Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KKL BENTANGLAHAN GEOGRAFI

PEMANFAATAN LERENG GUNUNG API MERAI SEBAGAI PARIWISATA


KECAMATAN CANGKRINGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas
Dosen Pengampu : Dr. Nugroho Hari Purnomo, S.P., M.Si.

DISUSUN OLEH :
MELATI DIAN KINASIH
( 20040274068/2020 B )

S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
PEMANFAATAN LERENG GUNUNG API MERAI SEBAGAI PARIWISATA
KECAMATAN CANGKRINGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

I. PEMBAHASAN

A. Letak Administrasi

Letak Administrasi lereng gunung api merapi terletak pada Kecamatan


Cangkringan memiliki 43 pedukuhan yang tersebat di lima desa yaitu Desa Kepuharjo,
Wukirsari, Umbulharjo, Argomulyo, dan Glagaharjo, selain itu terdiri dari 73
padukuhan,151 Rukun Warga (RW) dan 307 Rukun Tetangga (RT). Luas wilayahnya
mencapai 4799 km2 (4.799,9 ha). Kantor Kecamatan Cangkringan di Bronggang,
Argomulyo, Cangkringan, Sleman.

Wilayah cangkringan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Selo, Kabupaten


Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kemalang dan Manisrenggo,
Kabupaten Klaten, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ngemplak, sedangkan
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pakem. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat
Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 25 Km. Lokasi ibu kota kecamatan
Cangkringan berada di 7.66406‘ LS dan 110.46143‘ BT.

B. Litosfer

Pusat Kecamatan Cangkringan berada pada ketinggian 400 mdpl, terletak pada
dataran tinggi dan memiliki bentuk relief berombak dan perbukitan. Bentuk lahan lereng
gunung api merapi utamanya adalah pegunungan dan perbukitan. Gunungapi Merapi
berada pada Zona Tengah Pulau Jawa, yang melwati jalur vulkanik. Secara umum formasi
dan jenis batuan yang menyusun Gunungapi Merapi di bagian utara didasari oleh batuan
vulkanik Merapi Tua berumur Pleistosen Atas.

Jenis batuan yang paling mendominasi Kecamatan Cangkringan adalah batuan


piroklastik yang tersebar hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Sleman. Secara
morfologi, Gunungapi Merapi terbagi menjadi beberapa bagian ( lereng bawah, lereng
tengah, lereng atas ). Disisi lain jenis bahaya erupsi yang dijumpai antara lain aliran lava,
aliran piroklastik, dan aliran lahar. Tekuk lereng terdapat dalam pola melingkar
terhadap morfologi kerucut vulkan maka pemunculan mata air juga mengikuti pola
tersebut sehingga dikenal sebagai sabuk mata air. Material hasil erupsi seperti kerikil,
pasir, maupun abu vulkanik sangat mempengaruhi tingkat kerusakan lahan di daerah
sekitaran Merapi.

C. Pedosfer

Secara umum jenis tanah yang mendominasi wilayah Kecamatan


Cangkringan adalah jenis tanah regosol. Jenis tanah regosol dengan tekstur kasar.
tersebar di Kecamatan Turi, Pakem, Cangkirngan, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, dan
masih banyak lagi. Endapan Gunungapi Merapi Muda berupa tuf, abu, breksi, aglomerat
dan leleran lava tak terpisahkan, sedangkan Endapan Gunungapi Merapi Tua berupa
breksi aglomerat dan leleran lava, termasuk andesit dan basal mengandung olivine.

D. Hidrosfer

Kerentanan air permukaan merupakan ukuran tingkat kesulitan dan kemudahan


zat tercemar untuk masuk dalam air permukaan. Pada bagian atas menunjuka infiltrasi
secara intensif dilihat dengan konsentrasi mata air pada satuan bentuk lahan lereng
vulkan dan kaki vulkan. Tingkat produktivitas adalah produktivitas sedang,
penyebaran luas yang memiliki luasan sebesar 9264,89 hektar (16,08%).
Produktivitas tersebut tersebar di sebagian Kecamatan termasuk Kecamatan
Cangkringan.

