Anda di halaman 1dari 13

Mengenal Sistem Tinggi di Geodesi

Dunia geodesi tidak akan pernah lepas dari hal keruangan. Koordinat yang dikenal memiliki
komponen horizontal dan vertikal. Koomponen koordinat vertikal pun dapat berbeda sesuai
dengan bidang referensinya. Di geodesi dikenal dua sistem tinggi yang digunakan, yaitu
sistem tinggi geometrik dan fisis.

Sistem Tinggi Geometrik

Sistem tinggi geometrik merupakan sistem tinggi yang mengacu pada bidang elipsoid. Tinggi
ini biasa disimbolkan dengan “h”, dimana ketinggian dihitung sepanjang garis normal yang
melalui titik tersebut. Nilai tinggi suatu titik disebut dengan tinggi geodetik. Setiap
pengukuran yang menggunakan sistem tinggi ini memiliki tinggi dari elipsoid acuan,
misalnya komponen tinggi dalam pengukuran GPS/GNSS.

Sistem Tinggi Fisis

Sistem tinggi fisis merupakan sistem tinggi yang menggunakan geoid sebagai acuannya.
Geoid itu sendiri merupakan bidang ekuipotensial yang dianggap berhimpit dengan MSL
yang tidak terganggu. Nilai tinggi suatu titik dalam sistem tinggi fisis disimbolkan dengan
“H” dan biasa disebut dengan tinggi orthometrik, dihitung sepanjang garis unting-unting yang
melewati titik tersebut. Tinggi fisis dapat diperoleh dari pengukuran sipat datar.

Selain tinggi orthometrik, dalam sistem tinggi juga dikenal tinggi normal dan tinggi
dinamis. Tinggi normal merupakan nilai rerata gravitasi normal sepanjang garis unting-
unting. Tinggi dinamis adalah nilai gravitasi normal yang ditentukan pada lintang 45⁰.
Berbeda dengan tinggi orthometrik, tinggi normal dan tinggi dinamis jarang digunakan dalam
keperluan praktis karena tidak memiliki nilai geometris.

Hubungan antara tinggi eliposid dan orthometrik

Suatu titik di permukaan bumi dapat ditentukan dalam dua sistem tinggi, yaitu dengan
bereferensi pada eliposid atau pada geoid. Secara grafis, hubungan antar keduanya dapat
dilihat pada gambar dibawah.
Hubungan antara h, H dan N

N adalah tinggi geoid, yaitu tinggi elipsoid terhadap geoid. Dalam kenyataannya, posisi geoid
dapat berada di atas atau di bawah elipsoid. Jika geoid berada di bawah elipsoid, maka tinggi
elipsoid dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tinggi orthometrik dengan tinggi geoid.
Sebaliknya, jika geoid berada di atas elipsoid maka tinggi orthometrik diperoleh dengan
mengurangkan tinggi elipsoid dengan tinggi geoid.

Sistem Tinggi

Oleh : Kuswondo ( 35 08 100 013 )

Teknik Geomatika - ITS

Surabaya

SISTEM TINGGI

Tinggi adalah jarak vertikal atau jarak tegak lurus dari suatu bidang referensi tertentu
terhadap suatu titik sepanjang garis vertikalnya. Untuk suatu wilayah biasa MLR ditentukan sebagai
bidang referensi dan perluasannya kedaratan akan disebut dengan datum atau geoid ( Ira Mutiara
Anjasmara, 2005 ).

Tinggi Terhadap Bidang Referensi. ( Ira Mutiara Anjasmara, 2005 ).

Informasi tinggi yang ada di permukaan bumi ada umumnya dapat didefinisikan menjadi tiga
jenis utama tinggi, yaitu :

1. Tinggi Ellipsoid
2. Tinggi Dinamis
3. Tinggi Orthometris
4. Tinggi Normal

Tinggi Ellipsoid

Tinggi ellipsoid adalah tinggi yang diperoleh tanpa ada hubungannya dengan gravitasi bumi.
Sistem tinggi ini digunakan oleh sistem pengamatan yang dilakukan menggunakan GPS. Tinggi ellipsoid
adalah jarak garis lurus yang diambil sepanjang bidang ellipsoid normal dari permukaan geometris
yang diambil dari referensi ellipsoid ke titik tertentu ( W. E. Featherstone, 2006 ).

