Anda di halaman 1dari 11

Praktikum Hidrogeologi Umum

MODUL IV

PROPERTI FISIKA DAN KIMIA AIRTANAH

SASARAN :
1. Mengetahui aspek properti kimia/fisika airtanah
2. Mampu menyajikan data kimia airtanah
3. Mampu menganalisis fasies serta genesa airtanah

I. ASPEK KIMIA AIRTANAH


Pemahaman mengenai kandungan unsur terlarut airtanah akan sangat membantu
pemahaman mengenai genesa airtanah serta kegunaannya dalam budi daya manusia. Secara
teoritis airtanah yang melewati akifer dengan komposisi mineral yang berbeda dan airtanah
yang melewati beberapa akifer akan memberikan kandungan unsur yang berbeda.
Sebelum pemahaman mengenai keterdapatan unsur dalam airtanah serta klasifikasinya,
maka perlu diketahui aspek kimiawi yang utama dalam airtanah. Beberapa aspek kimiawi yang
perlu diketahui:
1. Unsur-unsur utama (Major element), unsur minor (Minor element) dan unsur jarang
(Trace element) dalam airtanah.
2. Kandungan organik dan gas dalam airtanah.
3. Kesetimbargan kimia airtanah.
4. Asosiasi dan disosiasi kandungan mineral terlarut.
5. Gradient perlarutan unsur mineral.
6. Proses oksidasi dan reduksi
7. Absorpsi dan pertukaran ion.
8. Isotop Airtanah.

II. PROPERTI KIMIA/FISIKA AIRTANAH


Airtanah cenderung untuk mencapai kesetimbangan kimia-fisika dan hal ini akan dicapai
setelah terjadi proses-proses di dalam airtanah yang berlangsung dan waktu ke waktu. Oleh
karena itu dari pengamatan properti kimia-fisika airtanah dapat diperkirakan proses-proses
yang telah atau sedang bekerja pada airtanah.
Properti kimia/fisika airtanah yang dapat dikenali di lapangan antara lain : temperatur
(oC), derajat keasaman/pH, potensial redoks/Eh (mV), dan daya hantar listrik/DHL
(mikroSiemens). Aspek-aspek tersebut dapat diukur secara kuantitatif menggunakan alat ukur
tersendiri dan harus dilakukan langsung di lokasi tubuh air sehingga data yang didapat belum
berubah.

Laboratorium Hidrogeologi IV-1


Praktikum Hidrogeologi Umum

1. Temperatur (T)
Temperatur airtanah pada tempat dan waktu tertentu merupakan hasil dari bermacam
proses pemanasan yang terjadi di bawah dan/atau di permukaan bumi (Matthess, 1982).
Temperatur air tanah dan temperatur udara dapat diukur menggunakan alat termometer. Dari
perbandingan antara temperatur air pada tubuh air dengan temperatur rata-rata udara lokal
saat pengukuran akan diketahui adanya zonasi hipertermal, mesotermal, dan hipotermal. Pada
zonasi hipertermal temperatur air pada tubuh air tersebut lebih tinggi dari temperatur udara
lokal. Zonasi mesotermal apabila temperatur air sama dengan temperatur rata-rata udara lokal.
Zonasi hipotermal apabila temperatur air lebih rendah dengan temperatur rata-rata udara lokal.
Ternperatur rata-rata udara lokal berubah menurut ketinggiannya, yaitu makin tinggi lokasi
pengukuran semakin rendah temperatur udara. Sehingga untuk menentukan zonasi temperatur,
perlu diperhatikan gradien temperatur udara yang berlaku di daerah tersebut. Gradien
temperatur udara didapatkan dari perhitungan perubahan tomperatur udara lokal terhadap
ketinggian (Gambar 1).

Gambar 1. Hubungan temperatur udara dengan ketinggian

Pembagian zonasi temperatur dapat dilakukan dengan membuat sebuah graflk


hubungan antara temperatUr udara dengan ketinggian lokasi pengukuran (Gambar 1).
Berdasarkan garis gradien temperatur yang terbentuk, maka didapati bagian-bagian yang
mewakili zonasi temperatur air mataair (Gambar 2). Mataair yang berada di atas garis gradien
temperatur disebut dengan mataair hipertermal, yang berada di bawah garis gradien

Laboratorium Hidrogeologi IV-2


Praktikum Hidrogeologi Umum

temperatur disebut dengan mataair hipotermal, dari yang berada pada garis gradien temperatur
disebut mataair mesotermal.
Karena pengaruh gradien geotermik, temperatur airtanah berubah menurut
kedalamannya, yaitu semakin dalam lokasi ainanah berada maka semakin tinggi temperaturya.
Gradien geotermik vang dipakai adalah 3 oC per 100 m perubahan kedalaman. Kenaikan
temperatur airtanah tidak selalu berhubungan dengan gradien gootermik, tetapi bisa
disebabkan oleh pengaruh aktifitas magmatik di bawah permukaan. Komposisi kimia airtanah
dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk membedakan kedua faktor di atas. Kenaikan
temperatur airtanah menyebabkan kandungan ion-ion terlarut di dalam air semakin besar dan
secara tidak langsung akan merubah properti kimia/fisika air.

