Anda di halaman 1dari 31

Perencanaan Tata Guna Lahan Kecamatan Grogol

Kabupaten Sukoharjo (dalam meningkatkan nilai


kapabilitas dan fungsional lahan)
BAB I
PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG
Perencanaan tata guna lahan secara umum merupakan pemanfaatan
lahan yang ditujukan untuk suatu peruntukan tertentu dan merupakan inti
praktek perencanaan perkotaan. Permasalahan yang mungkin timbul dalam
menetapkan peruntukan suatu lahan adalah faktor kesesuaian lahannya.
Pada dasarnya kesesuaian suatu lahan sangat tergantung pada faktor-faktor
lingkungannya, seperti kelerengan, iklim, jenis tanah dan batuan, tutupan
lahan, keberadaan satwa liar, hidrologi, dan lain sebagainya.
Hal yang terpenting dalam suatu perencanaan tataguna lahan adalah
usulan rencana lokasi (site-plan) dan tujuan peruntukan lahan. Usulan
rencana lokasi dan tujuan harus disiapkan sebagai dasar pertimbangan dan
penjelasan umum dari suatu rencana pengembangan tataguna lahan.
Rencana lokasi lahan untuk berbagai peruntukan harus konsisten dengan
sasaran dan tujuan. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan rencana lokasi
dan tujuan penggunaan lahan harus ada, terutama dalam pengambilan
keputusan.
Dalam mewujudkan Kecamatan Grogol di masa mendatang perlu
didistribusikan perkembangan fisik, kependudukan dan keramaian dari pusat
kegiatan ke areal lain. Distribusi tersebut melalui pembentukan sus-sub area
dibagian Kecamatan Grogol yang belum berkembang atau terkelola dengan
baik. Penciptaan sub area tersebut untuk menciptakan generator di daerah
kecamatan. Selain itu juga merupakan penyediaan lahan untuk memenuhi
kebutuhan akan perkembangan penduduk di Kecamatan Grogol pada masa
mendatang.
Perlu diketahui bahwa kawasan Kecamatan Grogol memiliki peruntukan
lahan yang tercampur antara permukiman, industri, komersial, fasilitas umum

dan sosial, ruang terbuka hijau dan merupakan kawasan dengan tingkat
kepadatan penduduk sedang-tinggi. Sehingga butuh suatu perencanaan yang
lebih tersrtruktur dan fungsional guna menciptakan daerah khususnya di
tingkat kecamatan yang terpadu.
2.

RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian yang akan kami lakukan adalah
bagaimana mengembangkanlahan, memaksimalkan nilai ekonomis lahan,
serta kesesuain pemanfaatan lahan terhadap karakteristik tiap daerah di
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

3.

TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis perkembangan tata
guna lahan tepatnya kesesuaian lahan, nilai kapabilitas lahan, nilai ekonomis
dan memikirkan pemanfaatannya lebih terstruktur pada masa mendatang.
Dari tujuan penelitian di atas sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi pemanfaatan lahan Kecamatan Grogol.


2. Untuk mengetahui perubahan tata guna lahan yang terjadi di kawasan
kecamatan Grogol
3. Untuk mengetahui faktor penyebab perubahan tata guna lahan di sepanjang
jalan penghubung Sukoharjo-Solo.
4. Untuk merencanakan fungsional lahan pada masa mendatang
D. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini kami menggunakan metode eksplorasi deskripstif,
dimana

metode

eksplanasi

bertujuan

untuk

menggambarkan

dan

mengidentifikasi kondisi lahan yang ada di lapangan kemudian dilakukan


pengeksploran atau digali lebih lanjut permasalahan yang terjadi untuk
mendapatkan solusi yang tepat.
d.1 Identifikasi data :
Data-data yang dibutuhkan dalam menunjang penelitian ini antara lain:
Tabel 1. Daftar Data Dalam Identifikasi Data

Jenis Data

Macam Data

Sekunder 1. Tata Guna Lahan

Cara Perolehan

Sub

Data

Data

Studi

referensi-

RTRW Kabupaten

Su

Makala

survey dokumen, Sukoharjo

pandua

kajian

Data Topografi

lahan,

Data Geologi

peratur

Data Bencana Alam

kebijak

Data Hidrologi

dengan

Data Panggunaan Lahan

lahan

Kebijakan Pemerintah
terkait Lahan yang
Digunakan.

Primer

1. Kondisi tata guna


lahan

Wawancara,

Kodisi tata guna lahan

survey,

kawasan Kecamatan Grogol

observasi,

saat ini.

dokumentasi
gambar

Jenis pemanfaatan (fungsi )


1. Karakteristik

Wawancara,

lahan.

pemanfaatan tata guna observasi,


lahan

survey,
dokumentasi
gambar

Adapun

teknik

pengumpulan

data

yang

kami

gunakan

untuk

mendukung penelitian ini antara lain sebagai berikut :


1. Wawancara
Yaitu wawancara dengan pihak Kantor Kecamatan Grogol, BAPPEDA
Kabupaten Sukoharjo, dan lembaga-lembaga yang terkait.
2. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan tentang
kondisi tata guna lahan dikawasan tersebut.
3. Studi Pustaka

Surv

Yaitu untuk memperoleh tinjauan-tinjauan teori mengenai tata guna lahan dan
perkembangannya.

d.2 Analisis Data :


Analisis data yang kami gunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Yaitu menganalisis dan mengkaji data-data yang di dapat dari hasil
wawancara, survey dan observasi yang dilakukan dilapangan.
d.3 Sintesis Data :
Penyajian data dari hasil analisis adalah berupa penyajian data
aksplanasi dari hasil eksplorasi dan diskripsi data dan permasalahan yang
diperoleh.
E. BATASAN PENELITIAN
Kawasan yang akan dijadikan obyek penelitian adalah kawasan
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Batasan aspek penelitian kami
adalah mengetahui kondisi pemanfaatan lahan di kawasan Kecamatan Grogol
untuk membuat bahan rekomendasi (arahan) kebijakan pengembangan lahan
di masa yang akan datang.

BAB II
KOMPILASI DATA

ondisi Fisik Wilayah


- Secara Geografis
Kawasan Kecamatan Grogol secara administratif mencakup 14 desa. Adapun batas
administratif kawasan :
Sebelah Utara : Kota Surakarta
Sebelah Timur : Kecamatan Mojolaban dan Polokarto

SebelahSelatan : Kecamatan Sukoharjo


Sebelah Barat : Kecamatan Baki dan Desa Sidowarno

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Grogol


Sumber : Analisis menggunakan GIS
-

Iklim
Kawasan Kecamatan Grogol terletak pada daerah yang beriklim tropis
dengan temperatur rata-rata 26 derajat Celcius. Curah hujan sebagaimana
kondisi iklim di wilayah tropis adalah cukup tinggi dan pertukaran arah angin
setiap 6 (enam) bulan yang menandakan peralihan antara bulan basah dan
kering. Dan curah hujan per tahun 183 mm.

Topograf
Menurut topografinya wilayah Kecamatan Grogol merupakan daerah yang
relatif datar, yaitu terletak pada ketinggian antara 90 100 meter di atas
permukaan air laut dengan kemiringan lerengnya antara 0 4% pada bagian
tengah dan kurang dari 7% pada bagian tenggara dan barat laut.

