Anda di halaman 1dari 11

DASAR PRANATA

PEMBANGUNAN
KAYS MULKI | 052001900060
HIRARKI PERATURAN

PERATURAN PERATURAN PERATURAN


UNDANG-UNDANG
PEMERINTAH PRESIDEN MENTERI
UU NO.4 TAHUN 1992
PASAL 3 & PASAL 4

Pasal 3
“Penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan

kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.”

Pasal 4
“Penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan

pemerataan kesejahteraan rakyat;

2. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;

3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;

4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang bidang lain.”
PP NO.31 TAHUN 2005
PASAL 16

1. Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah Negara Golongan III.

2. Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya

dapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonan penghuni.

3. Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang berada dalam sengketa tidak dapat

dialihkan haknya.

4. Suami dan isteri yang masing-masing mendapat izin untuk menghuni rumah negara sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan kepada salah satu

dari suami dan isteri yang bersangkutan.

a. Pegawai negeri dan/atau pejabat negara yang telah memperoleh rumah dan/atau tanah dari negara, tidak

dapat lagi mengajukan permohonan pengalihan hak atas rumah negara;

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan hak rumah negara tersebut pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

Presiden
PERPRES NO.11 TAHUN 2008
PASAL 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan :

1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana

pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau Pegawai Negeri.

2. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat

jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang

bersangkutan masih memegang jabatan tertentu tersebut.

3. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu

instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah

dikembalikan kepada negara.

4. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual

kepada penghuninya.

5. Penetapan Status Rumah Negara adalah keputusan yang menetapkan status golongan Rumah Negara ke dalam Rumah

Negara Golongan I, Rumah Negara Golongan II, atau Rumah Negara Golongan III yang berdiri sendiri dan/atau berupa

Satuan Rumah Susun beserta atau tidak beserta tanahnya.


6. Pengalihan Status Rumah Negara adalah perubahan 'status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara

Golongan III, atau perubahan status Rumah Negara Golongan I menjadi Rumah Negara Golongan II atau sebaliknya yang

berdiri sendiri dan/atau berupa Satuan Rumah Susun beserta atau tidak beserta tanahnya.

7. Pengalihan Hak Rumah Negara adalah penjualan Rumah Negara Golongan III yang berdiri

sendiri dan/atau berupa Satuan Rumah Susun beserta atau tidak beserta tanahnya kepada penghuni dengan cara sewa

beli.

8. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-

bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan

bagian-bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama.

9. Satuan Rumah Susun adalah Rumah Susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara

terpisah sebagai tempat hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.

10. Blok Rumah Susun adalah satu kelompok Rumah Susun yang terdiri dari beberapa Satuan Rumah Susun yang secara

tegas terpisah dengan kelompok Rumah Susun lainnya secara vertikal.

11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.

12. Pimpinan Instansi adalah pejabat yang memimpin kementerian/ lembaga.


PERMEN NO.21 TAHUN 2010

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4890).
UU NO.3 TAHUN 2002
TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Pasal 2
“Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang

penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta

keyakinan pada kekuatan sendiri.”

Pasal 3
“(1)Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,

kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan

kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai. (2)Pertahanan negara

disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.”

Pasal 4
“Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.”

Pasal 5
“Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan.”


UU NO.34 TAHUN 2004
TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA

Pasal 5
“TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan

dan keputusan politik negara.”

Pasal 6
“TNI, sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan

ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;

penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; dan pemulih terhadap

kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), TNI merupakan komponen utama sistem pertahanan negara.”
CONTOH KASUS
Beberapa tahun yang lalu, mencuat ke permukaan kasus pengusiran penghuni perumahan dinas di Komplek Kostrad,

Kebayoran Lama; seorang pensiunan pegawai Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menggugat

Kepala BPKP karena tidak diperkenankan untuk membeli rumah dinas BPKP yang dibangunnya atas biaya sendiri;

seorang nenek yang ingin memiliki rumah dinas milik Perum pegadaian yang ditempati atas nama suaminya, kasusnya

berlanjut sampai ke pengadilan, dan masih banyak kasus yang mencuat di media massa. Beberapa waktu yang lalu

terungkap di koran Malang Pos bahwa terjadi tarik-menarik kewenangan terhadap rumah negara yang ditempati

pensiunan. Di satu sisi aparatur negara yang mewakili negara ingin mengambil hak negara di lain pihak pegawai yang

menempati rumah dinas ingin menempatinya.Semua kasus tersebut merupakan gambaran atau contoh bagi kita

betapa barang milik negara selama ini kurang mendapat perhatian dari pimpinan instansi dalam mengelola dan

menatausahakan aset-aset negara/daerah dengan baik. Selanjutnya kita akan menelusuri dari aspek hukum berhak

tidaknya pensiunan menempati rumah negara/daerah.


CONTOH KASUS
Adanya kasus pengalihan rumah negara kepada Purnawirawan TNI Angkatan Darat di Kota Makassar hal ini

dikarenakan adanya inkonsistensi peraturan yang berlaku, sehingga penghuni rumah negara dalam lingkungan TNI AD

di Kota Makassar sulit mendapatkan haknya untuk dapat melakukan pengalihan. Di satu sisi penghuni dapat melakukan

pengalihan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 namun di sisi lain

pengalihan ini tidak dapat dilakukan selain dengan cara tukar-menukar berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan

Nomor 31 Tahun 2009. Ditambah lagi sistem pengadministrasian dan pengawasan yang tidak berjalan dengan

semestinya terhadap rumah negara di lingkungan TNI AD dan jika dikeluarkannya kebijakan oleh petinggi TNI AD maka

secara sistem komando pelaksanaan pengalihan ini tidak akan bisa dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai