Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS EKOLOGI PERAIRAN DI PANTAI KETAPANG

KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh
Arico Riyoma
1514111060

ABSTRAK

Telah dilakukannya praktikum Ekologi Perairan dengan judul “Analisi Ekologi Perairan di
Pantai Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran” dilaksanakan
pada tanggal 21 sampi dengan 23 oktober 2016 dan bertempat di Pantai Ketapang,
Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Secara
keseluruhan, tujuan dari praktikum ini adalah Mahasiswa mengetahui berbagai hal yang
mempengaruhi ekosistem yang ada diperairan dan mengetahui karakteristik dan faktor
pembatasnya. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan organime
dengan lingkungannya diperairan. Pada praktikum ini terdapat lima parameter ekosistem
yang diamati yaitu ekosistem perairan tawar, perairan laut, lamun, mangrove, dan muara.
Selain itu, pada praktikum ini juga terdapat pengamatan mengenai keanekaragaman
mahluk hidup dasar perairan (Benthos) dan plankton yang hidup serta pengamatan suhu,
ph, salinitas, arus, kedalaman dan kecerah pada setiap ekosistem yang diamati. Hasil
yang diperoleh pada praktikum ini yaitu pada Ekosistem Sungai, lebar sungai yaitu 11,3
meter, kedalaman 0,3 meter. pH 7, suhu 26oC, kecerahan 0,3% dengan substrat berbatu.
Pada Ekosistem Mangrove didapatkan hasil jenis mangrove yang berbeda-beda yaitu
jenis Osbornia Ochordata, Rhizopora apiculate, dan Rizhopora mucranola Lamk. Pada
ekosistem muara didapatkan suhu 32oC, ph 7, kecerahan 100%, kecepatan arus paling
tinggi 0,24 m/s dengan substrat berbatu. Pada Ekosistem Terumbu Karang didapatkan
banyak jenis dari terumbu karang yang berbeda-beda dan yang mendominasi adalah
Acropora Digitate Branching dan Acropora cytherea. Sedangkan pada ekosistem lamun
jenis yang didapat adalah Cymodocea rotundata. Selain itu juga pada setiap ekosistem
ditemukan berbagai jenis hewan dasar perairan (bentos).

Kata kunci : Ekosistem, Parameter, Perairan, Pengamatan, Hasil.

