Anda di halaman 1dari 34

GEOTHERMOMETER

By : Desi Kiswiranti, S.Si., M.Sc.

081215834675
Pendahuluan
▪ Geothermometer merupakan metode penentuan temperatur bawah permukaan
berdasarkan konsentrasi suatu unsur kimia fluida panas bumi.

▪ Asumsi dalam penggunaan geothermometer :

1. Fluid-mineral equlibrium pada kedalaman asal.


2. Tergantung pada reaksi yang terjadi pada temperatur kedalaman asal.
3. Tergantung oleh kecukupan jumlah phasa padat yang menyebabkan fluida menjadi
jenuh sehingga dapat dipergunakan sebagai geothermometer.
4. Tidak terjadi re-equilibrium sewaktu fluida mengalir ke permukaan.
5. Tidak ada dilution atau mixing dengan air panas/dingin di permukaan.
❖ Asal usul air dan zat terlarut

Fluida-fluida panasbumi cenderung memiliki kandungan senyawa yang hampir sama, dengan
konsentrasi yang bervariasi. Variasi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1.Temperatur
2.Komposisi magma pada heat source
3. Jenis batuan/litologi yang dilewati fluida
4. Kondisi dan lamanya interaksi fluida dan batuan
5. Proses boiling dan mixing

❖ Zat terlarut dalam fluida panasbumi berasal dari interaksi antara batuan dan fluida.
Untuk sistem bersuhu tinggi, kemungkinan juga berasal dari proses magmatik
Giggenbach (1991) membagi zat-zat terlarut dalam dua katagori yaitu tracer
dan geoindikator. Tracer secara geokimia bersifat inert (misalnya Li, Rb, Cs, Cl
dan B) yang bila ditambahkan ke dalam fluida akan bersifat tetap dan
dapat dilacak asal-usulnya. Geoindikator adalah zat terlarut yang bersifat
reaktif dan mencerminkan lingkungan ekuilibrium/kesetimbangan, misalnya
Na dan K.
GEOTHERMOMETER

1. Water or Solute Geothermometers

2. Steam or Gas Geothermometers

3. Isotope Geothermometers
➢ Geotermometer merupakan cara memperkirakan
temperatur reservoar panasbumi yang didasarkan pada
Tiap geotermometer memiliki
keberadaan zat-zat terlarut pada fluida panasbumi, keterbatasan sehingga penerapannya
dimana konsentrasi fluida tersebut sangat tergantung harus sangat hati-hati untuk
pada temperatur. menghindari kekeliruan interpretasi.
➢ Geotermometer dikembangkan berdasar kesetimbangan Sampling dan analisis harus dilakukan
kimia yang sangat tergantung suhu, antara air dan dengan benar, dan sebaiknya
mineral pada kondisi reservoir dalam. perhitungan dilakukan menggunakan
lebih dari satu geotermometer yang
relevan
❖ Asumsi dan persyaratan dasar

Aplikasi konsep geotermometer berdasar asumsi bahwa apabila


fluida bergerak dengan cepat ke permukaan, fluida akan
mempertahankan komposisi kimianya selama perjalanan dari
reservoar ke permukaan, karena tidak atau sedikit sekali
mengalami percampuran.

Namun pada kenyataannya fluida dapat mengalami perubahan


dalam perjalanan dari reservoar ke permukaan. Perubahan tersebut
terjadi karena adanya proses mixing, dilution, boiling, dan juga
pelarutan batuan samping, sehingga dalam perhitungan
geotermometer harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,
dan diusahakan memilih unsur/senyawa yang tepat, dengan kata lain
diperlukan “diagnosa” untuk memilih geotermometer yang cocok.
Persyaratan dasar adalah bahwa fluida yang dipakai adalah fluida yang
berasal dari reservoar dan hasil analisis kimianya harus baik (charge
balance error kurang dari 5%).

