Anda di halaman 1dari 20

KIMIA AIRTANAH,

SASARAN :

• Mengetahui aspek properti kimia/fisika airtanah


• Mampu menyajikan data kimia airtanah
• Mampu melakukan analisis fasies serta genesa airtanah
9.1. ASPEK KIMIAWI AIRTANAH
• Pemahaman mengenai kandungan unsur terlarut dalam aliran
airtanah akan sangat membantu pemahaman mengenai genesa
airtanah serta kegunaannya dalam budi daya manusia.
(Secara teoritis aliran airtanah yang melewati akifer dengan
komposisi mineral yang berbeda akan memberikan kandungan
unsur yang berbeda).
• Sebelum pemahaman mengenai keterdapatan unsur dalam
airtanah serta klasifikasinya, maka perlu diketahui aspek kimiawi
ion utama dalam airtanah,
• Beberapa aspek kimiawi yang perlu diketahui :
1) Unsur-unsur utama (Major constituent), unsur minor (Minor
constituent) dan unsur jarang (Trace element) dalam airtanah.
2) Kandungan organik dan gas dalam airtanah.
3) Kesetimbangan kimia airtanah.
4) Asosiasi dan disosiasi kandungan mineral terlarut. Gradient
pelarutan unsur mineral.
5) Proses oksidasi dan reduksi
6) Absorpsi dan pertukaran ion.
7) Isotop Airtanah.
9.2. PROPERTI KIMIA/FISIKA AIRTANAH
• Airtanah cenderung untuk mencapai kesetimbangan
kimia-fisika dan hal ini akan dicapai setelah terjadi
proses-proses di dalam airtanah yang berlangsung dari
waktu ke waktu. (Oleh karena itu dari pengamatan
properti kimia-fisika airtanah dapat diperkirakan
proses-proses yang telah atau sedang bekerja pada
airtanah).
• Properti kimia/fisika airtanah yang dapat dikenali di
lapangan antara lain. temperatur (°C), derajat
keasaman(pH), potensial redoks/Eh (mV), dan daya
hantar listrik/DHl. (mikro-siemens).
• Aspek-aspek tersebut diukur secara kuantitatif
menggunakan alat ukur tersendiri dan harus dilakukan
langsung di lokasi tubuh air sehingga data yang didapat
belum berubah.
9.2.1. Temperatur (T)
• Temperatur airtanah pada tempat dan waktu tertentu merupakan hasil dari
bermacam proses pemanasan yang terjadi di bawah dan/atau di perrnukaan bumi
(Matthess, 1982). Temperatur airtanah dan temperatur udara dapat diukur
menggunakan alat terrnometer.

Dari perbandingan antara ternperatur air pada tubuh air dengan temperatur rata-
rata udara lokal saat pengukuran akan diketahui adanya zonasi hipertermal,
mesotermal, dan hipoterrnal.

1) Pada zonasi hipertermal temperatur air pada tubuh air tersebut Iebih tinggi
dari temperatur udara lokal.
2) Zonasi mesotermal apabila temperatur air sama dengan temperatur rata-
rata udara lokal.
3) Zonasi hipoterrnal apabila temperatur air Iebih rendah dengan temperatur
rata-rata udara lokal. Temperatur rata-rata udara lokal berubah menurut
ketinggiannya, yaitu makin tinggi lokasi pengukuran semakin rendah
temperatur udara.

• Untuk menentukan zonasi temperatur, perlu diperhatikan gradien temperatur


udara yang berlaku di daerah tersebut. Gradien temperatur udara diperoleh dari
perhitungan perubahan temperatur udara lokal terhadap ketinggian.
• Pembagian zonasi temperatur dapat dilakukan dengan membuat sebuah grafik
hubungan antara temperatur udara dengan ketinggian lokasi penguk-uran (Gambar
9.1).

• Berdasarkan garis gradien temperatur yang terbentuk, maka didapati bagian-bagian


yang mewakili zonasi temperatur air mataair (Gambar 9.2). Mataair yang berada di
atas garis gradien temperatur disebut dengan mataair hipertemal, yang berada di
bawah garis gradien temperatur disebut dengan mataair hipotermal, dari yang berada
pada garis gradien temperatur disebut mataair mesotermal.

• Karena pengaruh gradien geotermik, temperatur airtanah berubah menurut


kedalamannya, yaitu semakin dalam iokasi ainanah berada maka semakin tinggi
temperaturnya Gradien geotermik yang dipakai adalah 3 °C per 90 m perubahan
kedalaman.