I. PENDAHULUAN Air adalah salah satu penunjang


kehidupan semua mahluk hidup yang
1.1. Latar Belakang ada dibumi. Secara keseluruan jumlah
air dibumi melebihi jumlah dari daratan
Indonesia adalah negara kepulauan yang ada, yaitu air menutupi sekitar
dengan ribuan pulau yang terbentang 71% permukaan bumi dengan jumlah
dari sabang sampai marauke dengan sekitar 1368 juta Km3. Air terdapat
beragam suku, etnis dan budaya nya berbagai bentuk, misalnya uap air, es,
yang berbeda, tidak terkecuali dengan cairan dan salju. Air tawar terutama
kondisi, jenis dan ragam makhluk hidup terdapat di sungai, danau, air tanah dan
yang hidup di perairannya. Indonesia gunung es. Semua badan air di daratan
adalah negara dengan luas daerahnya dihubungkan dengan laut dan atmosfer
yang sangat luas membentang. melalui siklus hidrologi yang telah
Indonesia memiliki berbagai macam berlangsung secara kontinyu (Efendi,
jenis perairan yang dimiliki diantaranya 2003).
adalah perairan laut, perairan tawar
yang melipu danau, waduk, sungai dan Ekologi Perairan adalah cabang ilmu
perairan estuarinya yang sangat banyak yang mempelajari hubungan organime
dan indah. dengan lingkungannya diperairan.
Perairan permukaan diklasifikasikan
menjadi dua kelompok utama yaitu Ekologi berasal dari bahasa Yunani,
badan air tergenang (lentik) dan badan oikos yang berarti rumah dan logos
air mengalir (lotik) Ekosistem perairan yang berarti ilmu, sehingga secara
mengalir merupakan perairan terbuka harfiah ekologi berarti ilmu tentang
yang dicirikan dengan adanya arus dan rumah tangga makhluk hidup (Kristanto,
perbedaan gradien lingkungan serta 2002).
interaksi antara faktor biotik dan abiotik
(Odum, 1993). Ekosistem pantai dipengaruhi oleh
siklus harian pasang surut laut.
1.2. Tujuan Organisme yang hidup di pantai memiliki
adaptasi struktural sehingga dapat
Tujuan dilakukannya praktikum ekologi melekat erat di substrat keras. Daerah
perairan ini sebagai berikut : paling atas pantai hanya terendam saat
a. Keterampilan Kognitif pasang naik tinggi (Koesbiono, 1979).
 Komparansi antara teori dan
kondisi dilapangan Perairan sungai adalah suatu perairan
 Pengintegrasian pemahaman yang di dalamnya dicirikan dengan
berbagai teori adanya aliran yang cukup kuat,
 Penerapan teori pada ke- sehingga digolongkan ke dalam perairan
nyataan dilapangan mengalir (perairan lotik). Di sungai
b. Keterampilan Afektif biasanya terjadi pencampuran massa air
 Pernecanaan kegiatan secara secara menyeluruh, tidak terbentuk
mandiri stratifikasi vertikal kolom air seperti pada
 Kemampuan bekerja sama perairan lentik (Closs, 2004).
 Pengkomunikasiaan hasil be-
lajar Mangrove adalah tanaman tropis dan
c. Keterampilan Psikomotorik hidup dan tumbuh pada daerah
 Penguasaan pengemasan intertidal. Daerah intertidal adalah
peralatan wilayah dibawah pengaruh pasang surut
Sepanjang garis pantai, seperti laguna,
 Penggunaan peralatan dan
estuarin, pantai dan river banks.
instrument tertentu
Mangrove merupakan ekosistem yang
d. Mampu mempelajari karakteristik
spesifik karena pada umumnya hanya
ekosistem sungai dan faktor-faktor
dijumpai pada pantai yang berombak
pembatasnya
relatif kecil atau bahkan terlindung dari
e. Mampu mengamati, mempelajari
ombak (Prawiro,1979).
komponen-komponen ekologi yang
terdapat pada ekosistem padang
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang
lamun (seagrass)
tumbuh di perairan dangkal dan estuari
f. Mampu mempelajari karakteristik
yang ada di seluruh dunia. Lamun
ekosistem muara dan faktor-faktor
merupakan tumbuhan laut monokotil
pembatasnya
yang secara utuh memiliki
g. Mampu mempelajari karakteristik
perkembangan sistem perakaran dan
ekosistem pantai serta faktor-faktor
rhizoma yang baik. Lamun dapat
pembatasnya
ditemukan pada berbagai karakteristik
h. Mampu mengetahui berbagai jenis
substrat (Kiswara dan Hutomo 1985).
te-rumbu karang diperairan
i. Mampu mengidentifikasi, dan
Estuari (muara) merupakan tempat
menentukan kerapatan populasi
bersatunya sungai dengan laut. Estuari
mangrove
sering dipagari oleh lempengan lumpur
intertidal yang luas ataurawa garam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem estuari memiliki produktivitas
yang tinggi dan kaya akan nutrisi
Ekologi didefinisikan sebagai ilmu
(Hutagalung RA. 2010).
tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan.
Terumbu karang (Coral Reef) adalah organisme-organisme tersebut (Susilo,
ekosistem khas daerah tropis yang pada 2001).
dasarnya dibangun oleh hewan karang
yang dapat menghasilkan kerangka pH merupakan ukuran konsentrasi ion
kapur (Scheleractinian). Bersama hidrogen yang menunjukkan keasaman
dengan ribuan spesies lain hewan atau kebasaan suatu zat. Biasanya pH
karang membentuk suatu hubungan air larutan 7,6 – 8,3 dan terutama
fungsional yang penting untuk mengandung ion HCO3-. pH tetap
kelangsungan ekositem terumbu karang konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah
(Nontji, 1993). yang menjamin berbagai jenis ikan laut
dapat hidup (brotowidjoyo, 1999).
Plankton adalah kelompok ketiga dari
organisme laut. Organisme ini biasanya Arus adalah gerak perairan yang
kecil dengan kekuatan sangat lemah dipengaruhi atau ditimbulkan oleh
atau terbatas gerak dan digerakkan dorongan angin di atas permukaan laut
terutama oleh arus laut. Dapat berupa dan sebagian lagi oleh tekanan
plankton hewan (zooplankton) atau tangensial pada partikel air. Angin yang
tumbuhan (fitoplankton) (Ross, 1982). bertiup di permukaan laut mula – mula
menimbulkan riak gelombang (ripples)
Fitoplankton adalah sekelompok (Romimahtarho, 2009).
mikroorganisme perairan yang bersifat
tumbuhan dan autotrof, mempunyai Kecerahan adalah sebagian cahaya
klorofil dan pigmen lainnya di dalam sel, yang diteruskan dalam air dan
serta mampu menyerap energi radiasi dinyatakan dengan persen (%) dari
dan CO2 untuk melakukan proses beberapa panjang gelombang di daerah
fotosintesis merupakan fitoplankton spectrum yang terlihat cahaya yang
(Zhong, 1989). melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh
agak lurus pada permukaan air (kerdi
Zooplankton merupakan salah satu jenis dan Tancung, 2007).
dari plankton, dimana kelompok ini
terdiri dari jenis-jenis hewan yang Kedalaman dari perairan sangat
sangat beragam termasuk protozoa, berpengaruh terhadap kualitas air pada
coelenterate, moluska, annelida dan lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal
crustacean (Hutabarat dan Evans, akan lebih mudah terjadinya
1986). pengadukan dasar akibat dari pengaruh
gelombang yang pada akhirnya
Bentos merupakan kelompok organisme kedalaman perairan lebih dari 3 m dari
yang hidup di dalam atau di permukaan pengaruh gelombang yang pada
sedimen dasar perairan. Bentos akhirnya kedalaman perairan lebih dari
memiliki sifat kepekaan terhadap dasar jaring (Setiawan, 2010).
beberapa bahan pencemar, mobilitas
yang rendah, mudah ditangkap dan Substrat adalah bahan tak hidup yaitu
memiliki kelangsungan hidup yang komponen fisik dan kimia yang terdiri
panjang. Oleh karena itu peran bentos dari tanah, air, udara, sinar matahari,
dalam keseimbangan suatu ekosistem bahan lain hidup merupakan medium
perairan dapat menjadi indikator kondisi atau substrat tempat berlangsungnya
ekologi terkini pada kawasan tertentu kehidupan atau lingkungan tempat hidup
(Nyabakken, 1992). (Charton, 1989).

