Anda di halaman 1dari 7

INTERPRETASI PROVENANS SERTA GENESA

MINERAL BERAT SUNGAI JABUNGAN


Ady Rieo Wahyu Mustiono
21100117140039
Universitas Diponegoro
adyrieowm@gmail.com

Abstrak
Mineral berat (heavy mineral) merupakan mineral yang memiliki berat jenis lebih
besar dari 2,85 gr/cm3. Dari mineral berat kita dapat mendapatkan berbagai informasi
mengenai litologi batuan asal serta genesa dari endapan mneral mineral berat di sungai
jabungan. Untuk mengetahui informasi tersebut, maka dilakukan analisis terhadap endapan
mineral berat pada sungai jabungan. Metode Penelitian yang dilakukan dengan melakukan
penelitian langsung dan melakukan analisis berdasarkan data-data dilapangan. Tipe analisis
yang dilakukan adalah analisis secara konvensional, yaitu dengan menghitung kelimpahan
mineral dengan menggunakan histogram dan Diagram Van Der Plas. Dari kelimpahan
mineralnya kita dapat mengetahui mineral yang dominan yaitu magnetit dan asosiasi
meneral pada endapan mineral pada sungai jabungan. Dengan mengetahui hal tersebut kita
dapat menginterpretasikan provenancenya adalah batuan Beku asam menurut pettijohn 1948
dan menurut mc. Lane 1995. Endapan ini terbentuk akibat dari pelapukan batuan beku asam
tersebut akibat cuaca panas kemudian hujan sehingga betuan metamorf telapukkan dan
kemudian batu ttersebut tererosi oleh aliran air dan terbawa jauh dari provenans.

Kata kunci : Mineral berat magnetit, provenans batuan beku asam.