Geologi dan Jenis Tanah


Wilayah Kecamatan Grogol merupakan sebuah daerah dataran yang
tersusun dari beberapa macam batuan, yang antara lain dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) macam satuan batuan, yaitu :
Endapan Alluvial

Batuan Vulkanik kuarter muda, dan


Batuan Vulkanik kuarter tua.
-

Hidrologi dan Air Tanah


Dengan adanya beberapa anak sungai yang banyak mengalir disekitar
wilayah Solo Baru yang bermuara pada sungai Bengawan Solo, ternyata
belum dapat menjamin kemudahan bagi warga untuk mendapatkan air bersih
dengan mudah. Pada daerah dataran banjir (Bengawan Solo), kedalaman
sumur gali memang relatif dangkal yaitu 6 meter, namun pada daerah yang
bergelombang ternyata sumur gali bisa mencapai kedalaman 18 meter.
-

Bencana Alam
Di Kecamatan Grogol tidak memiliki potensi bencana alam yang serius

(missal :gunung meletus, tanah longsor, dsb). Namun, setiap kali musim hujan
beberapa daerah di Kecamatan Grogol mengalami banjir dan genangan.
Banjir yang terjadi berskala lima puluh tahunan yaitu merata hampir di seluruh
wilayah Kecamatan Grogol bagian utara dan tengah. Dan sering terjadi
genangan akibat pendangkalan sungai dan sampah.
-

Penggunaan Lahan dan Bangunan


Menurut pola penggunaan lahan adalah dari seluruh wilayah perencanaan yang
meliputi 14 desa seluas 30 km2 atau 3000 Ha. Hampir separuhnya (45 %) masih
berupa lahan persawahan. Penggunaan lahan Kecamatan Grogol tahun 2008, lahan
sawah seluas 2.489,18 Ha, dan wilayah terbangun (penggunaan lahan non pertanian)
seluas 2.298,18 ha. Dari penggunaan yang terlihat dapat diketahui bahwa rincian
penggunaan lahan di Kecamatan Grogol yaitu 34% untuk lahan sawah, 2% tanah
tegal, 58% pekarangan, dan 6 % lain-lain. Berikut ditampilkan penggunaan lahan per
desa di Kecamatan Grogol :
Tabel 2. Luas Wilayah Kecamatan Grogol
Menurut Jenis Penggunaan Tanah Per desa Tahun 2007 (hektar)
No

Desa
1
2
3
4
5

Pondok
Parangjoro
Pandeyan
Telukan
Kadokan

Tanah
sawah
75
321
208
69
55

Tanah Tegal
8
7
16
12
5

Pekarangan
205
139
122
221
96

Lainnya

6
7
8
9
10
11
12
13
14

Grogol
Madegondo
Langenharjo
Gedangan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah

0
6
25
23
50
75
62
30
8
1007

0
15
10
0
0
0
0
0
0
73

80
118
152
131
52
100
69
96
147
1728

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2007

Gambar 2. Diagram Penggunaan Lahan di Kecamatan Grogol


Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2007

- Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan didefinisikan sebagai luas bangunan dibagi dengan
luas wilayahnya. Ditinjau dari kepadatan bangunan yang ada dan berdasarkan
dari hasil pengamatan lapangan dapat disebutkan bahwa Kawasan
Kecamatan Grogol mempunyai tingkat kepadatan rendah/jarang (0 20 %)
sampai padat (di atas 80%).
Secara umum bila dilihat sebarannya ternyata permukiman dengan
kepadatan cukup tinggi (60 80 % dan yang di atas 80 %) mengelompok di
bagian utara kawasan yang berbatasan dengan Kota Surakarta seperti di
wilayah Desa Grogol, Madegondo, Kwarasan, Cemani, Banaran, Gentan dan
Purbayan. Secara umum dapat disebutkan, bahwa semakin menjauhi Kota
Surakarta kepadatannya semakin rendah.

- Ketinggian Bangunan
Berdasarkan pengamatan lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar
bangunan yang ada di kawasan Solo Baru berupa bangunan 1 lantai, sedang
bangunan 2 lantai dan 3 lantai jumlahnya (prosentasenya) sangat kecil, dan
umunya berada di tepi jalan-jalan utama kawasan dan yang ada didalam
komplek perumahan yang termasuk skala menengah dan mewah. Secara
umum ketinggian bangunan tidak bertingkat rata-rata 5 6 m dengan
ketinggian plafon 3 m.

B. Kependudukan
Data kependudukan Kecamatan Grogol berupa data sekunder yang
bersumber dari kantor Kecamatan Grogol, berupa Monografi Kecamatan
Grogol selama 5 tahun yaitu Tahun 2004 Tahun 2008.
Jumlah penduduk wilayah perkotaan Kecamatan Grogol pada tahun
2008 berjumlah 146.865 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 14 desa
dengan luas wilayah 30 km2 atau 3000 Ha. Berikut adalah tabel rincian jumlah
penduduk tiap Desa di Kecamatan Grogol tahun 2004-2008.
Tabel 3: Jumlah Penduduk Tahun 2004-2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.

Jumlah Penduduk

Nama Desa
Pandeyan
Telukan
Parangjoro
Pondok
Langhenarjo
Gedangan
Madegondo
Grogol
Kadokan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani

2004
4566
10311
3878
8.389
7536
5308
8266
3864
4828
7725
8615
4669
10058
20800

2005
4664
10542
3879
8994
7617
5507
8401
4042
4990
7983
9050
4815
10441
21142

2006
4763
10778
3879
9644
7700
5844
8539
4228
5156
8250
9506
4966
10839
21489

2007
4865
11019
3880
10340
7783
6133
8679
4422
5329
8526
9985
5121
11252
21841

Jumlah

108813

118900

124715

138639

Sumber : Monografi Kecamatan Grogol


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Grogol selama kurun waktu lima tahun (2004-2008) mengalami
peningkatan rata-rata yaitu sekitar 19,47 %. Dengan rincian pertumbuhan
penduduk paling tinggi yaitu di Desa Sangrahan dan yang paling rendah yaitu
di Desa Parangjoro.
Kemudian berikut data mengenai kepadatan penduduk di Kecamatan
Grogol Tahun 2008:
Tabel 4. Kepadatan Penduduk Kecamatan Grogol Tahun 2008

No.