Air tanah pada kecamatan cangkringan memiliki produktivitas tinggi penyebaran


luas, ingkat produktivitas air tanah yang memiliki luasan paling kecil di Kabupaten
Sleman adalah air tanah langka yang memiliki luasan 2102,50 hektar . Akumulasi air
permukaan yang telah melewati celah (fissure) atau rembesan (diffuse)

E. Atmosfer

Kecamatan Cangkringan beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah


tropis dengan cuaca sejuk sebagai ciri khasnya. suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan
Cangkringan adalah 32ºC dengan suhu terendah 18ºC. Curah hujan tahunan antara 1000 -
3500 mm per tahun, dengan jumlah hari hujannya antara 5-200 hari. Curah hujan rata-
rata bulanan antara 50-300 mm. Curah hujan di daerah Kecamatan Cangkringan
mempunyai curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun sampai <3000 mm/tahun Suhu
minimum rata-rata diwakili oleh stasiun iklim Plunyon dengan suhu 16,60C, suhu
maksimum rata-rata 26,70C sedangkan rerata tahunan pada suhu 20,90C

Secara umum Kecamatan Cangkriman beriklim tropis dengan dua musim dalam
setahun yaitu hujan dan kemarau. Kecamatan Cangkriman memiliki curah hujan
sebesar 2.000 – 2.500 mm/tahun.

F. Biosfer

Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Cangkringan adalah dimanfaatkan


sebagai tanah sawah sebesar 1.083 Ha (22,57%). penggunaan lahan di Kecamatan
Cangkringan terdiri dari penggunaan lahan belukar/semak seluas 660,6 Ha, hutan seluas
97,9 Ha, kebun seluas 1443,2 Ha, perairan seluas 17,9 Ha, permukiman seluas 643,3 Ha,
sawah irigasi seluas 1275 Ha dan tegalan seluas 675,1 Ha.

G. Antroposfer
Masyarakat di Kecamatan Cangkringan bertahan hidup dengan memanfaatkan
sumberdaya alam diawali dengan usaha memanfaatkan pasir, batu vulkanik,
mengembangkan usaha hutan rakyat, dan usaha peternakan. Beberapa budaya atau
kebijakan yang mendukung hutan rakyat di antaranya adalah upacara “dandan kali”,
upacara budaya peduli lingkungan yang mengajarkan perhitungan budaya menanam
“diluar mongso kepitu”. Di kecamatan ini juga terdapat 1 buah sanggar kesenian, 5 buah
anggota kesenian dan 5 buah anggota seniman. Mereka memiliki pandangan hidup
hukum sebab akibat, dimana ketika masyarakat tidak mau menjaga Merapi maka
Merapi akan Murka (membawa ancaman), sedangkan ketika masyarakat mau menjaga
Gunung Merapi maka Gunung Merapi akan membawa manfaat (anugerah). Masyarakat
setempat memiliki upacara adat Labuhan Merapi yang merupakan prosesi adat
masyarakat di sekitar lereng Merapi

Saat ini di di Kecamatan Cangkringan, Sleman, telah dibangun teknologi untuk


pengelolaan lahan persawahan dan pengelolaan air yang terdistribusi sampai ke
permukiman masyarakat, dari hal tersebut dapat membantu Produksi pertanian yang
mencapai 62.344,5 ton pertahun. perubahan sarana dan prasarana ini dapat meningkatkan
kapasitas pendidikan, ekonomi, dan terjadinya mobilitas sosial

H. Pola Keruangan

Secara umum pendekatan pola keruangan pada pada di Kecamatan Cangkringan,


yang merupakan daerah vulkanik ditentukan oleh batuan vulkan sehingga cocok untuk
penggunaan lahan dalam bidang perbukitan dan sawah, selain itu mata air muncul pada
permukaan tanah atau batuan dan mengalir menuju tempat yang lebih rendah sebagai
air permukaan, salah satunya melalui sungai. Lereng tengah sampai dataran kaki
gunungapi tersusun atas pola aliran dendritik di mana mulai muncul anak-anak sungai
sehingga terbentuk suatu pola kelurusan dari ujung-ujung sungai tersebut yang
teridentifikasi sebagai sabuk mata air.