Gambar 2. Grafik Zonasi Temperatur mataair.


2. pH
Karena kadar ion H+ sangat kecil, maka nilai konsentrasinya ditampilkan dalam bentuk
pH yang mewakili nilai -log 10 konsentrasi ion hidrogen. Pada temperatur 25 oC keaktifan ion
H+ dan ion OH- pada air adalah 10-4, sehingga dengan asumsi konsentrasi H+ = OH- (1 X 10-7
mol/liter) maka nilai pH air murni = 7. Faktor utama penentu keaktifan ion adalah jumlah reaksi
kimia yang melibatkan ion hidrogen. Reaksi kimia akan meningkat seiring dengan perubahan
temperatur air. Perubahan temperatur menyebabkan pH air berubah dan perubahan pH air
tersebut bergantung pada jenis endapan akifernya. Metode paling sederhana untuk mengetahui
nilai pH adalah menggunakan kertas indikator pH dengan kesalahan ± 0,10 unit.
Air yang bersifat asam (pH < 7) terdapat pada daerah-daerah dengan endapan
vulkanik, sedangkan air yang bersifat basa (pH > 7) terdapat pada daerah-daerah dengan
batuan Ultramafik (Hem, 1985). Reaksi antara air dengan batuan ultramafik membentuk
serpentinit. Reaksi ini mengikat ion H+ lebih besar daripada konsentrasi yang ada dalam sistem.

Laboratorium Hidrogeologi IV-3


Praktikum Hidrogeologi Umum

3. Potensial Redoks/Eh Airtanah


Potensial redoks adalah ukuran kecenderungan (agresivitas) air untuk mengoksidasi
atau mereduksi unsur yang terlarut dalam larutan. Di dalam reaksi kimia hal ini terlihat dalam
jumlah elektron yang dilepas dan elektron yang diikat. Potensial redoks dinyatakan dalam
satuan milivol (mV). Besarnya Eh dapat diukur dan perbedaan potensial antara elektroda logam
inert yang terbuat dari emas atau platinum dengan sebuah elektroda lain yang mempunyai nilai
potensial konstan. Nilai potensial hidrogen dianggap sebagai nilai nol (baseline). Jika nilai Eh air
lebih besar dari nilai Eh hidrogen, maka potensial redoksnya positif. Potensial redoks yang
positif menunjukkan kondisi oksidasi, sedangkan nitai negatif menunjukkan kondisi reduksi
(Gambar 3).

Gambar 3. Diagram Eh-Ph (Fetter, 1992).

4. Daya Hantar Listrik/DHL


Daya hantar listrik (spesific conductivity/konduktivitas) adalah ukuran kemampuan suatu
zat menghantarkan arus listrik dalam temperatur tertentu yang dinyatakan dalam micromohs

Laboratorium Hidrogeologi IV-4


Praktikum Hidrogeologi Umum

per centimeter oC. Satuan yang lebih umum digunakan adalah mikroSiemens (μS). Untuk
menghantarkan arus listrik, ion-ion bergerak dalam larutan memindahkan muatan listriknya
(ionic mobility) yang bergantung pada ukuran dan interaksi antar ion dalam larutan. Nilai daya
hantar listrik untuk berbagai jenis air adalah sebagai berikut (Mandel, 1981):
− Air destilasi (aquades) : 0,5 - 5,0 μS
− Air hujan : 5,0 - 30 μS
− Airtanah segar : 30 - 2.000 μS
− Air laut : 45.000 - 55.000 μS
− Air garam (Brine) : ≥ 100.000 μS
Nilai konduktivitas merupakan fungsi antara temperatur, jenis ion-ion terlarut, dan
konsentrasi ion terfarut. Peningkatan ion-ion yang terlarut menyebabkan nilai konduktivitas air
juga meningkat. Sehingga dapat dikatakan nilai konduktivitas yang terukur merefleksikan
konsentrasi ion yang terlarut pada air.

