Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Studi


Lokasi studi ini mayoritas berada pada wilayah administrasi Kabupaten Pekalongan.
Kabupaten Pekalongan adalah salah satu dari 35 kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
yang beada di daerah Pantai Utara Laut Jawa bagian barat sepanjang pantai utara laut jawa
(Pantura) memanjang ke selatan dengan Kota Kajen sebagai ibu kota pemerintahan.
Secara wilayah Kabupaten Pekalongan dibatasi langsung dengan 4 kabupaten/kota
yaitu Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Batang, dan Banjarnegara. Interaksi yang
cukup erat terjadi degan kota Pekalongan yang direlasikan dengan Jalan Pantura dan
Kedungwuni, Buaran, Kota Pekalongan.
3.1.1 Kondisi Geografis
Secara geografis Kabupaten Pekalongan terletak diantara 60 – 70 Lintang Selatan dan
antara 1090 – 1090 78’ Bujur Timur yang berbatasan dengan:
 Sebelah Timur : Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara
 Sebelah Barat : Kabupaten Pemalang
Luas wilayah kabupaten Pekalongan adalah 836,15 Km2. Terdiri dari 19 kecamatan
dan 285 desa/kelurahan. Dari 285 kelurahan yang ada, 11 desa merupakan desa pantai dan
274 desa bukan pantai. Menurut topografi desa terdapat 66 desa/kelurahan (23,16%) yang
berada di dataran tinggi dan selebihnya 219 desa/kelurahan (76,84%) berada pada dataran
rendah.

55
56

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Pekalongan


Sumber: Penggambaran, 2021
3.1.2 Kondisi Topografis
Bagian utara Kabupaten Pekalongan merupakan dataran rendah; sedang di bagian
selatan berupa pegunungan, bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng. Sungai-sungai besar
yang mengalir diantaranya adalah Kali Sragi dan Kali Sengkarang beserta anak-anak
sungainya, yang kesemuanya bermuara ke Laut Jawa.
Kelerengan lahan di wilayah Kabupaten Pekalongan cukup bervariasi. Secara umum
rona kelerengan di Pekalongan merupakan pegunungan di bagian selatan yang melandai ke
arah utara (pantai). Keragaman kelerengan di Kabupaten Pekalongan Bervariasi mulai dari 0-
2 % yang meliputi bagian utara sampai dengan bagian tengah Kabupaten Pekalongan, 0-15 %
bagian tengah Pekalongan (Kecamatan Doro dan Talun), 15-40% yang meliputi bagian selatan
Kecamatan Talun, Doro, sebagian Kecamatan Kandangserang dan Paninggaran serta
kelerengan lebih dari 40% yang meliputi sebagian besar Kecamatan Lebakbarang,
Petungkriyono, bagian utara dan selatan Kecamatan Paninggaran, bagian barat Kecamatan
Kajen dan bagian selatan Kecamatan Kandangserang.
Secara morfologi rona fisik Kabupaten Pekalongan sebagian besar berupa dataran dan
sebagian lagi berbentuk perbukitan dan pegunungan. Kondisi topografi Kabupaten
Pekalongan bervariasi yaitu mulai 0 mdpl (meter dari permukaan laut) sampai 2177 mdpl.
57

Gambar 3. 2 Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Pekalongan


Sumber : Penggambaran, 2021
Secara pegolongan ketinggian Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi:
 Daerah dengan tinggi 0-7 m seluas 9026.660 Ha atau sebesar 10.06% dari luas
keseluruhan
 Daerah dengan tinggi 7-25 m seluas 16849.791 Ha atau sebesar 18.77% dari luas
keseluruhan
 Daerah dengan tinggi 25-100 m seluas 11085.000 Ha atau sebesar 12.35 % dari luas
keseluruhan
 Daerah dengan tinggi 100-500 m seluas 20602.421 Ha atau sebesar 22.95% dari luas
keseluruhan
 Daerah dengan tinggi 500-1000 m seluas 22224.662 Ha atau sebesar 24.76% dari luas
keseluruhan.
 Daerah dengan tinggi lebih dari 1000 m seluas 9980.625 Ha sebesar 11.12 % dari luas
keseluruhan.
3.1.3 Kondisi Geologi
Geologi wilayah Kabupaten Pekalongan dapat dikelompokkan menjadi beberapa
bentang alam, yaitu :
1. Daerah Endapan Aluvial
58

