.
16
r
4 r
3
r
2
r
1
B N
A
M
I
V
Gambar 2.11 Bentuk umum konfigurasi elektroda (Sabrianto Aswad, 2011)
Beda potensial yang terjadi antara MN yang diakibatkan oleh injeksi
arus pada AB adalah :
[(
) (
)]
[(
) (
)]
(2.7)
dengan
|
|
|
|
.
|
\
|
+
=
BN AN BM AM
K
1 1 1 1
2t
(2.8)
Wenner-Schlumberger :
( )a n n K 1 + =t
17
Faktor geometri (K), merupakan unsur penting dalam perdugaan
geolistrik baik pendugaan vertikal maupun horizontal, karena faktor geometri
akan tetap untuk posisi AB dan MN yang tetap.
b. Resistivitas Semu
Pada kenyataannya, bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan yang
berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari
lapisan-lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan
merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk
spasi elektroda yang lebar.
(2.9)
dengan
a
resistivitas semu (Apparent Resistivity) yang bergantung pada
spasi elektroda. Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis
dengan masing-masing lapisan mempunyai harga resistivitas yang berbeda.
Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen
yang ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau. Sebagai contoh
medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri dari dua lapis yang
mempunyai resistivitas berbeda.
Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif
homogen yang ekuivalen dengan medium berlapis yang ditinjau. Sebagai
contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri atas dua lapisan yang
mempunyai resistivitas yang berbeda (
1
&
2
) dianggap sebagai medium
satu lapis homogen yang mempunyai satu harga resistivitas yaitu resistivitas
18
semu
a
, dengan konduktansi lapisan fiktif sama dengan jumlah konduktansi
masing-masing lapisan
f
=
1
+
2
.
Gambar. 2.12 Resistivitas Semu
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Maningbahoi, Kecamatan Parigi,
Kabupaten Gowa.
Lokasi Penelitian
19
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peta administrasi, untuk mengetahui posisi daerah penelitian.
b. Peta geologi, untuk pembuatan peta geologi daerah penelitian agar
mengetahui stratigrafinya (struktur batuan).
c. Data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun PSDA, untuk mengetahui
curah hujan daerah penelitian.
d. Peta tanah, untuk pembuatan peta tanah daerah penelitian agar dapat
diketahui jenis tanah di daerah penelitian.
e. Peta kemiringan lereng, untuk pembuatan peta kemiringan lereng daerah
penelitian agar dapat diketahui kemiringan lereng di daerah penelitian.
f. Software ArcGIS 9.3, untuk pembuatan peta sebaran curah hujan dan
pembuatan peta lainnya.
g. Resistivitimeter gunanya untuk memberikan harga beda potensial (V)
dan kuat arus (I).
20
Gambar 3.2 Resistivitymeter
h. Patok untuk mengetahui penempatan elektroda yang akan dipasang.
i. Palu digunakan untuk memukul elektroda potensial dan elektroda arus di
tanah.
j. Accu (elemen kering) sebagai sumber arus.
k. Elektroda (elektroda potensial dan elektroda arus)
l. Meteran digunakan untuk mengukur panjang lintasan yang akan diteliti.
m. Kabel listrik digunakan sebagai kabel penghubung.
n. Tabel data gunanya sebagai tempat menulis data hasil pengukuran.
o. Alat tulis menulis digunakan untuk menulis data dari hasil pengukuran.
p. GPS (Global Positioning System) di gunakan untuk menentukan posisi
tempat penelitian.
21
Gambar 3.3 Global position system (GPS) GARMIN
q. Software Res2Dinv digunakan untuk menampilkan gambar penampang
bawah permukaan.
C. Prosedur Penelitian
2. Pembuatan Peta Geologi Daerah Penelitian
i. Membuat peta geologi daerah penelitian dengan sumber data berupa data
sekunder yaitu peta geologi dan peta administrasi Sulawesi Selatan
dengan menggunakan software ArcGIS 9.3.
ii. Mengidentivikasi jenis batuan yang diperoleh dari peta geologi daerah
penelitian.
iii. Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasi.
3. Pembuatan PetaTanah Daerah Penelitian
22
i. Membuat peta tanah daerah penelitian dengan sumber data berupa data
sekunder yaitu peta tanah dan peta administrasi Sulawesi Selatan dengan
menggunakan software ArcGIS 9.3.
ii. Mengidentivikasi jenis tanah yang diperoleh dari peta tanah daerah
penelitian.
iii. Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasi.