Berbagai jenis water geothermometer


1. Silica Geothermometers (Fournier, 1977)

2. Na-K Geothermometers (Fournier, 1979, Giggenbach, 1988)

3. Na-K-Ca Geothermometers (Fournier & Truesdel, 1973)

4. Na-Li Geothermometers (Fournier & Truesdel, 1973)

5. K-Mg Geothermometers (Fournier & Truesdel, 1973)


geotermometer silika dibuat berdasar kelarutan
1.Silica Geothermometers berbagai jenis silika dalam air sebagai fungsi
dari temperatur yang ditentukan dengan
Pada kebanyakan sistem simulasi / eksperimen.
panasbumi, fluida di kedalaman
mengalami ekuilibrium dengan
kuarsa. ➢ The solubilities of all silica minerals increase with increasing
temperature.
➢ Silika sangat melimpah dan merupakan zat terlarut yang umum
pada air panas bumi.
➢ Kelarutan mineral silika akan menurun saat suhu di bawah 340 ° C.
➢ Air panas bumi menjadi jenuh sehubungan dengan silika dalam
reservoir panas bumi setelah berinteraksi dengan batuan yang
berkepanjangan pada suhu konstan.
➢ Silika akan berpolimerisasi dan mengendap saat gerakan cepat ke
atas ke permukaan bumi.
➢ Pengendapan akan signifikan jika melebihi kelarutan silika amorf.
➢ Works best for waters having subsurface T>150°C.
➢ Kelarutan silika dikendalikan oleh reaksi:

SiO2(s) + 2H2O(l) = H4SiO4(aq)


The solubility of quartz in water at the

K = [H 4 SiO4 ]
vapour pressure of the solution
calculated from Fournier and Potter
(1982a,b).
• Kelarutan silika: kuarsa adalah bentuk silika padat yang paling stabil dan paling tidak larut, dan
secara umum mengontrol kelarutan silika dalam air panas bumi > 150 °C. Namun senyawa silika
padat lainnya ada (kalsedon,silika amorf) memiliki kelarutan lebih tinggi daripada kuarsa serta
mengontrol kelarutan silika lebih baik daripada kuarsa di bawah suhu ini (Fournier, 1973).

• Efek pH: kelarutan kuarsa meningkat dengan meningkatnya pH (larutan basa); namun, hal ini tidak
menjadi masalah bagi banyak cairan panas bumi, meskipun cenderung bersifat basa dalam
pelepasan permukaan. Ini karena kebanyakan kasus alkalinitas dalam air klorida disebabkan oleh
perebusan dan kehilangan CO2. Dalam kondisi ini, silika terlarut diperoleh di reservoir, di mana pH
cenderung netral hingga sedikit asam, sebelum banyak terjadi perebusan. Dalam beberapa
keadaan yang sangat jarang, koreksi pH mungkin diperlukan.

• Dilution/Pengenceran: Pengenceran bawah permukaan fluida panas bumi menurunkan


kandungan silika. Jika keseimbangan antara fluida dan batuan tercapai, geotermometer silika akan
memberikan suhu yang mencerminkan kondisi yang lebih dingin ini; sebagai alternatif, jika
kesetimbangan tidak tercapai maka geotermometer silika akan memberikan suhu yang salah yang
terlalu dingin.
▪ Pada fluida dengan reservoir bersuhu >
220˚C kuarsa dapat mengendap akibat
pendinginan perlahan, apabila pendinginan
berlangsung dengan sangat cepat (misalnya
pada mulut mata air) maka yang
terbentuk atau mengendap adalah silika
amorf (seperti gambar di samping).
▪ Dari konsentrasi fluida kita bisa tahu
konsentrasi fluida dalam sampel dan
mengetahui taksiran dari temperatur
reservoir

NOTE:

Geotermometer kuarsa umumnya baik Gambar. diagram kelarutan silika terhadap tempera-
digunakan untuk reservoir bertemperatur > tur, di mana kurva A adalah kelarutan kuarsa tanpa
steam loss, B koreksi dengan steam loss dan C adalah
150˚ C, karena untuk suhu di bawah 150˚ C kurva kelarutan silika amorf. Dari kurva terlihat
kandungan silika dikontrol oleh kalsedon. bahwa pada suhu rendah silika amorf lebih mudah
larut daripada kuarsa. Secara umum kelarutan silika
dikontrol oleh silika amorf pada T rendah dan kuarsa
pada T tinggi
• For Quartz

Maximum steam loss • Persamaan ini diterapkan untuk fluida yang mengalami
kehilangan uap karena boiling yang menyebabkan
meningkatnya kandungan silika pada fluida sisa.
• Geotermometer ini sangat baik diterapkan untuk
1522
t oC = − 273.15 discharge sumur dan boiling spring yang berasosiasi
5.75 − log(SiO2 ) dengan endapan silika sinter.

(Fournier, 1977)
For Quartz, No steam loss (Fournier, 1977)

t oC = 1309 − 273.15
5.19 − log SiO2

• Persamaan ini mewakili kondisi kelarutan


silika yang dikontrol semata-mata oleh
pendinginan konduktif yang dialami fluida
yang naik ke permukaan.
• Geotermometer kuarsa no steam loss bagus
diterapkan untuk mataair-mataair pada
kondisi subboiling.

