LATAR BELAKANG
Perencanaan tata guna lahan secara umum merupakan pemanfaatan
lahan yang ditujukan untuk suatu peruntukan tertentu dan merupakan inti
praktek perencanaan perkotaan. Permasalahan yang mungkin timbul dalam
menetapkan peruntukan suatu lahan adalah faktor kesesuaian lahannya.
Pada dasarnya kesesuaian suatu lahan sangat tergantung pada faktor-faktor
lingkungannya, seperti kelerengan, iklim, jenis tanah dan batuan, tutupan
lahan, keberadaan satwa liar, hidrologi, dan lain sebagainya.
Hal yang terpenting dalam suatu perencanaan tataguna lahan adalah
usulan rencana lokasi (site-plan) dan tujuan peruntukan lahan. Usulan
rencana lokasi dan tujuan harus disiapkan sebagai dasar pertimbangan dan
penjelasan umum dari suatu rencana pengembangan tataguna lahan.
Rencana lokasi lahan untuk berbagai peruntukan harus konsisten dengan
sasaran dan tujuan. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan rencana lokasi
dan tujuan penggunaan lahan harus ada, terutama dalam pengambilan
keputusan.
Dalam mewujudkan Kecamatan Grogol di masa mendatang perlu
didistribusikan perkembangan fisik, kependudukan dan keramaian dari pusat
kegiatan ke areal lain. Distribusi tersebut melalui pembentukan sus-sub area
dibagian Kecamatan Grogol yang belum berkembang atau terkelola dengan
baik. Penciptaan sub area tersebut untuk menciptakan generator di daerah
kecamatan. Selain itu juga merupakan penyediaan lahan untuk memenuhi
kebutuhan akan perkembangan penduduk di Kecamatan Grogol pada masa
mendatang.
Perlu diketahui bahwa kawasan Kecamatan Grogol memiliki peruntukan
lahan yang tercampur antara permukiman, industri, komersial, fasilitas umum
dan sosial, ruang terbuka hijau dan merupakan kawasan dengan tingkat
kepadatan penduduk sedang-tinggi. Sehingga butuh suatu perencanaan yang
lebih tersrtruktur dan fungsional guna menciptakan daerah khususnya di
tingkat kecamatan yang terpadu.
2.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian yang akan kami lakukan adalah
bagaimana mengembangkanlahan, memaksimalkan nilai ekonomis lahan,
serta kesesuain pemanfaatan lahan terhadap karakteristik tiap daerah di
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
3.
metode
eksplanasi
bertujuan
untuk
menggambarkan
dan
Jenis Data
Macam Data
Cara Perolehan
Sub
Data
Data
Studi
referensi-
RTRW Kabupaten
Su
Makala
pandua
kajian
Data Topografi
lahan,
Data Geologi
peratur
kebijak
Data Hidrologi
dengan
lahan
Kebijakan Pemerintah
terkait Lahan yang
Digunakan.
Primer
Wawancara,
survey,
observasi,
saat ini.
dokumentasi
gambar
Wawancara,
lahan.
survey,
dokumentasi
gambar
Adapun
teknik
pengumpulan
data
yang
kami
gunakan
untuk
Surv
Yaitu untuk memperoleh tinjauan-tinjauan teori mengenai tata guna lahan dan
perkembangannya.
BAB II
KOMPILASI DATA
Iklim
Kawasan Kecamatan Grogol terletak pada daerah yang beriklim tropis
dengan temperatur rata-rata 26 derajat Celcius. Curah hujan sebagaimana
kondisi iklim di wilayah tropis adalah cukup tinggi dan pertukaran arah angin
setiap 6 (enam) bulan yang menandakan peralihan antara bulan basah dan
kering. Dan curah hujan per tahun 183 mm.
Topograf
Menurut topografinya wilayah Kecamatan Grogol merupakan daerah yang
relatif datar, yaitu terletak pada ketinggian antara 90 100 meter di atas
permukaan air laut dengan kemiringan lerengnya antara 0 4% pada bagian
tengah dan kurang dari 7% pada bagian tenggara dan barat laut.
