Anda di halaman 1dari 12

Geothermometer

Muhammad Sholeh
22116024
Geotermometri merupakan cara memperkirakan
temperatur reservoar panasbumi yang didasarkan
pada keberadaan zat-zat terlarut pada fluida
geothermal, dimana konsentrasi fluida tersebut sangat
tergantung pada temperatur.

Geotermometri dikembangkan berdasar


kesetimbangan kimia yang sangat tergantung pada
suhu, antara air dan mineral pada kondisi reservoar
dalam.
Geotermometri ini dapat diaplikasikan dengan
mengasumsikan beberapa hal:
Fluida panasbumi berada dalam kesetimbangan dengan

mineral yang ada dalam reservoir. (persyaratan dasar)


Tidak ada pengendapan selama fluida naik menuju

permukaan.
Tidak ada mixing dengan air tanah dangkal.

Klasifikasi Geothermometer
1. Chemical Geothermometer

2. Isotop Geothermometer
1. Chemical Geothermometer
Memanfaatkan komposisi kimia

Silika dan konten kation utama dari pembuangan air

(water discharges).
Konsentrasi gas/kelimpahan relatif dari komponen

seperti gas pada pembuangan uap.


2. Isotopic Geothermometer
Berdasarkan pada reaksi perubahan isotop antara
variasi fase (air,gas,mineral) dalam sistem
geothermal.
Prinsip Dasar
Chemical Geothermometer

Dikembangkan tergantung pada suhu


kesetimbangan kimia antara air dan mineral pada
reservoir yang dalam.
Didasarkan pada asumsi air mempertahankan

komposisinya (kimia) selama terjadi perpindahan /


naik dari reservoir ke permukaan.
Asumsi bahwa pertahanan dari kadar kimia air

memungkinkan tidak tetap, kemungkinan


komposisi air terpengaruh pada proses, sperti :
cooling, mixing.
Tipe Chemical Geothermometer
1. Silica Geothermometer
2. Cation/Alkali Geothermometer (Na-K)
1. Silica Geothermometer
Berdasarkan kelarutan berbagai jenis silika dalam air

sebagai fungsi dari temperatur yang ditentukan


dengan eksperimen.
Kebanyakan dalam sistem geothermal,fluida di
kedalaman pada T > 180oC
, mengalami ekuilibrium dengan kuarsa.

Pembagian Silica Geothermometer

a. Konduktif
Kehilangan panas sambil berjalan menuju
permukaan / batuan yang lebih dingin.
b. Adiabatik
mendidih, karena terjadi penurunan tekanan
hidrostatik.
2. Cation / Alkali Geothermometer (Na K)
Respon rasio konsentrasi Na terhadap K yang menurun

terhadap peningkatan temperatur fluida didasarkan


pada reaksi pertukaran kation yang sangat bergantung
pada suhu.
Dapat diaplikasikan pada reservoar air korida gengan T

> 100oC.
Keunggulan : tidak banyak terpengaruh oleh dilusi

maupun steam loss.


Kekurangan :
kurang bagus untuk T < 100 oC, untuk air yang kaya

akan Ca/ banyak berasosiasi dengan endapan travertin.


Hanya digunakan pada pH dekat dengan netral pada air

chloride.
Na K Ca Geothermometer
Diaplikasikan untuk air yang mempunyai konsentrasi

Ca tinggi.
Batasan teoritis untuk geothermometer ini :

ekuilibrium antara Na dan K-feldspar serta konversi


mineral kalsium alumino silikat (misal plagioklas)
menjadi kalsit.
Kelemahan :
Kisaran suhu hanya 120 200 oC.

Sangat dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi

karena boiling dan dilution.


Dimana boiling : loss CO2, terjadi pengendapan

kalsit, Ca keluar dari larutan sehingga hasil


perhitungan T terlalu tinggi.
Koreksi Mg untuk Geothermometer Na K Ca
Fluida geothermal dengan T > 180oC, kebanyakan
mengandung sedikit Mg (<0,2 ppm).
Ketergantungan konsentrasi Mg terhadap
temperatur disebabkan oleh pembentukan klorit.
Pda T yang lebih tinggi, Mg juga keluar dari larutan
karena dipakai untuk membuat biotit dan aktinolit.
Koreksi ini biasanya diaplikasikan pada sistem
geothermal yang relatif dingin.
Isotopic Geothermometer

Isotop yang paling umum digunakan: Oksigen,


Hidrogen, Sulfur dan Helium
reaksi pertukaran isotop yang mencapai
keseimbangan dalam sistem alam, tergantung
pada suhu. Elemen isotop difraksinasi dalam
proses kimia yang beroperasi di dalam sistem air
pada batuan.
reaksi pertukaran isotop mungkin antara gas dan

fase uap, fase mineral dan gas, air dan zat


terlarut atau zat terlarut dan zat terlarut.
Oxygen Geothermometer
Isotopic geothermometer melibatkan reaksi
pertukaran oksigen atau hidrogen dengan air,
diasumsikan seimbang.
Sebuah fraksinasi isotop terjadi ketika uap
terpisah dari air panas, komposisi isotop dari uap
dan air dalam sample , juga dapat ditentukan
dari total debit, dimana uap dan fraaksi air
diketahui.

Isotop H dan O stabil (sumber dari air


geothermal)
Sumber dari air alam : air meteorik, air laut, air
fossil, air magmatik dan air metamorfik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai