Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peternakan merupakan suatu kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Sektor peternakan
memegang peranan yang sangat penting dalam penyediaan protein hewani di
Indonesia. Tahun 2004, Ayam pedaging merupakan produsen utama daging unggas
yaitu mencapai 67,04 persen disusul berturut-turut ayam kampong, ayam petelur ynag
sudah diafkir dan itik sebesar 27,01; 4,04 dan 1,91 persen (DEPTAN 2004).
Berbagai permasalahan kesehatan terkait peternakan tidak pernah terlepas dari
sektor peternakan, salah satunya adalah Ascariasis. Ascariasis adalah penyakit cacing
yang menyerang unggas dan disebabkan oleh Ascaridia galli. Cacing ini terdapat di
usus besar dan duodenum hewan unggas. Penyakit ini menyerang peternakan ayam
baik tipe pedaging maupun tipe petelur, sedangkan pada ayam buras kemungkinan
tertular lebih besar karena sistem pemeliharaan yang bebas berkeliaran. Beberapa
faktor yang mempengaruhi infeksi cacing A. galli diantaranya adalah umur, jenis ayam,
dosis infeksi, tipe kandang, nutrisi, sistem pemeliharaan dan cuaca (Beriajaya,
Martindah, dan Nurhayati 2006).
Faktor yang menyebabkan unggas mudah tercemar infeksi cacing
Ascaridia galli adalah unggas yang dibiarkan bebas berkeliaran. Beberapa data
menunjukkan bahwa di daerah Zimbabwe, prevalensi pada ayam yang bebas
berkeliaran adalah 48% pada yang muda dan 24% pada yang dewasa. Data yang
hampir sama juga dilaporkan di Tanzania, prevalen pada yang muda adalah 69%
dan pada yang dewasa 29% Selain itu pemeriksaan pasca mati pada 456 ayam
kampung dari beberapa kota di Kenya menunjukkan infeksi oleh cacing Ascaridia
galli sebesar 10% (IRUNGU et al., 2007). Data ini menunjukkan walau angka
prevalensinya lebih rendah tetapi tidak berarti ayam tersebut sehat karena ayam
yang sama juga terinfeksi dengan beberapa jenis cacing yang lain. Data tahun
1994/1995 pada peternakan ayam di Denmark juga menunjukkan bahwa ayam
dewasa terinfeksi cacing Ascaridia galli sebesar 63.8%. Data ini menunjukkan
bahwa resiko terbesar terhadap infeksi cacing terdapat pada peternakan ayam
dengan sistem dilepas dipekarangan, tetapi resiko yang besar juga terdapat pada
sistem kandang litter yang dalam. Kejadian akut Ascariasis merupakan problema
pada peternakan ayam yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar (Al-Gazali
2017).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis endoparasit yang berada di
usus ayam serta mengetahui ciri-ciri usus ayam yang terinfeksi endoparasit.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 14 Februari 2019 pukul 09.00-11.30
WIB di Laboratorium Zoologi, Gedung (F) Daya, Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, Universitas Bangka Belitung.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, bak
parafin dan seperangkat alat bedah.

2.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah usus ayam.

2.3 Langkah Kerja


Adapun langkah-langkah kerja diilustrasikan dalam diagram alir berikut:

Pengamatan saluran Pembukaan saluran


Pencatatan adanya cerna dari esofagus
cerna ayam secara
ptechiae ke anus
makroskopis

Pemberian label Pengamatan cacing Pengambilan cacing


pada wadah cacing secara makroskopis menggunakan pinset dan
yang berisi spesies, dan penentuan pemasukkan cacing ke
predileksi dan host spesies dalam cawan petri.