Bencana Alam
Di Kecamatan Grogol tidak memiliki potensi bencana alam yang serius
(missal :gunung meletus, tanah longsor, dsb). Namun, setiap kali musim hujan
beberapa daerah di Kecamatan Grogol mengalami banjir dan genangan.
Banjir yang terjadi berskala lima puluh tahunan yaitu merata hampir di seluruh
wilayah Kecamatan Grogol bagian utara dan tengah. Dan sering terjadi
genangan akibat pendangkalan sungai dan sampah.
-
Desa
1
2
3
4
5
Pondok
Parangjoro
Pandeyan
Telukan
Kadokan
Tanah
sawah
75
321
208
69
55
Tanah Tegal
8
7
16
12
5
Pekarangan
205
139
122
221
96
Lainnya
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Grogol
Madegondo
Langenharjo
Gedangan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah
0
6
25
23
50
75
62
30
8
1007
0
15
10
0
0
0
0
0
0
73
80
118
152
131
52
100
69
96
147
1728
- Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan didefinisikan sebagai luas bangunan dibagi dengan
luas wilayahnya. Ditinjau dari kepadatan bangunan yang ada dan berdasarkan
dari hasil pengamatan lapangan dapat disebutkan bahwa Kawasan
Kecamatan Grogol mempunyai tingkat kepadatan rendah/jarang (0 20 %)
sampai padat (di atas 80%).
Secara umum bila dilihat sebarannya ternyata permukiman dengan
kepadatan cukup tinggi (60 80 % dan yang di atas 80 %) mengelompok di
bagian utara kawasan yang berbatasan dengan Kota Surakarta seperti di
wilayah Desa Grogol, Madegondo, Kwarasan, Cemani, Banaran, Gentan dan
Purbayan. Secara umum dapat disebutkan, bahwa semakin menjauhi Kota
Surakarta kepadatannya semakin rendah.
- Ketinggian Bangunan
Berdasarkan pengamatan lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar
bangunan yang ada di kawasan Solo Baru berupa bangunan 1 lantai, sedang
bangunan 2 lantai dan 3 lantai jumlahnya (prosentasenya) sangat kecil, dan
umunya berada di tepi jalan-jalan utama kawasan dan yang ada didalam
komplek perumahan yang termasuk skala menengah dan mewah. Secara
umum ketinggian bangunan tidak bertingkat rata-rata 5 6 m dengan
ketinggian plafon 3 m.
B. Kependudukan
Data kependudukan Kecamatan Grogol berupa data sekunder yang
bersumber dari kantor Kecamatan Grogol, berupa Monografi Kecamatan
Grogol selama 5 tahun yaitu Tahun 2004 Tahun 2008.
Jumlah penduduk wilayah perkotaan Kecamatan Grogol pada tahun
2008 berjumlah 146.865 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 14 desa
dengan luas wilayah 30 km2 atau 3000 Ha. Berikut adalah tabel rincian jumlah
penduduk tiap Desa di Kecamatan Grogol tahun 2004-2008.
Tabel 3: Jumlah Penduduk Tahun 2004-2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
Jumlah Penduduk
Nama Desa
Pandeyan
Telukan
Parangjoro
Pondok
Langhenarjo
Gedangan
Madegondo
Grogol
Kadokan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
2004
4566
10311
3878
8.389
7536
5308
8266
3864
4828
7725
8615
4669
10058
20800
2005
4664
10542
3879
8994
7617
5507
8401
4042
4990
7983
9050
4815
10441
21142
2006
4763
10778
3879
9644
7700
5844
8539
4228
5156
8250
9506
4966
10839
21489
2007
4865
11019
3880
10340
7783
6133
8679
4422
5329
8526
9985
5121
11252
21841
Jumlah
108813
118900
124715
138639
No.