4. Pembuatan Peta Kemiringan Lereng Daerah Penelitian
i. Membuat peta kemiringan lereng daerah penelitian dengan sumber data
berupa data sekunder yaitu peta kemiringan lereng dan peta administrasi
Sulawesi Selatan dengan software ArcGIS 9.3.
ii. Mengidentivikasi peta kemiringan lereng yang diperoleh.
iii. Hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasi
5. Pengolahan Data Curah Hujan
a. Mengumpulkan data curah hujan tiap-tiap pos penakar curah hujan yang
ada di Kabupaten Gowa beserta koordinat lintang, bujur, dan ketinggianya
yang diperoleh dari PSDA
b. Membuat peta sebaran curah hujan dengan menggunakan program
ArcGIS 9.3.
c. Melakukan interpretasi terhadap gambar peta yang dihasilkan untuk
mengetahui pola distribusi curah hujan tahunan di Kabupaten Gowa.
d. Melakukan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh .
6. Pengolahan Data Geolistrik
Adapun desain penelitian yang telah disusun sebagai berikut:
23
a. Pra Penelitian
1) Study Literatur, yaitu mempelajari literatur-literatur atau teori-teori
yang berhubungan dengan tanah lonsor atau gerakan tanah dan jurnal-
jurnal penelitian tentang geolistrik khususnya yang berhubungan
dengan interpretasi serta teknik akuisisi data.
2) Mengurus surat izin penelitian dan melakukan survei pendahuluan
untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian.
b. Penelitian
1) Tahap Persiapan
Menyiapkan alat dan bahan yang di butuhkan dalam penelitian demi
kelancaran pelaksanaan penelitian. Kemudian melakukan pratest terhadap
alat yang akan di gunakan di lapangan supaya berada dalam kondisi siap
pakai, yang biasanya di lakukan sehari sebelum pemberangkatan ke lokasi.
Kondisi accumulator harus terisi penuh untuk pengukuran yang lama dan
akurasi data yang baik.
2) Tahap Pengukuran
a) Akuisisi data lapangan
Akuisisi data di lapangan dilakukan dengan menggunakan
konfigurasi Wenner-Schlumberger. Arah lintasan adalah dari utara ke
selatan sebanyak 2 lintasan.
Panjang lintasan tersebut adalah masing-masing 63 meter. Jumlah
patok yang digunakan adalah 22 patok lengkap dengan nomor patok
masing- masing dan jarak setiap patok adalah masing-masing 3 meter.
24
b) Teknik pengukuran disesuaikan dengan kondisi lapangan
Beberapa hal tahapan akuisisi yang dilakukan adalah :
o Memasang patok-patok yang terlebih dahulu diberi nomor (1-22),
pada lintasan pengukuran agar lebih mudah dalam pengaturan
bentangan elektroda.
o Melakukan pengambilan data posisi setiap patok atau elektroda
dengan GPS.
o Mengatur bentangan elektroda arus dan elektroda potensial untuk
jarak spasi elektroda pertama a = 3 m dan n = 1, dalam hal ini
elektroda A pada patok 1, M pada patok 2, N pada patok 3 dan B
pada patok 4.
o Melakukan pengambilan data untuk datum point pertama sesuai
dengan cara kerja alat. Data arus (I) dan beda potensial (V) yang
dicatat dalam format akuisisi.
o Setiap elektroda digeser sejauh 3 m mengikuti arah line (elektroda
A dipindahkan ke M, M pindah ke N,dan N ke B), lalu mengukur
kembali kuat arus dan beda potensial untuk datum point kedua,
dan seterusnya hingga elektroda B sampai pada patok 22.
o Mengatur bentangan elektroda arus dan elektroda potensial untuk
n = 2. elektroda digeser melawan arah line 1, dalam hal ini
elektroda B pada patok 22, N pada patok 20, M pada patok 19 dan
elektroda A pada patok 17, kemudian dilakukan pengambilan data
25
yang dicatat dalam format akuisisi. Hal yang serupa juga
dilakukan untuk n =3, n = 4,....n = 10.
o Mengulangi prosedur pada poin 1 sampai 5 untuk lintasan
selanjutnya.
3) Tahap Interpretasi
Prosesing data lapangan dengan menggunakan Res2Dinv. Dalam hal
ini pemrosesan sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan software.
Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a) Data berupa nilai beda potensial (V) dari hasil pengukuran dan
nilai besarnya kuat arus (I) yang diinjeksikan diolah menggunakan
program Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai faktor geometri
(K)dan nilai resistivitas semu (
s
).
b) Data resistivitas semu (
s
) hasil perhitungan, data datum point
(dp), spasi elektroda (a), faktor pemisah elektroda (n), jumlah titik
pengukuran, beda elevasi, dan posisi patok diinput ke program
notepad dalam bentuk file dat.
c) Setelah file data lapangan sudah berada dalam bentuk file dat dan
mengikuti format data Res2Dinv, selanjutnya dilakukan inversi
untuk menampilkan gambar penampang bawah permukaan daerah
survei. Pada tahapan ini akan dilihat bagaimana sebaran variasi
nilai-nilai resistivitas bawah permukaan daerah survei dari warna
yang di berikan pada gambar penampang hasil pemrosesan.
26
Dari perbedaan nilai resistivitas inilah kita dapat menafsirkan
pelapisan bawah permukaan dari daerah survei serta kedalaman
setiap lapisan penyusun.
d) Untuk menampilkan penampang konduktivitas bawah permukaan
kita pilih display conductivity pada change display settings.
27
D. Bagan Alir Penelitian
Gambar 3.4 Diagram alir penelitian
Interpretasi
Identivikasi
kemiringan lereng
Pembuatan peta kemiringan
lereng daerah penelitian
dengan software ArcGIS 9.3
Mulai
- Peta Geologi
- Peta Administrasi
Interpretasi
Identivikasi jenis
batuan
Pembuatan peta geologi
daerah penelitian dengan
software ArcGis 9.3
Plot data dengan
bantuan
Microsoft Excel
Pengambilan data curah
hujan di PSDA
Pemetaan spasial sebaran
curah hujan tahunan
dengan ArGis 9.3
Interpretasi
Penentuan resistivitas material
bawah permukaan :
I
V
K =
Pemrosesan Data Lapangan
dengan Res2dinv
Menampilkan penampang
bawah permukaan
Interpretasi
Pengambilan data geolistrik di
lapangan:
- Posisi Patok (Lintang, Bujur,
dan Elevasi
- Arus (I)
- Tegangan (V)
- Peta Tanah
- Peta Administrasi
Interpretasi
Identivikasi jenis
tanah
Pembuatan peta tanah
daerah penelitian dengan
software ArcGis 9.3
- Peta Lereng
- Peta Administrasi
Kesimpulan
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Kumpulan Istilah Ilmu Tanah. Departemen Pertanian.
http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/download/istilah.pdf, diakses pada
tanggal 25 Desember 2012
Anonim. 2007. Pengenalan Gerakan Tanah. Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral.www.esdm.go.id/publikasi/lainlain/doc_download/489-
pengenalan-gerakan-tanah-html , diakses pada tanggal 26 Desember 2012.
Anonim. 2007. Kondisi Umum dan Geografis Gowa.
http://www.damandiri.or.id/file/ettypapayunganunhasbab4.pdf
, diakses pada tanggal 25 Desember 2012.
Anonim. 2008. Penataan Ruang Bab 1. www.penataanruang.net
/taru/nspm/29/isi.pdf ,diakses pada tanggal 26 Desember 2012.
Anonim.2011. Wilayah Potensi Gerakan Tanah di Provinsi Sulawesi Selatan.
Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Anonim.2011. Administrasi, Geologi, dan Vegetasi. Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kab. Gowa. http://dishuttator.blogspot.com/2011/04
/administrasi, geologi, vegetasi.html
Aswad, Sabrianto.2011. Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity). Makassar
: Unhas.
Nawawi, G. 2001. Modul Program Keahlian Mekanisasi Pertanian Kode Modul
SMKP2K02 03MKP (Mengukur Jarak dan Sudut).
http://125.160.17.21/speedyorari/view.php?file=pendidikan
/materikejuruan/pertanian/mekanisasi-pertanian/mengukur jarak dan
sudut.pdf ,diakses pada tanggal 25 Desember 2012.
Noor, Djauhari.2006.Geologi Lingkungan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nurhakim.2006. Teknik Eksplorasi (htkk-009). Banjarbaru : Unlam.
Soedradjat, Gatot M.2008. Bencana Gerakan Tanah di Indonesia. Bandung:
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
29
Suhendra .2005. Penyelidikan Daerah Rawan Gerakan Tanah dengan
Metode Geolistrik Tahanan Jenis (studi kasus : longsoran di desa
Cikukun). Jurnal Gradien. No.1. Vol.1. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff, dan D.A. Keys. 1982. Applied
Geophysic. London : Cambridge University Press.