Daerahnya tersebar pada daerah dengan ketinggian antara 0-5 MDPL terdiri dari:
 Aluvium, yang terletak pada ketinggian 0-25 m dpl. Jenis ini umumnya masih relatif
muda, namun dapat menjadi daerah pertanian yang baik dan subur jika mendapat
cukup pengairan. Daerah meliputi Kecamatan Sragi, Wiradesa, Tirto, Buaran,
Kedungwuni, Doro, Wonopringgo, Karanganyar, Kajen, Kesesi dan Bojong dengan
luas keseluruhan 25138.9516 Ha atau sebesar 30.23 % dari luas keseluruhan.
 Aluvium Facies Gunung Api, terlelak pada ketinggian antara 25-500 dpi. Daerah ini
merupakan lahan dengan kualitas yang baik bagi pengembangan pertanian karena
memiliki sifat menyerap dan menampung air. Struktur geologi ini meliputi daerah-
daerah di Kecamatan Petungkriono, Talun, Kandangserang, Kajen, Kesesi,
Wonopringgo dan Kedungwuni; luas cakupan wilayahnya seluas 12970.6250 Ha
atau sekitar 14.45 % dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan.
2. Daerah Hasil Gunung Api Kwarter Tua
Daerah ini terletak pada daerah dengan ketinggian sekitar 500 MDPL tau lebih umumnya
bersifat kurang subur, dengan kondisi topografi relatif kasar dimana pelapukan dari daerah ini
mudah terbawa oleh hanyutan sungai yang melintasi kawasan tersebut yang berdampak pada
penurunan tingkat kesuburan lahan. Struktur geologi ini terdapat di Kecamatan Paninggaran,
Lebakbarang, Petungkriono, Talun, Doro, Karanganyar, Kajen, Kesesi dan Karanganyar;
dengan luas cakupan wilayahnya sebesar 17681.250 Ha atau sekitar 19.70% dari luas
keseluruhan Kabupaten Pekalongan.
3. Daerah Hasil Gunung Api
Terdapat di Kecamatan Kesesi, Paninggaran dengan luas keseluruhan mencapai
6555.8333 Ha atau 7.30% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan.
4. Daerah Hasil Gunung Api tak teruraikan
Pada umumnya daerah ini berupa batuan breksi, lava, lapili dan tupa. Umumnya batuan
tersebut membentuk bukit-bukit tinggi yang tertutup dan berwarna abu-abu tua sampai coklat
dan kuning kemerahan. Jenis lahan ini mencakup wilayah-wilayah di Kecamatan
Kandangserang, Paninggaran, Talun, Doro, Kajen, Kesesi, Wonopringgo dan Kedungwuni.
5. Daerah Miosen Facies Sedimen
Terdapat pada daerah dengan ketinggian lebih dari 500 m ataupun lebih dari 1000 m.
Pada umumnya merupakan daerah dengan potensi kehutanan dengan total luasan mencapai
18850.000 Ha atau sekitar 20.26 % dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. Terletak di
Kecamatan Kesesi, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriono, Karanganyar, Kajen dan
sebagian kecil Kecamatan Kesesi.
59