Suhu merupakan salah satu faktor yang Terumbu karang (Coral Reef) adalah
sangat penting dalam mengatur proses ekosistem khas daerah tropis yang pada
kehidupan dan penyebaran organisme dasarnya dibangun oleh hewan karang
air di suatu perairan, karena suhu yang dapat menghasilkan kerangka
mempengaruhi aktivitas metabolisme kapur (Scheleractinian). (Nontji, 1993).
maupun perkembangbiakan dari
Salinitas adalah tingkat keasinan atau III. METODOLOGI
kadar garam terlarut dalam air.
Kandungan garam pada sebagian besar 3.1. Waktu dan Tempat
danau, sungai, dan saluran air alami
sangat kecil sehingga air di tempat ini Praktikum ini dilakukan pada tanggal 21-
dikategorikan sebagai air tawar (Djoko, 23 November 2016 di Pantai Ketapang,
2011). Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten
Pesawaran.
Peningkatan keasaman air (pH rendah)
umumnya disebabkan limbah yang 3.2. Alat dan Bahan
mengandung asam-asam mineral bebas
dan asam karbonat. Keasaman tinggi Kuadran transek, core sampler, plastik
(pH rendah) juga dapat disebabkan zip, formalin, lugol, pita meter, rol meter,
adanya FeS2 dalam air akan kertas label, tali rafia, ph paper, termo-
membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut meter, bola kasti, stopwatch, plankton
dalam air ) (manik, 2003). net, ember 10L, alat tulis, snorkle, botol
film,
Kandungan bahan organik dapat
menggambarkan tipe dan substrat dan 3.3. Cara Kerja
kandungan nutrisi di dalam perairan.
Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir 3.3.1. Suhu
Lumpur dan tanah liat (Sembiring, Pengukuran suhu dilakukan dengan
2008). cara sebagai berikut :
a. Dicelupkan termometer ke dalam air
Kedalaman dari perairan sangat selama 1 menit sampai skala
berpengaruh terhadap kualitas air pada termometer stabil
lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal b. Diangkat dan dicatat hasilnya
lebih mudah terjadinya pengadukan c. Ulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik
dasar akibat dari pengaruh gelombang
yang pada akhirnya kedalaman perairan 3.3.2. Kecepatan Arus
lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang Pengukuran kecepatan arus dilakukan
yang pada akhirnya kedalaman perairan dengan cara sebagai berikut :
lebih dari dasar jaring (Setiawan, 2010) a. Bola kasti yang sudah diberi tali
dihanyutkan dengan jarak tertentu
kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh b. Diukur sudut dan waktu tempuhnya
kemiringan, kesuburan kadar sungai. sampai tali menegang
Kedalaman dan keleburan sungai, c. Dicatat hasilnya dan diulangi
sehingga kecepatan arus di sepanjang sebanyak 3 kali pada 3 titik
aliran sungai dapat berbeda-beda yang
selanjutnya akan mempengaruhi jenis 3.3.3. pH
substrat sungai (Suliati, 2006). Pengukuran pH dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi a. Dimasukkan pH paper ke dalam air,
distribusi suhu dan salinitas di perairan b. Ditunggu beberapa saat sampai
ini adalah penyerapan panas (heat flux) setengah kering
curah hujan (prespiration) aliran sungai c. Dicocokkan perubahan warnanya
(Flux) dan pola dari sirkulasi air dengan kotak standar pH.
(Hadikusumah, 2008). d. Dicatat hasilnya dan diulangi
sebanyak 3 kali pada 3 titik
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain
variasi suhu tidak mencolok, penetrasi 3.3.4. Bentos
cahaya kurang dan dipengaruhi oleh Pengambilan sampel bentos dilakukan
iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang dengan cara sebagai berikut :
terbanyak adalah ganggang, sedangkan a. Ditentukan titik lokasi pengambilan
lainnya tumbuhan biji (Rifqi, 2009). sampel
b. Diambil sedimen dengan 3.3.7. Mangrove
menggunakan core sampler Pengamatan mangrove dilakukan
c. Diletakkan sedimen diatas ayakan dengan cara sebagai berikut :
dan dilihat hewan apa saja yang a. Setiap kelompok sudah dibagi plot
didapat yang telah ditentukan, dan dilakukan
d. Dimasukkan ke dalam plastik zip dan pengamatan jenis, anakan,semai,
diberi formalin 4%. daun,buah dan bunga dari mangrove
serta diukur diameter batang
3.3.5. Lamun pohonnya kemudian dicatat
Pengukuran lamun dilakukan dengan b. Amati pula bentos yang ada di dalam
cara sebagai berikut : plot dan difoto sebagai dokumentasi
a. Transek dipasang dan dibiarkan c. Bagi jenis yang tidak diketahui, dapat
beberapa saat agar perairan di diambil sampel untuk dibawa ke lab
sekitanya tenang untuk diidentifikasi
b. Dilihat kerapatan tiap kuadran dan
dicatat jumlah lamun tiap kuadran 3.3.8. Kecerahan
c. Diperhatikan juga bentos yang ada Pengukuran kecerahan dilakukan
didalamnya dan dicatat dengan cara :
a. Siapkan secchi disk dan tentukan titik
3.3.6. Plankton yang akan diamati
Pengambilan sampel plankton dilakukan b. Celupkan secchi disk dan amati pada
dengan cara : kedalaman berapa warna putih dan
a. Jaring plankton disiapkan hitam tidak terlihat
b. Ambil air dengan menggunakan c. Hitung kedalaman dengan rumus
ember 10L dan dituang kedalam kedalaman dan catat hasilnya
planktonnet dan lakukan sebanyak 5 d. Ulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik
kali
c. Air didalam botol sampel dituangkan 3.3.9. Kedalaman
ke dalam botol film a. Siapkan seschi disk untuk mengukur
d. Diberi formalin 4% dan diberi label kedalaman
e. Ulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik b. Celupkan seschi disk dan ukur
kedalamannya kemudian dicatat
c. Ulangi sebanyak 3 kali pada 3 titik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dibawah ini adalah hasil yang diperoleh setelah dilakukannya praktikum ekologi perairan
sebagai berikut :