Ketinggian titik yang diberikan oleh GPS adalah ketinggian titik di atas permukaan ellipsoid,
yaitu ellipsoid WGS (World Geodetic System) 1984 ( Abidin, 2001). Tinggi ellipsoid (h) tersebut tidak
sama dengan tinggi orthometrik (H) yang umum digunakan untuk keperluan praktis sehari-hari yang
biasanya diperoleh dari pengukuran sipat datar (levelling). Tinggi orthometrik suatu titik adalah tinggi
titik tersebut di atas geoid diukur sepanjang garis gaya berat yang melalui titik tersebut, sedangkan
tinggi ellipsoid suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas ellipsoid dihitung sepanjang garis normal
ellipsoid yang melalui titik tersebut.
inggi ellipsoid h : Jarak garis lurus yang diambil sepanjang bidang ellipsoid normal ke titik tertentu Q0ell diatas permukaan
bumi yang memiliki referensi ellipsoid ke titik tertentu ( p ). ( W. E. Featherstone, 2006 ).

Tinggi Dinamis

Sistem tinggi dinamik memiliki hubungan yang sangat kuat dengan sistem geopotensial,
sistem ini pernah dikembangkan oleh Helmert ( 1884 ). Pada tinggi dinamis, gaya berat rata – rata
diambil suatu harga berat normal standar bagi daerah yang bersangkutan, yaitu harga gaya berat
normal yang dekat dengan nilai harga gaya berat rata –rata di daerah itu. Untuk tinggi dinamis global,
biasanya diambil harga gaya berat normal pada lintang 45o . Untuk Indonesia bisa ditentukan harga
gaya berat normal di ekuator dengan sistem referensi GRS – 1967 yaitu : 978.032 gal. ( Irawan Syafri ,
1990 ).

Nulai geopetensial didefinisikan sebagai nilai konstanta. Tinggi dinamis menyerap karakter yang
sama, hal yang membedakannya adalah tinggi dinamis memiliki dimensi jarak. Dengan kata lain
tinggi dinamis tidak memiliki nilai geografis, melainkan hanya memiliki nilai kuantitas fisik bumi (
Physical Quantity ). ( Heiskanen and Moritz, 1967; Jakeli, 2000 ).

Tinggi Ortometris
Tinggi ortometris suatu titik adalah jarak geometris yang diukur sepanjang unting – unting (
Plumb Line ) antara geoid ke titik tersebut ( Irawan Syafri , 1990 ). Tinggi ortometris ini merupakan
tinggi yang umumnya dimengerti dan paling banyak digunakan. Lain halnya dengan tinggi dinamis,
tinggi ortometrik ini memiliki nilai geometris. Permukaan geoid referensi sangat unik hal ini
dikarenakan satu bidang equipotensial yang merupakan bidang yang memiliki nilai gravitasi tunggal
sama dengan permukaan laut di lautan terbuka. Dalam praktis nya tinggi ortometrik sangat sulit
direalisasikan, karena untuk merealisasikannya hal yang perlu diketahui adalah arah tegak lurus dari
percepatan gravitasi terhadap permukaan disemua titik yang berada sepanjang jarak tersebut.
Ilustrasi tinggi ortometrik. ( W. E. Featherstone, 2006 ).

Apabila dilakukan pengukuran beda tinggi dengan menggunakan sipat datar terhadap dua
titik atau lebih maka akan didapatkan beda tingginya antar titik tersebut. Untuk merubah beda tinggi
tersebut untuk menjadi tinggi ortometris harus dilakukan koreksi ortometris terlebih dahulu, tetapi
apabila pengukuran dilakukan di daerah yang sempit dimana diasumsikan bahwa bidang nivo di tiap
titik saling sejajar maka koreksi ortometrik bisa diabaikan. Dengan kata lain, koreksi ortometrik
diberlakukan untuk pengukuran dengan cakupan wilayah yang luas dimana besar gaya gravitasinya
sudah berbeda di tiap titik nya.

