Anda di halaman 1dari 10

SUBTEMA: LINGKUNGAN

GEOTHERMAL FOR SUSTAINABLE RENEWABLE ENERGY


(GEO-SURE): INOVASI TEKNOLOGI PANAS BUMI
DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOKIMIA
UNTUK MEWUJUDKAN PERAN GEN-Z DALAM
MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL

Disusun Oleh:
Rangga Dwi Putra Universitas Jambi

UNIVERSITAS JAMBI
MUARO JAMBI
2023
“Gerak adalah sumber kehidupan dan gerak yang dibutuhkan dunia saat ini
bergantung pada energi. Siapa yang menguasai energi dialah pemenangnya”
-Ir. Soekarno-

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan


potensi sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya gunung api yang hampir
terdapat disetiap daerah Indonesia dengan jumlah sekitar 127 gunung api yang
aktif di Indonesia sehingga dijuluki sebagai ring of fire atau negara yang terletak
di jalur cincin api yang artinya posisi Indonesia dalam wilayah tumbukan lempeng
tektonik dan garis khatulistiwa membuat negara ini memiliki cadangan energi
maupun sumber daya alam yang melimpah. Indonesia memiliki banyak gunung
api yang terbentang dari sumatera, jawa hingga nusa tenggara hal tersebut
disebakan oleh pergerakan lempeng yaitu subduksi, ketika lempeng samudera
menujam ke bawah lempeng benua ini yang kemudian terjadinya pembentukan
gunung api.
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi
global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna
mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
Salah satu topic SDGs ke 7 mengenai Energi bersih (Clean Energy). Potensi panas
bumi yang ada di Indonesia dapat mendukung terimplementasikan target energi
bersih yang ramah, hijau, dan berkelanjutan.
Energi panas bumi adalah energi panas yang terkandung dalam fluida air
(bisa dalam uap, cair, atau campuran keduanya) yang berada pada kedalaman
lebih dari 1 kilometer di bawah permukaan bumi terdiri dari batuan panas (sumber
panas), batuan rekahan yang mengandung reservoir fluida berada di atas batuan
panas, dan batuan penudung yang biasanya berupa lempung ubahan yang
menyelimuti reservoir. Penggunaan energi panas bumi mengeluarkan emisi
rendah, karena setelah energi dimanfaatkan dapat digunakan kembali untuk
pembangkit listrik atau pemanfaatan secara langsung.
Dalam sistem pembangkit geothermal, fluida yang telah mendingin
kemudian direinjeksi ke bawah permukaan bumi menuju ke reservoir sehingga
tidak ada fluida yang dibuang yang mencemari lingkungan. Dengan demikian,

1
terjadi siklus pemanasan, pemanfaatan, dan reinjeksi kembali fluida di dalam
reservoir. Zat-zat yang mudah menguap kemudian bercampur, dan menghasilkan
magma. Magma kemudian naik kepermukaan melalui celah-celah yang ada pada
batuan dan menyembur keluar kepermukaan dan terjadinya erupsi terlebih dahulu
setelah itu terjadinya gunung meletus.
Seiring dengan berjalannya waktu kita membutuhkan energi terbarukan
ditengah rencana transisi penggunaan energi terbarukan tersebut, tidak banyak
yang sadar bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yaitu geothermal
(panas bumi) terbesar di dunia yaitu sebesar 40%, apabila dimanfaatkan dengan
baik dapat memberikan efek yang sangat baik bagi keberlangsungan hidup kita
kedepannya terutama di sektor industri.
Menurut catatan terbaru Badan Geologi, potensi panas bumi di Indonesia
sebesar 23,9 Giga Watt (GW) hingga Desember 2019. Berdasarkan data
Direktorat Panas Bumi, potensi ini baru dimanfaatkan sebesar 8,9% atau 2.130,6
MW dan masih banyak yang belum dimanfaatkan. Perihal ini pemerintah
menargetkan peningkatan pemanfaatan panas bumi menjadi 7.241,5 MW atau
16,8% di 2025 (Kementerian ESDM, 2020). Dengan demikian banyaknya potensi
panas bumi di Indonesia yang bisa dimanfaatkan sebagai energi listrik yang ramah
lingkungan.
Komponen sistem panas bumi terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
adanya batuan reservoir yang permeable, adanya air yang membawa panas dan
sumber panas itu sendiri. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan
membentuk sistem yang mampu mengantarkan energi panas dari bawah
permukaan hingga ke permukaan bumi. Tipe air panas berdasarkan kandungan
anion dominan yaitu anion Cl, SO 4 dan HCO3. Fluida panas bumi dapat berasal
dari air meteorik yang masuk melalui zona permeabelnya, air formasi (connate
water) yang sudah lama berada dalam formasi batuan, air metamorfik
(metamorphic water) dan magma (juvenile water).
Berdasarkan uraian diatas, Pemanfaatan uap dari zat cair yang ada di bawah
permukaan bumi dengan menggunakan dengan metode geokimia dapat menjadi
katalis dalam mewujudkan pembangkit listrik hijau yang efisien, penggunaan lahan
yang sedikit, konversi tinggi, dan ramah lingkungan sekaligus meningkatkan aspek

