OLEH :
BIMA SAKTI
NIM 410012113
PENDAHULUAN
No. Lokasi Cara Pencapaian
dari Wonosobo
Komplek Dieng/Pos Pengamatan (Kab.Banjar
gunungapi, Desa Karang tengah Negara),kendaraan roda
1 Kec.Batur empat
Dengan kendaraan roda
2 Telaga Menjer empat
3. G.Bisma Dari Sikunanng
4. G.Seroja Dari kampung sembungan
Dari Karang tengah,
5. Kw.Sikidang (2050 m) kendaraan roda empat
Dari Karang tengah,
6. Merdada kendaraan roda empat
Kawasan dataran tinggi Dieng merupakan kawasan Dari Batur, dengan
hasil pembentukan proses vulkanik yang masih terdapat 7. G.Butak dan Telogo Dringo kendaraan bermotor
aktivitas hingga sekarang. Berdasarkan wilayah Dari desa Sembungan atau
administratif, kawasan Dieng termasuk dalam wilayah 8. G. Kendil Parikesit
Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo
Cara Pencapaian
yang memiliki ketinggian tempat berkisar antara Dataran Tinggi Dieng dapat dicapai dari dua arah,
1500-2000 mdpl, dengan curah hujan rata-rata lebih yaitu dari Kota Banjarnegara dengan waktu
dari 3500 mm/tahun, posisi Geografis : 7o12' LS dan tempuh sekitar dua jam dan dari Wonosobo
dengan waktu tempuh 1 jam. Pencapaian kawah
109 o 54' BT . dan tempat lainnya dapat dilihat dalam tabel
berikut:
. Secara umum geologis kondisi fisik lahan sebagian besar merupakan bentukan dan
pengaruh dari aktivitas gunungapi dengan kemiringan lahan mulai dari datar, curam
hingga sangat curam serta lapisan tanah dari jenis andosol dan regosol yang
memiliki karakteristik mudah tererosi dan longsor. Komplek Gunungapi Dieng
merupakan satu kesatuan gunungapi besar yang mengalami letusan dan kehilangan
kalderanya dengan kerucutnya terdiri dari Bisma, Seroja, Binem, Pangonan
Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Sikunir, dan Prambanan.
Selama ratusan tahun setelah mengalami letusan, kaldera Gunungapi Dieng
kemudian ditumbuhi oleh beberapa kawah dan gunungapi baru yang sampai saat ini
masih bisa dilihat aktivitas keaktifannya melalui pos vulkanologi yang berada di
sekitar daerah tersebut.Daerah komplek Gunungapi Dieng ditutupi oleh endapan
berumur kuarter yang berupa aliran lava, material piroklastik, endapan freatik,
endapan lahar, endapan permukaan dan hasil erupsi Gunungapi Sindoro. Menurut R
Sukhyar (1986),
endapan tersebut dapat dibagi menjadi 5 endapan berdasarkan sumber erupsinya
dengan urutan muda ke tua terdiri dari :
Endapan Permukaan
Endapan Dieng Muda
Endapan Dieng Dewasa
Endapan Dieng Tua
Hasil Erupsi Gunungapi Sindoro
Melihat kondisi fisik tersebut komplek Gunungapi Dieng termasuk gunungapi aktif. Hal ini
dibuktikan dengan aktivitas beberapa kawah yang ada di komplek Gunungapi Dieng.
Kawah-kawah tersebut masih aktif dan mengeluarkan lumpur maupun asap yang
mengepul bebas di udara. Melihat beberapa ciri fisik yang ada diketahui bahwa
komplek Gunungapi Dieng memiliki aktivitas vulkanik yang masih cukup tinggi hingga
saat ini dan cenderung memiliki potensi berupa panas bumi yang dihasilkan dari
aktivitas vulkanik tersebut
aktivitas kawah-kawah yang ada di komplek Gunungapi Dieng juga memiliki
beberapa ancaman yang serius. Gas ataupun mineral yang dihasilkan dari aktivitas
kawah tersebut dapat mengancam kehidupan penduduk yang ada di sekitar kawah
Kegiatan Post Volcanic yang terus terjadi di kompleks Dieng membentuk kawah yang
aktivitasnya berpotensi menimbulkan bencana.