4.1. Ekosistem Sungai


Tabel 1. Data Pengamatan Sungai
Lebar Kecepatan
Kedalaman Suhu Kecerahan
No Sungai pH Arus Substrat
(m) (ºC) (%)
(m) (m/s)
1 11,3 0,3 26 7 100 Berbatu
2 11,3 0,3 27 7 100 Berbatu
3 11,3 0,3 26 7 100 Berbatu
Pada data pengamatan ekosistem sebesar 26oC, pada titik 2 sebesar 27 oC
sungai yang telah diperoleh dari dan pada titik 3 sebesar 26oC.
pengamatan ini dapat diketahui lebar Kecerahan yang diperoleh dari setiap
sungai pada ketiga titik sebesar 11,3 ketiga titik pengamatan kecerahan
dan juga kedalaman dari setiap titik adalah 100% yang berarti dasar
sedalam 30 cm. Suhu yang diperoleh perairan dapat terlihat dengan jelas dari
dari sungai yang diamati pada titik 1 permukaan perairan. Substrat yang
terdapat pada ekosistem sungai yang menandakan bahwa perairan tersebut
diamati adalah batuan. pH yang bersifat basa. Hal tersebut sesuai
didapatkan dari sungai yang diamati dari dengan literatur yang dikemukakan oleh
praktikum ini adalah 7 yang brotowidjoyo,1999.

Tabel 2. Data Pengamatan Bentos Sungai


Spesies Ni ni/N (ni/N)2 Ln ni/N ni/N ln ni/N
Pila Ampullacea 6 0.85 0.722 -0.16 -0.136
Brotia testudinaria 1 0.14 0.019 -1.96 -0.274
H’ = -0.41
N=7 D = 0.741
E = 3.014
Pada ekosistem sungai juga diamati -0,41dan nilai E atau nilai indeks
jenis spesies benthos yang terdapat keseragaman yaitu 3,014. Menurut
diekosistem tersebut. Pada ekosistem Nyabakken (1992), bentos yang memiliki
sungai terdapat jenis spesies Pila nilai dominasi tertinggi menandakan
Ampullacea sebanyak 6 dan Brotia dapat menyesuaikan diri dengan
testudinaria sebanyak 1 jenis. Nilai lingkungan dan pencemaran yang terjadi
indeks dominasinya yaitu 0,741 nilai H’ dilingukannya serta memiliki siklus hidup
atau nilai indeks keanekaragaman yaitu yang panjang.

4.2. Ekosistem Muara


Tabel 3. Data Pengamatan Muara
Kecepatan Bentos
Suhu Kecerahan
No pH Arus Substrat
(ºC) (%)
(m/s) Jenis Jumlah
Portunus
1 32 7 0,012 100 Berbatu 2
pelagicus
2 33 7 0,014 100 Berbatu Mudibranch 2
Lithorina sp. 10
3 33 7 0,24 100 Berbatu
Juga plicefera 3
Pada ekosistem muara yang diamati romimahtarto, 2009. Substrat dari
diperoleh hasil dari suhu pada titik 1 perairan ekosistem muara ini adalah
sebesar 32 ºC dan titik 2 dan 3 sebesar berbatu. Selain itu pada ekosistem
33ºC. pH yang didapatkan dari sungai muara ini spesies bentos yang
yang diamati dari praktikum ini adalah 7 ditemukan pada titik 1 adalah Portunus
yang menandakan bahwa perairan pelagicus berjumlah 2 ekor, pada
tersebut bersifat basa sesuai dengan titik 2 adalah Mudibranch berjumlah 2
yang dikemukakan oleh brotowidjoyo ekor, dan pada titik 3 terdapat spesies
pada tahun 1999. Kecepatan arus yang Lithorina sp. 10 ekor dan plicefera 3
diperoleh dari ekosistem ini adalah pada ekor. Menurut Nyabakken (1992) bentos
titik 1 sebesar 0,012 m/s, titik 2 sebsar yang memiliki nilai dominasi tertinggi
0,014 m/s dan pada titik 3 sebesar 0,24 menandakan dapat menyesuaikan diri
m/s. Kecepatan arus dari ekosistem dengan lingkungan dan pencemaran
muara ini bersifat terbuka, sehingga yang terjadi dilingukannya serta memiliki
dipengaruhi oleh tekanan angin dan siklus hidup yang panjang.
tekanan tangensial pada partikel air
seperti yang dikemukakan oleh

Tabel 4. Data Pengamatan Plankton Muara Titik Pertama


Kelimpaha
Spesies ni ni/N (ni/N)2 Ln ni/N ni/N ln ni/N
n
Pleurosigma capense 5 0,45 0.202 -0.798 -0.359 0.080 sel/L
Striatella sp. 1 0,9 0.008 -2.407 -0.216 0.016 sel/L
Thalassiosinangusle-
1 0,9 0.008 -2.407 -0.216 0.016 sel/L
lmata
Nernum digilus 1 0,9 0.008 -2.407 -0.216 0.016 sel/L
Thalasiossira 0,9
1 0.008 -2.407 -0.216 0.016 sel/L
decipiens
Nitzchia closterium 1 0,9 0.008 -2.407 -0.216 0.016 sel/L
Prorocentrum micans 1 0,9 0.008 -2.407 -0.216 0.016 sel/L
H’= 1.659
N=11 D=0.250
E= 7.658
Pada ekosistem muara ini juga dilakukan keseragaman yaitu 7,658 yang berarti
pengambilan sampel plankton dan keseragaman antar spesies relatif sama
diperoleh hasil perhitungan plankton atau merata. Jumlah dominasi jenis
seperti diatas. Pada titik 1 diatas plankton yang paling tinggi diperoleh
didapatkan hasil nilai N atau jumlah total pada spesies Pleurosigma capense
spesies yaitu 11. Nilai D atau nilai indeks sebanyak 5 spesies. Menurut Ross
dominasi nya yaitu 0,250, sehingga (1982), salah satu faktor yang
dapat disimpulkan bahwa kondisi mempengaruhi banyak sedikit nya
perairan tersebut tidak ada yang plankton yang tersaring adalah arus. Hal
mendominasi atau stabil. Nilai H’ atau tersebut dikarenakan plankton umumnya
nilai indeks keanekaragaman yaitu 1,659 berukuran kecil dengan kekuatan sangat
nilai dan dismpulkan bahwa nilai lemah atau terbatas gerak dan
keanekaragaman spesies nya rendah. digerakkan terutama oleh arus laut.
Sedangkan nilai E atau nilai indeks