2
ekonomi dan sosial bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penulis memiliki
gagasan dengan judul “Inovasi Teknologi Panas Bumi Dengan Menggunakan
Metode Geokimia Untuk Mewujudkan Peran Gen-Z Dalam Menghadapi
Persaingan Global” dapat menjadi gagasan kekinian dalam mengatasi permasalahan
mengenai keterbatasan sumber energi untuk pembangkit listrik di Indonesia yang
ramah lingkungan.

Gambar 1. Konversi energi panas bumi ke listrik


Dari diagram alir diatas jika sumber daya panas bumi mempunyai
temperatur sedang, fluida panas bumi masih dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik dengan menggunakan pembangkit listrik siklus binari (binary
plant). Fluida sekunder (isobutane, isopentane atau ammonia) dipanasi oleh fluida
panas bumi melalui mesin penukar kalor atau heat exchanger. Fluida sekunder
menguap pada temperatur lebih rendah dari temperatur titik didih air pada tekanan
yang sama. Fluida sekunder mengalir ke turbin dan setelah dimanfaatkan akan
dikondensasikan sebelum dipanaskan kembali oleh fluida panas bumi. Siklus
tertutup dimana fluida panas bumi tidak diambil masanya, tetapi hanya panasnya
saja yang diekstraksi oleh fluida kedua, sementara fluida panas bumi diinjeksikan
kembali ke dalam reservoir, ini disebut sebagai siklus binary.
Geotermometer digunakan untuk memperkirakan temperatur reservoir
panas bumi berdasarkan keberadaan zat-zat terlarut pada fluida panas bumi,
dimana konsentrasi dari fluida tersebut sangat bergantung pada temperaturnya,
yaitu sebagai berikut:

3
1. Geotermometer silika digunakan berdasarkan pada kelarutan berbagai
jenis silika dalam air sebagai fungsi dari temperatur.
2. Geotermometer Na-K (merupakan respon rasio konsentrasi Na terhadap K
yang menurun terhadap meningkatnya temperatur fluida berdasarkan pada
reaksi pertukaran kation yang tergantung pada suhu. Geotermometer Na-K
dapat diterapkan untuk reservoir air klorida dengan nilai T>180°C.
3. Geotermometer ini memiliki keunggulan yang tidak hanya terpengaruhi
oleh steam loss. Namun, geotermometer ini kurang bagus apabila
diaplikasikan untuk T<100°C.
4. Geotermometer Na-K-Ca Geotermometer Na-K-Ca diterapkan untuk air
yang memiliki konsentrasi Ca tinggi. Asumsi yang dapat digunakan untuk
membuat persamaan geotermometer Na-K-Ca adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai kelebihan silika (biasanya benar).
b. Aluminium tetap berada pada fasa padat (biasanya benar karena fluida
biasanya sedikit Aluminium).
Persamaan geotermometer yang digunakan untuk menghitung pendugaan
temperatur bawah permukaan (reservoir), yaitu dengan menggunakan persamaan
geotermometer silica (SiO2) pada kondisi no steam loss, persamaan
geotermometer Na-K dan persamaan geotermometer Na-K-Ca dengan ß =4/3
dengan persyaratan suhu <100°c.
Dari hasil analisis menggunakan metode geokimia, dilakukan analisis hasil
perhitungan pendugaan temperatur bawah permukaan (reservoir) dari sampel
mata air panas TWR-1, TWR-2, dan TWR-3 daerah penelitian memiliki
temperatur bawah permukaan yang berbeda-beda (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil perhitungan geotermometer silika (SiO2), Na-K dan Na-K-Ca
SiO2 (°C) Na-K (°C) Na-K-Ca (°C)
Mata Air Panas No Steam Loss Fournier, (1979) Fournier dan
(Fournier, 1977) Truesdell (1977
TWR-1 153,19 163,98 79,53
TWR-2 143,90 163,81 216,81
TWR-3 148,00 181,92 203,61

