PEMBANGUNAN
KAYS MULKI | 052001900060
HIRARKI PERATURAN
Pasal 3
“Penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan
kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.”
Pasal 4
“Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan
2. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;
3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang bidang lain.”
PP NO.31 TAHUN 2005
PASAL 16
1. Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah Negara Golongan III.
2. Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya
3. Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang berada dalam sengketa tidak dapat
dialihkan haknya.
4. Suami dan isteri yang masing-masing mendapat izin untuk menghuni rumah negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan kepada salah satu
a. Pegawai negeri dan/atau pejabat negara yang telah memperoleh rumah dan/atau tanah dari negara, tidak
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan hak rumah negara tersebut pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Presiden
PERPRES NO.11 TAHUN 2008
PASAL 1
1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau Pegawai Negeri.
2. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat
jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang
3. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah
4. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual
kepada penghuninya.
5. Penetapan Status Rumah Negara adalah keputusan yang menetapkan status golongan Rumah Negara ke dalam Rumah
Negara Golongan I, Rumah Negara Golongan II, atau Rumah Negara Golongan III yang berdiri sendiri dan/atau berupa
Golongan III, atau perubahan status Rumah Negara Golongan I menjadi Rumah Negara Golongan II atau sebaliknya yang
berdiri sendiri dan/atau berupa Satuan Rumah Susun beserta atau tidak beserta tanahnya.
7. Pengalihan Hak Rumah Negara adalah penjualan Rumah Negara Golongan III yang berdiri
sendiri dan/atau berupa Satuan Rumah Susun beserta atau tidak beserta tanahnya kepada penghuni dengan cara sewa
beli.
8. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-
bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan
9. Satuan Rumah Susun adalah Rumah Susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara
terpisah sebagai tempat hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.
10. Blok Rumah Susun adalah satu kelompok Rumah Susun yang terdiri dari beberapa Satuan Rumah Susun yang secara
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4890).
UU NO.3 TAHUN 2002
TENTANG PERTAHANAN NEGARA
Pasal 2
“Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
Pasal 3
“(1)Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan
kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai. (2)Pertahanan negara
Pasal 4
“Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.”
Pasal 5
“Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara
Pasal 5
“TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan
Pasal 6
“TNI, sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan pemulih terhadap
kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), TNI merupakan komponen utama sistem pertahanan negara.”
CONTOH KASUS
Beberapa tahun yang lalu, mencuat ke permukaan kasus pengusiran penghuni perumahan dinas di Komplek Kostrad,
Kebayoran Lama; seorang pensiunan pegawai Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menggugat
Kepala BPKP karena tidak diperkenankan untuk membeli rumah dinas BPKP yang dibangunnya atas biaya sendiri;
seorang nenek yang ingin memiliki rumah dinas milik Perum pegadaian yang ditempati atas nama suaminya, kasusnya
berlanjut sampai ke pengadilan, dan masih banyak kasus yang mencuat di media massa. Beberapa waktu yang lalu
terungkap di koran Malang Pos bahwa terjadi tarik-menarik kewenangan terhadap rumah negara yang ditempati
pensiunan. Di satu sisi aparatur negara yang mewakili negara ingin mengambil hak negara di lain pihak pegawai yang
menempati rumah dinas ingin menempatinya.Semua kasus tersebut merupakan gambaran atau contoh bagi kita
betapa barang milik negara selama ini kurang mendapat perhatian dari pimpinan instansi dalam mengelola dan
menatausahakan aset-aset negara/daerah dengan baik. Selanjutnya kita akan menelusuri dari aspek hukum berhak
dikarenakan adanya inkonsistensi peraturan yang berlaku, sehingga penghuni rumah negara dalam lingkungan TNI AD
di Kota Makassar sulit mendapatkan haknya untuk dapat melakukan pengalihan. Di satu sisi penghuni dapat melakukan
pengalihan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 namun di sisi lain
pengalihan ini tidak dapat dilakukan selain dengan cara tukar-menukar berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan
Nomor 31 Tahun 2009. Ditambah lagi sistem pengadministrasian dan pengawasan yang tidak berjalan dengan
semestinya terhadap rumah negara di lingkungan TNI AD dan jika dikeluarkannya kebijakan oleh petinggi TNI AD maka
secara sistem komando pelaksanaan pengalihan ini tidak akan bisa dilaksanakan.