6. Daerah Pra Tertier Sedimen


Terdapat di Kecamatan Petungkriono dengan luasan sekitar 2020 Ha atau sekitar
2.25% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan.
7. Daerah Pliosen Facies Sedimen
Terdapat di Kecamatan Kesesi dan Kajen dengan luasan sekitar 572 Ha atau 0.64%
dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan.
8. Daerah Oligosen
Terdapat di Kecamatan Kandangserang dan Paninggaran dengan luasan sekitar
262.500 Ha atau sekitar 0.29% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan.
9. Daerah Granit
Terdapat di Kecamatan Kesesi dengan luasan sekitar 150 ha atau sekitar 0,13 % dari
luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan.
3.1.4 Kondisi Iklim
Iklim pada tahun 2020, Kabupaten Pekalongan mengalami rata-rata curah hujan 1563
mm, lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar 3560 mm. untuk rata-
rata hari hujan tahun 2017 adalah 86 hari. Lebih rendang bila dibandingkan dengan tahun
2019 sebesar 177 haru. Curah hujan yang tertinggi terjadi di Kecamatan Doro sebesar 3184
mm, sedangkan rata-rata hari hujan terbanyak terjadi di Kecamatan Lebakbarang yang
sebesar 184 Hari.
3.1.5 Kondisi Sungai Sragi Baru
Sungai Sragi Baru secara administrasi terletak di Kabupaten Pekalongan dengan luas
daerah tangkapan air mencapai 254 km2.
Kali Sragi atau biasa disebut Sungai Sragi Baru merupakan sungai tempat pertemuan
Sungai Tawing dan Sungai Paingan sehingga sungai ini merupakan nama lain dari Sungai
Sragi baru di bagian Hulu. Dengan demikian hulu Sungai Sragi baru berada di Pegunungan
Serayu Utara spesifiknya di Gunung Sibedil denga ketinggian 1200 Mdpl Desa Bedagung,
Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan.
Sungai Sragi melewati wilayah Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang,
Kecamatan Klajen, Kecamatan Kesessi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Seragi. Sungai
Sragi memiliki dua daerah aliran sungai (DAS) yakni DAS Sragi Baru, dan DAS Sragi
Lama. DAS Sragi lama merupakan gabungan DAS Keranji, DAS Winong, dan DAS
Tumbal.
Penduduk di sepanjang bantaran Sungai Sragi Baru memanfaatkan sungai ini untuk
sumberdaya perikanan secara tradisional seperti menggunakan alat pancing dan jala.
60

Besarnya debit air sungai ini juga dimanfaatkan untuk sistem irigasi melalui sejumlah
bending seperti bending Gembiro di desa Bukur.
Permasalahan yang terjadi di Sungai Sragi diakibatkan kondisi alur sungai yang
menyempit dan banyak sedimentasi yang menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan
sungai dan mengakibatkan banjir karena tidak mampu menampung debit air saat hujan.
Elevasi Topografi yang relatif rendah dan kemiringan dasar yang lumayan landai,
menyebabkan kecepatan aliran sungai menjadi rendah, akibat dari kondisi ini menimbulkan
terjadinya sedimentasi di muara sungai yang berakibat pada berkurangnya kapasitas
tampungan sungai dan berdampak banjir karena meluapnya air di bagian hulu.
Bantaran sungai Sragi Baru banyak digunakan bagi warga sekitar untuk lahan
pertanian seperti menanam padi serta palawija dan sebagai tempat pembuatan batu bata,
sehingga apabila terjadi luapan air yang berakibat pada banjir, aliran air akan terhambat
dengan adanya tanaman di bantaran sungai tersebut.

Gambar 3. 3 Daerah Aliran Sungai Sagi Baru


Sumber: Penggambaran, 2021
61

Pada muara Sungai Sragi Baru terdapat bangunan Jetty pada kiri dan kanan sungai.
Bangunan Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan pada satu atau kedua
sisi muara sungai yang berfungsi untuk mencegah terjadinya luapan air sungai oleh endapan
sedimen pantai. Selama proses pengendapan tersebut biasanya disertai dengan
membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang
pantai. Penanggulangan penutupan muara dibedakan atas penanggulangan lalu lintas kapal
(Jetty Panjang) dan penanggulangan penutupan mulut yang menyebabkan banjir (Jetty
pendek).

