Anda di halaman 1dari 6

TUGAS IPA

Gunung Api Purba Nglanggeran

ESD/3 Kelompok 2 :

1. Nabilah Priyatna (2018820164)


2. Kurnia Ramadhanty (2018820225)
3. Windi Riski Ariandina (2018820064)

 Geologi Nglanggeran

Puncak Gunung Api Purba Nglanggeran berada diketinggian 700 mdpl. Menurut
kajian geologi daerah ini, Gunung Nglanggeran adalah Gunung Berapi Purba. Usia gunung
ini menjadi menarik bagi ilmuwan geologi karena ingin mengetahui genesa (pembentukan)
gunung api ini serta memperkirakan bagaimana kondisi tektonik pada saat gunung
Nglanggeran ini masih aktif. Kajian awal dahulu memperkirakan usia Gunung
Nglanggeran ini sekitar 50 juta tahun. Namun kajian terbaru menemukan gunung ini sudah
mati sejak 18 juta tahun yang lalu.
Menurut Awang Harun Satyana, seorang ahli geologi Indonesia, Formasi
Nglanggran dan formasi-formasi Kebo Butak serta Semilir merupakan produk volkanisme
Oligo-Miosen yang untuk pertama kalinya oleh Verbeek dan Fennema (1896, diteliti lagi
oleh Bothe, 1929, 1934, dan dikompilasi van Bemmelen, 1949) disebutnya sebagai OAF
(Oud Andesiet Formatie – Old Andesite Formation atau OAF. Ini adalah volkanisme
submarin (van Bemmelen, 1949) yang bersifat turbidit. Turbitdit itu batuan sedimen yang
diendapkan pada kondisi arus turbit, atau olakan. Ini sering terdapat di laut dalam karena
paparan yang longsor.
Dalam teori plate tectonics, OAF dan semua formasi ekivalensinya di Jawa Barat
(Jampang, Gabon) serta di Jawa Timur (Puger) (lihat evaluasi regional yang pernah
dipublikasikan di Proceedings PIT IAGI 2003: Satyana dan Purwaningsih, 2003, Oligo-
Miocene Carbonates of Java: Tectonic Setting and Effects of Volcanism) merupakan jalur
volkanik berumur Oliogo-Miosen (Oligosen Akhir-Miosen Awal) yang sekarang menjadi
fisiografi Pegunungan Selatan di selatan Jawa. Jalur volkanik sejajar poros panjang Jawa
ini timbul karena partial melting yang dialami kerak samudera Hindia di kedalaman 100-
200 km di bawahnya dengan zona subduksinya di submarine ridge selatan Jawa sekarang.
Berdasarkan umur mutlak menggunakan K-Ar (Soeria-Atmadja, 1994) volkanisme ini
berakhir pada 18 Ma (Miosen Awal bagian bawah).
Setelah itu, pada 12 Ma (Miosen Tengah) mulai terjadi pelandaian kemiringan
penunjaman (zone Wadati-Benioff) sehingga zona partial melting ikut bergerak ke arah
utara dan menghasilkan volkanisme umur Miosen Tengah yang ternyata menerus sampai
Kuarter dan meninggalkan jalur volkanik Nglanggran serta pusat-pusat erupsi di
sekitarnya. Perpindahan jalur volkanik sekitar 50-100 km ke arah utara ini telah
menonaktifkan semua gunungapi di jalur selatan – tak ada feeder magma hasil partial
melting ke gunung-gunung api ini.
 Geomorfologi Gunung Api Purba (Nglanggeran)

Material batuan penyusun Gunung Nglanggeran merupakan endapan vulkanik tua


berjenis andesit (Old Andesite Formation). Jenis batuan yang ditemukan di Gunung
Nglanggeran antara lain breksi andesit, tufa dan lava bantal. Singkapan batuan vulkanik
klastik yang ditemukan di Gunung Nglanggeran kenampakannya sangat ideal dan oleh
karena itulah maka, satuan batuan yang ditemukan di Gunung tersebut menjadi lokasi tipe
(type location) dan diberi nama Formasi Geologi Nglanggeran.

