Anda di halaman 1dari 5

Analisis Geologi Daerah Panas Bumi dengan Studi Geotermometri Kimia

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang terletak dalam jalur vulkanik pasifik atau yang lebih
sering disebut cincin api spesifik. Hal ini disebabkan oleh pertemuan antara lempeng Eurasia,
Pasifik dan Indo-Australia, oleh karena itu Indonesia memiliki banyak gunung api yang disertai
dengan cadangan energi panas bumi yang melimpah (Dewi, 2019).
Panas bumi atau gheotermal sebagai sumber energi alternatif yang dapat mendukung
pembangunan. Energi geothermal memberikan sumber energi yang higienis dan terbarukan.
Emisi energi panas bumi dikatakan tidak mengandung polutan kimiawi atau mengeluarkan
limbah.dalam hal ini, pemanfaatan energi panas bumi dimulai dengan melakukan observasi dan
eksplorasi daerah geothermal untuk mengetahui besarnya daya geothermal yang dapat
dimanfaatkan, baik pada sektor kelistrikan maupun non kelistrikan. Eksplorasi energi panas bumi
yang dilakukan, yaitu survei geologi, geokimia dan geofisika (Dewi, 2019).
Penggunaan geokimia dalam deteksi panas bumi dengan menggunakan studi
geotermometri kimiawi, yaitu seuatu studi perhitungan yang memanfaatkan kode geokimia
“react”dalam perangkat lunak. Selain itu pemantauan keadaan kesetimbangan berupa indeks
saturasi untuk berbagai mineral dengan parameter perhitungan adalah pH dan mineral
(Yoshikazu, 2017).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan analisis geologi daerah panas bumi dengan
menggunakan studi geotermometri kimia untuk memudahkan pencarian data mengenai panas
bumi dengan berbagai parameter.
B. Pembahasan
1. Tipe Fluida Panas bumi dan Karakteristiknya
Panas bumi merupakan sumber energi yang lingkungan dengan waktu pemanfaatan yang
lama. Dalam pemanfaatannya, panas bumi dibedakan menjadi pemanfaatan secara langsung dan
secara tidak langsung. Untuk pemanfaatan secara langsung, misalnnya di bidang pertanian,
perikanan dan kesehatan. Sedangkan pemanfaatan secara tidak langsung, misalnya Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) (Dewi, 2019).
Menurut Yoga (2011), Fluida panas bumi memiliki kandungan senyawa yang hampir
sama, namun fluida-fluida panas bumi juga memiliki konsentrasi yang bervariasi. Perbedaan
konsentrasi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Temperatur
b. Komposisi magma pada heat source
c. Jenis batuan yang dilewati fluida
d. Kondisi dan lamanya interaksi fluida dan batuan
e. Proses boiling dan mixing
Dengan adanya interaksi antara batuan dan fluida menghasilkan zat terlarut dalam fluida
panas bumi. Untuk sistem bersuhu tinggi, kemungkinan juga berasa dari proses magmatik.
Unsur-unsur terlarut umumnya lebih banyak berada dilarutan dibanding dalam mineral dan tidak
mudah bereaksi. Menurut Yoga (2012), berdasarkan karakteristiknya tipe fluida panas bumi
terbagi atas dua yaitu :
a. Air Klorida (Chloride Water)
Air jenis ini merupakan tipe fluida panas bumi yang sering ditemukan pada area dengan
sistem temperatur tinggi. Area dengan skala besar yang memiliki mata air panas dengan
konsentrasi Cl yang tinggi berasal reservoir dalam, dan merupakan indikasi dari zona permeabel
pada area tersebut. Namun demikian, area ini dapat saja tidak terletak di atas zona upflow utama,
karena ada beberapa kemungkinan lain seperti pengaruh topografi yang juga dapat memberikan
dampak besar dalam mengontrol hidrologi.