Gambar 3. 4 Jetty di Sungai Sragi Baru


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021
Bangunan Jetty di Sungai Sragi Baru mengindikasikan kurang stabil nya muara
sungai berupa endapan sedimentasi yang menjadikan pendangkalan dasar sungai, sehingga
terjadi banjir.

3.1.6 Kondisi Stasiun Hujan


Stasiun hujan di lokasi studi berjumlah sebanyak 4 stasiun. Stasiun hujan tersebut
bernama Delegtukang, Pesantren Kletak, Sumub Kidul, dan Kajen. Pencatatan stasiun hujan
yang ada di lokasi studi memiliki jumlah data selama 20 tahun yaitu pada tahun 1999 sampai
dengan tahun 2018. Berikut merupakan lokasi masing – masing stasiun hujan.
62

Gambar 3. 5 Lokasi 4 Stasiun Hujan


Sumber : Google Earth, 2021
3.2 Data-data yang diperlukan
Data yang akan penulis gunakan dalam pengerjaan studi ini merupakan data sekunder
yang didapat langsung dari instansi terkait. Berikut data yang akan digunakan dalam studi
ini:
Tabel 3. 1
Data-data yang diperlukan

NO Data Sumber Keterangan

Data curah hujan Digunakan dalam perhitungan debit


1999-2018 dan PUSPADATARU SDA banjir rancangan dengan kala ulang
1 Koordinat Stasiun Jawa tengah tertentu.
Hujan
Sebagai input untuk
Badan Indonesia mengetahui koefisien limpasan (C)
Peta Tata Guna
Geospasial Republik
2 Lahan
Indonesia
Digunakan sebagai input pada
Data Long Section
analisa hidrolika dalam program
3 dan Cross Section BBWS Pemali Juana HEC-RAS 5.0.7
Sungai Sragi Baru
Sumber: Hasil Penulisan, 2021.
63

Lanjutan Tabel 3.1


Data-data yang diperlukan
NO Data Sumber Keterangan
Sebagai input untuk
Peta Daerah Aliran
4 BBWS Pemali Juana mengetahui luas DAS dalam
Sungai Sragi Baru
analisis Hidrologi
Peta Topografi Badan Informasi Bahan penunjang dalam penjelasan
5 Kabupaten Geospasial Republik skripsi.
Pekalongan Indonesia
Badan Informasi Digunakan untuk mengetahui
Data Pasang Surut
6 Geospasial Republik elevasi tinggi muka air
Air laut
Indonesia
Digunakan untuk melakukan
7 Data Jenis Tanah BBWS Pemali Juana analisis stabilitas lereng atau
tanggul.
Digunakan untuk melakukan
8 Data Sedimen BBWS Pemali Juana analisis angkutan sedimen dan
perubahan kemiringan dasar sungai
Sumber : Hasil Penulisan, 2021
3.3 Tahap Pengerjaan
Tahap-tahap yang akan dilakukan penulis untuk sistematika pengerjaan studi ini adalah
sebagai berikut:
1. Analisa Data Hujan
Sebelum menganalisa curah hujan daerah, perlu dilakukan perhitungan atau Analisa
data hujan untuk mengetahui validitas dari data yang didapat. Dalam Analisa ini akan
dilakukan uji konsistensi dan uji homogenitas.
Dalam uji konsistensi menggunakan metode kurva massa ganda. Pada metode uji
konsistensi ini dapat melihat kebenaran data di lapangan. Selanjutnya, setelah dilakukan uji
konsistensi maka akan melakukan uji homogentitas. Pada metode uji ini dapat melihat sifat
homogentitas atau stabil atau tidaknya data. Dalam metode uji ini terdapat dua Analisa uji,
yaitu uji stasioner (Uji-F dan Uji-t).
Setelah semua uji tersebut, akhirnya akan didapat kesimpulan terkait data hujan yang
ingin diujikan. Jika data memenuhi uji ini maka data dapat digunakan atau dapat dikatakan
memiliki validitas untuk dianalisa terkait hidrologi pada uji selanjutnya.
2. Analisa Curah Hujan
Analisa curah hujan ini menggunakan metode Poligon Thiessen. Dalam metode
perhitungan ini daya yang diperlukan adalah sebagai berikut:
- Data curah hujan harian maksimum tahun 1999-2018 (20 Tahun).
64

- Data koordinat stasiun hujan.


- Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Sragi Baru, Kabupaten Pekalongan.
3. Analisa Data Secara Statistik
Untuk menghasilkan suatu informasi yang dibutuhkan dari data dalam perhitungan
analisis hidrologi, maka analisa statistik dibutuhkan sebagai dasaran penglahan informasi
tersebut. Data yang dianalisa adalah data yang telah diolah di metode sebelumnya. Analisa
yang dilakukan adalah menghitung ragam (variance), rerata (mean), simpangan baku
(standard deviation), kepencengan, koefisien variansi, dan kurtosis.
4. Analisa Frekuensi
Dalam Analisa frekuensi akan mengolah data curah hujan menjadi data kala ulang
tertentu.dengan metode uji Disitribusi Log-Pearson type III. Setelah itu, dilakukan uji
kesesuaian distribusi dengan metode Distribusi Smirnov-Kolmogorov dan uji kesesuaian
distribusi Chi Kuadrat. Uji kesesuaian distribusi dianalisis untuk memperkirakan apakah
distribusi frekuensi dapat mewakili distribusi dalam statistik. Hasil akhir dari analisis ini
adalah curah hujan rencana dengan kala ulang tertentu.
5. Analisa Hujan Jam-Jaman
Dalam Analisa hujan jam-jaman menggunakan metode PSA-007 dengan pertimbangan
lama hujan pada DAS. Hasil dari Metode PSA-007 ini adalah mendapatkan nilai hujan jam-
jaman yang digunakan untuk hidrograf satuan sintesis.
6. Analisa hidrograf satuan sintetis (HSS)
Analisa Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) digunakan untuk merubah data hujan menjadi
data debit. Dalam analsisi ini metode yang digunakan adalah HSS Nakayasu. Dalam Analisis
hidrologi perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis adalah hasil final yang menjadi patokan
untuk analisis hidrologi. Setelah selesai analisis HSS maka kita dapat menganalisis hidrolika
atau hidrologi dari DAS. HSS juga digunakan untuk mengusulkan alternatif teknis yang
digunakan untuk penanggulangan banjir.
7. Analsis hidrolika
Tahap setelah mendapatkan Hidrograf Satuan Sintesis (HSS) adalah menganilis
hidrolika. Analisis ini akan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS 5.0.7. Pada Software
HEC-RAS 5.0.7. dapat terlihat perliaku hidrolika yang terjadi pada DAS dengan debit yang
telah direncanakan pada analisis hidrologi.
Selain dapat melihat perilaku hidrolika, analisis ini juga dapat digunakan dalam
merencakanan alternatif teknis penanggulangan banjir dengan debit rencana yang telah
dihitung.
65

8. Perencanaan normalisasi pada Sungai Sragi Baru


Melakukan perencanaan normalisasi berupa perbaikan penampang sungai, dan tanggul
urugan tanah, guna mendapatkan kapasitas tampungan sungai yang memadai untuk
menampung debit banjir rencana Q25 tahun.
9. Analisis stabilitas tanggul
Menghitung stabilitas tanggul Sungai Sragi Baru menggunakan metode Fellenius dan
simplified Bishop, guna mengetahui kestabilan tanggul urugan tanah terhadap kelongsoran.
10. Analisis transportasi sedimen
Analisis Transportasi sedimen dengan menghitung angkutan sedimen dasar sungai yang
terjadi pada Sungai Sragi Baru. dan dapat mengetahui karakteristik sedimentasi yang terjadi
pada sungai.
11. Prediksi perubahan dasar sungai Sragi Baru akibat pengaruh sedimentasi
Melakukan analisis untuk memprediksi perubahan dasar sungai Sragi baru dengan
menggunakan bantuan software HEC-RAS 5.0.7. perubahan yang ditinjau adalah endapan
yang terjadi pada dasar sungai, dan perubahan kemiringan memanjang pada sungai, serta
potensi kerawanan terjadinya banjir kembali akibat pendangkalan.
66