KEC/DESA
GROGOL
Luas
Wil. (ha)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
(jiwa/ha)
Pandeyan
364
4968
2
3
Telukan
Parangjoro
325
487
11266
3880
4
5
6
7
8
9
10
11
Pondok
Langenharjo
Gedangan
Madegondo
Grogol
Kadokan
Kwarasan
Sanggrahan
292
195
175
144
85
192
116
184
11087
7867
6435
8821
4625
5507
8810
10489
3
4
3
6
5
2
7
5
12
13
14
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah
143
131
167
3.000
5281
11681
22199
146865
3
8
13
4
ndustri
Industri yang ada di wilayah Perkotaan Kecamatan Grogol meliputi
industri besar, industri menengah dan industri rumah tangga. Pertumbuhan
industri menunjukkan adanya kecenderungan penggunaan lahan pertanian di
wilayah utara Perkotaan Grogol, dan semakin ke selatan. Jenis usaha yang
dijalankan industri tersebut adalah kegiatan produksi, pengumpul, pengemas,
penyalur dan penjual. Berikut adalah klasifikasi dari jenis-jenis usaha yang
berkaitan
dengan
industri.
Penggolongan
jenis
usaha
industri
di
Perumahan
Pemanfaatan lahan di Kecamatan Grogol terbesar juga digunakan
untuk perumahan, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang terus meningkat
sehingga kebutuhan akan rumah pun semakin meningkat, dimana perumahan
tersebut lokasinya terletak dekat dengan daerah industri, pertanian,
perdagangan dan jasa. Lokasi yang dekat daerah pertanian kebanyakan
berada di Kecamatan Grogol bagian selatan, sedangkan lokasi yang dekat
dengan daerah industri sebagian besar berada di bagian utara, dan
perumahan yang dekat dengan fasilitas perdagangan dan jasa lebih banyak
berada di bagian tengah atau tepatnya lebih berkembang di jalan utama
penghubung antar daerah (Solo-Sukoharjo).
Pertanian
Luas tanah sawah di Kecamatan Grogol berpengairan teknis seluas 92
Ha (68,72 %) dan irigasi sederhana 315 Ha (31,28 %). Pada tahun 2007 untuk
luas panen dan produksi padi sawah yaitu 2080 Ha dan 14.132 ton. Palawija
diantaranya jagung sebesar 75 Ha dan 280 ton, kacang tanah 141 Ha dan
208 ton.
Sektor pertanian di Perkotaan Kecamatan Grogol berkembangan
dengan dukungan lahan dan jaringan irigasi yang ada, disamping kultur
pertanian yang telah mengakar kuat sejak lama. Hal-hal kondisi obeyektif
faktual tentang keberadaan sektor pertanian dapat diterangkan sebagai
berikut:
a) Mengingat kondisi wilayah Kecamatan Grogol yang lebih bersifat kekotaan
(urbanized area), lahan persawahan lebih sempit dibanding wilayah
Kecamatan Baki (Kecamatan Baki dan Grogol merupakan satu SWP/ Satuan
Wilayah Pengembangan II yang dikembangkan untuk pertanian dan
permukiman). Jaringan irigasi sederhana cukup banyak dengan komoditi
tanam mayoritas palawija.
b) Wilayah Desa Grogol tidak memiliki jaringan irigasi mengingat wilayahnya
merupakan wilayah perkotaan.
Tabel 5. Luas Tanah Sawah Dengan Jenis Irigasi
Dirinci Menurut Desa Tahun 2007
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Desa
Pondok
Parangjoro
Pandeyan
Telukan
Kadokan
Grogol
Madegondo
Langenharjo
Gedangan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah
Irigasi
Teknis
Irigasi 1/2
teknis
60
189
119
45
413
6
25
23
50
75
62
30
8
279
Irigasi
sederhana
15
132
89
24
55
315
Jum
Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa kondisi dan jenis
pertanian di Kecamatan Grogol dapat digolongkan menjadi tiga sesuai dengan
jenis irigasinya. Yaitu pertanian dengan irigasi teknis, teknis, dan irigasi
sederhana. Perbedaan jenis irigasi tersebut diakibatkan karena kondisi spasial
wilayah yang berbeda-beda. Misalnya untuk daerah dengan pertanian di Desa
Pondok, Parangjoro, Pandeyan dan Telukan menggunakan irigasi teknis
karena letak daerahnya yang berdekatan dengan sumber air irigasi.