I. Pendahuluan turmalin, rutil memiliki sifat fisik sangat


Mineral berat (heavy mineral) keras dan inert, serta bisa bertahan oleh
merupakan mineral yang memiliki berat beberapa kali reworking. Kelompok yang
jenis (specific gravity) lebih besar dari terakhir yaitu Kelompok Meta-Stabil
2,85 gr/cm3. Mineral berat umumnya Merupakan kelompok mineral dalam
dikelompokkan kedalam 4 kelompok, tubuh batuan sedimen yang mempunyai
yaitu: Pertama, kelompok Mineral Opak batas resistensi tertentu sehingga tidak
Biasanya memiliki berat jenis yang sangat lama bertahan dalam proses reworking.
tinggi disebabkan kandungan unsur Faktor-faktor yang mempengaruhi
besinya. Kelompok yang kedua mineral frekuensi dan variasi mineral berat :
Mika Biasanya tidak diperhitungkan Litologi daerah asal dan kelimpahan
dalam studi mineral berat karena mineral pada batuan asal, Pengaruh iklim
bentuknya yang sangat berbeda dan dan cuaca daerah di sekitar singkapan,
ternyata tidak tenggelam saat dilarutkan kondisi kimiawi lingkungan pengendapan,
dengan bromoform. Kelompok ketiga Proses fisis selama transportasi (butir
yaitu Kelompok Ultra-Stabil Zircon, mineral hilang/lepas). Kestabilan
diferensial mineral. Proses hidrolisis yang endapan mineral berat pada daerah titik
berlangsung selama proses transportasi penilitian.
dan sedimentasi, Abrasi yang Dari titik sungai jabungan didapatkan
berlangsung, Faktor yang berlangsung hasil analisis sebagai berikut ini. Pada titik
setelah pengendapan. hulu ini mineral yang mendominasi dari
Analisis mineral berat salah satu endapan mineral berat di titik hulu adalah
tujuan utamanya adalah menentukan jenis mineral magnetite dengan jumlah sekitar
provenans dan variasi penyusun batuan 117 mineral dari 323 mineral yang
sedimen. Pada penggunaanya mencakup dianalisis. Kemudian di ikuti dengan
seluruh proses yang berkaitan dengan hematite sebanyak 66 mineral, ilmenite
produksi atau kelahiran sediment. Semua sebanyak 42 mineral, Olivin 21 mineral,
jenis batuan (batuan beku, batuan Piroksen 20 mineral, Garnet 4 mineral,
metamorf, batuan sedimen) bisa menjadi Zeolit 7 mineral, Andalusit 9 mineral,
provenance untuk batuan sedimen. Apatit 37 mineral, Hematit (ultrastabil) 11
Analisis mineral berat dapat membantu mineral.
dan mendukung teori rock cycle. Selain Dari komposisi mineral – mineral
untuk menentukan provenans dari suatu penyusun dari endapan mineral berat pada
endapan, mineral berat juga dapat sungai jabungan dapat dilakukan analisis
digunakan untuk menentukan genesa dari provenans dari endapan tersebut. Caranya
suatu endapan. yaitu dengan mengklasifikasikan mineral
Maka laksanakan penelitian ini untuk mineral tadi dengan teori pettijohn 1955
menentukan batuan asal dari suatu ddan Mc. Lane 1955.
endapan dan bagaimana endapan itu Dengan mencocokkan kelimpahan
terbentuk. Dengan begitu kita dapat mineral yang didapat dari hasil analisis
mengetahui pada lingkungan seperti dengan teori pettijohn 1955 didapatkan
endapan tersebut terbentuk. hasil bahwa batuan induk atau provenans
dari endapan mineral pada titik hulu
II. Metode Penelitian sungai jabungan merupakan batuan beku
Metode yang digunakan untuk asam.
melakukan penelitian ini adalah Dengan mencocokkan kelimpahan
pengambilan data dilapangan kemudian mineral yang didapat dari hasil analisis
dilakukan metode analisis secara manual dengan teori Mc. Lane 1955 didapatkan
serta melakukan studi pustaka dengan hasil bahwa batuan induk atau provenans
bersumber pada paper – paper yang telah dari endapan mineral pada titik hulu
dipublikasikan. sungai jabungan merupakan batuan beku
asam.
III. Hasil dan Pembahasan Dari titik sungai jabungan didapatkan
Pada penelitian kali ini dilakukan hasil analisis sebagai berikut ini. Pada titik
pengambilan data secara langsung hulu ini mineral yang mendominasi dari
dilapangan. Dalam pengambilan data ini endapan mineral berat di titik hulu adalah
dilakukan pada dua titik sungai yakni titik mineral magnetite dengan jumlah sekitar
sungai pada bagian hulu dan titik sungai 170 mineral, Ilmenit 35 mineral,Hematit
pada bagian hilir. Dari data yang telah 56 mineral, Olivin 1 mineral, Piroksen 16
diambil pada titik hulu dan hilir dari mineral, Garnet 11 mineral ,Ziosit 11
sungai jabungan kemudian dilaksanakan mineral, Andalusit 11 mineral, Apatit 24
analisis secara manual dengan menghitung mineral.
persebran dan kelimpahan mineral dari Dari komposisi mineral – mineral
penyusun dari endapan mineral berat pada
sungai jabungan dapat dilakukan analisis kelimpahan mineral dari endapan mineral
provenans dari endapan tersebut. Caranya berat pada daerah titik penilitian. Dari
yaitu dengan mengklasifikasikan mineral komposisi mineral – mineral penyusun
mineral tadi dengan teori pettijohn 1955 dari endapan mineral berat pada sungai