Dalam air klorida, anion yang banyak terdapat adalah klorida dan umumnya memiliki
konsentrasi klorida dapat mencapai 100.000 mg/k. Beberapa unsur utama lain dalam air klorida
adalah sodium dan potasium. Sedangkan kationnya adalah unsur silika dan boron. Kandungan
gas utamanya yaitu karbondioksida dan beberapa macam gas hidrogen tingkat rendah. Pada area
yang memiliki kandungan gas tinggi, fluida klorida memiliki kandungan bikarbonat yang tinggi.
b. Air Sulfat (Sulphate Water)
Jenis air panas bumi ini merupakan fluida yang terbentuk pada kedalaman dangkal dan
terbentuk sebagai akibat dari proses kondensasi gas panas bumi yang menuju dekat permukaan,
disebut juga dengan air asam sulfat. Air sulfat biasanya ditemukan pada batas daerah dan
berjarak tidak jauh dari area upflow utama. Air sulfat dapat mengalir melewati patahan (fault)
menuju sistem panas bumi. Jika dilihat dari topografi, maka lokasi pastinya terletak jauh di atas
water table dan di sekeliling boiling zone, walaupun kebanyakan juga sering ditemukan didekat
permukaan. Pada lokasi inilah, air sulfat dipanaskan, kemudian ambil bagian dalam alterasi
batuan dan bercampur dengan air klorida.
Fluida jenis ini dapat terbentuk oleh dua proses, yaitu:
1) Steam Heated Acid Sulphate Water
Fluida ini terbentuk ketika uap berkondensasi pada air permukaan. Sulfat terbentuk akibat
oksidasi hidrogen sulfida pada zona vados (zona bawah permukaan di atas muka air tanah).
Terbentuknya steam heated acid sulphate water berkaitan dengan proses pendidihan/boiling
chloride water di reservoir pada temperatur < 300°C. Karena tidak bersifat volatil pada
temperatur < 300°C, maka steam heated acid sulphate water hanya mengandung sangat sedikit
klorida. Fluida ini terbentuk pada tempat yang paling dangkal dari sistem panas bumi sehingga
tidak dapat digunakan sebagai indikator keadaan reservoir.
2) Magmatic Acid Sulphate Water
Fluida ini mengandung gas volatil yang mudah menguap berasal dari air magmatik,
sehingga air, karbondioksida, sulfat dioksida dan hidrogen klorida berkondensasi menjadi fasa
cair pada suhu > 800°C dan terbentuk di sekitar magma (kurang lebih kedalaman 1 hingga 1,5
km). Pada air sulfat ini, Sulfat berperan sebagai anion utama dan terbentuk akibat proses oksidasi
dari kondensasi hidrogen sulfida.
2. Asumsi dan Persyaratan Dasar tentang Geotermometri Cairan
Untuk memperkirakan temperatur reservoir panas bumi yang didasarkan pada keberadaan
zat-zat terlarut pada fluida panas bumi, dimana konsentrasi fluida tersebut sangat tergantung
pada temperatur dapat menggunakan suatu cara yang disebut Geotermometri. Cara ini
dikembangkan berdasar kesetimbangan kimia yang sangat bergantung pada suhu, antara air dan
mineral pada kondisi reservoir dalam. Tiap geotermometri memiliki keterbatasan sehingga
penerapannya harus sangat hati-hati untuk menghindari kekeliruan interpretasi. Sampling dan
analisis harus dilakukan dengan benar, dan sebaiknya perhitungan dilakukan menggunakan lebih
dari satu geotermometer yang relevan (Yoga, 2011).
Aplikasi konsep geotermometer berdasar asumsi apabila fluida bergerak ke permukaan
dengan cepat, fluida akan mempertahankan komposisi kimianya selama perjalanan dari reservoir
ke permukaan, karena sedikit sekali mengalami percampuran. Namun pada kenyataannya fluida
dapat mengalami perubahan dalam perjalanan dari reservoir ke permukaan. Perubahan tersebut
terjadi karena adanya proses mixing, dilution, boiling, dan juga pelarutan batuan samping,
sehingga dalam perhitungan geotermometer harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, dan
diusahakan memilih unsur/senyawa yang tepat untuk memilih geotermometer yang cocok (Yoga,
2011).