Tabel 5. Data Pengamatan Plankton Muara Titik Kedua


Ln
Spesies ni ni/N (ni/N)2 ni/N ln ni/N Kelimpahan
ni/N
Trachelomonas 1 0.09 0.008 -2.407 -0.216 0.016
Tribonema 1 0.09 0.008 -2.407 -0.216 0.016
Heminulus baudeli 1 0.09 0.008 -2.407 -0.216 0.016
Protoperididum
6 0.54 0.291 -0.616 -0.382 0.096
excentrium
Loxophylum sp. 1 0.09 0.008 -2.407 -0.216 0.016
Striatella sp. 1 0.09 0.008 -2.407 -0.216 0.016
H’=1.466
N=11 D=0.3326 0.016
E=6.765
Pada pengamatan titik 2 ini diperoleh plankton yang paling tinggi diperoleh
tabel hasil perhitungan plankton seperti pada spesies Protoperididum excentrium
diatas dan didapatkan hasil nilai N atau sebanyak 6 spesies. Pada prinsipnya
jumlah total spesies yaitu 11. Nilai D atau semakin nilai indeks keanekaragaman
nilai indeks dominasi nya yaitu 0,3326, maka komunitas yang ada diperairan
sehingga dapat disimpulkan bahwa tersebut beragan dan tidak ada yang
kondisi perairan tersebut tidak ada yang mendominasi. Menurut Ross (1982),
mendominasi atau stabil. Nilai H’ atau salah satu faktor yang mempengaruhi
nilai indeks keanekaragaman yaitu 1,466 banyak sedikit nya plankton yang
nilai dan dismpulkan bahwa nilai tersaring adalah arus. Hal tersebut
keanekaragaman spesies nya rendah. dikarenakan plankton umumnya
Sedangkan nilai E atau nilai indeks berukuran kecil dengan kekuatan sangat
keseragaman yaitu 6,765 yang berarti lemah atau terbatas gerak dan
keseragaman antar spesies relatif sama digerakkan terutama oleh arus laut.
atau merata. Jumlah dominasi jenis
Tabel 6. Data Pengamatan Plankton Muara Titik Ketiga
Ln
Spesies ni ni/N (ni/N)2 ni/N ln ni/N Kelimpahan
ni/N
Striatella sp. 1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
Nitzchia sigma 1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
Cerataulina 1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
Gyrodinium spirale 1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
Tabellaria 1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
Rhizoseleria
1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
imbricate
Asteriorella 1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
Loxophylum sp. 1 0.125 0.015 -2.079 -0.259 0.016
H’ = 2.079
N =8 D=0.124
E=8
Pada pengamatan titik 3 ini diperoleh maka komunitas yang ada diperairan
tabel hasil perhitungan plankton seperti tersebut beragam dan tidak ada yang
diatas dan didapatkan hasil perhitungan mendominasi. Jumlah dominasi jenis
plankton pada titik 3 diatas maka plankton yang paling tinggi pada titik
didapatkan hasil nilai N atau jumlah total ketiga ini tidak ada. Hal yang dapat
spesies yaitu 8, nilai D atau nilai indeks mempengaruhi hal tersebut adalah
dominasi nya yaitu 0,124, nilai H’ atau ketersediaan makanan yang ada
nilai indeks keanekaragaman yaitu - diperairan atau habitat nya rendah. Hal
2,079 dan nilai E atau nilai indeks tersebut tidak sesuai dengan literatur
keseragaman yaitu 8. . Pada prinsipnya yang didapatkan.
semakin nilai indeks keanekaragaman

Tabel 7. Data Pengamatan Bentos Muara


Spesies Ni ni/N (ni/N)2 Ln ni/N ni/N ln ni/N
Portunus pelagicus 3 0.15 0.022 -1.89 -0.283
Nudibranch 2 0.10 0.010 -2.30 -0.230
Lithorina sp. 11 0.57 0.324 -0.56 -0.319
Juga plicifera 3 0.15 0.022 -1.89 -0.283
H’ = -1.116
N = 19 D = 0.378
E = 4.853
Selain itu pada ekosistem muara juga H’ atau nilai indeks keanekaragaman
didapatkan beberapa spesies bentos yaitu -1,116 dan nilai E atau nilai indeks
seperti data pada tabel hasil keseragaman yaitu 4,853. Bentos yang
perhitungan bentos diatas. Hubungan memeliki nilai dominasi tertinggi adalah
antara N, D H’ dan E adalah untuk spesies Lithorina sp yang berjumlah 11
menentukan apakah spesies yang spesies. Hal ini menandakan spesies
terdapat beranekaragam, seragam, atau tersebut dapat menyesuaikan diri
ada spesies yang mendominasi dari dengan lingkungan dan pencemaran
total jenis spesies (N). Pada data tabel yang terjadi dilingukannya serta memiliki
diatas didapatkan nilai N atau jumlah siklus hidup yang panjang. Hal tersebut
total spesies yaitu 19, nilai D atau nilai sesuai dengan yang dikemukakan oleh
indeks do-minasi nya yaitu 0,378, nilai Nyabakken, 1992.