Fast equilibration at T > 230oC


Can be affected by concentration and
dilution
Close to well bore temperature
2. Na-K Geothermometers

• Informasi sejarah: Beberapa peneliti mencatat variasi


sistematis dalam kandungan Na/K dengan suhu berdasarkan
cairan alami dan studi eksperimental (White, 1965; Ellis
dan Mahon, 1967;Fournier dan Truesdell, 1973; Fournier,
1979; Giggenbach et al., 1983).

• Pertimbangan: Dasar untuk geotermometer ini


mengasumsikan bahwa cairan telah diseimbangkan dengan
feldspar yang mengandung natrium (albite) dan feldspar
yang mengandung kalium (adularia) yang merupakan mineral
hidrotermal yang umum dan berlimpah:
2. Na-K Geothermometers

Reaction between alkali feldspars


Very slow equilibration at < 300oC.
Solubilities of albite and K-feldspar decrease with decreasing
temperatures, cenderung mengendap di zona aliran panas bumi.
Albite and K feldspar tersebar luas sebagai mineral sekunder di
batuan sistem panas bumi dengan komposisi cukup bervariasi
Tidak banyak terpengaruh oleh dilution maupun steam loss.
Adularia
Na/K ratio is indicative for reservoir temperature.
Geotermometer ini kurang bagus untuk T< 100 0C, juga untuk air yang
kaya Ca/ banyak berasosiasi dengan endapan travertin.

NOTE:

Geotermometer Na-K dapat diterapkan untuk reservoir air klorida dengan


suhu > 180˚C, dengan kandungan Ca rendah (cca1/2/cNa <1)
Albite
Na – K (works best at > 180oC)

1217
T ( C) =
o
− 273 (Fournier, 1981)
log (c Na c K )+ 1.483

1390
T ( C) =
o
− 273 (Giggenbach, 1988)
log (c Na c K )+ 1.75

• Waters from high temperature reservoirs (180°C) of chloride waters


are suitable for thisgeothermometer.
• For lower temperature reservoirs where fluids have long residence
times, the Na-K geothermometer may in some cases be applicable.
➢ Keuntungan Na-K Geothermometers : ➢ Keterbatasan Na-K Geothermometers :
1. tidak banyak terpengaruh oleh dilution 1. Geotermometer ini kurang bagus untuk suhu <
ataupun steam loss. 100˚ C
2. Berlaku sampai 350°C, karena kesetimbangan 2. Hal ini juga tidak sesuai jika air ang kaya Ca
kembali lebih lambat dari pada yang banyak berasosiasi dengan endapan
geothermometer silika-kuarsa. travertine
3. Geothermometer Na-K dapat memberi indikasi
mengenai bagian yang lebih dalam dari sistem
dibandingkan dengan geothermometer silika
kuarsa yang tergantung pada hidrologi sistem.

The following general rulesapply;


1. Use for watersindicating reservoir temperatures >180.
2. Use if the waters contain low Ca; i.e. the value of (log (Ca1/2/Na) + 2.06)
is negative.
3. Use for near neutral pH chloride waters.
3. K-Mg Geothermometers

❑ Geothermometer ini dikembangkan pada tahun 1980-an, dan


diterapkan oleh Giggenbach, 1988.

❑ Dasar dari geothermometer ini mengasumsikan bahwa fluida telah


seimbang dengan K-feldspar (adularia), K-mica (illite, muscovite),
chlorite (clinochlore) dan chalcedony (fase silika yang terbentuk
pada suhu yang sedikit lebih dingin daripada kuarsa):
• Di atas adalah mineral hidrotermal umum. Dibandingkan dengan
geotermometer Na-K, reaksi ini menyeimbangkan dengan cepat pada
rentang suhu dari <100 ° hingga 300 ° C dan karenanya mempertahankan
suhu kesetimbangan yang lebih dingin.