Tingkat kepadatan penduduk rata-rata di Kawasan Dieng hampir mencapai 100
jiwa/km2 dan berladang di sekitar daerah yang masuk dalam zona bahaya aktivitas
gas tersebut. Pengelolaan bencana gas beracun berupa langkah-langkah mitigasi,
kesiapsiagaan, pengurangan dampak bencana sampai dengan langkah pemulihan
yang berupa rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana sangat di perlukan
FOTO KAWAH YANG ADA DI KOMPLEKS GUNUNG API DIENG
FISIOGRAFI KOMPLEKS GUNUNGAPI DIENG
Komplek Dieng terletak pada zona Serayu Utara yang berumur Tersier, dibatasi sebelah barat
oleh daerah Karangkobar dan sebelah timur oleh daerah Ungaran. Material vulkanik yang
menutupi sebagian wilayahnya berasal dari gunungapi dan letusan kawah yang masih aktif
sejak kala Holosen sampai sekarang. Daerah Dieng termasuk ke dalam cekungan Serayu Utara
bagian tengah, yang secara umum dapat dibagi menjadi 3 yaitu, cekungan Serayu Utara
bagian barat, tengah dan bagian timur. Cekungan serayu utara bagian tengah memiliki
stratigrafi dari tua ke muda yaitu Lapisan Sigugur, Formasi Merawu, Formasi Pengatan, Lapisan
Batugamping Dasar, Formasi Bodas, Formasi Ligung, Formasi Jembangan, Endapan Aluvial dan
Vulkanik Dieng. Stratigrafi tersebut terbagi menjadi 10 unit litologi yaitu lava andesit Prau,
lava andesit Nagasari, lava andesit Bisma, lava andesit Pagerkandang, lava andesit Merdada-
Pangonan, lava andesit Kendil, lava andesit Pakuwaja, lava andesit Seroja, endapan alluvial-
koluvial, satuan teralterasi.
PETA FISIOGRAFI JAWA TENGAH -TIMUR
Satuan geomorfologi di komplek Dieng terbagi menjadi dua yaitu satuan pegunungan
dan satuan dataran tinggi (plato). Satuan pegunungan berupa barisan Gunung Seroja :
gunung Kunir, gunung Prambanan, gunung Pakuwaja dan barisan Dunung Kendil :
gunung Butak, gunung Petarangan, gunung Prau, gunung Patakbanteng, gunung
Jurangrawah, gunung Blumbang, gunung Bisma (kerucut soliter), gunung Nagasari,
semuanya adalah gunungapi strato vulkanik. Satuan geomorfologi berupa plato
berada diantara barisan gunungapi dan kerucut kerucut soliter yang sebagian besar
ditempati oleh material vulkanik.
Sesar dan kelurusan gunungapi pada umumnya berarah Barat LautTenggara dan
Barat-Timur.Sesar vulkanik terdapat di sekitar erupsi.Sektor graben membuka ke arah
barat dan utara Kawah Sileri.Pada sesarsesar muncul manifestasi solfatar dan air
panas.Sesar radial yang dijumpai di selatan Pangoran, dan pada struktur ini muncul
kegiatan solfatar.
KONDISI PENGGUNAAN LAHAN
Pola penggunaan lahan pada daerah dieng sebagian besar berupa tegalan.Selain itu juga
terdapat penggunaan lahan yang berupa kebun, semak belukar, serta sawah tadah hujan
namun dengan prosentase yang sangat kecil. Pola penggunaan lahan semak belukar lebih
dominan di bagian selatan daerah penelitian, yaitu di Kecamatan Kejajar serta sebagian
berada pada bagian Kecamatan Batur dengan luasan proporsi yang hampir sama.
Sedangkan untuk pemukiman memiliki pola yang menyebar tidak merata.
Persebaran pola pemukiman ini disebabkan karena tidak semua wilayah pada daerah kajian
cocok untuk digunakan sebagai kawasan pemukiman. Hal ini dipengaruhi oleh kemiringan
lereng, ketersediaan, adanya pola patahan dan kelurusan, serta dengan pertimbangan
potensi munculnya gas CO2. Sebagian besar daerah penelitian didominasi oleh tegalan tidak
lepas dari pola pemanfaatan lahan masyarakat sekitar.Sebagian besar lahan dimanfaatkan
untuk bercocok tanam, tanaman kentang, serta sayuran lainnya seperti kobis, cabai, dan
wortel.Faktor iklim dengan curah hujan yang cukup tinggi dan tingkat kelembaban yang
sangat tinggi sangat berpengaruh terhadap pola pemanfaatan lahan oleh
masyarakat.Pemanfaatan lahan tegalan untuk bertanam kentang sudah sejak lama dilakukan
oleh penduduk di Kompleks Gunungapi Dieng. Sumber sumber air tawar sebagai suplai air
untuk tanaman diambil dari danau air tawar yang berada di sekitar tegalan tersebut
KONDISI LERENG
Letak daerah penelitian yang berada di pegunungan secara langsung menunjukkan
bahwa daerah penelitian sebagian besar terletak pada kemiringan lereng kelas 31
70%.Perbedaan kelas kemiringan lereng disebabkan oleh perbedaan batuan
penyusun, serta morfologi dari bentuklahan.Pola persebaran lereng sangat
bervariasi, lereng dengan kelas kemiringan tinggi terletak pada bagian pinggir yang
mempunyai topografi lebih tinggi dan terjal, sedangkan pada bagian tengah yang
berupa depresi dan dataran, lebih didominasi oleh lereng dengan kelas kemiringan
lebih rendah Kompleks Gunungapi Dieng terdiri dari sisa sisa hasil letusan
gunungapi pada masa lampau yang berupa lereng lereng yang terjal dan lembah
lembah yang dalam membentuk konfigurasi bentuklahan dengan topografi
bervariasi.Kemiringan lereng yang curam ini sangat berisiko untuk terjadi
longsoran.Selain itu dipicu juga oleh pemanfaatan penggunaan lahan untuk menanam
kentang.Curah hujan yang tinggi juga memicu terjadinya erosi serta longsor dengan
intensitas yang tinggi
KONDISI GEOLOGI
Sumber : Rangkuman dari Baxter, 2000; Faivre-Pierret and Le Guern, 1983 dan NIOSH,
1981
Melihat karakteristik kawah di zona barat yang cenderung memiliki erupsi
freatik maka muncul juga karakteristik gas yang keluar dari kawah tersebut
berupa gas H2S. Gas ini merupakan gas berbahaya dan dapat menyebabkan
dampak yang signifikan bagi kehidupan makhluk hidup utamanya manusia atau
penduduk yang tinggal di sekitar wilayah sebaran gas tersebut. Kawah-kawah
yang termasuk ke dalam zona barat diantaranya adalah kawah timbang,
sinila, dan candradimuka.