• Kenaikan temperatur airtanah tidak seialu berhubungan dengan gradien geotermik,


tetapi bisa disebabkan oleh pengaruh aktifitas mal,rmatik di bawah permukaan.
Komposisi kimia airtanah dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk membedakan
kedua faktor di atas.

• Kenaikan temperatur airtanah menyebabk-an kandungan ion-ion terlarut di dalam air


semakin besar dan secara tidak langsung akan merubah properti kimia/fisika air.
9.2.2. pH
• Karena kadar ion Fr sangat kecil, maka nilai konsentrasinya ditampilkan dalam
bentuk pH yang mewakili nilai - log (konsentrasi ion hidrogen). Pada temperatur 25
°C keaktifan ion 14+ dan ion OFF pada air adalah sehingga dengan asumsi
konsentrasi H+ = 0H- (1 X 9-7 mollliter) maka nilai pH air murni = 7.
• Faktor utama penentu keaktifan ion adalah jumlah reaksi kimia yang melibatkan
ion hidrogen. Reaksi kimia akan meningkat seiring dengan perubahan temperatur
air.
• Perubahan temperatur menyebabkan pH air berubah dan perubahan pH air
tersebut bergantung pada jenis endapan akifernya. Metode paling sederhana
untuk mengetahui nilai pH adalah dengan menggunakan kertas indikator pH
dengan kesalahan + 0,9 unit.

• Air yang bersifat asam (pH < 7) terdapat pada daerah-daerah dengan endapan
vulkanik, sedangkan air yang bersifat basa (pH > 7) terdapat pada daerah-daerah
dengan batuan Ultramafik (Hem, 1985).

• Reaksi antara air dengan batuan ultramafik membentuk serpentinit. Reaksi ini
mengikat ion H+ lebih besar daripada konsentrasi yang ada dalam sistem.
Sedangkan pada kasus air panas, pH lebih rendah karena konsentrasi ion H+ yang
di dalarn sistem lebih besar dari yang diikat.
9.2.3. Potensial Redoks/Eh Airtanah

• Potensial redoks adalah ukuran kecenderungan (agresivitas)


air untuk mengoksidasi atau mereduksi unsur yang terlarut
dalam larutan.
• Di dalam reaksi kimia hal ini terlihat dalam jumlah elektron
yang dilepas dan elektron yang diikat. Potensial redoks
dinyatakan dalam satuan milivolt (mV).
• Besarnya Eh dapat diukur dan perbedaan potensial antara
elektroda logam inert yang terbuat dari emas atau platinum
dengan sebuah elektroda lain yang mempunyai nilai
potensial konstan.
• Nilai potensial hidrogen dianggap sebagai nilai nol
(baseline), sehingga jika nilai Eh air lebih besar dari nilai Eh
hidrogen, maka potensial redoksnya pasitif .
• Potensial redoks yang positif menunjukkan kondisi oksidasi,
sedangkan nilai negatif menunjukkan
9.2.4. Daya Hantar Listrik/DHL
• Daya hantar listrik (spesific conductivity/konduktivitas) adalah ukuran
kemampuan suatu zat menghantarkan anus listrik dalam temperatur
tertentu yang dinyatakan dalam micromohs per centimeter °C. Satuan
yang lebih umum digunakan adalah mikroSiemens (Untuk
menghantarkan arus listrik, ion-ion bergerak dalam larutan memindahkan
muatan listriknya (ionic mobility) yang bergantung pada ukuran dan
interaksi antar ion dalam larutan.

• Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air adalah sebagai berikut
(Mandel, 1981) :

• Nilai konduktivitas merupakan fungsi antara temperatur, jenis ion-ion


terlarut, dan konsentrasi ion terfarut. Peningkatan ion-ion yang terlarut
menyebabkan nilai konduktivitas air juga meningkat. Sehingga dapat
dikatakan nilai konduktivitas yang terukur merefleksikan konsentrasi ion
yang terlarut pada air.
9.3. PENYAJIAN DATA KIMIA AIR
TANAH

Unsur kimiawi yang terkandung


dalam airtanah dapat dibagi
menjadi unsur mayor, unsur
minor, dan unsur jarang (Tabe1
9.1). Unsur utama terdiri dari
ion-ion Mg, Ca Na, K, CI, SO4,
dan HCO3.