KEC/DESA
GROGOL

Luas
Wil. (ha)

Jumlah Penduduk
(Jiwa)

Kepadatan
(jiwa/ha)

Pandeyan

364

4968

2
3

Telukan
Parangjoro

325
487

11266
3880

4
5
6
7
8
9
10
11

Pondok
Langenharjo
Gedangan
Madegondo
Grogol
Kadokan
Kwarasan
Sanggrahan

292
195
175
144
85
192
116
184

11087
7867
6435
8821
4625
5507
8810
10489

3
4
3
6
5
2
7
5

12
13
14

Manang
Banaran
Cemani
Jumlah

143
131
167
3.000

5281
11681
22199
146865

3
8
13
4

Sumber : Monografi Kecamatan Grogol


Dari table di atas dapat kita ketahui bahwa kepadatan penduduk secara
umum di wilayah Kecamatan Grogol adalah 49 jiwa/ha. Kepadatan tersebut
dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas wilayah yang ada
sehingga di peroleh rincian kepadatan paling tinggi berada di Keluarahan
Cemani dan yang paling rendah yaitu berada di Desa Parangjoro

C. Kondisi Eksisting Lahan


Di Kecamatan Grogol peruntukan lahan yang paling terlihat yaitu
peruntukan sebagai lahan industri, permukiman dan pertanian. Sehingga jika
dijabarkan kondisi yang ada di lapangan adalah sebagai berikut :

ndustri
Industri yang ada di wilayah Perkotaan Kecamatan Grogol meliputi
industri besar, industri menengah dan industri rumah tangga. Pertumbuhan
industri menunjukkan adanya kecenderungan penggunaan lahan pertanian di
wilayah utara Perkotaan Grogol, dan semakin ke selatan. Jenis usaha yang
dijalankan industri tersebut adalah kegiatan produksi, pengumpul, pengemas,
penyalur dan penjual. Berikut adalah klasifikasi dari jenis-jenis usaha yang
berkaitan

dengan

industri.

Penggolongan

jenis

usaha

industri

di

wilayah Kecamatan Grogol (urutan menunjukkan dominasi) :


Industri besar dan sedang
=
penjual, produksi, penyalur dan pengemas.
Industri kecil
=
produksi, penjual dan penyalur.
Industri rumah tangga
=
produksi, penjual, penyalur, pengumpul dan
pengemas.
Daerah industri yang ada di kawasan ini berada di perbatasan Solo-Sukoharjo, dan
keadaannya merata di masing-masing Desa se-Kecamatan Grogol walaupun kondisi
letaknya terpencar.

Perumahan
Pemanfaatan lahan di Kecamatan Grogol terbesar juga digunakan
untuk perumahan, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang terus meningkat
sehingga kebutuhan akan rumah pun semakin meningkat, dimana perumahan
tersebut lokasinya terletak dekat dengan daerah industri, pertanian,
perdagangan dan jasa. Lokasi yang dekat daerah pertanian kebanyakan
berada di Kecamatan Grogol bagian selatan, sedangkan lokasi yang dekat
dengan daerah industri sebagian besar berada di bagian utara, dan
perumahan yang dekat dengan fasilitas perdagangan dan jasa lebih banyak
berada di bagian tengah atau tepatnya lebih berkembang di jalan utama
penghubung antar daerah (Solo-Sukoharjo).

Pertanian
Luas tanah sawah di Kecamatan Grogol berpengairan teknis seluas 92
Ha (68,72 %) dan irigasi sederhana 315 Ha (31,28 %). Pada tahun 2007 untuk

luas panen dan produksi padi sawah yaitu 2080 Ha dan 14.132 ton. Palawija
diantaranya jagung sebesar 75 Ha dan 280 ton, kacang tanah 141 Ha dan
208 ton.
Sektor pertanian di Perkotaan Kecamatan Grogol berkembangan
dengan dukungan lahan dan jaringan irigasi yang ada, disamping kultur
pertanian yang telah mengakar kuat sejak lama. Hal-hal kondisi obeyektif
faktual tentang keberadaan sektor pertanian dapat diterangkan sebagai
berikut:
a) Mengingat kondisi wilayah Kecamatan Grogol yang lebih bersifat kekotaan
(urbanized area), lahan persawahan lebih sempit dibanding wilayah
Kecamatan Baki (Kecamatan Baki dan Grogol merupakan satu SWP/ Satuan
Wilayah Pengembangan II yang dikembangkan untuk pertanian dan
permukiman). Jaringan irigasi sederhana cukup banyak dengan komoditi
tanam mayoritas palawija.
b) Wilayah Desa Grogol tidak memiliki jaringan irigasi mengingat wilayahnya
merupakan wilayah perkotaan.
Tabel 5. Luas Tanah Sawah Dengan Jenis Irigasi
Dirinci Menurut Desa Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Desa
Pondok
Parangjoro
Pandeyan
Telukan
Kadokan
Grogol
Madegondo
Langenharjo
Gedangan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah

Irigasi
Teknis

Irigasi 1/2
teknis

60
189
119
45
413

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2007

6
25
23
50
75
62
30
8
279

Irigasi
sederhana
15
132
89
24
55
315

Jum

Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa kondisi dan jenis
pertanian di Kecamatan Grogol dapat digolongkan menjadi tiga sesuai dengan
jenis irigasinya. Yaitu pertanian dengan irigasi teknis, teknis, dan irigasi
sederhana. Perbedaan jenis irigasi tersebut diakibatkan karena kondisi spasial
wilayah yang berbeda-beda. Misalnya untuk daerah dengan pertanian di Desa
Pondok, Parangjoro, Pandeyan dan Telukan menggunakan irigasi teknis
karena letak daerahnya yang berdekatan dengan sumber air irigasi.
Sementara untuk daerah yang pertaniannya menggunakan irigasi teknis
dan irigasi sederhana dikarenakan lokasi wilayahnya berada jauh dari sumber
air pengairan.
D. Faktor penyebab perubahan penggunaan lahan
Konversi pertanian ke permukiman

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

Lahan pertanian yang ada memang lahan yang tidak dipertahankan

Kecamatan Grogol berada di daerah perbatasan antara Kotamadya Surakarta


dengan Kabupaten Sukoharjo sehingga menjadi sasaran lokasi luapan
penduduk dari Kota Surakarta terutama.

Konversi pertanian ke industri


Industri memenuhi analisis AMDAL

Lahan pertanian yang ada memang lahan yang tidak di pertahankan


sehingga dapat dikonversi.

Memiliki letak yang strategis (misalnya: memiliki akses transportasi yang baik,
dekat dengan kota, dsb) yang membuat lahan tersebut lebih berpotensi

dikembangkan sebagai areal industri.


Karena daerah di pinggiran Grogol yang berbatasan dengan Surakarta
sehingga industrinya tidak merata
Lokasi permukiman yang dekat dengan industri

Keinginan penduduk mendirikan bangunan atau permukiman dekat dengan


industri sehingga prasarana dapat lebih terjangkau dan mampu memberikan
dampak positif yaitu turut meningkatkan aspek ekonomi bagi penduduk
sekitar.

E. Kebijakan Terkait Tata Guna Lahan Untuk Kecamatan Grogol


1. Program Pembangunan Daerah Lima Tahun Propinsi Jawa Tengah

kebijakan pengembangan kawasan-kaswasan andalan dan strategis.


Kota Sukoharjo diarahkan sebagai pusat distribusi/pengumpulan kegiatan
pertanian dan pusat kegiatan perdagangandan jasa hasil pertanian dan
mendukung pengembangan wilayah perkotaan Surakarta.
2. Kebijakan Spasial Kabupaten Sukoharjo
Kota Kecamatan Grogol sebagai Kota orde II sebagai :
Pusat pengembangan industri;
Pusat pengembangan;
Prasarana transportasi;
Pusat kegiatan perdagangan/jasa hasil pertanian;
Kosentrasi permukiman skala besar;
Pengembangan pusat pariwisata dan kebudayaan.
Wilayah pelayanan : Meliputi sebagian wilayah Kabupaten Sukoharjo
Kawasan Kec. Grogol juga masuk dalam SWP II bersama Kecamatan Baki
yaitu diarahkan pengembangan lebih ke sektor pertanian dan permukiman.