Untuk mendapatkan tinggi orthometrik dari tinggi ellipsoid diperlukan data tambahanlain
yaitu undulasi geoid (N), dengan adanya undulasi maka tinggi orthometrik dapat dihitung
dari tinggi ellipsoid dengan Persamaan H = h - N (ketinggian orthometrik adalahselisih antara
ketinggian elipsoid dengan undulasi geoid). Ada beberapa metoda untuk mendapatkan harga undulasi
geoid diantaranya metodageometrik dan metoda gravimetrik. Pada metoda geometrik undulasi geoid
dihitung darikombinasi data ketinggian posisi satelit dengan ketinggian dan pengukuran sipat
datar (levelling).

Tinggi orthometrik suatu titik dipermukaan bumi dapat didefinisikan sebagai jarak
geometrik antara titik tersebut dipermukaan bumi dengan titik pasangannya di permukaan geoid dan
diukur sepanjang garis untung – unting ( Plumbline ).

Tinggi Normal

Tinggi notmal pada awalnya dihitung untuk menghindari masalah dalam menentukan nilai
rata – rata integral gravitasi pada gravitasi aktual sepanjang garis untung unting ( Plumbline ).
Pemodelan pertama kali di perkenalkan oleh Molodensky pada tahun 1945. Yang membedakan tinggi
normal dengan tinggi ortometrik adalah untuk mencegah terjadinya hipotesis untuk menentukan
medan gravitasi pada topografi.

Tinggi Normal. ( W. E. Featherstone, 2006 ).

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z., Andreas, H., Maulana, D., Hendrasto, M,. Gamal, M., Suganda, O.K. 2004. Penentuan Tinggi
Ortometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survey GPS Dan Model Geoid EGM 1996. PROC. ITB
Sains & Tek. Vol. 36A, No. 2, 2004, 145- 157.

Abidin, H.Z., Sutisna, S., Padmasari, T., Kahar. J., Villanueva. K.j., 2005. Geodetic Datum Of Indonesia Maritime
Boundaries : Status And Problems. Cairo, Egypt, April 16-21.

Badan Standarisasi Nasional. 2004. Jaring Kontrol Vertikal Dengan Menggunakan Sipat Datar. Pusat Sistem
Jaringan Dan Standarisasi Nasional. Badan Koordinasi Survey Dan Pemetaan Nasional (
BAKOSURTANAL ). Bogor.

Featherstone. W.E., dan Khun. M. 2006. Height Systems And Vertical Datums : A Review In The Australian
Context.

Firmansyah, R.L., 2007. Penyatuan Datum Vertikal Dalam Kaitannya Dengan Pekerjaan Pemasangan Pipa
Transmisi Gas Bawah Laut Jawa-Sumatra. Program Studi Teknik Geodesy dan Geomatika. Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Fitri, Listiyo., dan Leni, Heliani, S,. 2008. Evaluasi Model Geoid Di Pulau Jawa. Media Teknik No. 4 Tahun XXX
Edisi Nopember 2008 ISSN 0216-3012.
Gaol, L.K. 2007. Sistem Geodetik Global 1984 ( WGS 84 )dalam Menentukan Gravitasi Normal ( Gn ). Prosiding
Seminar Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian Dalam Pembangunan Berkelanjutan Bandung 3
Desember 2007 ISBN : 978-979-799-255-5. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Bandung.

Grant, D.B., dan Blick, G.H. 2004. A National Vertical Datum Independent A Local Mean Sea Level ?. Wellington.
New Zaeland.

Lestariya, Amin, W., dan Ramdani D. 2006. Analisa Komparatif Penentuan Tinggi Dengan GPS dan Sipat Datar.
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No. 1 Agustus.

