)
(Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Pakan Hidup)
Oleh
Arico Riyoma
1514111060
Kelompok 9
NPM : 1514111060
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 9 (Sembilan)
Shinta Riyana
NPM. 1314111023
I. PENDAHULUAN
Pakan alami pada ikan sebagian besar adalah plankton yang terbagi menjadi 2,
yaitu fitoplankton dan zooplankton. Pakan alami untuk larva atau benih ikan
mempunyai beberapa kelebihan yaitu ukurannya relatif kecil serta sesuai dengan
bukaan mulut larva dan benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah dibudidayakan,
gerakannya dapat merangsang ikan untuk memangsanya, dapat berkembang biak
dengan cepat sehingga ketersediaanya dapat terjamin serta biaya
pembudidayaannya relatif murah. Pemberian pakan yang berlebihan atau tidak
sesuai dengan kondisi ikan berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping
air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat
tinggi sampai sekitar 60- 70%.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui siklus hidup,
perkembangan, dan pertumbuhan larva nyamuk Culex sp. dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan larva nyamuk Culex sp.
II. TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini sebagai berikut :
3
2.5
U1
2
U2
1.5
1 U3
0.5
0
4.2 Pembahasan
Dari data grafik pertumbuhan Culex sp. diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan
Culex sp. yang paling baik terdapat pada 3 hari terakhir sedangkan pada hari-hari
sebelumnya terdapat kenaikan dan penuruan serta tidak didapatkannya sama sekali
Culex sp, Hal yang dapat menjadi factor akibat tersebut kurang ketelitian saat
mengamati larva dari Culex sp.. Hal tersebut dapat dikarenakan sulitnya dalam
melihat dan menentukan larva dari Culex sp. Selain itu kandungan zat yang
terdapat dari media yang digunakan dapat mempengaruhi banyak perkembangan
dan keragam larva Culex sp. dari masing-masing kelompok.
Terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari Culex sp.,
diantaranya adalah suhu, karena sangat mempengaruhi pertumbuhan Culex sp.
Pada keadaan suhu yang tinggi akan mengakibatkan aktivitas nyamuk dan
perkembangannya bisa menjadi lebih cepat, akan tetapi apabila suhu di atas 350C
akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk
berkisar antara 200C – 300C. Selanjutnya kelembaban udara dapat mempengaruhi
banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Jika udara kekurangan uap air
yang besar maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk
menggunakan pipa udara atau trakea dengan lubang-lubang pada dinding tubuh
nyamuk (spiracle). Pada saat kelembaban rendah menyebabkan penguapan air
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan keringnya cairan tubuh. Selain itu
factor penyahaan juga dapat mempengaruhi, dikarenakan nyamuk menyukai
tempat yang lembab dan sedikit terturup, maka pencahaan yang tinggi dapat
mempengaruhi suhu dan kelembapan tempat bagi Culex sp.
Menurut Matsumura (1985) Culex sp. membutuhkan waktu sekitar 4-6 hari setelah
menetas untuk menjadi larva yang memiliki ukuran cukup besar (Stadium 3 dan 4)
dan kemudian berubah menjadi pupa (kepompong), hal ini sesuai dengan apa yang
didapat dari hasil praktikum dimana mulai didapatkan larva pada gravik yaitu pada
hari ke empat. Hal ini dapat dikarenakan oleh pada larva stadium 1-2 sangat sulit
untuk melihat nya dikarenakan ukurannya yang sangat kecil.
Menurut Mudjiman (2004), kandungan pada kol atau kubis segar biasanya
terkandung zat seperti air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi,
natrium, kalium, vitamin A, vitamin C, vitamin E, tiamin, riboflavin,
nicotinamide, kalsium dan beta karoten. Air hasil rendaman sayur kol rebus dapat
digunakana sebagai media penumbuh jenti nyamuk, karena air hasil rendaman
sayur kol mengandung bakteri/plankton yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan
bagi jentik nyamuk. Akan tetapi jumlah Culex sp. yang ditemukan pada kelompok
ini yang menggunakan media rebusan kol sedikit. Hal tersebut dapat disebabkan
karena proses perebusan kol yang bertujuan untuk membantuk pembusukan daun
kol kurang baik, sehingga proses pembusukannya tidak sempurna.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah dilakukannya praktikum tentang Culex sp. ini
adalah
1. Siklus hidup dari Culex sp terbagi menjadi 4 yaitu, fase telur, fase larva,
fase pupa (kepompong), dan fase nyamuk dewasa.
2. Pertumbuhan larva nyamuk dimulai dari fase 1 yaitu pada 1-2 hari setelah
menetas sampai fase 4 yaitu 4-6 hari setelah menetas.
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari Culex sp.
diantaranya adalah suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya.
5.2 Saran
Saran yang akan diberikan yaitu diharapkan praktikum dapat berjalan lebih baik
lagi kedepannya dan waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Bougias, 2002 . culex sp. INFIS Manual Seri No.12. Direktorat Jendral Perikanan
dan International Development Research Centre. Jakarta.
Brown, H W. 1979. Impact of Obesity and Body Fat Distribution on Pulmonary
Function of Egyptian Children. Egyptian Journal of Bronchology: 3(1)49-
58.
Ganda, Husada, S., Herry D.I., Wita P. 1988. Parasitologi Kedokteran. Balai
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Nomor:
77/SP2H/PP/DP2M/V/2009.
Irawan. 2012. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kalie, 2008. Studies on Malayan Filariasis in Bengkulu (Sumatera), in Indonesia
With Special reference to vector Confirmation. Southeast.Asian. J.Trop
Med.Pub.Hlth.
Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk Vol I. Jakarta:
Agro Media Pustaka, pp: 2-5, 22-23, 28-29.
Matsumura, F. 1985. Toxicology of Insecticides. 2nd Edition. Plenum Press:
London.
Mudjiman, A. 2007. Media yang digunakan dalam perkembang biakan nyamuk.
Dinas Perikanan Daerah Propinsi Jatim. Semarang.
Pennak, R.W. 1989. Coelenterata Freshwater Invertebrates of the United Sates:
Protozoa to Molusca.3rd edition. John Wiley and Sons, Inc, New York.
Purnama, Didin. 2012. Manfaat dari Batang Pisang. Bogor : IPB Press.
Sumarmo dkk. 1988. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. UI-Press. Jakarta.
Wasel, G.M, El-Hawary, S.S., El-Menshawi, B.S., Ibrahim, N.A., Mahmoud, K.,
& Ayoub, M.M. 2012. Antitumor and Antioxidant Activity of Ficus elastica
Roxb and Ficus benghalensis Linn. Family Moraceae, World Applied
Sciences Journal, 19(11), 1532-1539.
LAMPIRAN
Dokumentasi
NO Gambar Keterangan
1. Mengambil air bersih menggunakan gelas
ukur