BAB III
ANALISIS

Analisis Kependudukan Kecamatan Grogol


A.1
Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Grogol
Proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang yaitu rencana 5 (lima) tahun
mendatang (2009 2014).Proyeksi penduduk secara geometri yaitu pertumbuhan
penduduk yang menggunakan dasar bunga berbunga (bunga majemuk) yang
berdasarkan angka pertumbuhan tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan jumlah penduduk
tahun terakhir yang dapat dilakukan proyeksi penduduk sampai dengan tahun
perencanaan yaitu 2014.
Jadi perhitungan proyeksi ini dengan menggunakan rumus geometric rate of
growth sebagai berikut :
Pn = Po
(1+r)n

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n


Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan penduduk
n = Jangka waktu dalam tahun
Selanjutnya dengan rumus perhitungan tersebut diatas, dimana dari hasil
proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui di masing-masing Desa SeKecamatan
Grogol memiliki jumlah dan karakteristik perkembangan penduduk yang berbedabeda. Adapun rincian perkembangan jumlah penduduk pada tahun perencanaan (tahun
2009-2014) adalah sebagai berikut.
Misal, kita akan menghitung perkiraan jumlah penduduk di Desa
Pandeyan untuk tahun 2014 dengan :
Pn : perkiraan jumlah penduduk Desa Pandeyan tahun 2014
Po : 4968 jiwa (tahun dasar tahun 2008)

: 0,028

n : 6 tahun
Maka :
P14

= P08(1+r)6
= 4968 (1+0,028)6
= 6883

Dengan menggunakan cara yang sama dilakukan pula penghitungan


untuk Desa-Desa lain di Kecamatan Grogol. Dan dari perhitungan diperoleh
data proyeksi jumlah penduduk secara rinci sebagai berikut:
Tabel 6. Proyeksi Jumlah Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Grogol Tahun
2009-2014
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.

Desa
Pandeyan
Telukan
Parangjoro
Pondok
Langhenarjo
Gedangan
Madegondo
Grogol
Kadokan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah

2009
5074
11519
3881
11887
7952
6752
8966
34183
5691
9105
11017
5447
12126
22563
156.163

2010
5182
11776
3882
12745
8038
7085
9113
40893
5881
9409
11573
5617
12588
22933
166.715

2011
5293
12040
3883
13666
8125
7434
9263
48921
6077
9723
12156
5793
13068
23309
178.751

2012

2013

5404
12310
3884
14652
8212
7801
9414
58524
6280
10048
12769
5974
13565
23692
192.529

55
125
38
157
83
81
95
700
64
103
134
61
140
240
208.3

Secara keseluruhan proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Grogol sampai


tahun perencanaan (tahun 2014) mencapai 226.672 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan
pertahunnya 0,55 %. Sedangkan jumlah penduduk di masing-masing Desa terinci
nampak jumlah penduduk pada tahun perencanaan (tahun 2014) yang tertinggi yaitu
di Desa Grogol sebesar 83.757 jiwa. Adapun hasil proyeksi jumlah penduduk yang
terendah pada tahun akhir perencanaan (tahun 2014) yaitu di Desa Parangjoro
sebanyak 3.886 jiwa, secara keseluruhan hasil proyeksi penduduk di Kecamatan

Grogol yang dirinci per Desa dengan tahun awal jumlah penduduk tahun 2004
menunjukkan pertumbuhan meningkat dan tidak ada yang mengalami penurunan.
A.2

Proyeksi Kepadatan Penduduk


Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Selanjutnya dengan rumus perhitungan tersebut akan dapat diketahui proyeksi


kepadatan penduduk tiap Desa di Kecamatan Grogol.
Misal kita akan menghitung proyeksi kepadatan penduduk Desa Pandeyan
tahun 2014 :
Kepadatan tahun 2014 = 5863
364

= 16 jiwa/ha

Dengan menggunakan cara yang sama dilakukan pula penghitungan


untuk Desa-Desa lain di Kecamatan Grogol. Dan ada pun kepadatan
penduduk pada tahun perencanaan 2014 hasil proyeksi adalah sebagai
berikut:
Tabel 7. Proyeksi Kepadatan Penduduk di Kecamatan Grogol Tahun
2014
DESA

No.

Luas
Wil. (ha)

Jumlah
Penduduk
(jiwa)

Kepadatan
(jiwa/ha)

Pandeyan

364

5863

16

Telukan

325

13296

41

Parangjoro

487

4579

Pondok

292

13085

45

Langenharjo

195

9285

48

Gedangan

175

7595

43

Madegondo

144

10411

72

Grogol

85

5458

64

Kadokan

192

6499

34

10

Kwarasan

116

10400

90

11

Sanggrahan

184

12379

67

12

Manang

143

6233

43

13

Banaran

131

13786

105

14

Cemani

167

26199

157

3.000

173331

56

Jumlah

Hasil proyeksi kepadatan penduduk yang telah diketahui di Desa-Desa


Kecamatan Grogol memiliki jumlah dan karakteristik perkembangan penduduk yang
berbeda-beda. Hal ini diakibatkan perbedaan potensi yang ada di tiap Desa. Dari tabel
tersebut kita dapat analisis ternyata Desa Cemani memiliki kepadatan paling tinggi
diantara Desa yang lain. Hal ini terjadi karena kita lihat bahwa Desa Cemani memiliki
aset perekonomian yang tinggi yaitu dengan adanya tempat-tempat industri, Desa
Cemani terletak di perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo dengan Kotamadya
Surakarta, dan memiliki aksesibilitas yang baik dengan fasilitas-fasilitas umum seperti
pendidikan dan kesehatan serta perdagangan. Sementara Desa Parangjoro yang
memiliki kepadatan penduduk terendah hal ini dikarenakan wilayah Desa Parangjoro
terletak di daerah yang memiliki nilai komersil lebih rendah dari pada Desa lainnya di
Kecamatan Grogol. Nilai komersil rendah dalam hal ini maksudnya yaitu Desa
Parangjoro sendiri memiliki kondisi lahan yang oleh pemerintah dijadikan sebagai
kawasan budidaya pertanian karena termasuk dalam daerah yang memiliki sistem
irigasi teknik untuk pertaniannya, selain itu letak Desa Parangjoro yang tidak
berdekatan dengan pusat kegiatan kecamatan maupun kabupaten.
B. Analisis Kelayakan Lahan
Analisis kelayakan lahan digunakan untuk menentukan nilai kemampuan
suatu lahan sehingga dapat ditentukan peruntukna lahan yang paling tepat
bagi lahan tersebut. Berikut alur analisis kelayakan lahan yang kami lakukan :