Tabel 3. 2
Matriks Penyelesaian Masalah
Pemecahan
No Rumusan Masalah Hipotesis Tindakan Lokasi Studi Data Analisis Data
Masalah
Data Curah Hujan
Sungai Sragi Harian dari 4 Stasiun
Bagaimana kondisi debit Menghitung debit
Debit Banjir yang Baru Kabupaten Melakukan analisis
banjir rancangan yang banjir rancangan Hujan
dihasilkan oleh kala Pekalongan Jawa Hidrologi hingga
1 terjadi pada Sungai Sragi Sungai Sragi Baru Peta Daerah Aliran
ulang 25 tahun berpotensi Tengah sepanjang mendapatkan debit
Baru dengan kala ulang 25 dengan kala ulang Sungai (DAS)
melimpas. 7 km sebelum banjir rancangan
tahun? 25 tahun  Peta Topografi
Muara
Kabupaten Pekalongan 
Debit Banjir
Bagaimana kemampuan Rancangan Kala Ulang Melaukan analisis
Terjadi limpasan pada Sungai Sragi
penampang Sungai Sragi Melakukan uji 25 Tahun (Q25) Hidrolika dengan
Section Sungai Sragi Baru Kabupaten
Baru pada kondisi coba dengan aplikasi HEC-RAS
Baru karena penampang Pekalongan Jawa  Long Section dan
2 eksisting berdasarkan aplikasi HEC-RAS 5.0.7 sehingga
Sungai tidak mampu Tengah sepanjang Cross Section Sungai
debit banjir rancangan 5.0.7 pada tiap mengetahui Section
mengalirkan debit 7 km sebelum Sragi Baru
dengan kala ulang 25 section. Sungai yang
rancangan 25 Tahun Muara  Data Pasang Surut
tahun? melimpas.
Air Laut 
Debit Banjir
Melakukan Normalisasi dengan Rancangan Kala Ulang
Sungai Sragi Menentukan jenis
Bagaimana jenis normalisasi berupa perbaikan penampang 25 Tahun (Q25) 
Baru Kabupaten upaya normalisasi
normalisasi sungai yang perbaikan sungai dan tanggul
Pekalongan Jawa Elevasi Muka Air dengan pertimbangan
3 dilakukan untuk penampang sungai, urugan tanah dapat
Tengah sepanjang Banjir sungai Sragi Q25 tahun, dan
penanggulangan banjir dan tanggul menanggulangi banjir Baru berdasarkan hasil
7 km sebelum Elevasi Muka Air
Sungai Sragi Baru? dengan urugan yang terjadi pada sungai Anilisis Hidrolika
Muara banjir
tanah. Sragi Baru. menggunakan Aplikasi
HEC-RAS 5.0.7
67