I. Pendekatan Ekologis

Masyarakat memiliki ketergantungan tinggi terhadap hasil potensi dari alam yakni
Gunung Merapi, bertahan hidup dengan memanfaatkan sumberdaya alam seperti
pasir, batu vulkanik, mengembangkan usaha hutan rakyat dan usaha peternakan.
Namun pemanfaatan air dengan tingkat kesulitan yang rendah menjadikan pandangan
hidup, adat istiadat, dan aktivitas sosial masyarakat berakibat cenderung selaras dengan
alam.

II. Kesimpulan

 Letak Administrasi lereng gunung api merapi terletak pada Kecamatan Cangkringan
memiliki 43 pedukuhan yang tersebat di lima desa Gunungapi Merapi berada pada
Zona Tengah Pulau Jawa, yang melwati jalur vulkanik. Kerentanan air permukaan
merupakan ukuran tingkat kesulitan dan kemudahan zat tercemar untuk masuk dalam
air permukaan
 Gunungapi Merapi di bagian utara didasari oleh batuan vulkanik Merapi Tua berumur
Pleistosen Atas.
Jenis batuan yang paling mendominasi Kecamatan Cangkringan adalah batuan
piroklastik yang tersebar hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Sleman.
 Kecamatan Cangkringan beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah
tropis dengan cuaca sejuk sebagai ciri khasnya. suhu tertinggi yang tercatat di
Kecamatan Cangkringan adalah 32C dengan suhu terendah 18C
 Masyarakat memiliki ketergantungan tinggi terhadap hasil potensi dari alam yakni
Gunung Merapi, bertahan hidup dengan memanfaatkan sumberdaya alam.
pandangan hidup, adat istiadat, dan aktivitas sosial masyarakat cenderung selaras
dengan alam.

DAFTAR PUSTAKA

Hari Purnomo, Nugroho dan Eko Budiyanto. 2010. Bentang Lahan Geografi
Yogyakarta,Surabaya: Unesa University Press.
https://geoinsight.2010/06/09/kajian-geologi-gunungapi-merapi/
Adi, Ficky dkk. 2021 Artikel Kesiapsiagaan Sekolah Dalam Menghadapi Bencana Erupsi
Gunung Merapi Studi Kasus di SMP Negeri 2 Cangkringan dan SMP Sunan
Kalijogo Cangkringan Kabupaten Sleman
Setyawati , Sriadi dkk. 2017 artikel GEOMORFOLOGI LERENG
BARATDAYAGUNUNGAPI MERAPI KAITANNYA DENGAN UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN KEBENCANAAN
https://slemankab.bps.go.id/statictable/2019/07/08/479/jumlah-curah-hujan-dan-
hari-hujan-menurut-bulan-di-kabupaten-sleman-2018.html
http://geoportal-old.slemankab.go.id/layers/geonode:curahhujan_ar
https://bappeda.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2017/04/14_Curah-
Hujan.pdf
Nur, dkk. Semarang. Kajian Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Merapi Di Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman. Jurnal Penelitian. (https://bit.ly/3sC7eve).
Rahayu, dkk. 2018. Dampak Erupsi Gunung Merapi Terhadap Lahan Dan Upaya
– Upaya Pemulihannya. Jurnal Penelitian. (https://bit.ly/3n5dudT).

Anda mungkin juga menyukai