Gambar 3. : Alur Analisis Satuan Kelayakan Lahan

B.1 Analisis SKL Morfologi Lahan


Peta

morfologi

adalah

pengelompokan

bentuk

bentang

alam

berdasarkan rona, kemiringan lereng secara umum, dan ketinggiannya, pada


beberapa satuan morfologi
Kemiringan lereng antara 0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7%
pada bagian tenggara dan barat laut termasuk dalam morfologi dataran
Sehingga

berpotensi

untuk

dikembangkan

sebagai

daerah

Permukiman.Satuan morfologi dataran sendiri adalah bentuk bentang alam


yang didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang,
dengan kisaran kemiringan lereng 0% - 5%. Lebih rinci lagi satuan morfologi
dataran ini dapat dibedakan atas dua subsatuan, yakni: subsatuan morfologi
dataran berkisar antara 0% - 2%; dan subsatuan morfologi medan
bergelombang dengan kisaran kemiringan lereng lebih dari 2% hingga 5%.
Kendala yang mungkin terjadi adalah rawan genangan pada kawasan
bagian tenggara karena kondisi tanah di wilayah ini sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai daerah perkotaan yang ideal karena memberikan
kemudahan alternatif pencapaian dan beberapa alternatif kemungkinan pada
bentuk maupun pengembangan kota yang lebih fleksibel.
B.2 Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
Satuan Kelayakan Lahan (SKL) kemudahan dikerjakan yaitu suatu
penilaian terhadap suatu lahan terhadap perlakuan yang ditujukan untuk
pengembangan lahan tersebut apakah memerlukan penanganan lebih karena
kondisi morfologi dan geologi yang sulit ataukah mudah. Sehingga dapat
diketahui pengembangan yang paling sesuai dalam menentukan peruntukan
suatu lahan.
Tabel 8. Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
No.

Input Data

1.

Topografi

Morfologi

3.

Geologi

Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut.
Morfologi dataran
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam

satuan batuan, yaitu :


1) Endapan Alluvial
2) Batuan Vulkanik kuarter muda, dan
3) Batuan Vulkanik kuarter tua.
Tanah: regosol coklat kekelabuan yang mengandung
kapur dan tras bersifat netral sampai basa
4.

Penggunaan Lahan

58% pekarangan, tanah sawah 34%, tanah tegal 6%,


lain-lain 2 %

Dengan melihat kondisi kelerengan dan morfologi yang datar dan stabil
serta kondisi batuan yang kuat dan stabil ditambah mayoritas penggunaan
lahan adalah sebagai lahan budidaya maka wilayah Kecamatan Grogol
memiliki lahan yang mudah dikembangkan dalam meningkatkan fungsi lahan
untuk mendukung kegiatan di atasnya.
B.3 Analisis SKL Kestabilan Pondasi
Satuan Kelayakan Lahan (SKL) kestabilan pondasi dilakukan untuk
dapat menilai kondisi kekuatan lahan ketika lahan tersebut dibangun sebagai
permukiman, industri, bangunan komersial dan perdagangan, dsb. Sehingga
ketika memang peruntukan suatu lahan sebagai permukiman sementara
kondisi lahan memiliki jenis tanah yang kembang kerut, maka dapat ditangani
dengan pembangunan yang menyesuaikan kondisi lahan tersebut sehingga
tidak terjadi proyek pembangunan yang sia-sia atau lebih parahnya
kecelakaan karena robohnya bangunan.
Tabel 9. Analisis SKL Kestabilan Pondasi
No.

Input Data

Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada

1.

Kestabilan Lereng

bagian tenggara dan barat laut laut morfologi dataran


sehingga wilayah Kecamatan Grogol memiliki lereng
yang stabil.

Karakteristik Air Tanah

3.

Geologi

air tanah dangkal


Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
satuan batuan, yaitu :
1) Endapan Alluvial

2) Batuan Vulkanik kuarter muda, dan


3) Batuan Vulkanik kuarter tua.
Tanah: regosol coklat kekelabuan yang mengandung
kapur dan tras bersifat netral sampai basa
4.

Penggunaan Lahan

58% pekarangan, tanah sawah 34%, tanah tegal 6%,


lain-lain 2 %

Jika dilihat dari tabel analisis di atas meliputi kestabilan lereng yang
secara umum wilayah datar dengan titik tinggi melandai ke bagian tenggara
dan barat laut (perubahan yang tidak curam) maka dapat diketahui bahwa
lereng di wilayah Kecamatan Grogol stabil. Dan diketahui pula dari data
geologi Kecamatan Grogol bahwa secara umum struktur batuan wilayah ini
cukup kuat dan stabil, sehingga tidak akan banyak menemui hambatan untuk
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan.
B.4 Analisis SKL Ketersediaan Air
Analisis Satuan Kelayakan Lahan (SKL) ketersediaan air dilakukan
untuk mengatahui sumber-sumber air yang dapat diperoleh untuk mendukung
pengambangan lahan yang akan dilakukan.
Tabel 10. Analisis SKL Ketersediaan Air
No.

Input Data

1.

Kemiringan Lereng

Karakteristik Air Tanah

Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut laut
air tanah dangkal
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
satuan batuan, yaitu :
1) Endapan Alluvial

3.

Geologi

2) Batuan Vulkanik kuarter muda, dan


3) Batuan Vulkanik kuarter tua.
Tanah: regosol coklat kekelabuan yang mengandung
kapur dan tras bersifat netral sampai basa

4.

Penggunaan Lahan

5.

Klimatologi

58% pekarangan, tanah sawah 34%, tanah tegal 6%,


lain-lain 2 %
tropis dengan suhu 26oC

Dari data-data di atas maka wilayah Kecamatan Grogol menggunakan


sumber air tanah dangkal. Air tanah dangkal sendiri merupakan air tanah
yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa
sumur-sumur, sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu
diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan kemudian dikaitkan dengan
sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air.Kualitas fisik
dan kimiawi air sumur cukup baik, kecuali di sebagian wilayah desa Telukan
dimana air tanah terasa asin. Dari data yang ada kedalaman sumur gali di
Kecamatan Grogol relatif dangkal yaitu 6 meter, namun pada daerah yang
bergelombang ternyata sumur gali bisa mencapai kedalaman 18 meter.
B.5 Analisis SKL Drainase
Analisis Satuan Kelayakan Lahan drainase dimaksudkan untuk
mengetahui sistem atau pola drainase di suatu wilayah sehingga dalam
pengembangan

lahannya

akan

dapat

menyesuaikan

sehingga

dapat

mengurangi dampak maupun bencana yang mungkin terjadi.


Tabel 11. Analisis SKL Drainase
No.

Input Data

1.

Kemiringan Lereng

Karakteristik Air Tanah

Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut laut
air tanah dangkal
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
satuan batuan, yaitu :
1) Endapan Alluvial

3.

Geologi

2) Batuan Vulkanik kuarter muda, dan


3) Batuan Vulkanik kuarter tua.
Tanah: regosol coklat kekelabuan yang mengandung
kapur dan tras bersifat netral sampai basa

4.

Penggunaan Lahan

5.

Klimatologi

6.