Beberapa bukti lapangan yang menunjukkan bahwa dahulu pernah ada aktivitas
vulkanis adalah banyaknya batuan sedimen vulkank klastik seperti batuan breksi andesit,
tufa dan adanya aliran lava andesit di Gunung Nglanggeran. Bentuk kawah Gunung Api
Purba Nglanggeran dapat ditemukan di puncak Gunung Nglanggeran.

Selain potensi gunung api purbanya, di Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran juga
dijumpai fauna dan flora langka, seperti tanaman tremas (tanaman obat yang hanya hidup
dikawasan ekowisata Gunung Api Purba), kera ekor Panjang, dan lain-lain. (Perdana,
2018)
 Kegiatan Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Desa Nglanggeran memiliki motto “Nglanggeran Berbudaya.” Nglanggeran


Berbudaya juga memiliki arti dari masing-masing huruf penyusunnya yaitu B : Bersih, E
:Elok, R : Rukun, B: Budaya, U: Ungul, D: Damai, A: Aman, Y: Yakin, A: Asri.

Budaya dapat diartikan luas di Desa Nglanggeran diantaranya dari kehidupan budaya
gotong-royongnya, budaya ramah tamah, masih menjunjung tinggi nilai budaya adat
didalam masyarakat antara lain Kenduri, Wiwitan, Ngguwangi, Tingalan, Tingkepan,
Kalau ada warga yang meninggal masih ada (Pitung dinan, Patang puluhan, Satusan,
Pendak Pisan, Pendak Pindo dan Nyewu) dan masih banyak adat peninggalan nenek
moyang yang masih terpelihara, sedangkan untuk budaya yakni kesenian lokal seperti
Jathilan, Reog, uyon-uyon/karawitan (anak SD dan Dewasa), Gejok Lesung, Tari-tari,
wayangan dan kethoprak. Masyarakat memiliki semangat dan komitmen yang tinggi dalam
melestarikan budayanya namun terkadang mengalami kendala dalam hal penunjangnya.

Masyarakat lokal di Desa Nglanggeran memiliki mata pencaharian utama di sektor


pertanian dan peternakan yang dikelola secara individu. Berdasarkan data statistik
pemerintah Desa Nglanggeran tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa
Nglanggeran diketahui 29,5% masuk dalam kategori miskin, sedang sisanya 59,5% dalam
kategori sedang dan kategori kaya sebanyak 11%. Jumlah masyarakat lokal yang belum
memiliki pekerjaan formal tetap sekitar 31 %, disusul 35,63 % masyarakat dengan berbagai
macam profesi lainya (Profil Desa Nglanggeran, 2015). (Hermawan, 2016)
Pengaruh Desa Nglanggeran yang telah menembangkan potensinya menjadi desa
wisata berdampak baik bagi sosial masyarakat setempat.pendapatan masyarakat yang
mulanya hanya di sektor pertanian dan pertenakan kini ditambah dengan pendapatan
masyarakat dari sektor wisata. Hal ini menandakan banyaknya lapangan kerja baru yang
dapat mengurangi pengangguran di Desa Nglanggeran. Lapangan kerja baru tersebut
seperti usaha homestay atau penginapan, usaha kuliner dan oleh-oleh, dan usaha kerajinan
batik topeng.

Pengembangan pariwisata di Desa Wisata Nglanggeran belum berpengaruh terhadap


kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok, karena pemenuhan kebutuhan pokok
masyarakat mayoritas masih dapat tercukupi dari hasil pertanian warga, sedangkan
kebutuhan lainya juga masih dapat dipasok dari kota yang jaraknya tidak terlalu jauh.
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, H. (2016). Dampak Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran Terhadap Ekonomi


Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, 3(2), 105–117.

Pakde. 2010. Nglanggeran Aman, Matinya Gunung Api.


https://geologi.co.id/2010/11/12/nglanggeran-aman-matinya-gunungapi/

Perdana. (2018). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anda mungkin juga menyukai