(Sumber: Paais, 2021)

4
Pada data tabel di atas terdapatnya perbedaan hasil perhitungan
geotermometer fluida (air) yang dimungkinkan karena fluida panas bumi pada
saat perjalanannya menuju permukaan terjadi kontaminasi dengan unsur-unsur
kimia lain dari batuan serta mengalami percampuran atau pengenceran dengan
fluida dangkal membentuk kesetimbangan baru. Hasil perhitungan geotermometer
fluida panas bumi, TWR-1, TWR-2, dan TWR-3 diperkirakan memiliki
temperatur bawah permukaan (reservoir) berkisar antara 79,53°C - 216,81°C dan
termasuk ke dalam sistem panas bumi bersuhu rendah-sedang.
Pemanfaatan energi panas bumi dalam gagasan ini dengan menggunakan
metode geokimia memiliki keunggulan lain dibandingkan dengan metode lainnya
yaitu metode ini dapat digunakan untuk menyaring luasnya area pengeboran dan
menghasilkan hasil yang lebih spesifik serta akurat dalam waktu yang relatif
singkat. Metode ini juga memiliki potensi identifikasi yang baik dalam
memberikan gambaran mengenai potensi pada suatu wilayah dengan tingkat
keakuratan yang tinggi.
Analisis teknologi panas bumi, dengan menggunakan metode geokimia,
dalam analisis energi total yang dapat dimanfaatkan adalah dengan menggunakan
suhu awal sebesar 181°C dan suhu akhirnya adalah 124°C pada reservoir suhu ini
termasuk reservoir panas bumi bersuhu sedang, yaitu reservoir yang mengandung
fluida dengan temperatur antara 125-225°C dengan menggunakan luas reservoir
sebesar 1990 m, untuk menghitung berapa energi listrik yang dapat di hasilkan
adalah dengan menggunakan metode perhitungan volumeterik.
Untuk meghitung energi di dalam reservoir pada keadaan awal (Ti)
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐻𝑒𝑖 = 𝐴. ℎ. [(1 − 𝛷). 𝜌𝑟 . 𝑐𝑟 . 𝑇𝑖 + 𝛷(𝑆𝐿 . 𝜌𝐿 . 𝑢𝐿 + 𝑆𝑣 . 𝜌𝑣 . 𝑢𝑣 )]
= (1100) (1990) [(1-0,1) (2,65 x 103) (0,9) (181) + 0,1 (0,7) (840,33)
(940,79) + (0,3) (11,62) (2601,3)]
= 991.503.671 x 103 kj
Menghitung kandungan energi di dalam reservoir pada keadaan akhir (Tf)
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐻𝑒𝑓 = 𝐴. ℎ. [(1 − 𝛷). 𝜌𝑟 . 𝑐𝑟 . 𝑇𝑓 + 𝛷(𝑆𝐿 . 𝜌𝐿 . 𝑢𝐿 + 𝑆𝑣 . 𝜌𝑣 . 𝑢𝑣 )𝑓 ]