Morfologi

58% pekarangan, tanah sawah 34%, tanah tegal 6%,


lain-lain 2 %
tropis dengan suhu 26oC
Dataran

Wilayah Kecamatan Grogol dengan kemiringan tanah 0 4% pada bagian


tengah dan kurang dari 7% pada bagian tenggara, pada umumnya merupakan daerah
yang relatif datar, kecuali di wilayah tepian Sungai Bengawan Solo. Jaringan drainase
di beberapa bagian menjadi satu dengan jaringan irigasi yaitu di daerah bagian
tenggara dan selatan untuk mendukung areal pertanian (irigasi teknis). Dan dengan
dukungan dua sungai utama yaitu Sungai Bengawan Solo di sebelah timur dan Sungai
Jenes di sebelah utara, menjadikan sistem drainase di Kecamatan Grogol yaitu sistem
drainase alam.
B.6 Analisis SKL Pembuangan Limbah
Analisis

Satuan

Kelayakan

Lahan

(SKL)

pembuangan

limbah

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lahan yang dapat menentukan system


pembuangan limbah sehingga dalam pengembangan lahan yang dilakukan
dapat dilakukan suatu upaya untuk mengurangu permasalahan polusi dan
lingkungan.
Tabel 12. Analisis SKL Pembuangan Limbah
No.

Input Data

1.

Kemiringan Lereng

Karakteristik Air Tanah

Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut laut
air tanah dangkal
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
satuan batuan, yaitu :
1) Endapan Alluvial

3.

Geologi

2) Batuan Vulkanik kuarter muda, dan


3) Batuan Vulkanik kuarter tua.
Tanah: regosol coklat kekelabuan yang mengandung
kapur dan tras bersifat netral sampai basa

4.

Penggunaan Lahan

5.

Klimatologi

6.

Morfologi

58% pekarangan, tanah sawah 34%, tanah tegal 6%,


lain-lain 2 %
tropis dengan suhu 26oC
Dataran

Dengan melihat analisis di atas maupun hasil analisis dari SKL


ketersediaan air maupun drainase. Maka dapat kita simpulkan bahwa untuk

pembuangan limbah di wilayah Kecamatan Grogol adalah dengan teknik


pembuangan setempat dengan menggunakan septic tank dan bak peresapan.
Hal ini dikarenakan kondisi lahan di Keamatan Grogol yang masih
memungkinkan untuk pembangunan septic tank yang sehat (memenuhi
standard jarak dari sumber air dan ramah lingkungan). Dan memungkinkan
ketika permukiman memiliki kepadatan yang sangat tinggi akan diadakan
system jaringan pembuangan limbah. Sementara pembuangan limbah industri
kimia harus mengalami perlakuan lewat IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) dahulu sebelum dibuang ke sungai mengingat lokasi industri dan
pertanian yang berdekatan.
Dari enam analisis SKL yang telah dilakukan diperoleh data hasil analisis
yaitu wilayah Kecamatan Grogol berada di daerah dataran yang memiliki
lereng stabil, memiliki sumber air tanah dangkal, beriklim tropis serta kondisi
batuan yang kuat dan stabil sehingga mudah dikembangkan dan didukung
dengan adanya drainase alam yaitu dua sungai di sebelah timur dan utara
serta adanya strategi pembuangan limbah yang masih baik untuk dilakukan
membuat

wilayah

Kecamatan

Grogol

sangat

memungkinkan

jika

dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Dimana memiliki penggunaan


lahan utama adalah untuk permukiman, sektor industri dan jasa serta tetap
memperhatikan sektor pertanian yang terpusat di wilayah Kecamatan Grogol
bagian selatan. Hal ini dilihat dari perkembangan penduduk pada lima tahun
kedepan yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan suatu penyediaan lahan
permukiman/ perumahan yang dapat mewadahi perkembangan penduduk
walaupun tidak menutup kemungkinan arah pembangunan permukiman/
perumahan dan bangunan lainnya secara vertikal pada masa depan dengan
persyaratan menyediakan lahan terbuka hijau di setiap pembangunan yang
dilakukan.
C. Rencana Dan Rekomendasi Pembagian BWK
Rencana pembangunan yang dapat dilakukan di Kecamatan Grogol
adalah sebagai kawasan perkotaan sub-urban karena letak Kecamatan
Grogol yang berada di perbatasan antara wilayah Kotamadya Surakarta dan
Kabupaten Sukoharjo mengakibatkan Kecamatan Grogol memiliki sifat
kekotaan walaupun sifat pertaniannya masih cukup kental terutama di wilayah

Kecamatan Grogol bagian Selatan. Ditambah dengan daya dukung lahan


yang memungkinkan di adakannya suatu pembangunan yang mengarah ke
perkembangan kota maupun sebagai agropolitan.
Rencana pengembangan dan pemanfaatan lahan tersebut di dasari
pula

oleh

kebutuhan

ruang

untuk

menunjang

aktifitas

penduduk

yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah serta potensipotensi dan kendala yang ada sesuai dengan fungsi dan kegiatan yang akan
direncanakan dan dikembangkan.
Adapun jenis dan kebutuhan ruang di Kecamatan Grogol yang direncanakan meliputi :
a.

Perkantoran, untuk mendukung fungsi kota sebagai pusat pemerintahan yang berupa fasilitas
perkantoran dengan skala pelayanan tingkat Kecamatan.

b. Fasilitas perdagangan dan jasa, untuk menunjang fungsi kota sebagai pusat perdagangan dan
jasa dengan skala pelayanan tingkat Kecamatan antara lain berupa pasar, pertokoan dan
warung/kios.
c.

Perumahan, untuk menunjang fungsi kota sebagai pengembangan daerah pemukiman.

d. Fasilitas sosial, untuk menunjang fungsi kota sebagai fungsi sosial dengan skala pelayanan
tingkat Kecamatan meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan,
fasilitas olah raga dan ruang terbuka.
e.

Pertanian yang berupa sawah dan jalur hijau, digaris sempadan untuk menunjang fungsi kota
sebagai daerah konservasi.

f.

Sarana dan prasarana transportasi serta prasarana jaringan utilitas kota untuk menunjang
aktifitas penduduk dalam melakukan kegiatan di dalam dan antar kota.
Dalam pengembangan kota khususnya penataan lahan di masa yang akan datang dengan
memperhatikan jumlah penduduk yang pada akhir tahun perencanaan (tahun 2014) berjumlah
226.672 jiwa dari tahun 2008 yang berjumlah 146.865 jiwa serta adanya beragam aktifitas
penduduk yang ada, maka Kecamatan Grogol dibagi dalam 3 Bagian Wilayah Kecamatan
(BWK). Hal ini dimaksudkan agar terjadi pemerataan dan penyebaran aktifitas penduduk
yang bermuara pada muncul dan berkembangnya titik-titik pertumbuhanan kecamatan secara
seimbang. Adapun pembagian 3 BWK tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 4. : Peta Pembagian Wilayah Kecamatan Grogol