Berikut disajikan tabel dampak gas H2S terhadap manusia.
No Konsentrasi (PPM) 0 - 2 Menit 2 - 15 Menit 15 - 30 Menit 30 - 60 Menit
3 Dapat dicium Batuk-batuk Mata pedih syaraf Merangsang kerongkongan perlu diperhatikan dengan
100 - 150 sebagai telur busuk merangsang pencium lumpuh
mata seksama masingmasing karakteristik
4 Syaraf Merangsang mata Merangsang mata dan gas dan dampaknya. Semakin besar
150 - 250 penciuman dan kerongkongan kerongkongan
lumpuh kadarnya dalam tubuh dan semakin
5 Merangsang mata Mata pedih Merangsang mata Sukar bernapas
syaraf pencium dan kerongkongan
lama terpapar gas maka akan
250 - 350
lumpuh
membuat dampak buruk bagi
6 Merangsang mata Merangsang Sukar bernafas Kepala pusing
350 - 450 syaraf pencium mata dan manusia bahkan dapat mengalami
lumpuh kerongkongan
kematian.
7 Batuk-batuk Tidak Sukar bernafas Kerja jantung Kekuatan tubuh melemah
450 - 600 sadar collapse terganggu meninggal
9 Chlour Di Udara
1
(Cl2) Berwarna Kuning Muda
Asam Di Udara
10 5
Khlorida (HCl) Tidak Berwarna/Putih
Asam Cairan Tidak Berwarna
1
11 Sulfat (H2SO4) 1 MG M EXP. 3
Belerang Di Udara
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang diperkirakan sebagai perluasan dari Kawasan Rawan
Bencana II. Apabila terjadi letusan yang semakin besar. Kawasan ini berpotensi terlanda base surge, hujan
lumpur dan aliran sungai yang melewati Desa Batur, di lembah sungai yang melintasi Desa Sumberrejo dan
lembah sepanjang Kali Puith yang terletak di sektor baratdaya dan selatan Kawah Timbang. Sedangkan di
bagian Timur Kawah Timbang meliputi daerah sepanjang aliran sungai yang ada di sebelah barat Pasurenan.
Daerah yang berada dalam kawasan ini adalah Dusun Kali Putih, Dusun Serang, dusun Simbar, Dea Sumberrejo
dan Kota Kecamatan Batur. Penduduk di kawasan ini berjumlah 14,427 jiwa.
SUMBER:VSIesdm
ANALISIS KERAWANAN BENCANA GAS
Salah satu upaya untuk mengurangi risiko bencana adalah membuat sebuah peta kerawanan.
Pengurangan risiko bencana akan maksimal apabila masyarakat dapat langsung berperan serta.
Elemen risiko dari sebuah bencana tentunya berbeda beda, salah satunya adalah masyarakat
atau penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana. Peran serta masyarakat sangat
diperlukan dalam upaya pengurangan risiko, karena warga masyarakat secara langsung dapat
terlibat dalam upaya pengurangan risiko tersebut.
Penanganan bencana erupsi gunungapi berbeda dengan penanganan bencana munculnya gas
beracun.Penanganan bencana gas beracun tidak cukup dengan hanya sebatas tindakan responsif
atau sesaat setelah terjadi bencana. Namun diperlukan pemantauan terus menerus, terhadapa
titik titik munculnya gas beracun tersebut. Gas merupakan sebuah obyek yang mematikan namun
kasat mata, dan tingkat persebarannya tidak dapat diketahui secara pasti.
Peta kerawanan yang dihasilkan dari kombinasi
antara beberapa parameter seperti kejadian
gempa, letak sesar dan kelurusan, arah angin
umum, serta jarak dengan pemukiman serta
data pengukuran lapangan merupakan salah
satu output yang dapat dijadikan sebagai
upaya pengurangan becana.
SUMBER:VSIesdm
HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN PADA SAAT KELUARNYA GAS BERACUN :
KEEP CALM
AND
RUN DUDE