMPIRAN
46