I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahan dan kedalaman.Air
yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu
perairan (Erikarianto, 2008).
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari
permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan
aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika,
kimia, biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah)
yang disukai biasa pertumbuhannya. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan
viskositas, reaksi kimia,evaporasi dan volatisasi. Peningkatan suhu juga
menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4,
dan sebagainya. Selain itu peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme dan respirasi organisme dalam air, dan selanjutnya
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar
10o C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme
akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan
penurunan kadar oksigen terlarut shingga keberadaan oksigen sering kali tidak
mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan
proses metabolisme dan respirasi (Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003).
Suhu air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehina perbedaan
suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara.
Sifat yang terpenting adalah Panas jenis yang tinggi, relatif sejumlah besar panas
dinutuhkan untuk merubah suhu air. 1 gram kalori (gkal) panas dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 10 C lebih tinggi (antara 15-160) hanya amonia
dan beberapa senyawa lain mempunyai nilai lebih dari satu. Walaupun variasi suhu
dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama, karena
organisme akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit (stenoterma)
(Anonim, 2008)
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal; sehingga
perbedaan suhu dalam air lebih lambat dari pada udara. Sifat-sifat air yang terpenting
adalah: (1) memiliki panas jenis yang relatif tinggi; (2) memiliki panas fusi yang
tinggi; (3) panas evaporasi yang tinggi; (4) kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu
4oC (Odum, 1996).
c. Kecepatan Arus
Kecepatan arus (velocity/ flow rate) suatu badan air sangat berpengaruh terhadap
kemampuan badan air tersebut untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan
pencemar. Pengetahuan akan kecepatan arus digunakan untuk memperkirkan kapan
bahan pencemar akan mencapai suatu lokasi tertentu, apabila bagian hulu suatu badan
air mengalami pencemaran. Kecepatan arus dinyatakan dalam satuan m/detik.
Disamping itu, arus sering kali amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan
organisme kecil (Odum, 1996).
Pola arus pada perairan sungai pada umumnya dibangkitkan oleh tiga gaya dasar
yang bekerja sekaligus yaitu pasang surut, angin dan aliran sungai itu sendiri.
Kecepatan arus di perairan sungai sangat bergantung kepada musim dan arus pasut
serta arus sungai. Jika energi pasut dan aliran sungai cukup kuat, maka di muara
sungai akan terjadi pola stratifikasi massa air suhu dan salinitas karena aliran sungai
dan pasut (Pickard, 1992).
C. Parameter Kimia
a. Tan
D. Parameter Biologi
a. Plankton
Plankton adalah tumbuhan (fitoplankton) atau hewan (zooplankton) renik air tawar
atau air laut yang posisi dan pesebarannya bergantung yang ditentukan oleh gerakan
air atau arus air serta masa udara disekitarnya, meskipun mampu untuk bergerak
sendiri secara terbatas (Rifai, 2002). Bentuk tubuh plankton yang umumnya
mikroskopik dan tidak atau hanya mempunyai daya renang yang lemah sehingga
mudah terbawa oleh arus yang sekecil apapun (Anonim, 2007).
Secara garis besar , plankton dibedakan atas fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton (terdiri atas algae mikroskopik dan bacterial) dapat berbentuk sel
tunggal, koloni atau rangkaian sel. Sebagian besar fitoplankton dapat melakukan
proses fotosintesis (produsen primer) dan merupakan mangsa zooplankton dan
hewan akuatik lainnya. Sedangkan zooplankton terdiri dari berbagai jenis hewan
mulai dari fillum protozoa hingga ke filum chordate. Kelompok zooplankton ini
dibedakan lagi kedalam Holoplankton yanitu plankton hewan yang seluruh daur
hidupnya dilalui sebagai plankton (seperti Copepoda dan Chaetognata) dan
meroplankton yaitu plankton hewan yang hanya pada stadia telur dan larva saja hidup
sebagai plankton tetapi setelah dewasa berubah menjadi nekton (ikan dan cumi-cumi)
atau bentos (berbagai jenis kerang dan cacing) (Arinardi dalam Anonim, 2007).
Plankton net adalah plankton yang tertangkap di dalam jaringan yang amat halus
yang ditarik dengan perlahan-lahan di dalam air; nanoplankton terlalu kecil untuk
dapat ditangkap dengan jaring dan harus disarikan dengan air yang diambil dengan
botol atau dengan pompa (Odum, 1996).
Berdasarkan daur hidupnya plankton di bagi menjadi dua kelompok yaitu
holoplankton dan meroplankton.Holoplankton yaitu organisme akuatik yang seluruh
daur hidupnya bersifat planktonik.Sedangkan meroplankton ialah organisme akuatik
yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik (Sachlan, 1972).
III. METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 14 Juni 2014 pukul 06.00 – 18.00 WIB di
sungai Gedung Pakuon PLTD Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tiang skala, bola pimpong, botol
film, termometer, sesidis, corsampler, transek, plankton net, ember, stopwatch,
benang nilon, pipet tetes, saringan tepung, mikroskop dan spraktofotometer.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol 4%, sodium
penata, chlorax, MnSO4.
3.3 Metodelogi
LAMPIRAN