4.3. Ekosistem Laut


Tabel 8. Hasil Perhitungan Bentos Laut
Spesies Ni ni/N (ni/N)2 Ln ni/N ni/N ln ni/N
Cypraea tigris 1 0.5 0.25 -1.38 -0.69
Lithorina sp. 1 0.5 0.25 -1.38 -0.69
H’ = -1.38
N=2 D = 0.5
E=2
Pada ekosistem laut ini diperoleh menyesuaikan diri dengan lingkungan
beberapa jenis bentos laut seperti tabel dan pencemaran yang terjadi
hasil perhitungan bentos diatas, maka dilingukannya serta memiliki siklus hidup
didapatkan hasil nilai N atau jumlah total yang panjang. Dari data diatas dapat
spesies yaitu 2, nilai D atau nilai indeks disimpulkan bahwa tidak adanya
dominasinya yaitu 0,5 nilai H’ atau nilai dominasi spesies tertinggi yang didapat,
indeks keanekaragaman yaitu -1,38 dan sehingga hal tersebut tidak sesuai
nilai E atau nilai indeks keseragaman dengan literatur yang didapatkan seperti
yaitu 2. Menurut Nyabakken (1992) yang dikemukakan oleh Nyabakken
bentos yang memiliki nilai dominasi (1992) diatas.
tertinggi menandakan dapat

Tabel 9. Hasil Pengamatan Terumbu Karang


Lebar
Jarak ke Substrat Jenis Karang Biota lain
Karang
0 - 9 cm Berpasir Acropora Branching 9 cm
9 – 60 cm Berpasir Acropora Digitate 51 cm Ikan biru
60 – 470 cm Berpasir Karang Mati -
470 - 479 cm Berpasir Coral Massive 9 cm -
479 – 489 cm Berpasir - - -
489 – 507 cm Berpasir Acropora Digitate 18 cm
507 – 695 cm Berpasir Karang Mati - Ikan biru
695 – 752 cm Berpasir Soft Coral 57 cm Ikan ekor kuning
752 – 1157 cm Berpasir Karang Mati - -
1157 – 1169 cm Berpasir Acropora Digitate 12 cm -
1169 – 1300 cm Berpasir Karang Mati -
1300 – 1339 cm Berpasir Acropora Submassive 39 cm Ikan biru
1339 – 1421 cm Berpasir Karang Mati - Ikan ekor kuning
1421 – 1441 cm Berpasir Coral Massive 20 cm
1441 – 1489 cm Berpasir Kosong - Ikan ekor kuning
1489 – 1560 cm Berpasir Coral Massive 71 cm
1560 –1574 cm Berpasir Kosong
1574 – 1700 cm Berpasir Acropora Digitate 126 cm
1700 – 1835 cm Berpasir Kosong -
1835 – 1859 cm Berpasir Acropora Submassive 24 cm
1859 – 2032 cm Berpasir Kosong -
2032 – 2059 cm Berpasir Soft Coral 27 cm
2059 – 2081 cm Berpasir Kosong -
2081 – 2102 cm Berpasir Kosong -
2102 – 2287 cm Berpasir Karang Mati -
2287 – 2302 cm Berpasir Coral Massive 15 cm
2302 – 2315 cm Berpasir Acropora Digitate 13 cm
2315 – 2380 cm Berpasir Karang Mati -
2380 – 2448 cm Berpasir Kosong -
2448 – 2457 cm Berpasir Coral Massive 9 cm
2457 – 2501 cm Berpasir Karang Mati -
2501 – 2857 cm Berpasir Kosong -
2857 – 2875 cm Berpasir Coral Massive 18 cm
2875 – 3031 cm Berpasir Kosong -
3031 – 3050 cm Berpasir Coral Massive 19 cm
3050 – 3262 cm Berpasir Kosong -
3262 – 3360 cm Berpasir Coral Massive 98 cm
3360 – 3804 cm Berpasir Karang Mati -
3804 – 3908 cm Berpasir Coral Massive 104 cm
3908 – 4031 cm Berpasir Kosong -
4031 – 4181 cm Berpasir Karang Mati -
4181 – 4542 cm Berpasir Acropora Digitate 358 cm
4542 – 4600 cm Berpasir Kosong -
4600 – 5000 cm Berpasir Soft Coral 400 cm
Pada ekosistem laut ini juga dilakukan terumbu karang yang banyak ditemukan
pengamatan tentang terumbu karang seperti karang jenis ACD (Acropora
seperti pada hasil tabel perhitungan Digitate). Menurut Nontji (1993),
terumbu karang diatas. Pada tabel semakin banyak jenis hewan karang
diatas didapatkan hasil beragam jenis dengan ribuan spesies lain didaerah
terumbu karang yang ada pada perairan tersebut, maka akan terbentuk suatu
Pantai Ketapang yang memiliki substrat hubungan fungsional yang penting untuk
umumnya berpasir. Selain itu juga kelangsungan ekositem terumbu karang
terdapat banyak pula karang mati yang dan terumbu karang pada daerah
terdapat pada perairan ini. Pada tersebut akan semakin banyak.
perairan ketapang ini terdapat jenis