• Temperatur yang andal diperoleh dalam penerapan geotermometer ini


hanya untuk tipe fluida klorida. Perhatikan bahwa air klorida yang berasal
dari dalam memiliki konsentrasi Mg <1,0 ppm dan geotermometer ini sangat
sensitif terhadap rasio cK2/cMg, setiap penambahan sedikit Mg melalui
pencampuran air dangkal dengan fluida dalam memberikan suhu yang lebih
dingin. Geotermometer K-Mg, Giggenbach 1988, digunakan di semua fase
dan diterapkan pada sampel sumur dalam dan pegas. Konsentrasi K dan Mg
dinyatakan dalam mg/kg (ppm).
4. Na-K-Ca Geothermometers

❑ Informasi sejarah: Fournier dan Trusdell (1973) merumuskan


geotermometer ini untuk memperhitungkan fluida yang mengandung kalsium
yang relatif tinggi yang memberikan suhu anomali tinggi menggunakan
geotermometer Na-K.

❑ Pertimbangan: Geotermometer ini lebih kompleks karena ditentukan secara


empiris dari analisis sejumlah besar fluida yang berbeda termasuk panas
bumi dan air sumur minyak. Diasumsikan bahwa kesetimbangan mineral cair
terbentuk antara feldspar Na dan K, mineral kalsium (kalsium feldspar,
epidot, kalsit) dan mineral lempung.

❑ Geotermometer ini dipengaruhi oleh boiling dan dilution. Konsekuensi utama


dari boiling adalah pengendapan kalsit (CaCO3) yang mengurangi konsentrasi
kalsium terlarut. Sebuah koreksi untuk fluida yang mengandung konsentrasi
magnesium tinggi (Fournier dan Potter, 1979; Giggenbach, 1988).
4. Na-K-Ca Geothermometers
❑ Geotermometer ini diterapkan untuk air yang memiliki konsentrasi Ca
tinggi.
❑ Geotermometer ini bersifat empiris dengan landasan teori yang belum
dipahami secara sempurna (Giggenbach, 1988). Batasan teoritis untuk
geotermometer ini adalah ekuilibrium antara Na dan K Felspar serta
konversi mineral kalsium alumino silikat (misalnya plagioklas) menjadi
kalsit.
❑The main advantage of the Na-K-Ca geothermometer in comparison
with the quartz geothermometer, and especially the Na/K
geothermometer, is that it does not give high and misleading results
for cold and slightly thermal, non-equilibrated waters.
❑Asumsi yang digunakan dalam membuat persamaan geothermometer
Na-K-Ca adalah sebagai berikut:
1. Ada kelebihan silika
2. Aluminium tetap berada pada fase padat
Rumus persamaan untuk geotermometer ini adalah:
4. Na-Li Geothermometers
➢ Sodium – Lithium (Na-Li) geothermometer, which is empirical and based on the
Na/Li ratio. Two equations exist, one for fluids containing < 11000 mg/kg Cl and
the other for fluids containing >11000 mg/kg Cl. Both require molar values.

➢ The theory behind this geothermometer is based on the temperature dependent


reaction:

➢ In reality, the controlling equilibria are probably based on cation exchange


reactions with clays and zeolites rather than formation of discrete mineral phases.
➢ The ratio is thought to be constant as the fluid ascends from the reservoir to the
surface.
➢ However, some Li may be lost from solution to alteration minerals during cooling.
5. K-Mg Geothermometers
Mg concentration is typically <0.01 mg/kg in Cl-waters.
Higher Mg (several ppm) occurs in cool marginal waters.
Muscovite-clinochlore-K-feldspar assemblage controls K, Mg.

0.8K-mica + 0.2chlorite + 5.4silica + 2K+ = 2.8K-feldspar + 1.6H2O + Mg2+

K – Mg (T = ~ 100oC to 300oC)

4410
t (oC) = − 273.15
14 + log (CK CMg )
2
(Giggenbach, 1988)
Tri-linear TNa-K-Mg Indicator diagram (Giggenbach 1983)

Allows evaluation of deep temperature


and shallow equilibration temperatures.
Allows visualisation of a large number of
samples.
Qualitative approach.
Combines Na-K and K-Mg
geothermometer equations.
Represents slow (Na/K) and fast (K-Mg)
equilibration.
• Dengan menggunakan perbandingan
unsur-unsur Na, Mg, dan K kita dapat
mengetahui temperature dari reservoir
berdasarkan unsur-unsur tersebut yang
larut dalam fluida geothermal.
• Na/K mewakili proses kesetimbangan
reaksi di dalam reservoir yang bersifat
lambat,.
• K-Mg mewakili proses kesetimbangan
yang cepat pada daerah yang
mendekati permukaan
• Keduanya dapat digunakan untuk
mengevaluasi di dalam reservoir maupun
di level dekat permukaan.
Terima Kasih

Go Green Indonesia !

Anda mungkin juga menyukai