Lanjutan Tabel 3.2


Matriks Penyelesaian Masalah
No Rumusan Masalah Pemecahan Masalah Hipotesis Tindakan Lokasi Studi Data Analisis Data
 Merencanakan
Melakukan perencanaan  Debit Banjir upaya normalisasi
berupa mengubah penampang Rancangan dengan pertimbangan
eksisting, menjadi penampang Sungai Sragi Kala Ulang 25 Q25 tahun, dan
Bagaimana bentuk Tahun (Q25) Elevasi Muka Air
ganda dengan melebarkan dan Baru
perencanaan banjir
mendalamkan sungai, dengan perencanaan yang Kabupaten
normalisasi sungai
memperhalus nilai kekasaran dilakukan, banjir pada Pekalongan  Long Section
4 yang dilakukan untuk
manning, merubah sungai Sragi Baru dapat Jawa Tengah dan Cross
penanggulangan  Melakukan
kemiringan memanjang sesuai ditanggulangi. sepanjang 7 Section Sungai
banjir Sungai Sragi analisis stabilitas
dengan kemiringan Km sebelum Sragi Baru 
Baru? lereng sungai
memanjang stabil dinamis, Muara  Data Pasang
dan mendirikan tanggul terhadap
Surut Air Laut
urugan tanah kelongosoran
 Data Jenis
Tanah 
 Debit Banjir
 Melakukan
Rancangan
analisis angkutan
Kala Ulang 25
sedimen dasar sungai
Sungai sragi akan Tahun (Q25)
mengalami agradasi dan Sungai Sragi  Long Section
Bagaimana pengaruh perubahan kemiringan Baru dan Cross  Melakukan
Melakukan analisis angkutan
sedimentasi terhadap memanjang sungai akibat Kabupaten Section Sungai prediksi perubahan
sedimen dasar sungai, dan
perubahan dasar proses sedimentasi, Pekalongan Sragi Baru dasar sungai dengan
5 memprediksi perubahan yang
sungai, dan sehingga perubahan yang Jawa Tengah hasil HEC-RAS 5.0.7
terjadi dengan HEC-RAS
kerawanan terjadinya terjadi mengakibatkan sepanjang 7 perencanaan
5.0.7
banjir kebali? adanya potensi Km sebelum  Data Pasang  Melakukan
kerawanan terjadinya Muara Surut Air Laut penanganan berupa
banjir. pengerukan dasar
 Data Material sungai agar kembali
Sedimen ke bentuk
perencanaan. 
Sumber: Hasil Penulisan 2021
68

Tabel 3. 3
Algoritma Perhitungan
NO Tahapan Analisa Data Metode yang digunakan
Data Hujan 1999- Metode Kurva Massa
1 Uji konsistensi data
2018 (20 tahun) Ganda
Data Hujan 1999- Uji Stasioner (Uji F dan Uji
2 Uji Homogenitas
2018 (20 Tahun) T)
Data Hujan 1999-
Analisis curah hujan 2018 (20 tahun) Metode Poligon Thiessen
3
rerata daerah Luas DAS Sragi
Baru
Analisis curah hujan Data Hujan 1999- Metode Log Pearson Type
4
rancangan 2018 (20 tahun) III
Uji Kesesuaian distribusi Data Hujan 1998- Uji Smirnov-Kolmogorof
5
hujan 2018 (20 tahun) Uji Chi-Kuadrat
Data Hujan 1999-
Pola Distribusi Hujan 2018 (20 Tahun)
6 Metode PSA-007
jam-jaman Koefisien Pengaliran
(c)
Data Hujan 1999-
2018 (20 Tahun)
Perhitungan Debit Banjir Luas DAS Sragi Hidrograf Santuan Sintetik
7
Rancangan Baru (HSS) Nakayasu
Kofisien Pengaliran
(C)
Debit Banjir
Rancangan Q25th
Long Section dan
Analisis Elevasi Muka Air Cross Section
8 HEC-RAS 5.0.7
Kondisi Eksisting Kofisien Manning
(N)
Data Pasang Surut
Air Laut
Data Jenis Tanah dan
hasil
perencanaan bentuk Metode Fellenius dan
9 Perhitungan Stabilitas
normalisasi Simplified Bishop
sungai yang
dilakukan
Diameter Butiran
Metode Meyer Petter
Perhitungan Angkutan Sedimen
10 Muller dan HEC-RAS
Sedimen Hasil Perencanaan
5.0.7
Normalisasi
Diameter Butiran
Prediksi Perubahan Sedimen HEC-RAS 5.0.7 dan
11
Kemiringan Dasar Sungai Hasil Perencanaan Manuak
Normalisasi
Sumber: Hasil Penulisan, 2021
69

3.4 Diagram Alir Pengerjaan

Gambar 3. 6 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir


Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
70

( Halaman ini sengaja dikosongkan )

Anda mungkin juga menyukai