Gambar 1. Diagram alir langkah kerja


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Berbagai permasalah dalam pada sektor peternakan unggas adalah adanya
endoparasit yang saluran cerna unggas tersebut yang akan menyebabkan penyakit
Ascariasis. Adapun hasil pengamatan makroskopis saluran cerna pada unggas beserta
predileksinya disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan makroskopis saluran cerna pada unggas beserta predileksi
No. Gambar Secara Makroskopis Predileksi
Saluran cerna unggas (Ayam)
Bagian saluran cerna yang
diduga terdapat cacing,
berada di saluran cerna
unggas bagian duodenum.
Ciri-cirinya adalah pada
1.
usus ayam ditemukan
adanya pendarahan yang
terjadi di dalam usus,
disertai bintik-bintik
kemerahan

Cacing yang terdapat di saluran cerna unggas (dalam hal ini adalah ayam) dilakukan
penghitungan jumlah, penentuan hospes, serta deskripsi atau keterangan lain pada
cacing disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengamatan cacing di saluran cerna unggas
No. Gambar Hospes Jumlah Deskripsi Keterangan
1. Ascaridia galli 1. Cacing A.galli
Cacing A.galli
2 1 betina.
berwarna putih
2. Cacing A.galli
gading, bentuk
jantan
tubuhnya gilig,
Ayam 10 individu kedua ujung
tubuhnya runcing,
ujungnya ada yang
melengkung dan
ada yang tidak
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, cacing yang berada di saluran cerna
unggas (dalam hal ini adalah ayam) diduga adalah cacing kelompok Nematoda, yaitu
Ascaridia galli. Ciri-ciri cacing A.galli adalah berwarna putih, memiliki kedua
ujungnya yang runcing, ujung posterior cacing melengkung dan ada juga yang tidak
melengkung (lurus). Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Al-Gazali (2017) yang
menyatakan bahwa cacing Ascaridia galli berbentuk bulat, berwarna putih, tidak
berpigmen dan dilengkapi dengan kutikula yang halus, sehingga berdasarkan
pengamatan secara makroskopis dan diperkuat dengan literature, cacing tersebut untuk
sementara adalah cacing Ascaridia galli. Adapun klasifikasi cacing Ascaridia galli
menurut Dwijayanti (2008) adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Ascaridida
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaridia
Spesies : Ascaridia galli