5
= (110) (1990) [(1-0,1) (2,65 x 10 3) (0,9) (125) + 0,1 (0,3) (887,31)
(761,92) + (0,05) (5,16) (2582,8)]
= 663.190.956 x 103 kj
Menghitung maksimum energi yang dapat dimanfaatkan (sumber daya)
menggunakan rumus:
𝐻𝑡ℎ = 𝐻𝑒𝑖 − 𝐻𝑒𝑓 = 991.503.671x103 − 663.190.956 x103
= 358.312.755 𝑥103 𝑘𝐽
Menghitung energi panas yang pada kenyataannya dapat diambil
(cadangan panasbumi) menggunakan rumus. Apabila cadangan dinyatakan dalam
kJ, maka besarnya cadangan ditentukan sebagai berikut:
H𝑑𝑒 = 𝑅𝑓𝑥𝐻𝑡ℎ
Di mana 𝑅𝑓 = 25%
𝐻𝑑𝑒 = (0.25)(358.312.755𝑥103) = 895.781.888 𝑥102 𝑘j
Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan MWth, maka besarnya
cadangan ditentukan sebagai berikut menggunakan rumus:
Hde
𝐻𝑟𝑒 =
t .365 .24 .360
2
895.781.888 x 10
=
30.365 .24 .3600
=94,683 MWth
Menghitung besarnya potensi listrik panasbumi, yakni besarnya energi
listrik yang dapat dibangkitkan selama periode waktu t tahun (dalam satuan Mwe)
menggunakan rumus:
Hde . π
𝐻𝑒𝑙 =
t .365 .24 .360 .1000
2
(895.781 .888 x 10 )(0 , 1)
=
30.365 .24 .360 .1000
= 9,468 MWe

Dari uraian didapatkan energi listrik sebesar 9,468 Mwe. Dalam konsumsi
listrik rata-rata per rumah tangga per hari yang tercatat sebesar 15,9 kWh dengan
rumah yang memiliki daya 1.300 VA. Menurut data dari Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral jika penggunaan listrik dengan 1.300 VA maka dengan

6
pemakaian daya tersebut dikenakan baiaya Rp 1.352/kWh. Maka jika dihitung
pemakaian listrik rumah tangga dalam sehari hanya memerlukan biaya
Rp.21.496/hari atau sebesar Rp.644.904/bulan. Dengan perhitungan energi panas
bumi yang dapat di manfaatkan sebesar 9,468 MWe jika dikonversikan maka
jumlah energinya sebesar 9.468 kWh. Jika diperhitungkan maka energi yang kita
manfaatkan dapat menghidupkan 595 rumah/hari atau dapat memenuhi 12
kelurahan/desa.
Perlu kita sadari dengan kemajuan masyarakat industri mendorong kita
untuk bergerak maju dalam pengembangan teknologi, terutama teknologi energi
terbarukan dalam menghasilkan energi listrik. Ketika kita berdiam tidak
mengikuti perkembangan, kita akan terdegradasi dengan sendirinya. Hadirnya
inovasi panas bumi di indonesia terutama daerah yang banyak mengandung
potensi panas bumi pada reservoir untuk masyarakat Indonesia dalam memenuhi
kebutuhan energi listrik, sekaligus membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia
luar biasa dalam potensi sumber daya alamnya.
Teknologi GEO-SURE memiliki keunggulan lain, yaitu teknologi ini
cukup canggih dan keuntungannya adalah teknologi berbasis teknologi
opensource dan penggunaan lahan yang kecil untuk pengembangan energi
terbarukan, Penggunaan sistem panas bumi yang memberikan teknologi hijau ,
mudah dipasang, mudah dioperasikan, dan mudah dirawat serta bisa diaplikasikan
di seluruh Indonesia dan pengeluaran emisi CO2 hanya berkisar di angka 75
gram/kWh yang jauh lebih rendah dari emisi yang dihasilkan oleh gas alam,
minyak bumi, diesel ataupun batubara.
Energi panas bumi dapat mengurangi dampak lingkungan dikarenakan
penggunaan energi panas bumi langsung tanpa menghasilkan emisi gas rumah
kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global (global warming). Jika
menggunakan energi fosil dalam menghasilkan listrik menghasilkan emisi gas
rumah kaca CO2 sebesar 0,117 ton/rumah/bulan (Wulandari et all, 2013)
sedangkan menggunakan energi panas bumi menghasilkan zero emisi CO2.
Dalam mendukung pengimplementasian teknologi gagasan ini, dibutuhkan
kerja sama dari pihak terkait. Adapun pihak-pihak yang dapat mendukung dalam