Unsur utama selaiu digunakan


dalam penyajian data kimia
airtanah, sedangkan unsur
minor dan unsur jarang tidak
selaLu digunakan, tergantung
kepada aspek hidrogeologi
apa yang akan dipelajari.
Data kimia suatu sampel airtanah dapat disajikan dalam dua cam yaitu penyajian
secara numerik dan secara grafik.

a. Penyajian secara numerik, data disiapkan dalam bentuk tabel dan dengan satuan
konsentrasi mg/l. Untuk mengetahui perbandingan jumlah masing-masing ion dalam
larutan, maka satuan mg/l dikonversi ke dalam satuan meq/l. Konversi satuan
dilakukan dengan membagi konsentrasi ion dalam mg/l dengan konsentrasi ion.
Konsentrasi ion dapat diketahui dengan membagi berat atom atau berat molekul
dengan valensi ion.

Prosedur perhitungan tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut :


b. Penyajian secara grafis, dapat dilakukan dengan cara :

Pictorial Diagram, digunakan untuk menyajikan besaran data


analisis unsur kimia air untuk data tunggal. Penyiapan yang
umum dilakukan dalam bentuk grafik batang (Gambar 9. 4) dan
diagram lingkaran radial (Gambar 9.5).
Multivarian Diagram,
Multivarian Diagram, digunakan
untuk menyajikan besaran data
hasil analisis unsur kimia air yang
akan dibandingkan. Penyajian
data dilakukan dengan cara:
Trilinear diagram (Gambar 9.6).

Sedang yang umum digunakan


adalah diagram Piper (1944)., uk
horizontal diagram (Gambar 9.7)
yang umum digunakan diagram
Stiff (1951), dan untuk vertical
scale diagram (Gambar 9.8).
yang umum digunakan adalah
diagram Schoeller (1935, 1938).

Untuk penyajian data analisa kimia


dengan peta atau penampang,
contoh peta sebaran konsentrasi Fe,
Mg dan lain-lain
9.4. KLASIFIKASI AIRTANAH
Pengklasifikasian airtanah dilakukan berdasarkan genesa, kandungan mineral, dan
kebutuhan. Dalam pengklasifikasian airtanah ini secara umum digunakan tiga jenis
klasifikasi (Matthess & Harvey, 1982) yaitu:
1) Klasifikasi berdasarkan asal mula airtanah. Klasifikasi ini didasarkan kepada
sejarah pembentukan air. Klasifikasi yang digunakan mengacu pada klasifikasi
White (1957). Klasifikasi ini telah dijelaskan pada Bab 1.
2) Klasifikasi berdasarkan kandungan unsur. Klasifikasi yang paling sederhana
digunakan oleh Davis dan de Weist (1977) berdasarkan jumlah konsentrasi
unsur terlarut. Pembagiannya dapat dilihat dalam Tabel 9.3.
• Pengklasifikasian ini juga dilakukan untuk penentuan
fasies airtanah.
• Definisi fasies airtanah adalah: identifikasi jenis
airtanah berdasarkan perbedaan dan genesa air yang
berhubungan dengan sistem dan tubuh tempat
keterdapatan ainanah (Back, 1961,1966 ; Morgan &
Winner, 1962 , Seaber, 1962 dalam Freeze & Cherry,
1979).
• Fasies hidrokimia airtanah juga dinyatakan sebagai
zona dengan komposisi kation dan anion dalam
kategori yang berbeda. Pembagian ini dapat fasies
airtanah ini dapat dilihat pada diagram di bawah ini
(Gambar 9.9).
3 Klasifikasi berdasarkan patensi
penggunaan. Klasifikasi ini
berdasarkan penggunaan oleh
manusia untuk keperluan rumah
tangga (domestik), pertanian
dan industri.

Di Indonesia klasitikasi yang


digunakan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri KLH No. Kep.
03/Men. KLH/11/199/Feb.1991
dan Peraturan Menteri Kesehat
an RI. No. 416/MenKes /PERIX
/1990/ 3 September 1990.

Pembagian berdasarkan baku


mutu A (air dapat Iangsung
diminum), B (air harus diolah
dahulu sebelum diminum), C
(air hanya dapat digunakan
untuk pertanian dan industri),
dan D (air hanya dipergunakan
untuk keperluan industri) seperti
terlampir

Anda mungkin juga menyukai