Sementara untuk daerah yang pertaniannya menggunakan irigasi teknis
dan irigasi sederhana dikarenakan lokasi wilayahnya berada jauh dari sumber
air pengairan.
D. Faktor penyebab perubahan penggunaan lahan
Konversi pertanian ke permukiman
Memiliki letak yang strategis (misalnya: memiliki akses transportasi yang baik,
dekat dengan kota, dsb) yang membuat lahan tersebut lebih berpotensi
BAB III
ANALISIS
: 0,028
n : 6 tahun
Maka :
P14
= P08(1+r)6
= 4968 (1+0,028)6
= 6883
Desa
Pandeyan
Telukan
Parangjoro
Pondok
Langhenarjo
Gedangan
Madegondo
Grogol
Kadokan
Kwarasan
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah
2009
5074
11519
3881
11887
7952
6752
8966
34183
5691
9105
11017
5447
12126
22563
156.163
2010
5182
11776
3882
12745
8038
7085
9113
40893
5881
9409
11573
5617
12588
22933
166.715
2011
5293
12040
3883
13666
8125
7434
9263
48921
6077
9723
12156
5793
13068
23309
178.751
2012
2013
5404
12310
3884
14652
8212
7801
9414
58524
6280
10048
12769
5974
13565
23692
192.529
55
125
38
157
83
81
95
700
64
103
134
61
140
240
208.3
Grogol yang dirinci per Desa dengan tahun awal jumlah penduduk tahun 2004
menunjukkan pertumbuhan meningkat dan tidak ada yang mengalami penurunan.
A.2
= 16 jiwa/ha
No.
Luas
Wil. (ha)
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
(jiwa/ha)
Pandeyan
364
5863
16
Telukan
325
13296
41
Parangjoro
487
4579
Pondok
292
13085
45
Langenharjo
195
9285
48
Gedangan
175
7595
43
Madegondo
144
10411
72
Grogol
85
5458
64
Kadokan
192
6499
34
10
Kwarasan
116
10400
90
11
Sanggrahan
184
12379
67
12
Manang
143
6233
43
13
Banaran
131
13786
105
14
Cemani
167
26199
157
3.000
173331
56
Jumlah
morfologi
adalah
pengelompokan
bentuk
bentang
alam
berpotensi
untuk
dikembangkan
sebagai
daerah
Input Data
1.
Topografi
Morfologi
3.
Geologi
Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut.
Morfologi dataran
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
Penggunaan Lahan
Dengan melihat kondisi kelerengan dan morfologi yang datar dan stabil
serta kondisi batuan yang kuat dan stabil ditambah mayoritas penggunaan
lahan adalah sebagai lahan budidaya maka wilayah Kecamatan Grogol
memiliki lahan yang mudah dikembangkan dalam meningkatkan fungsi lahan
untuk mendukung kegiatan di atasnya.
B.3 Analisis SKL Kestabilan Pondasi
Satuan Kelayakan Lahan (SKL) kestabilan pondasi dilakukan untuk
dapat menilai kondisi kekuatan lahan ketika lahan tersebut dibangun sebagai
permukiman, industri, bangunan komersial dan perdagangan, dsb. Sehingga
ketika memang peruntukan suatu lahan sebagai permukiman sementara
kondisi lahan memiliki jenis tanah yang kembang kerut, maka dapat ditangani
dengan pembangunan yang menyesuaikan kondisi lahan tersebut sehingga
tidak terjadi proyek pembangunan yang sia-sia atau lebih parahnya
kecelakaan karena robohnya bangunan.
Tabel 9. Analisis SKL Kestabilan Pondasi
No.
Input Data
Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
1.
Kestabilan Lereng
3.
Geologi
Penggunaan Lahan
Jika dilihat dari tabel analisis di atas meliputi kestabilan lereng yang
secara umum wilayah datar dengan titik tinggi melandai ke bagian tenggara
dan barat laut (perubahan yang tidak curam) maka dapat diketahui bahwa
lereng di wilayah Kecamatan Grogol stabil. Dan diketahui pula dari data
geologi Kecamatan Grogol bahwa secara umum struktur batuan wilayah ini
cukup kuat dan stabil, sehingga tidak akan banyak menemui hambatan untuk
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan.