7
pengimplementasian pemanfaatan energi panas bumi ini secara nasional adalah
sebagai berikut:
a. Pemerintah, pemerintah berperan aktif dalam memantau, merumuskan dan
mengevaluasi dalam pemanfaatan energi panas bumi di indonesia yang
bertujuan untuk mewujudkan kontribusi energi panas bumi dalam skala
nasional yang ditargetkan energi nasional sebesar 23% di tahun 2025 atau
sekitar 9500 MW pada kebijakan (Perpres No. 5 th 2006).
b. Konsumen, konsumen yang dimaksud adalah rumah tangga, industri dan
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta pengguna lainnya yang
membutuhkan energi listrik. Energi panas bumi yang telah menjadi energi
listrik akan di produksi dalam skala nasional.
c. Investor, investor berperan dalam mendanai proyek pengembangan energi
terbarukan dari panas bumi yang digunakan sebagai sumber energi listrik.
d. Peneliti, peran peneliti adalah mencari tiitk lokasi panas bumi yang bisa
dimanfaatkan serta melakukan perancangan, pengujian, dan evaluasi akan
terus dilakukan dalam memaksimalkan hasil dari konversi panas bumi
menjadi energi listrik.
e. Media, media berperan dalam membantu memberi informasi atau
mempublish pada masyarakat ataupun pihak lain untuk mengetahui adanya
energi hijau dari panas bumi.
Harapannya terjadinya perubahan penggunaan energi fosil menjadi energi
panas bumi terbarukan. Proses aplikasi ini akan berjalan secara bertahap untuk
memproduksi secara nasional yang pada akhirnya penggunaan energi panas bumi
seluruh indonesia untuk mendukung target dalam bauran energi nasional sebesar
28% pada tahun 2030.
Inilah kontribusiku untuk Indonesia dalam mencapai target bauran energi
nasional 28% tahun 2030 melalui inovasi teknologi panas bumi sebagai sumber
energi listrik karya anak negeri, kita ciptakan sumber energi listrik yang
berkualitas, ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan sekaligus mendukung
program Nawacita Pemerintah. Masa depan kita tentang energi terbarukan. Masa
depan kita tidak akan kekurangan energi, jika kita terus melakukan penetrasi

8
pengembangan energi terbarukan dari panas bumi. Kita akan jadi raja energi
dunia, Majulah energi Indonesia!
“Indonesia akan menjadi Kekuatan Energi Dunia, Indonesia akan Digdaya
melalui Teknologi Energi Terbarukan”

DAFTAR PUSTAKA

Faais, C., Haryanto, D, A., Hutabarat, J., & Gentana, D. 2021. Geokimia Air
Panas Dan Pendugaan Temperatur Bawah Permukaan Pada Potensi Panas
Bumi Daerah Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi
Maluku. Jurnal Padjadjaran Geosience. Vol. 5 (2): 138-149.
ESDM.go.id. 2020. Menteri ESDM: Potensi Besar Belum Termanfaatkan, 46
Proyek Panas Bumi Siap Dijalan. Di akses pada 29 agustus 2023.
Habibirahman, A, S., Lestari., & Kustono, B. 2019. Perhitungan Potensi
Cadangan Panasbumi Lapangan ”X” Menggunakan Data Eksplorasi.
Jurnal Petro. Vol. 8, No. 1
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2019. Kejar Target Bauran Energi
2025, Dibutuhkan Investasi EBT Hingga USD 36,95 Miliar. Diakses Pada
1 September 2023.
Wulandari, M.T., Hermawan., dan Purwanto. 2013. Kajian Emisi CO2
berdasarkan penggunaan energi rumah tangga sebagai penyebab
pemanasan global. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan tahun 2013. 2(1): 434-440. ISBN 978-17001.

Anda mungkin juga menyukai