Pembagian BWK tersebut berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. Bagian Wilayah Kecamatan I (BWK I)
Bagian Wilayah Kecamatan I meliputi lima Desa yaitu Desa Madegondo, Desa Kwarasan,
Desa Grogol, Desa Gedangan dan Desa Langenharjo yang memiliki karakteristik kegiatan
yang hampir sama yaitu sektor perdagangan dan jasa.
2. Bagian Wilayah Kecamatan II (BWK II)
Bagian Wilayah Kecamatan II meliputi empat Desa yaitu Desa Sanggrahan, Desa Manang,
Desa, Banaran dan Desa Cemani yang memiliki karakterisrik kegiatan yaitu permukiman dan
industri.
3. Bagian Wilayah Keamatan III (BWK III)
Bagian Wilayah Kecamatan III meliputi lima Desa Desa Pandeyan, Desa Parangjoro, Desa
Telukan, Desa Pondok dan Desa Kadokan yang memiliki karakteristik kegiatan yaitu
pertanian.
Dari pertimbangan tersebut akan dirincikan lagi rekomendasi dalam mengarahkan
pertumbuhan tiap bagian wilayah kecamatan untuk memeratakan pertumbuhan wilayah di
masa mendatang yaitu sebagai berikut :
1. Bagian Wilayah Kota I (BWK I)
Bagian Wilayah Kota I terdiri dari lima Desa yaitu Desa Madegondo, Desa Kwarasan,
Desa Grogol, Desa Gedangan dan Desa Langenharjo memiliki luas wilayah 7,15 Km 2 saat ini
memiliki jumlah penduduk sekitar 36.558 jiwa dan 43.149 jiwa untuk proyeksi tahun 2014
atau bertambah sekitar 18,02% serta memiliki kepadatan 51 jiwa/ha dan proyeksi kepadatan

sekitar 63 jiwa/ha untuk tahun 2014 atau bertambah sekitar 17,6% memiliki potensi untuk di
kembangkan sebagai pusat kegiatan kecamatan yang meliputi usaha jasa dan perdagangan
maupun pelayanan umum seperti pendidikan dan kesehatan. Pertumbuhan penduduk
diharapkan dapat diarahkan ke bagian barat yaitu Desa Gedangan, Kwarasan dan
Langenharjo. Sementara untuk Desa Grogol dan Desa Madegondo diarahkan sebagai pusat
kegiatan karena letaknya yang strategis yaitu di lewati oleh jalur antar daerah (jalan SoloSukoharjo) dengan aturan pembangunan selanjutnya untuk permukiman maupun bangunan
lainnya adalah dua lantai dengan penyediaan area terbuka kurang lebih 10% dari luas lahan.
Sementara itu di Desa Gedangan kita ketahui pula bahwa sudah terdapat fasilitas kesehatan
skala provinsi (Kelas B) yaitu RS. Dr. Oen yang dapat menjadi fasilitas kesehatan selain
puskesmas-puskesmas yang diadakan di setiap Desa. diarahkan sebagai kawasan pusat kota
yang. BWK I ini merupakan wilayah yang berfungsi sebagai kawasan pemerintahan,
komersial/ perdagangan, perumahan dan pelayanan umum.

Gambar 5.: Peta Rencana Pengembangan BWK I Kecamatan Grogol


Dari gambar 5 diatas tentang Peta Rencana pemanfaatan lahan di BWK I akan
dikembangkan sebagai area perumahan dan permukiman di bagian tengah, pengembangan
area agrowisata pertanian dan perikanan di bagian selatan, serta pengembangan pusat bisnis
perdagangan dan jasa (CBD) yang terletak di sepanjang jalur Sukoharjo Solo.
Pengembangan area tersebut antara lain :
a.

Perumahan dan Permukiman


Perumahan dikembangkan di daerah kawasan CBD dan pertumbuhannya diarahkan ke
barat. Untuk pengembangan perumahan dan permukiman di daerah CBD, memiliki
karakteristik yaitu, semakin jauh dari CBD maka semakin berkurang kepadatannya. Sehingga
diperlukan adanya kebijakan mengenai ketinggian bangunan untuk mengoptimalkan fungsi

ruang di CBD. Yaitu dengan mengarahkan pembangunan secara vertikal dan harus memiliki
jarak antar bangunan sebagai penghijauan. Selain itu harus ada pengembangan fasilitas untuk
mendukung kegiatan antara lain fasilitas pendidikan, kesehatan, listrik dan air bersih, jaringan
persampahandan fasilitas umum lainnya.
b. Agrowisata Pertanian dan Perikanan
Pengembangan agrowisata pertanian dan perikanan diarahkan di Desa Langenharjo karena
memiliki karakteristik lahan yang baik untuk budidaya pertanian dan melihat letaknya yang
berada dekat kawasan CBD maka dikembangkan sebagai area wisata. Selain itu untuk
mendukung kegiatan agrowisata maka harus ada fasilitas antara lain irigasi, transportasi,
drainase, dan lain-lain.
c.

Pusat Bisnis Perdagangan dan Jasa


Pengembangan CBD di kawasan sepanjang jalur utama Sukoharjo-Solo karena letaknya yang
strategis. Sehingga nilai investasi perdagangan di kawasan ini tinggi. Dan untuk mendukung
kegiatan perdagangan di kawasan tersebut maka harus ada fasilitas yaitu air bersih dan listrik,
transportasi, telepon, jaringan persampahan dan lain-lain.
Tabel 13. Perbandingan Jumlah dan Kepadatan Penduduk BWK I Tahun 2008 dan 2014

No.

Desa

1 Langenharjo
2 Gedangan
3 Madegondo
4 Grogol
5 Kwarasan
Jumlah

Luas
Wil.(ha)
195
175
144
85
116
715

Jumlah
Penduduk
2008
Penduduk
(jiwa)
7868
6436
8821
4625
8810
36560

Proyeksi
Jumlah
Penduduk
2014
(jiwa)

Kepadatan
2008
(jiwa/ha)

9285
7595
10411
5458
10400
43149

Dari tabel 13 menerangkan bahwa hasil proyeksi penduduk untuk lima tahun mendatang
mengalami peningkatan yang cukup tinggi disebabkan oleh lokasi yang strategis. Dan dilihat
dari kepadatan penduduknya maka kawasan ini diarahkan sebagai daerah bukan
permukiman murni. Yaitu daerah yang memiliki peruntukan lahan yang tidak hanya
digunakan sebagai permukiman tetapi juga untuk pengembangan yang lain seperti
perdagangan.
2. Bagian Wilayah Kota II (BWK II)

40
37
61
54
78
270

Pro
Kep
2
(jiw

Bagian Wilayah Kota II yang terdiri dari empat Desa yaitu Desa Banaran, Desa Cemani, Desa
Manang dan Desa Sanggrahan dengan luas wilayah sebesai 6,25 Km 2 saat ini memiliki
jumlah penduduk sekitar 49.650 jiwa dan 58.597 jiwa untuk proyeksi tahun 2014 atau
bertambah sekitar 18,02% serta memiliki kepadatan 79 jiwa/ha dan proyeksi kepadatan
sekitar 93 jiwa/ha untuk tahun 2014 atau bertambah sekitar 17,7% diarahkan sebagai
kawasan penunjang pusat kota yaitu pada, Adapun fungsi utama dari BWK II ini adalah
mendukung fungsi BWK I yang merupakan kawasan industri, pendidikan dan perumahan.