3. Berbagai contoh geotermometer cairan dan penggunaannya
Geotermometer sangat sering digunakan di daerah panas bumi untuk mengetahui
temperatur reservoir. Cara kerja geoterrnometer yang digunakan ini berdasarkan konsentrasi
kandungan unsur tertentu yang terdapat di fluida. Penggunaan geotermometer harus berhati-hati
karena pada kondisi yang tidak tepat geotermometer tidak menunjukan temperatur yang
sebenamya. Ada beberapa geotermometer yang biasa digunakan dan masing-masing mempunyai
keterbatasan, sehingga pemilihan geotermometer perlu memperhatikan komposisi kimia yang
terkandung (Rathan, 2018).
Menurut Yoga (2011), Terdapat beberapa jenis geotermometer berdasarkan unsur kimia
yang digunakan :
a. Geotermometer silika, dibuat berdasar kelarutan berbagai jenis silika dalam air sebagai
fungsi dari temperatur yang ditentukan dengan simulasi / eksperimen.
b. Geotermometer Na-K, respon rasio konsentrasi Na terhadap K yang menurun terhadap
meningkatnya temperatur fluida didasarkan pada reaksi pertukaran kation yang sangat
bergantung pada suhu. Geotermometer ini kurang bagus untuk T < 100˚C, juga untuk air
yang kaya Ca banyak berasosiasi dengan endapan travertin.
c. Geotermometer Na-K-Ca, geotermometer ini diterapkan untuk air yang memiliki
konsentrasi Ca tinggi. Geotermometer ini bersifat empiris dengan landasan teori yang
belum dipahami secara sempurna.
C. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tipe fluida panas bumi memiliki
berbagai variasi tergantung pada kandungan kimianya, seperti air klorida dan air sulfat. Untuk
mengetahui temperatur reservoir didaerah panas bumi dapat menggunakan geotermometer, Cara
kerja geoterrnometer yang digunakan berdasarkan konsentrasi kandungan unsur tertentu yang
terdapat di fluida. Penggunaan geotermometer harus berhati-hati karena pada kondisi yang tidak
tepat geotermometer tidak menunjukan temperatur yang. Tiap geotermometri memiliki
keterbatasan sehingga penerapannya harus sangat hati-hati untuk menghindari kekeliruan
interpretasi. Adapun geotermometer yang umumnya sering digunakan yaitu Geotermometer
silika, Geotermometer Na-K, dan Geotermometer Na-K-Ca.
Referensi
1. Dewi Darmayanti Tolodo, Fauzul Chaidir A. Usman, Intan Noviantari Manyoe, Fitra
Akbar Gaib, Fitri Handayani Putje, Yusran Ibrahim. 2019. Geologi Wilayah Geotermal
Pangi Tulang Tulang Bolango Kabupaten gorontalo. Jurnal Teknik Geologi, Universitas
Negeri Gorontalo. Vol. 1 (1): 22-29.
2. Rathan Deandra Roso. 2018. Model Hidrogeologi Sistem Panas Bumi Berdasarkan Data
Geokimia Manifestasi Permukaan pada Daerah Gunung Pancar, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Universitas Trisakti Jakarta.
3. Yoga Aribowo, Heri Nurohman. 2012. Studi Geokimia Air Panas Area Prospek
Panasbumi Gunung Kendalisodo Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Vol. 33 No.1 Tahun 2012,
ISSN 0852-1697.
4. Yoga Aribowo. 2011. Prediksi Temperatur Reservoar Panasbumi dengan Menggunakan
Metoda Geotermometer Kimia Fluida. Jurnal Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Vol. 32 No.3 Tahun 2011, ISSN 0852-1697.
5. Yoshikazu Kikawada, Takato Ono, Koji Ogawa, Megumi Fukai, Takao Oi. 2017. Studi
Geothermometri Kimia Pada Sistem Panas Bumi Di Manza Mata Air Panas di Dekat
Gunung Berapi Kusatsu-Shirane, Jepang. Procedia Earth and Planetary Science 17.
(2017) 253 – 256.
Glosarium
Geotermometer : Suatu persamaan yang menggunakan konsentrasi dari unsur-unsur kimia fluida
panas bumi untuk memperkirakan temperatur reservoir di bawah permukaan.
Geothermal : Energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi.
Heat Source : Perambatan panas dari dalam bumi.
Hidrologi : Cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air
di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air.
Reservoir : Tempat penampungan air.

Anda mungkin juga menyukai