III. PENYAJIAN DATA KIMIA AIRTANAH


Unsur-unsur kimiawi yang terkandung dalam airtanah dapat dibagi menjadi unsur
mania, unsur minor, dan unsur jarang (Tabel 1). Unsur utama terdiri dari ion-ion Mg, Ca Na, K,
Cl, SO4, dan HCO3. Unsur utama ini selalu digunakan dalam penyajian data kimia airtanah,
sedangkan unsur minor dan unsur jarang tidak selalu digunakan dan tergantung kepada aspek
hidrogeologi apa yang mau dipelajari.
Tabel 1. Tabel unsur utama, unsur minor, dan unsur jarang
Jenis Nama (Simbol)
Unsur Utama Bikarbonat (HCO3-) Silikon (Si)
Kalsium (Ca2+) Natrium (Na+)
Klorida (Cl-) Sulfat (SO42-)
Magnesium (Mg2+) Asam Karbonat (H2CO3)
Unsur Minor Boron (B-) Nitrat (NO3-)
Karbonat (CO32-) Kalium (K+)
Fluorida (F-) Strontium (Sr)
Besi (Fe)
Unsur Jarang Alumunium Kobalt
Antimon Tembaga
Arsen Galium
Barium Germanium
Berylium Emas
Bismuth Indium
Bromida Iodium
Kadmium Lantanum
Serium Timbal
Kromium Litium
Sesium Mangan
Molibdenum Nikel
Niobium Fosfat
Platina Radium
Rubidium Rutinium

Laboratorium Hidrogeologi IV-5


Praktikum Hidrogeologi Umum

Jenis Nama (Simbol)


Scandium Selenium
Perak Talium
Thorium Timah
Titanium Tungsten
Uranium Vanadium
Seng Zirkom
Sumber : Davis and de Wiest, 1966
Data kimia suatu sampel airtanah dapat disajikan dalam dua cara yaitu penyajian secara
numerik dan secara grafik.
a. Penyajian secara numerik, data disiapkan dalam bentuk tabel dan dengan satuan
konsentrasi mg/l. Untuk mengetahui perbandingan jumlah masing-masing ion dalam
larutan, maka satuan mg/l dikonversi ke dalam satuan meq/l. Konversi satuan dilakukan
dengan membagi konsentrasi ion dalam mg/l dengan konsentrasi ion. Konsentrasi ion
didapatkan dengan membagi berat atom atau berat molekul dengan valensi ion. Prosedur
perhitungan tersebut dapat dilihat dafam contoh berikut :
a.) Konversi 57 mg Ca/l ke dalam meq/l. Berat atom Ca = 40,08. Valensi +2. Jumlah
ekivalen : 40,08 / 2 0,04 7 in, Ca - 57/20,04 - 2,84 meq/1.
b.) Konversi 154 mg HCO3-/l ke dalam meq/1
Berat atom H ~ 1,00
Berat atom C - 12,011
Berat atom 0 - 15,9994
Berat molekul HC03 - 61,017
valensi = I
Jumlah ekivalen = 6 1,017
154 mg HCO.-,-/I - 154/61,017 - 2,52 tneq/1
Tabel 2 menunjukkan nilai konversi kation/anion dari satuan berat (mg/1) ke satuan
jumlah (meq/1) :
Tabel 2. Nilai konversi untuk beberapa kation/anion yang penting
Na+ 22,9898 Fe2+ 27,9235 NO3- 62,005
K+ 39,102 Mn2+ 27,469 SO42- 48,031
Ca2+ 20,04 CO32- 30,005 Cl- 35,453
Mg2+ 12,156 HCO3- 61,017
Sumber : Matthess, 1982

b. Penyajian secara grafis, dapat dilakukan dengan cara:


- Pictorial Diagram, digunakan untuk menyajikan besaran data analisis unsur kimia air
Untuk data tung-gal. Penyapan yang umum dilakukan dalam bentuk grafik batang
(Gambar 4) dan diagram lingkaran/radial (Gambar 5).

Laboratorium Hidrogeologi IV-6


Praktikum Hidrogeologi Umum

Gambar 4. Grafik batang analisis kimia air.

Gambar 5. Diagram lingkaran analisis data kimia air.

- Multivarian Diagram, digunakan untuk menyajikan besaran beberapa data analisis


unsur kimia air yang akan dibandingkan. Penyajian yang umum dilakukan dengan cara :
Trilinear diagram (Gambar 6) yang umum digimakan diagram Piper (1944), Horizontal
diagram (Gambar 7) yang umum digunakan adalah diagram Stiff (195 1), dan Vertical
Scale diagram (Gambar 8) yang unium digunakan adalah diagram Schoeller (1935,
1938).