B.4 Analisis SKL Ketersediaan Air
Analisis Satuan Kelayakan Lahan (SKL) ketersediaan air dilakukan
untuk mengatahui sumber-sumber air yang dapat diperoleh untuk mendukung
pengambangan lahan yang akan dilakukan.
Tabel 10. Analisis SKL Ketersediaan Air
No.
Input Data
1.
Kemiringan Lereng
Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut laut
air tanah dangkal
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
satuan batuan, yaitu :
1) Endapan Alluvial
3.
Geologi
4.
Penggunaan Lahan
5.
Klimatologi
lahannya
akan
dapat
menyesuaikan
sehingga
dapat
Input Data
1.
Kemiringan Lereng
Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut laut
air tanah dangkal
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
satuan batuan, yaitu :
1) Endapan Alluvial
3.
Geologi
4.
Penggunaan Lahan
5.
Klimatologi
6.
Morfologi
Satuan
Kelayakan
Lahan
(SKL)
pembuangan
limbah
Input Data
1.
Kemiringan Lereng
Keterangan
0 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada
bagian tenggara dan barat laut laut
air tanah dangkal
Batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam
satuan batuan, yaitu :
1) Endapan Alluvial
3.
Geologi
4.
Penggunaan Lahan
5.
Klimatologi
6.
Morfologi
wilayah
Kecamatan
Grogol
sangat
memungkinkan
jika
oleh
kebutuhan
ruang
untuk
menunjang
aktifitas
penduduk
yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah serta potensipotensi dan kendala yang ada sesuai dengan fungsi dan kegiatan yang akan
direncanakan dan dikembangkan.
Adapun jenis dan kebutuhan ruang di Kecamatan Grogol yang direncanakan meliputi :
a.
Perkantoran, untuk mendukung fungsi kota sebagai pusat pemerintahan yang berupa fasilitas
perkantoran dengan skala pelayanan tingkat Kecamatan.
b. Fasilitas perdagangan dan jasa, untuk menunjang fungsi kota sebagai pusat perdagangan dan
jasa dengan skala pelayanan tingkat Kecamatan antara lain berupa pasar, pertokoan dan
warung/kios.
c.
d. Fasilitas sosial, untuk menunjang fungsi kota sebagai fungsi sosial dengan skala pelayanan
tingkat Kecamatan meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan,
fasilitas olah raga dan ruang terbuka.
e.
Pertanian yang berupa sawah dan jalur hijau, digaris sempadan untuk menunjang fungsi kota
sebagai daerah konservasi.
f.
Sarana dan prasarana transportasi serta prasarana jaringan utilitas kota untuk menunjang
aktifitas penduduk dalam melakukan kegiatan di dalam dan antar kota.
Dalam pengembangan kota khususnya penataan lahan di masa yang akan datang dengan
memperhatikan jumlah penduduk yang pada akhir tahun perencanaan (tahun 2014) berjumlah
226.672 jiwa dari tahun 2008 yang berjumlah 146.865 jiwa serta adanya beragam aktifitas
penduduk yang ada, maka Kecamatan Grogol dibagi dalam 3 Bagian Wilayah Kecamatan
(BWK). Hal ini dimaksudkan agar terjadi pemerataan dan penyebaran aktifitas penduduk
yang bermuara pada muncul dan berkembangnya titik-titik pertumbuhanan kecamatan secara
seimbang. Adapun pembagian 3 BWK tersebut adalah sebagai berikut :
sekitar 63 jiwa/ha untuk tahun 2014 atau bertambah sekitar 17,6% memiliki potensi untuk di
kembangkan sebagai pusat kegiatan kecamatan yang meliputi usaha jasa dan perdagangan
maupun pelayanan umum seperti pendidikan dan kesehatan. Pertumbuhan penduduk
diharapkan dapat diarahkan ke bagian barat yaitu Desa Gedangan, Kwarasan dan
Langenharjo. Sementara untuk Desa Grogol dan Desa Madegondo diarahkan sebagai pusat
kegiatan karena letaknya yang strategis yaitu di lewati oleh jalur antar daerah (jalan SoloSukoharjo) dengan aturan pembangunan selanjutnya untuk permukiman maupun bangunan
lainnya adalah dua lantai dengan penyediaan area terbuka kurang lebih 10% dari luas lahan.