Gambar 6. : Peta Rencana Pengembangan BWK II Grogol


Dari gambar 6 diatas tentang Peta Rencana pemanfaatan lahan di BWK II akan
dikembangkan sebagai permukiman dan industri.
Rencana pengembangan kawasan tersebut antara lain :
Permukiman
Pengembangan permukiman di BWK II difokuskan di daerah bagian selatan yaitu Desa
Manang dan Desa Sanggrahan karena lahan di kawasan bagian selatan merupakan lahan
kosong yang baik dikembangkan untuk permukiman dengan kepadatan rendah untuk menjaga
keseimbangan lingkungan akibat adanya pengembangan industri. Selain itu harus ada
pengembangan fasilitas untuk mendukung kegiatan antara lain fasilitas pendidikan,
kesehatan, listrik dan air bersih, jaringan persampahan dan fasilitas umum lainnya.
Industri
Pengembangan kawasan industri yang baik yaitu tidak berada di kawasan pusat kota dan
memiliki aksesibilitas yang baik. Maka BWK II cocok diarahkan untuk pengembangan
industri. Dari gambar diatas terdapat empat tanda lokasi industri. No dua dan tiga merupakan
industri lama yang merupakan kategori industri kimia. Sedangkan no satu dan empat
diarahkan sebagai pengembangan industri baru yang memiliki kategori industri nonkimia

seperti furniture untuk menjaga kawasan pertanian yang berada dekat industri tersebut.
Diharapkan dapat menambah kesempatan kerja bagi penduduk. Selain itu untuk mendukung
kegiatan industri maka harus ada fasilitas seperti drainase, air bersih dan listrik, telepon,
pengelolaan limbah, jaringan persampahan, dan lain-lain.
Tabel 14. Perbandingan Jumlah dan Kepadatan Penduduk BWK II Tahun 2008 dan 2014

No.

1
2
3
4

Desa

Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah

Luas
Wil.
(ha)
184
143
131
167
625

Jumlah
Penduduk
2008 (jiwa)
10489
5281
11681
22199
49650

Proyeksi
Jumlah
Penduduk
2014 (jiwa)
12379
6233
13786
26199
58597

Kepadatan
Penduduk
2008
(jiwa/ha)
57
37
89
133
316

Dari tabel 14 menerangkan bahwa jumlah penduduk pada lima tahun mendatang
mengalami peningkatan yang cukup. Oleh karena itu dengan kepadatan penduduk di BWK II
maka diarahkan untuk daerah permukiman nonmurni di bagian selatan dan permukiman di
bagian utara.
3. Bagian Wilayah Kota III (BWK III)
Bagian Wilayah.kota III terdiri dari lima Desa yaitu Desa Pandeyan, Desa Parangjoro, Desa
Telukan, Desa Pondok dan Desa Kadokan yang mempunyai luas wilayah sebesar 16,60
Km2 saat ini memiliki jumlah penduduk sekitar 36.708 jiwa dan 43.322 jiwa untuk proyeksi
tahun 2014 atau bertambah sekitar 18,01% serta memiliki kepadatan 22 jiwa/ha dan proyeksi
kepadatan sekitar 26 jiwa/ha untuk tahun 2014 atau bertambah sekitar 18,18%diarahkan
sebagai daerah pengembangan perdagangan yaitu terdapat di. BWK III ini mempunyai fungsi
utama yaitu perumahan. sebagai kawasan pertanian, industri kecil sampai menengah dan
kawasan

Proyeks
Kepadat
2014
(jiwa/ha

Gambar 7. : Peta Rencana Pengembangan BWK III Grogol


Dari gambar 7 diatas tentang Peta Rencana pemanfaatan lahan di BWK II
akan dikembangkan sebagai permukiman, pertanian dan agrobisnis.
Rencana pengembangan kawasan tersebut antara lain :
Permukiman
Pengembangan permukiman di bagian utara kawasan BWK III adalah pengembangan
permukiman dengan kepadatan rendah. Karena potensi lahannya sebagian besar cocok untuk
pertanian. Maka diarahkan perkembangan permukiman ke arah utara. Selain itu harus ada
pengembangan fasilitas untuk mendukung kegiatan antara lain fasilitas pendidikan,
kesehatan, listrik dan air bersih, jaringan persampahan dan fasilitas umum lainnya.

Pertanian
Pertanian merupakan pemanfaatan lahan terbesar di kawasan BWK III karena memiliki
potensi yang besar untuk budidaya pertanian. Pertanian di kawasan ini didukung dengan
irigasi teknis yaitu dengan memanfaatkan aliran sungai yang melewati areal pertanian
tersebut. Dan untuk memenuhi SWP II yaitu Kecamatan Grogol sebagai area permukiman
dan pertanian. Sehingga di BWK III diarahkan untuk pertanian karena BWK I dan BWK II
pengembangnnya lebih ke permukiman dan industri. Selain itu untuk mendukung kegiatan
pertanian maka harus ada fasilitas antara lain irigasi, transportasi, drainase, dan lain-lain.

Agrobisnis
Agrobisnis akan dikembangkan di kawasan BWK III karena adanya jalur SukoharjoSolo dan peningkatan hasil pertanian. Serta dengan adanya akses jalan Sukoharjo-Solo maka
dapat memudahkan distribusi hasil pertanian kawasan tersebut. Maka diarahkan kawasan
yang berada di sepanjang jalan Sukoharjo-Solo sebagai kawasan agrobisnis untuk memajukan
kawasan dan membuka kesempatan kerja baru bagi penduduk sekitar terutama meningkatkan

kesejahteraan para petani.Selain itu untuk mendukung kegiatan agrobisnis maka harus ada
fasilitas antara lain transportasi, shelter/ pos penampung hasil pertanian, air bersih dan listrik,
telpon dan lain-lain.
Tabel 15. Perbandingan Jumlah dan Kepadatan Penduduk
BWK III Tahun 2008 dan 2014
Proyeksi
Jumlah
Penduduk
2014 (jiwa)

Desa

Luas
Wil.
(ha)

Jumlah
Penduduk
2008 (jiwa)

1 Pandeyan
2 Telukan

364
325

4968
11266

5863
13296

14
35

3 Parangjoro
4 Pondok
5 Kadokan
Jumlah

487
292
192
1660

3880
11087
5507
36708

4579
13085
6499
43322

8
38
29
124

No.

Kepadatan Peduduk
2008
(jiwa/ha)

Dari tabel 15 menerangkan bahwa jumlah penduduk pada lima tahun


mendatang mengalami peningkatan yang begitu signifikan dibandingkan
dengan BWK lainnya. Dan dari kepadatan penduduk diatas maka diarahkan
sebagai daerah pertanian atau bukan daerah permukiman murni. Dimana
kepadatan penduduk diarahkan ke pinggir kota.
Dengan melakukan pembagian wilayah Kecamatan Grogol menjadi
tiga

Bagian

Wilayah

Kecamatan

(BWK)

diharapkan

pemerataan

pembangunan dapat dilakukan dimana pemerataan tersebut disesuaikan


dengan potensi dan karakteristik masing-masing wilayah sehingga masingmasing wilayah dapat memiliki fungsi yang saling mendukung. Selain itu
dengan dilakukannya pembagian wilayah ini diharapkan dapat memacu
pertumbuhan daerah-daerah yang belum berkembang dan mengendalikan
pertumbuhan daerah-daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan daerah yang
terlalu pesat sehingga dapat dikatakan dengan pembagian wilayah penjadi
tiga bagian kegiatan controlling dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Sehingga ketika muncul suatu permasalahan dapat diatasi dengan baik

Pr
Kep
Pen
201

Anda mungkin juga menyukai