Laboratorium Hidrogeologi IV-7


Praktikum Hidrogeologi Umum

Gambar 6. Trilinear diagram (Piper, 1944)

Gambar 7. Horizontal diagram (Stiff, 195 1)

Laboratorium Hidrogeologi IV-8


Praktikum Hidrogeologi Umum

Gambar 8. Vertical Scale Diagram (Schoeller 1935, 1938)

- Penyajian data analisa kimia dengan peta atau penampang, contoh: peta
sebaran konsentrasi Fe, Mg dan lain-lain.

IV. KLASIFIKASI AIRTANAH


Pengklasifikasian airtanah dilakukan berdasarkan genesa, kandungan mineral, dan kebutuhan.
Dalam pengklasifikasian airtanah ini secara umum digunakan tiga jenis klasifikasi (Matthess &
Harvey, 1982) yaitu:

1. Klasifikasi berdasarkan asal mula airtanah. Klasifikasi ini berclasarkan kepada


sejarah pembentukan air. Klasifikasi yang cligunakan mengacu pada klasifikasi White
(1957). Klasifikasi ini telah dijelaskan pada modul 1.
2. Klasifikasi berdasarkan kandungan unsur. Klasifikasi yang paling sederhana
digunakan oleh Davis dan de Weiss (1977) berdasarkan jumlah konsentrasi unsur
terlarut. Pembagiannya dapat dilihat dalaim Tabel 3.

Laboratorium Hidrogeologi IV-9


Praktikum Hidrogeologi Umum

Tabel 3. Klasifikasi airtanah berdasarkan unsur terlarut


Jenis Air Konsentrasi kandungan unsur terlarut (mg/kg)
Air tawar (fresh water) 0 - 1.000
Payau (brackish water) 1.000 - 10.000
Air asin (Saline water) 10.000 - 100.000
Air garam (brines) > 100.000
Sumber : Davis and de Wiest (1977)

Pengklasifikasian ini juga dilakukan untuk penentuan fasies airtanah. Definisi fasies airtanah
adalah : identifikasi jenis airtanah berdasarkan perbedaan dan genesa air yang berhubungan
dengan sistem dan tubuh tempat keterdapatan ainanah (Back, 1961,1966 ; Morgan & Winner,
1962 , Seaber, 1962 dalam Freeze & Cherry, 1979). Fasies hidrokimia airtanah juga dinyatakan
sebagai zona dengan komposisi kation dan anion dalam kategori yang berbeda. Pembagian ini
dapat fasies airtanah ini dapat dilihat pada diagram di bawah ini (Gambar 9).

Gambar 9. Diagram klasifikasi fasies anion-ation airtanah dalam persentasi ion utama.

3. Klasifikasi berdasarkan potensi penggunaan. Klasifikasi ini berdasarkan penggunaan


oleh manusia untuk keperluan rumah tangga (domestik), pertanian dan industri. Di Indonesia
klasifikasi yang digunakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri KLH No. Kep. 03/Men.
KLH/11/1991/Feb 1991 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416/MenKes/PERIX/1990/3
Sep 1990. Pembagian berdasarkan baku mutu A (air dapat langsung diminum), B (air harus

Laboratorium Hidrogeologi IV-10


Praktikum Hidrogeologi Umum

diolah dahulu sebelum diminum), C (air hanya dapat digunakan untuk pertanian dan industri),
dan D (air hanya dipergunakan untuk keperluan industri) seperti terlampir.

Daftar Pustaka

1. .............., 1092 ; Himpunan Peraturan Lingkungan Hidup dan Kependudukan 1992, CV.
Eko Jaya, Jakarta Indonesia.
2. Davis S.N & De Wiest, 1966 ; Hydrogeology, Jelin Wilev & Sons, United States of
America.
3. Domenico & Schwarts, 1990 ; Physical & Chemical Hydrogeology, John Wiley & Soils,
Toronto Canada.
4. Fetter, CW, 1980 ; Applied Hidrogeologi Third Edition, Merrill Pubs.co. Colombus Ohio
United States of America.
5. Freeze R.A. & Cherry. 1070 ; Groundwater, Prentice Hall, Inc. United State of America.
6. Matthess G & Harvey J.C, 1982 ; The Properties of Groundwater, John Willey & Sons,
Canada.

Laboratorium Hidrogeologi IV-11

Anda mungkin juga menyukai