Rachmayanti, Ida , A., Yuwono, Guruh Danar. 2007. Penentuan HWS ( Height Water Spring ) Dengan
Menggunakan Komponen Pasut Untuk Penentuan Elevasi Dermaga. Program Studi Teknik Geomatika
ITS – Sukolilo. Surabaya.

Syafri, Irawan., dan Wuriyati, A. 1990. Kondisi Datum Ketinggian Wilayah Sungai Di Pulau Jawa. Bul.
Pusair.

Konsep tinggi diperlukan dalam pendefinisian kerangka referensi sistem tinggi


(konsep deformasi vertikal). Terutama studi penurunan muka tanah yang memiliki
variabel utama tinggi (koordinat Z) sebagai elemen terpenting dalam pemodelan data.
Penyatuan sistem referensi hitungan tinggi sangat dibutuhkan apabila data tinggi yang
diperoleh berasal dari metode pengamatan tinggi yang menggunakan datum yang
berbeda-beda pula. Didalam bidang geodesi terdapat 3 jenis kerangka referensi sistem
tinggi yang dapat didefinisikan secara rinci seperti pada tabel 2.1.1., sebagai berikut:

Tabel 2.1.1. Kerangka Referensi Geodesi

Pada prinsipnya, pengukuran tinggi secara fisis menggunakan datum geoid


sehingga memiliki arti riil dalam perhitungan tinggi. Penelitian yang terkait
penentuan tinggi berdasarkan konsep sistem tinggi geodesi dapat dilihat pada
tabel 2.1.2., sebagai berikut:
Tabel 2.1.2. Sistem Tinggi dan Teknologinya

Hubungan antara ketiga sistem tinggi (Orthometris, Geodetis dan Dinamik) tersebut dapat
diilustrasikan, sebagai berikut:

Tinggi Geometrik

Merupakan sistem tinggi dengan bidang acuan terhadap Ellipsoid. Tinggi yang digunakan
adalah tinggi h (tinggi geodetik). Ketinggian h terhadap ellipsoid referensi dihitung sepanjang
garis normal n’ yang melalui titik tesebut. Menggunakan metode satelit, misal : GPS.
Tinggi Fisik

Merupakan sistem tinggi dengan bidang acuan terhadap geoid. Ketinggian H terhadap geoid
dihitung sepanjang garis unting-unting n yang melalui titik tersebut. Menggunakan
pengukuran sifat datar yang dilengkapi dengan pengukuran gaya berat.

Bilangan geopotensial

Bilangan geopotensial adalah beda potensial antara dua titik (A dan B) maka

Sistem Tinggi Dinamik.

Prinsip tinggi dinamis adalah titik-titik yang terletak pada bidang ekuipotensial yang sama
memiliki “tinggi” yang sama .

Hdyn= C/γ0

go adalah gayaberat normal untuk sebarang lintang (biasanya dipilih L = 450)

Untuk GRS 1980 adalah g450 = 9.806199203 ms-2 = 980.6199203 gal


Sehingga

dan

Perbedaan bilangan geopotensial menggunakan koreksi dinamik:

Tinggi dinamis dapat dinyatakan dengan banyaknya lapisan-lapisan bidang ekuipotensial,


sehingga memiliki satuan potensial. Perbedaan tinggi dinamik dengan bilangan geopotensial
hanya dalam skala atau unit saja (pembagian dengan γ0 hanya mengkonversikannya ke dalam
panjang)

Sistem Tinggi Orthometrik (H).

Tinggi orthometrik adalah tinggi yang mengacu ke permukaan Geoid

adalah gayaberat menengah sepanjang garis unting-unting antara geoid dan titik
pengamatan di permukaan tanah

g(z): nilai gaya berat di Q

Reduksi prey g di P :
Tinggi Helmert

ρ = 2.67 g/cm3:

Sembarang densitas:
Sistem Tinggi Normal.

adalah gaya berat menengah sepanjang garis unting-unting

sehingga

FacebookTwitterGoogle+

Anda mungkin juga menyukai