Sementara itu di Desa Gedangan kita ketahui pula bahwa sudah terdapat fasilitas kesehatan
skala provinsi (Kelas B) yaitu RS. Dr. Oen yang dapat menjadi fasilitas kesehatan selain
puskesmas-puskesmas yang diadakan di setiap Desa. diarahkan sebagai kawasan pusat kota
yang. BWK I ini merupakan wilayah yang berfungsi sebagai kawasan pemerintahan,
komersial/ perdagangan, perumahan dan pelayanan umum.
ruang di CBD. Yaitu dengan mengarahkan pembangunan secara vertikal dan harus memiliki
jarak antar bangunan sebagai penghijauan. Selain itu harus ada pengembangan fasilitas untuk
mendukung kegiatan antara lain fasilitas pendidikan, kesehatan, listrik dan air bersih, jaringan
persampahandan fasilitas umum lainnya.
b. Agrowisata Pertanian dan Perikanan
Pengembangan agrowisata pertanian dan perikanan diarahkan di Desa Langenharjo karena
memiliki karakteristik lahan yang baik untuk budidaya pertanian dan melihat letaknya yang
berada dekat kawasan CBD maka dikembangkan sebagai area wisata. Selain itu untuk
mendukung kegiatan agrowisata maka harus ada fasilitas antara lain irigasi, transportasi,
drainase, dan lain-lain.
c.
No.
Desa
1 Langenharjo
2 Gedangan
3 Madegondo
4 Grogol
5 Kwarasan
Jumlah
Luas
Wil.(ha)
195
175
144
85
116
715
Jumlah
Penduduk
2008
Penduduk
(jiwa)
7868
6436
8821
4625
8810
36560
Proyeksi
Jumlah
Penduduk
2014
(jiwa)
Kepadatan
2008
(jiwa/ha)
9285
7595
10411
5458
10400
43149
Dari tabel 13 menerangkan bahwa hasil proyeksi penduduk untuk lima tahun mendatang
mengalami peningkatan yang cukup tinggi disebabkan oleh lokasi yang strategis. Dan dilihat
dari kepadatan penduduknya maka kawasan ini diarahkan sebagai daerah bukan
permukiman murni. Yaitu daerah yang memiliki peruntukan lahan yang tidak hanya
digunakan sebagai permukiman tetapi juga untuk pengembangan yang lain seperti
perdagangan.
2. Bagian Wilayah Kota II (BWK II)
40
37
61
54
78
270
Pro
Kep
2
(jiw
Bagian Wilayah Kota II yang terdiri dari empat Desa yaitu Desa Banaran, Desa Cemani, Desa
Manang dan Desa Sanggrahan dengan luas wilayah sebesai 6,25 Km 2 saat ini memiliki
jumlah penduduk sekitar 49.650 jiwa dan 58.597 jiwa untuk proyeksi tahun 2014 atau
bertambah sekitar 18,02% serta memiliki kepadatan 79 jiwa/ha dan proyeksi kepadatan
sekitar 93 jiwa/ha untuk tahun 2014 atau bertambah sekitar 17,7% diarahkan sebagai
kawasan penunjang pusat kota yaitu pada, Adapun fungsi utama dari BWK II ini adalah
mendukung fungsi BWK I yang merupakan kawasan industri, pendidikan dan perumahan.
seperti furniture untuk menjaga kawasan pertanian yang berada dekat industri tersebut.
Diharapkan dapat menambah kesempatan kerja bagi penduduk. Selain itu untuk mendukung
kegiatan industri maka harus ada fasilitas seperti drainase, air bersih dan listrik, telepon,
pengelolaan limbah, jaringan persampahan, dan lain-lain.