4.4. Ekosistem Lamun


Tabel 10. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Lamun
Transek Jenis Kerapatan Bentos Substrat
1 Cymodocea rotundata 60% Cacing dan kerang Berpasir
2 Cymodocea rotundata 72% Kerang Berpasir
3 Cymodocea rotundata 88% Kerang Berpasir
4 Cymodocea rotundata 36% Cacing Berpasir
5 Cymodocea rotundata 92% Cacing dan teripang Berpasir
6 Cymodocea rotundata 76% Keong Berpasir
7 Cymodocea rotundata 96% Keong dan cacing Berpasir
8 Cymodocea rotundata 100% Keong laut Berpasir
9 Cymodocea rotundata 56% Kerang Berpasir
10 Cymodocea rotundata 44% - Berpasir
11 Cymodocea rotundata 64% Cacing dan keong Berpasir
12 Cymodocea rotundata 44% Siput laut Berpasir
13 Cymodocea rotundata 36% Cacing Berpasir
14 Cymodocea rotundata 48% - Berpasir
15 Cymodocea rotundata 48% - Berpasir
16 Cymodocea rotundata 84% Siput laut Berpasir
17 Cymodocea rotundata 56% - Berpasir
18 Cymodocea rotundata 56% - Berpasir
19 Cymodocea rotundata 60% - Berpasir
20 Cymodocea rotundata 60% - Berpasir
Pada ekosistem lamun juga dilakukan Mean Ratio) yang hanya berjumlah 1
pengamatan dan diperoleh hasil seperti spesies tersebut dapat dikategorikan
pada data tabel diatas yaitu pada Pantai sebagai pola distribusi uniform atau
Ketapang didominasi dengan tumbuhan kurang dari satu yang menandakan
lamun dari spesies Cymodocea distribusi dari spesies terebut seragam.
rotundata dengan substrat yang Menurut Kiswara dan Hutomo (1985),
berpasir. Berdasarkan data diatas dapat lamun yang ditemukan ini berada pada
diketahui kisaran rata-rata keratapatan perairan yang dangkal dan memiliki
dari lamun adalah 67%. Berdasarkan perkembangan sistem perakaran dan
nilai dari banyaknya spesies yang rhizoma yang baik.
didapatkan atau nilai VMR(Variance
4.5. Mangrove
Tabel 11. Hasil Perhitungan Mangrove Tegakan atau Indukan
Spesies ni Pi Fi Di1 Di2 RDi1 RDi2
Rhizopora 33% 16%
3 1 0,5 0.08 0.04
apicula
Rhizopora x 16% 33%
3 1 0,5 0.04 0.08
lamarctilmonts
Pada ekosistem mangrove ini juga nilai RDi2 yaitu 16% pada jenis pertama
dilakukan pengamatan dan perhitungan dan 33% pada jenis kedua. Dari data
mangrove tegakan atau indukan seperti diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
diatas yaitu didapatkan hasil dari kerapatan dari jenis mangrove
spesies Rhizopora apicula dan Rhizopora x lamarctilmonts lebih tinggi
Rhizopora x lamarctikmonts dengan nilai dari jenis Rhizopora apicula. pada
ni keduanya yaitu 3 dan nilai Pi kedunya perairan pantai ketapang. Menurut
yaitu 1. Nilai Fi atau frekuensi jenis Prawiro (1979), mangrove adalah
pertama dan kedua yaitu 0,5, dan nilai tanaman tropis dan hidup dan tumbuh
Di1 pada jenis pertama yaitu 0,08 dan pada daerah intertidal. Daerah intertidal
pada jenis kedua yaitu 0,04, nilai Di 2 adalah wilayah dibawah pengaruh
pada jenis pertama yaitu 0,04 dan pada pasang surut Sepanjang garis pantai,
jenis kedua yaitu 0,08. Sedangkan nilai seperti laguna, estuarin, pantai dan
RDi1 pada jenis pertama yaitu 33% dan river banks.
pada jenis kedua yaitu 16% sedangkan

Tabel 12. Hasil Perhitungan Mangrove Anakan


Spesies ni Pi Fi Di1 Di2 RDi1 Rdi2
Rhizopora 0.16 18%
13 4 0.6 0.2 23%
apicula
Rhizopora x 0.24 27%
9 2 0,3 0.28 31%
lamarctilmonts
Pada ekosistem mangrove ini juga pertama yaitu 23% dan pada jenis
dilakukan pengamatan dan perhitungan kedua yaitu 31% sedangkan nilai RDi2
mangrove tegakan atau indukan seperti yaitu 18% pada jenis pertama dan 27%
diatas yaitu didapatkan hasil dari pada jenis kedua. Dari data diatas dapat
spesies Rhizopora apicula dan disimpulkan bahwa nilai kerapatan dari
Rhizopora x lamarctikmonts dengan nilai mangrove Rhizopora x lamarctilmonts
ni pertama yaitu 13 dan jenis kedua lebih tinggi dari jenis Rhizopora apicula.
yaitu 9 dan nilai Pi jenis pertama yaitu 4 Menurut Prawiro (1979), mangrove
dan jenis kedua yaitu 2. Nilai Fi atau adalah tanaman tropis dan hidup dan
frekuensi jenis pertama 0,6 dan kedua tumbuh pada daerah intertidal. Daerah
yaitu 0,3, dan nilai Di1 pada jenis intertidal adalah wilayah dibawah
pertama yaitu 0,2 dan pada jenis kedua pengaruh pasang surut Sepanjang garis
yaitu 0,28, nilai Di2 pada jenis pertama pantai, seperti laguna, estuarin, pantai
yaitu 0,16 dan pada jenis kedua yaitu dan river banks.
0,24 . Sedangkan nilai RDi1 pada jenis