dan Mc. Lane 1955. jabungan dapat dilakukan analisis
Dengan mencocokkan kelimpahan provenans dari endapan tersebut. Caranya
mineral yang didapat dari hasil analisis yaitu dengan mengklasifikasikan mineral
dengan teori pettijohn 1955 didapatkan mineral tadi dengan teori pettijohn 1955
hasil bahwa batuan induk atau provenans dan Mc. Lane 1955. Kemudian didapatkan
dari endapan mineral pada titik hulu hasil bahwa provenans dari kedua titik
sungai jabungan merupakan batuan beku tersebut adalah batuan beku asam.
asam. Lalu, genesa pembentukan endapan
Dengan mencocokkan kelimpahan mineral berat pada daerah jabungan.
mineral yang didapat dari hasil analisis Endapan tersebut terbentuk dari batuan
dengan teori Mc. Lane 1955 didapatkan beku asam yang mengalami pelapukan
hasil bahwa batuan induk atau provenans akibat dari kondisi lingkungan baik
dari endapan mineral pada titik hulu berupa pelapukan secara fisis atau pun
sungai jabungan merupakan batuan beku biologis yang tidak mengubah susunan
asam. kimia dan mineralogi batuan. Kemudian
Dari data tersebut, kita dapat batuan tersebut tererosi oleh fluida.
menginterpretasikan bahwa endapan Kemudian material hasil erosi batuan
mineral berat pada sungai di daerah tersebut tertransportasi dari provenans dan
jabungan pada hulu maupun hilir nya kemudian karena beratnya material
memiliki endapan mineral berat yang tersebut mengalami deposisi pada daerah
berasal pada batuan asal atau provenans jabungan. Dan pada pengendapan ini tidak
yang sama. Kemudian, kita juga dapat terjadi proses reworking ini di cirikan dari
genesa pembentukan endapan mineral kelimpahan mineralnya.
berat pada daerah jabungan. Endapan
tersebut terbentuk dari batuan beku asam V. Ucapan Terima Kasih
yang mengalami pelapukan akibat dari
kondisi lingkungan baik berupa pelapukan Kami ucapkan terimakasih kepada
secara fisis atau pun biologis yang tidak Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
mengubah susunan kimia dan mineralogi dan rahmat-Nya maka paper dapat
batuan. Kemudian batuan tersebut tererosi terselesaikan. Kami ucapkan juga terima
oleh fluida. Kemudian material hasil erosi kasih kepada para penulis jurnal dan paper
batuan tersebut tertransportasi dari yang sebelumnya telah dipublikasikan
provenans dan kemudian karena beratnya sebagai acuan dan contoh penulisan paper
material tersebut mengalami deposisi pada ini.
daerah jabungan. Dan pada pengendapan
ini tidak terjadi proses reworking ini di
VI. REFERENSI
cirikan dari kelimpahan mineralnya.
Betekhtin, A.,1956. A Course of
Mineralogy. Peace Publisher,
IV. Kesimpulan Moscow, 642 h.
Pada penelitian kali ini dilakukan Folk, R.L., 1980. Petrology of
pengambilan data secara langsung Sedimentary Rocks. Hamphill
dilapangan pada hulu dan hilir sungai Publishing Company Austin, Texas,
jabungan. Kemudian di analisis secara h.170 - 174.
manual dengan menghitung persebran dan
Friedman, G.M. dan Sanders, J.E., 1978.
Principles of sedimentology, XIII,
New York, John Willey & Son, 792
h.
Faturochman, A. dan Setiady D, 2006.
Dampak Stabilitas lereng terhadap
pencemaran di Perairan Pelabuhan
Ratu, Sukabumi. Jurnal Geologi
Kelautan, 4(2), h.35 - 41.
Hartono, D. dan Aryanto, N. C. 1996.
Buku Panduan Analisis Mineral Berat
dan Analisis Mineral Oles (Laporan
Intern PPPGL), h.3 –17
Setiady, D., Aryanto, N.C., Geurhaneu,
N., Sarmili, L., Budiono, K., Catur
Widi, dan Setya Budhy, 2005. Potensi
Mineral Lepas Pantai, Perairan
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Laporan intern PPPGL tidak di
publikasikan.
Sukamto, R., 1975. Peta Geologi
Lembar Pelabuhan Ratu, skala
1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Sudjatmiko dan Santoso, S., 1992. Peta
Geologi Lembar Leuwidamar, skala
1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Pettijohn, F.J., 1975. Sedimentary Rocks,
3 rd ed. XII, New York, Harper &
Row Publisher, 628 h.
LAMPIRAN
Titik Hulu
No Mineral Frekuensi Persentase Simpangan Nilai Nilai
baku terkoreksi (+) terkoreksi (-)
1 Ilmenit 42 13 4 6 2
2 Magnetit 117 36 6 42 30
3 Hematit 66 20 5 25 15
4 Olivin 21 6 3 9 3
5 Piroksen 20 6 3 9 3
6 Garnet 4 1 2 3 1
7 Zeolit 7 2 2 4 0
8 Andalusit 9 2 2 4 0
9 Apatit 37 11 4 15 7
10 Hematit 11 3 2 5 1
(ultrastabil)
Jumlah 323 100

Jumlah
140
120
100
80
60
40
20
0

Presentase
40
35
30
25
20
15
10
5
0
TITIK HILIR

No Mineral Frekuensi Persentase Simpangan Nilai Nilai


baku terkoreksi (+) terkoreksi (-)
1 Ilmenit 35 10 4 14 6
2 Magnetit 170 52 6 58 46
3 Hematit 56 17 4 21 13
4 Olivin 1 0,3 1 1,3 -0,7
5 Piroksen 16 5 3 8 2
6 Garnet 11 3 2 5 1
7 Ziosit 11 3 2 5 1
8 Andalusit 11 3 2 5 1
9 Apatit 24 7 3 10 4
10 Hematit
(ultrastabil)
Jumlah 320 100

Jumlah
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Persentase
60
50
40
30
20
10
0

Anda mungkin juga menyukai