Tabel 14. Perbandingan Jumlah dan Kepadatan Penduduk BWK II Tahun 2008 dan 2014
No.
1
2
3
4
Desa
Sanggrahan
Manang
Banaran
Cemani
Jumlah
Luas
Wil.
(ha)
184
143
131
167
625
Jumlah
Penduduk
2008 (jiwa)
10489
5281
11681
22199
49650
Proyeksi
Jumlah
Penduduk
2014 (jiwa)
12379
6233
13786
26199
58597
Kepadatan
Penduduk
2008
(jiwa/ha)
57
37
89
133
316
Dari tabel 14 menerangkan bahwa jumlah penduduk pada lima tahun mendatang
mengalami peningkatan yang cukup. Oleh karena itu dengan kepadatan penduduk di BWK II
maka diarahkan untuk daerah permukiman nonmurni di bagian selatan dan permukiman di
bagian utara.
3. Bagian Wilayah Kota III (BWK III)
Bagian Wilayah.kota III terdiri dari lima Desa yaitu Desa Pandeyan, Desa Parangjoro, Desa
Telukan, Desa Pondok dan Desa Kadokan yang mempunyai luas wilayah sebesar 16,60
Km2 saat ini memiliki jumlah penduduk sekitar 36.708 jiwa dan 43.322 jiwa untuk proyeksi
tahun 2014 atau bertambah sekitar 18,01% serta memiliki kepadatan 22 jiwa/ha dan proyeksi
kepadatan sekitar 26 jiwa/ha untuk tahun 2014 atau bertambah sekitar 18,18%diarahkan
sebagai daerah pengembangan perdagangan yaitu terdapat di. BWK III ini mempunyai fungsi
utama yaitu perumahan. sebagai kawasan pertanian, industri kecil sampai menengah dan
kawasan
Proyeks
Kepadat
2014
(jiwa/ha
Pertanian
Pertanian merupakan pemanfaatan lahan terbesar di kawasan BWK III karena memiliki
potensi yang besar untuk budidaya pertanian. Pertanian di kawasan ini didukung dengan
irigasi teknis yaitu dengan memanfaatkan aliran sungai yang melewati areal pertanian
tersebut. Dan untuk memenuhi SWP II yaitu Kecamatan Grogol sebagai area permukiman
dan pertanian. Sehingga di BWK III diarahkan untuk pertanian karena BWK I dan BWK II
pengembangnnya lebih ke permukiman dan industri. Selain itu untuk mendukung kegiatan
pertanian maka harus ada fasilitas antara lain irigasi, transportasi, drainase, dan lain-lain.
Agrobisnis
Agrobisnis akan dikembangkan di kawasan BWK III karena adanya jalur SukoharjoSolo dan peningkatan hasil pertanian. Serta dengan adanya akses jalan Sukoharjo-Solo maka
dapat memudahkan distribusi hasil pertanian kawasan tersebut. Maka diarahkan kawasan
yang berada di sepanjang jalan Sukoharjo-Solo sebagai kawasan agrobisnis untuk memajukan
kawasan dan membuka kesempatan kerja baru bagi penduduk sekitar terutama meningkatkan
kesejahteraan para petani.Selain itu untuk mendukung kegiatan agrobisnis maka harus ada
fasilitas antara lain transportasi, shelter/ pos penampung hasil pertanian, air bersih dan listrik,
telpon dan lain-lain.
Tabel 15. Perbandingan Jumlah dan Kepadatan Penduduk
BWK III Tahun 2008 dan 2014
Proyeksi
Jumlah
Penduduk
2014 (jiwa)
Desa
Luas
Wil.
(ha)
Jumlah
Penduduk
2008 (jiwa)
1 Pandeyan
2 Telukan
364
325
4968
11266
5863
13296
14
35
3 Parangjoro
4 Pondok
5 Kadokan
Jumlah
487
292
192
1660
3880
11087
5507
36708
4579
13085
6499
43322
8
38
29
124
No.
Kepadatan Peduduk
2008
(jiwa/ha)
Bagian
Wilayah
Kecamatan
(BWK)
diharapkan
pemerataan
Pr
Kep
Pen
201