Tabel 13. Hasil Perhitungan Mangrove Semai


Spesies ni Pi Fi Di1 Di2 RDi1 RDi2
Rhizopora 0.32 26%
10 5 0.5 0.12 11%
apicula
Rhizopora x 0.36 34%
16 5 0.5 0.28 26%
lamarctilmonts
Pada ekosistem mangrove ini juga spesies Rhizopora apicula dan
dilakukan pengamatan dan perhitungan Rhizopora x lamarctikmonts dengan nilai
mangrove tegakan atau indukan seperti ni pertama yaitu 10 dan jenis kedua
diatas yaitu didapatkan hasil dari yaitu 16 dan nilai Pi jenis pertama dan
kedua yaitu 5 . Nilai Fi atau frekuensi juga didapatkan bahwa nilai kerapatan
jenis pertama dan kedua yaitu 0,5 , dan dari jenis mangrove Rhizopora x
nilai Di1 pada jenis pertama yaitu 0,12 lamarctilmonts lebih tinggi dari jenis
dan pada jenis kedua yaitu 0,28, nilai Di2 Rhizopora apicula. Menurut Prawiro
pada jenis pertama yaitu 0,32 dan pada (1979), mangrove adalah tanaman
jenis kedua yaitu 0,36. Sedangkan nilai tropis dan hidup dan tumbuh pada
RDi1 pada jenis pertama yaitu 11% dan daerah intertidal. Daerah intertidal
pada jenis kedua yaitu 26% sedangkan adalah wilayah dibawah pengaruh
nilai RDi2 yaitu 26% pada jenis pertama pasang surut Sepanjang garis pantai,
dan 34% pada jenis kedua. Seperti seperti laguna, estuarin, pantai dan
halnya pada data perhitungan mangrove river banks.
semai dan anakan, pada data diatas

V. PENUTUP
5.2. Saran
5.1. Kesimpulan
Saran yang dapat saya berikan pada
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini sebagi berikut :
praktikum ini sebagai berikut : a. Praktikan diharapkan untuk lebih
a. Pada ekosistem sungai, tertib dan disiplin dalam melakukan
makrobentos yang di temukan kegiatan praktikum agar hasil yang
terbatas karena terpengaruhi oleh didapat lebih optimal.
arus yang ada pada perairan b. Lebih meningkatkan hal koordinasi
tersebut. yang baik antara asisten dan
b. Pengamatan parameter plankton praktikan.
dilakukan di 3 titik dengan 3 kali
pengulangan dan hasil yang DAFTAR PUSTAKA
didapatkan berbagai jenis plankton di
sungai maupun laut. Brotowidjoyo, D. 1995. Pengantar
c. Dari hasil pengamatan lamun Lingkungan Perairan & Budidaya
ditemukan lamun Cymodocea Air. Yogyakarta : Liberti.
rotundata. Lamun jenis ini ditemukan Charton, B dan J. Tietjen. 1989. Seas
cukup banyak diperairan karena and Oceans. London : Glassglow.
pertumbuhannya yang cukup cepat Closs, G, Barbara D and Andrew B.
dan lebih mampu bertahan pada 2004. Freshwater Ecology.
kondisi perairan yang tercemar. Australia : Blackwell Publishing.
d. pH yang didapatkan pada parameter Djoko, Ridwan. 2004. Laut Nusantara.
muara sama dengan parameter Jakarta : Djambatan.
sungai, mangrove dan muara. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air.
e. Pada ekosistem muara terdapat Yogyakarta : Kanisius.
banyak makrobentos yang di Hadikusumah. 2008. Pengantar
temukan karena termasuk wilayah oceanografi. Jakarta : UI Press.
intertidal yang mempunyai substrat Hutabarat, dan Evans. 1986. Pengantar
berlumpur atau batuan dimana Oceanografi. Jakarta : Universitas
banyak tempat hidup nya Indonesia Press.
makrobentos. Hutagalung, R.A., 2010, Ekologi Dasar,
f. Kecerahan yang didapatkan pada Jakarta : Penerbit Gramedia
ekosistem sungai lebih cerah Pustaka.
dibandingkan dengan ekosistem Kiswara, W dan M. Hutomo. 1985.
yang lain. Habitat dan Sebaran Geografik
g. Jenis Terumbu Karang yang banyak Lamun. Pusat Penelitian
ditemukan atau mendominasi Oseanografi -LIPI : Oseana 10 (1)
dilokasi pengamatan ada 2 yaitu 21-30.
Acropora Digitate Branching dan
Acropora cytherea.
Koesbiono. 1979. Dasar Dasar Ekologi
Umum. Bogor : Pasca Sarjana
Program Studi Lingkungan IPB.
Koesbiono. 1979. Dasar-dasar Ekologi
Umum. Bagian IV (Ekologi
Perairan). Bogor : IPB.
Kordi, K, M. Ghufran dan Andi Baso
Tanjung, 2007. Pengelolaan
Kualitas Air Dalam Budidaya
Perairan Tawar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri.
Surabaya : Universitas Kristen
Petra.
Manik, Karden. E. S. 2003. Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta :
Djambatan.
Nontji A. (1993). Mangrove Nusantara.
Jakarta : Djambatan.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut :
Suatu Pendekatan Ekologis.
Jakarta : PT. Gramedia.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar
Ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University. Press.
Prawiro, R.H. 1979. Ekologi-Lingkungan
Pencemaran. Edisi 1. Semarang :
Satya Wacana.
Rifqi, M.A. 2009. Ekologi. Bogor : IPB
Press.
Romimohtarto, Kasijan. 2009. BIOLOGI
LAUT Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Jakarta : Djambatan.
Ross, D.A, 1982. Text Book of:
Introduction Oceanography. Third
Edition. USA : Prentice-Hall, Inc.
Sembiring.2008. Keanekaragaman dan
Kelimpahan Ikan serta Kaitannya
dengan faktor Fisik Kimia. Jakarta :
Erlangga.
Setiawan, 2010. Pengaruh Kedalaman
Perairan Terhadap Kualitas
Perairan. Yogyakarta : PT.
Kanisius.
Suliati. 2006. Sifat Fisik dan Kimia
Perairan. Bogor : Binarupa Aksara.
Susilo. 2001. Parameter Fisika dan
Kimia Perairan. Jakarta. : Erlangga.
Zhong. 1989. A Biology of Alga. China :
Beijing Publishing Co, LTD.

Anda mungkin juga menyukai