Cacing Ascaridia galli merupakan cacing yang bersifat endoparasit, artinya


menyerang di bagian dalam tubuh hospes. A.galli terdapat di usus dan duodenum
semua jenis unggas, termasuk ayam. Karakterisktik cacing A.galli yaitu memiliki
kutikula ekstraseluler yang tebal untuk melindungi membran plasma hipodermal
Nematoda cacing dewasa. Bagian anterior terdapat sebuah mulut yang dilengkapi
dengan 3 (tiga) bibir, satu bibir di bagian dorsal dan dua lainnya di bagian lateroventral.
Cacing A.galli dapat dibedakan menjadi cacing A.galli jantan dan betina. Cacing
jantan dewasa berukuran panjang 51- 76 mm dan cacing betina dewasa 72-116 mm.
Cacing A.galli jantan memiliki preanal sucker dan dua spikula berukuran panjang 1-
24 mm, sedangkan cacing betina memiliki vulva dipertengahan tubuh. Telur A.galli
Berbentuk oval, kerabang lembut, tidak bersegmen, dan berukuran 73-93 x 45-57 µm
(Pangestika 2016).
Pemeriksaan saluran cerna unggas sangat diperlukan untuk identifikasi adanya
suatu penyakit Ascariasis. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan cara
pengamatan saluran cerna secara makroskopis. Pengamatan tersebut dilakukan dengan
cara mengamati secara seksama saluran cerna pada nggas dan pengamatan apabila
terdapat ptechiae. Ciri-ciri usus yang terkena endoparasit A.galli adalah terdapat
bercak-bercak merah pada epitel usus unggas serta bentuknya yang tidak normal seperti
terdapat lipatan-lipatan pada usus, sedangkan ciri-ciri usus ayam yang normal adalah
berwarna cream, permukaannya rata, dan tidak terdapat bintik-bintik merah. Hal
tersebut diperkuat oleh pernyataan Amaliah, Triana, Hastutiek, Koedarto, Tri, Suwanti,
dan Soeharsono (2018) yang menyatakan bahwa ciri-ciri usus yang normal adalah
adanya warna cream, terdapat gurat-gurat pembuluh darah di epitel, tidak ada bintik-
bintik merah dan tidak ada permukaan yang abnormal. Adapun menurut Setiawan
(2014) yang menyatakan bahwa organ-organ pencernaa ayam yang terinfeksi A.galli
ditandai dengan adanya kelainan berupa multiple petechial pada bagian proventrikulus,
usus halus, dan kolon ayam.
Suatu penyakit yang dapat diderita apabila terinfeksi cacing A.galli adalah
penyaki Ascariasis. Penyakit kecacingan (Ascariasis) ini dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita
(KEPMENKES RI No.424/2006). Keberadaan cacing A.galli yang banyak di dalam
usus dapat menyebabkan abdominal distension dan rasa sakit. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan lactose intolerance, malabsopsi dari vitamin A dan nutrisi lainnya
(Suriptiasutis 2006). Adapun cara penanggulangannya menurut Al-Gazali (2017) yang
menyatakan bahwa cara penganggulangan menggunakan obat Antelmintika. Beberapa
jenis antelmintika yang sering dipakai diantaranya:
a. Piperazine. Antelmintik ini sangat efektif untuk memberantas cacing A. galli.
Antelmintik ini dapat diberikan dalam pakan atau minum. Dosis pemberian 300-440
mg per kg pakan atau 440 mg piperazin sitrat per liter. Obat ini tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan atau produksi telurnya.
b. Hygromycin B pada dosis 8 g per ton selama 8 minggu sangat efektif memberantas
cacing Ascaridia galli
c. Albendazol dengan dosis 3,75 mg/kg berat badan efektif untuk memberantas cacing
Ascaridia galli.
d. Fenbendazol. Untuk kondisi lapang maka dosis 15-20 mg/kg BB selama 3 hari
berturut- turut dapat digunakan memberantas infeksi cacing padaayam atau 30-60 ppm
dalam pakan selama 6 hari berturut-turut, tetapi Yazwinski et al.(2002) menunjukkan
bahwa dengan dosis yang lebih rendah yaitu 16 ppm dalam pakan selama 6 hari
berturutturut dapat memberantas cacing ascaris pada turkey.
e. Levamisol 37,5 mg/kg dalam air minum atau makanan. Satu kaplet untuk 10 ekor
ayam yang beratnya 1 kg dilarutkan dalam air 2 liter minum atau dihancurkan dalam
makanan 1 kg.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat jenis endoparasit A.galli
dengan ciri-ciri berwarna putih gading, bentuk tubuh gilig, ujung posterior cacing
meruncing, ujung posterior melengkung dan ada yang tidak. usus yaitu terdapat bintik-
binik kemerahan, terdapat bentuk yang abnormal, dan permukaan usus yang tidak rata.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah pada saat praktikum hendaknya
menggunakan masker dan sarung tangan agar tidak mudah tertular oleh parasit yang
dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah A, Triana IN, Hastutiek P, Koedarto S, Tri L, Suwanti, dan Soeharsono .2018.
The Prevalence and Helminth Infection Degree of Gastrointestinal in Layer Duck
Located in Keper and Markolak Kramat Village District of Bangkalan Regency of
Bangkalan. Journal of Parasite Science. 2(1):1-4.

Ideham B dan Pusarawati S. 2009. Buku Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran


Edisi 2. Surabaya : Pusat Penerbit dan Percetakan UNAIR (AUP).

Pangestika AR.2016. Ascaridia galli. http://id.scribd.com/ [20 Februari 2019].

Setiawan AA.2014. Nekroskopi. http://www.academia.edu/ [20 Februari 2019].

Suriptiasusi.2006. Infeksi soil-transmitted helmint Ascariasis, Trichiuriasis, dan cacing


tambang. Jurnal medicina. 25(2):84-93.

Anda mungkin juga menyukai