Yunus Ashari, MT
TOPIK 12
KONTROL GRAVITASI PADA SISTEM ALIRAN
DAN
EVOLUSI AIRTANAH
Hidrogeologi: Topik 12 - 2
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Gambar 12.1. Gaya gravitasi menarik air permukaan dari zona tidak
jenuh menuju zona jenuh (muka airtanah), celah kapiler sebaliknya.
Hidrogeologi: Topik 12 - 3
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Dari pemahaman ini, maka kita akan diarahkah kepada bagaimana air
mengalir, yakni karena adanya perbedaan potensial. Airtanah harus
mengikuti hukum gravitasi, sehingga aliran airtanah akan tegak luruh
terhadap garis potensial. Ekuipotensial merujuk kepada kesamaan nilai
potensialnya.
Gambar 12.3. Konsep jejaring aliran airtanah (flow net), yang dibangun
dari garis ekuipotensial, di mana airtanah akan mengalir.
Hidrogeologi: Topik 12 - 4
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Jika masih kurang memahami konsep ini silakan dipelajari lagi, boleh
mengunjungi situs berikut:
https://echo2.epfl.ch/VICAIRE/mod_3/chapt_5/main.htm
Hidrogeologi: Topik 12 - 5
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Hidrogeologi: Topik 12 - 6
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Hidrogeologi: Topik 12 - 7
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Salah satu batasan dan bentuk pengelompokan paling sederhana dari air
adalah berdasarkan nilai total padatan terlarut (Total Dissolved Solids
atau TDS), seperti yang diajukan oleh Davis & DeWiest (1966), (Tabel
12.1).
Tabel 12.1. Pengelompokan jenis air berdasarkan nilai TDS (Davis &
DeWiest, 1966).
No Jenis Konsentrasi Electrolite Conductivity
. TDS (ppm) (Mhos/Cm)
1 Fresh water 0 - 1.000 30 - 2.000
2 Brackish Water 1.000 - 10.000 3.000 - 10.000
3 Salty water 10,000 - 45.000 - 55.000
100.000
4 Brine > 100.000 > 100.000
Hidrogeologi: Topik 12 - 8
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Definisi air konat menurut Lane (1908); Meinzer (1923 dalam Domenico
& Schwartz, 1990); White (1965); Graf, dkk., (1966) dan Degen, dkk.,
(1967 dalam Mathess, 1982) adalah air yang terperangkap dalam pori
batuan bersamaan dengan proses pengendapan dan mengalami
diagenesa, sehingga mengakibatkan perubahan kimia dan peningkatan
konsentrasi. Schoeller (1962) memasukkan di dalamnya air yang terperas
keluar dari batulempung atau gamping oleh kompaksi selama proses
diagenesis. "Connate water" ini mensyaratkan media penyimpan
berporositas besar dengan permeabilitas sangat rendah (Mathess, 1982).
Sedangkan air metamorf adalah air yang terkristalisasi oleh proses
metamorfisme kontak atau metamorfisme regional (White, 1957b).
Proses ini terjadi selama perpindahan atau pembebasan air dari pori.
Schoeller (1962) menyebut kondisi tersebut sebagai air yang
terregenerasi.
Hidrogeologi: Topik 12 - 9
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Beberapa ahli menamakan air asin dalam formasi batuan sebagai air fosil
(Schoeller, 1962; Degens, dkk., 1967) atau "deep lying water" (Mathess,
1982), “mineralized water” (Degens, dkk., 1967). Istilah lain yang sering
dipergunakan adalah air formasi atau “oil-field brines“ yakni air yang
berasosiasi dengan cekungan formasi minyak bumi (Drever, 1988;
Domenico & Schwartz,1990).
Menurut Chebotarev (1955, dalam Freeze & Cherry, 1979) airtanah yang
telah melalui perjalanan regional dalam skala waktu geologi, secara
kimiawi cenderung untuk berubah mendekati komposisi air laut. Evolusi
ini ditandai dengan perubahan anion tertentu yang dominan. Secara
diagramatis evolusi tersebut dapat digambarkan seperti berikut :
Hidrogeologi: Topik 12 - 10
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
SO42- + Cl-
Hidrogeologi: Topik 12 - 11
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
komposisi anion maupun TDS dibatasi oleh dua faktor yakni kehadiran
mineral dan kecepatan difusi molekul. Di samping itu secara elektrokimia
evolusi ini dikontrol oleh besaran dan derajat penurunan potensial
redoks di sepanjang aliran (Freeze & Cherry, 1979).
Selama proses recharge air akan mengalami kontak dengan O2 dan CO2
pada zona aerasi sehingga jenuh terhadap kalsium bikarbonat
(Ca[HCO3]2). Selanjutnya jika air tersebut melalui fasies sulfat, maka
spesies sulfatnya akan terlarut hingga tercapai batas jenuh membentuk
MgSO4 dan MgCl2, hasilnya adalah konsentrasi Mg2+ melebihi Ca2+ akibat
pertukaran ion Mg-Ca. Reaksi pertukaran ion terpenting kemudian
adalah keluarnya Ca2+ dan Mg2+ dari air tergantikan oleh Na+. Kondisi
yang dibutuhkan dalam proses ini adalah reservoir yang kaya Na+, dalam
hal ini adalah mineral lempung yang diendapkan dalam lingkungan laut
(Domenico & Scwartz, 1990; Fetter, 1990).
Hidrogeologi: Topik 12 - 12
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Hidrogeologi: Topik 12 - 13
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Menurut Drever (1988) proses yang terjadi pada air asin tidak
sesederhana seperti tersebut di atas, karena komposisi kimia air asin
memiliki rentang yang sangat lebar. Drever (1988) menduga
kemungkinan adanya proses lain yang ikut berpengaruh. Penelitian
Hitchon, dkk. (1971 dalam Drever, 1988) menunjukkan bahwa rata-rata
komposisi volume-berat air konat umumnya mirip dengan air laut.
Perbedaan utama adalah tingginya konsentrasi Na+ dan Cl-, konsentrasi
Ca2+ jauh lebih tinggi serta rata-rata konsentrasi Mg2+ dan SO42- air konat
lebih rendah air laut. Perubahan komposisi kimia air asin ini menurut
Hitchon dkk., (1971) di samping akibat proses filtrasi membran
mekanisme berikut adalah cukup penting, di antaranya :
Hidrogeologi: Topik 12 - 14
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Hidrogeologi: Topik 12 - 15
Dosen: Dr. Ir. Yunus Ashari, MT
Hidrogeologi: Topik 12 - 16