Anda di halaman 1dari 4

Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia

pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal
Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan.
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang dalam
prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada
perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh
Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh
Mn).
Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik;
tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros,
koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink,
biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam.
Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik
dan kimianya. Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan,
logam dan lainnya
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu-gamping dan
aktifitas magma, namun berdasarkan data hasil penelitian baru diketahui di sepanjang pantai
barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar,
bukit atau berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di
daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten
Purwokerto (0,1 Juta ton).

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis
mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus
kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena
umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang,
pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi.
Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari
batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90,
berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah
dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam perdagangan mineral industri didasarkan atas
kandungan unsur magnesium, Mg (kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit
tersebut. Misalnya, batugamping mengandung 10 % MgCO3 disebut batugamping
dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomite.
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit.
Kadang-kadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping
atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai
karena banyak terdapat di alam.

Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di
Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua.
Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh
lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.
- Propinsi Nangroe Aceh Darussalam; Aceh Tenggara, desa Kungki berupa marmer dolomit.
Cadangan masih berupa sumberdaya dengan kandungan MgO = 19%.
- Propinsi Sumatera Utara; Tapanuli Selatan, desa Pangoloan, berupa lensa dalam
batugamping. Cadangan berupa sumberdaya dengan kandungan MgO = 11 - 18%.
- Propinsi Sumatera Barat; Daerah Gunung Kajai. (antara Bukittinggi - Payakumbuh). Umur
diperkirakan Permokarbon.
- Propinsi Jawa Barat; daerah Cibinong, yaitu di Pasir Gedogan. Dolomit di daerah ini
umumnya berwarna putih abu-abu dan putih serta termasuk batugamping dolomitan yang
bersifat keras, kompak dan kristalin.
- Propinsi Jawa Tengah; 10 km timur laut Pamotan. Endapan batuan dolomit dan
batugamping dolomitan.
- Propinsi Jawa Timur; Gn. Ngaten dan Gn. Ngembang, Tuban, formasi batu-gamping
Pliosen. MgO = 18,5% sebesar 9 juta m3, kandungan MgO = 14,5% sebesar 3 juta m3.
Tamperan, Pacitan. Cadangan berupa sumberdaya dengan cadangan sebesar puluhan juta
ton. Kandungan MgO = 18%.
Sekapuk, sebelah Utara Kampung Sekapuk (Sedayu Tuban). Terdapat di Bukit Sekapuk,
Kaklak dan Malang, formasi gamping umur Pliosen, ketebalan 50 m, bersifat lunak dan
berwarna putih. Cadangan sekitar 50 juta m3; Kandungan MgO di Sekapuk (7,1 - 20,54%); di
Sedayu (9,95- 21,20 %); dan di Kaklak (9,5 - 20,8%);
Gunung Lengis, Gresik. Cadangan sumberdaya, dengan kandungan MgO = 11,1- 20,9 %,
merupakan batuan dolomit yang bersifat keras, pejal, kompak dan kristalin
Socah, Bangkalan, Madura; satu km sebelah Timur Socah. Cadangan 430 juta ton dan
sumberdaya. Termasuk Formasi Kalibeng berumur Pliosen, warna putih, agak lunak, sarang.
Ada di bawah batugamping dengan kandungan MgO 9,32 -20,92%
Pacitan, Sentul dan Pancen; batugamping dolomitan 45,5 - 90,4%, berumur Pliosen. Di
Bukit Kaklak, Gresik endapan dolomit terdapat dalam formasi batu-gamping Pliosen, tebal
+ 35 m dan jcadangan sekitar 70 juta m3.

- Propinsi Sulawesi Selatan; di Tonassa, dolomit berumur Miosen dan merupakan lensa-lensa
dalam batugamping

- Propinsi Papua; di Abe Pantai, sekitar Gunung Sejahiro, Gunung Mer dan Tanah Hitam;
kandungan MgO sebesar 10,7-21,8%, dan merupakan lensa-lensa dan kantong-kantong
dalam batugamping.

Aragonite terbentuk melalui proses kristalisasi magma, hal ini dapat dilihat dari ciri fisik
dari mineral berikut yaitu warna segar putih bening,warna lapuk putih, cerat putih, kilap kaca
yaitu suatu kenampkan cahaya yang dipantulkan dari suatu mineral berupa kenampakan
seperti pecahan kaca, belahan yaitu sifat mineral untuk pecah pada bagian tertentu dalam
bentuk bidang-bidang yang rata seperti mineral diatas mempunyai belahan jelas dimana tidak
begitu rata,dapat pecah pada arah lain dengan mudah, pecahan even yaitu bidang pecahan
halus agak kasar, mendekati bidang rata, kekersan yaitu daya tahan mineral terhadap goresan
atau tekanan dari luar yang dipengaruhi oleh susunan atom dimana mineral ini mempunyai
kekerasan 5.5-6, berat jenis 2.95 , tenacity yaitu reaksi mineral terhadap pembengkokan,
pematahan, pemukulan, atau penghancuran, tenacity dari mineral ini adalah sectile dimana
mineral ini dapat diiris dengan pisau, bentuk kristal orthorombik komposisi kimia karbonat
(CaCo3).
Mineral ini terdapat pada batuan dengan komposisi kimia yang sama yaitu kabonat (CaCo3),
namun mineral ini menyusun batuan yang koposisi mianera berbeda.
Mineral terbentuk pada saat terjadi pembekuan magma secara berlahan dimana dapat
diketahui pada Bowen Reaction Series, dimana mineral yang terbentuk pada fase
Discontinius yaitu olivin pada suhu pembentukan sekitar 1200 o 900o C, kemudian
orthopiroksin dengan suhu sekitar 1000o 900o C,selanjutnya klinopiroksin pada suhu 900o
800o C, kemudian mineral yang terbentuk yaitu amphibol dengan suhu 800o 700o C,
selanjutnya mineral yang terbentuk adalah biotit denga suhu pembentukan sekitar 700o
600o C. Pada fase ini mineral dapat terbentuk walaupun tida berurutan sedangkan pada fase
continius mineral terbentuk secara berurutan yan dimualai dari mineral anortit dengan suhu
pembentukan 1200 1000 C, dengan dilanjutkan dengan mineral bitounit dengan suhu
pembentukan 1000 900 C, kemudian mineral yang selanjutnya terbentuk adalah labradorit
dengan suhu pembentukan sekitar 900 800 C, sedikit mengalami pemanasan makan mineral
selanjutnya yang terbetuk adalah andesin dengan suhu pembentukan sekitar 800 700 C,
kemudian mengalami pemanasan lagi maka mineral yang terbentuk selanjutnya adalah
mineral oligoklas engan suhu pembentukannya sekitar 700 600 C dan dilanjutkan dengan
mineral yang terbetuk adalah albit dengan suhu pembentukan sekitar 600 500 C. Setelah
mengalami pendinginan suhu pada magma, maka fase discontinius dan continius bertemu dan
membentuk mineral k felspar dengan suhu pembentukannya sekitar 500 400 C,selanjutnya
mineral yang terbentuk adalah muskovit dan kuarsa.

Mineral ini berasosiasi dengan mineral yang komposisi kimia sama seperti nitrat dan
karbonat. Penentuan asosiasi dari mineral ini bukan hanya dibatasi pada mineral- mineral

dengan komposisi kimia yang sama, akan tetapi juga keteradapatan pada batuan yang sama ,
proses yang sama pada saat terbentuk, dan juga berdasarkan lingkungan pegendapan dari
batuan yang disusun oleh mineral tersebut.

Anda mungkin juga menyukai