Anda di halaman 1dari 6

KONSEPTUAL MODEL TENTATIF LAPANGAN PANAS BUMI

TANGKUBAN PERAHU,PROVINSI JAWA BARAT


Muhamad Ilham Akbar1*, Fajar Hendrasto1
1
Teknik Geologi, Universitas Trisakti, Jakarta

Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada daerah Tangkuban Perahu, Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat model panas bumi tentatif dari daerah penelitian, kemudian berdasarkan hasil analisis penampang magnetotelurik
dan peta geologi dilakukan interpretasi untuk menentukan daerah clay cap dan reservoir serta batuan penyusunnya.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah metode geologi, geokimia dan geofisika berupa metode magnetotelurik. Maka
dari itu berdasarkan data geologi serta pengolahan data magnetotelurik penulis dapat membuat suatu konseptual model pada
daerah Gunung Tangkuban Perahu dan Sekitarnya. Berdasarkan hasil interpretasi didapatkan hasil yang menyatakan bahwa
Formasi Kaliwangu (Pk) dengan litologi batulempung dan batupasir tufaan kemungkinan merupakan clay cap pada elevasi
500 meter dan reservoir kemungkinan terdapat tepat di bawahnya hingga elevasi -4000 meter. Akibat asosiasi sesar pada
daerah penelitian yaitu sesar lembang – tambakan, terbentuk struktur graben pada Kawah Domas. Diperkirakan top reservoir
berada pada elevasi -643.63 meter.

Kata-kata kunci : Sistem Panasbumi, Magnetotelurik, Konseptual Model, Tangkuban Perahu, dan clay cap

Abstract
This research was conducted in the Tangkuban Perahu area, West Java Province. The purpose of this study is to create a
tentative geothermal model of the study area, then based on the results of the analysis of the magnetoteluric cross section and
an geological map, an interpretation is made to determine the clay cap and reservoir area and its constituent rocks. The
research methodology used is the geological, geochemical and geophysical methods in the form of the magnetoteluric method.
Therefore based on geological data and magnetoteluric data processing, the writer can make a conceptual model in the
Tangkuban Perahu Mountain area and its surroundings. Based on the interpretation results, the results are stated that the
Kaliwangu Formation (Pk) with claystone lithology and tuffaceous sandstones may be a clay cap at 500 meters elevation and
the reservoir may be located directly below it to -4000 meters elevation. As a result of fault associations in the study area,
namely the lembang - pond fault, graben structures were formed in the Domas Crater. It is estimated that the top reservoir is
at an elevation of -643.63 meters.

Keywords: Geothermal System, Magnetotelluric, Conceptual Model, Tangkuban Perahu, and clay cap

*Penulis untuk korespondensi (corresponding author):


E-mail: ilhamakbaaar1998@yahoo.com
Tel: +6287875609698

I. PENDAHULUAN Oleh karena itu, saat ini pemerintah terus


Energi panas bumi merupakan salah satu sumber mendorong pengembangan potensi energi yang
energi masa depan. Salah satu pemanfaatan energi diklaim memiliki keuntungan ramah lingkungan ini
panas bumi di Indonesia adalah sebagai energi listrik agar dapat digunakan sebanyak mungkin serta
untuk penerangan. Namun, pengggunaan energi menjadi pemanfaatan yang baik bagi
panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik sangat keberlangsungan kehidupan masyarakat.
minim dan pemanfaatan energi panas bumi secara Sehubungan dengan hal tersebut maka salah satu
langsung masih belum optimal, sementara Indonesia aspek pendekatan yang dilakukan dalam penelitian
ditargetkan program pasokan listrik sebesar 35.000 ini adalah mencoba menyusun karya tulis yang
MW listrik. Berdasarkan berita media elektronik dipergunakan untuk membuat perencanaan
bahwa terdapat 40% cadangan panas bumi di pengambilan data resistivity dengan metode
Indonesia dari cadangan total dunia dan Indonesia magnetotelurik sebagai tahap awal pada daerah
merupakan negara yang memiliki cadangan panas penelitian yang dapat menghasilkan informasi
bumi terbesar di dunia. Kegiatan eksplorasi panas tentang geometri struktur bawah permukaan dan
bumi perlu dilakukan guna memenuhi kebutuhan resistivitas, serta data geokimia dan geologi sebagai
energi panas bumi. Menurut data yang dikatakan data pendukung pada daerah “Tangkuban Perahu
Kepala Subdit Pengawasan Eksplorasi & dan Sekitarnya” milik PT PLN Geothermal.
Eksploitasi Panas Bumi Kementrian ESDM
Indonesia, Budi Herdiyanto, di Indonesia
pemanfaatan panas bumi hanya mencapai sebesar
1948,5 MW, hanya 5% dari potensi yang dimiliki
saat ini atau 11% dari cadangan sebesar 11 GW.
II. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN konglomerat terdapat banyak fosil moluska. tufan
dan batu gamping berlapis baik.
III. TEORI DASAR
3.1 Metode Magnetotelurik
Magnetotelurik (MT) merupakan teknik
eksplorasi pasif yang memanfaatkan spektrum
lebar dari variasi geomagnet yang terjadi secara
alami sebagai sumber untuk induksi
elektromagnetik ke dalam Bumi. MT berbeda
dengan teknik geolistrik aktif yang mana sumber
arusnya diinjeksikan ke dalam tanah (Simpson &
Bahr, 2005).Metode MT adalah salah satu metode
elektromagnetik domain frekuensi yang
Gambar 1. Peta Geologi Daerah Penelitian memanfaatkan variasi alami medan magnet bumi
sebagai sumbernya. Variasi pada medan magnet
Berdasarkan Peta Geologi Reginal Bandung pada bumi alami tersebut menghasilkan interval
Gambar 1 (Silitonga, 1973), daerah penelitian frekuensi dari 0,001 Hz sampai dengan 10 Hz.
dibagi menjadi beberapa satuan batuan. Diurutkan Interval frekuensi MT yang lebar memberikan
satuan batuan atau stratigrafi dari muda ke tua kemampuan kepada kita untuk mempelajari sifat
adalah satuan Aluvium (Qa), Kolovium (Qc), Tuf kelistrikan bawah permukaan Bumi dari
Pasir (Qyd), Breksi dan Aglomerat (Qyb), Tuf permukaan hingga kedalaman yang lebih besar.
Berbatuapung (Qyt), Hasil Gunung Api Muda Tak Interval frekuensi yang lebar tersebut juga
Teruraikan (Qyu), Hasil Gunung Api Tua Tak mengartikan bahwa metode ini dapat mengatasi
Teruraikan(Qvu), Hasil Gunungapi Lebih Tua masalah lapisan overburden yang konduktif dan
(Qob), Formasi Citalang (Pt) dan Formasi memiliki penetrasi kedalaman yang besar.
Kaliwangu (Pk). Satuan batuan Aluvium (Qa) Metode MT mengukur medan listrik dan magnet
terdiri dari batu lempung, lanau, pasir dan kerikil, pada dua arah yang saling tegak lurus. Hal ini
terutama endapan sungai sekarang. Kemudian dapat memberikan informasi penting terkait
satuan batuan Kolovium (Qc) yang berasal dari electrical anisotropy di wilayah tertentu (Daud, et
reruntuhan pegunungan hasil gunungapi tua, berupa al., 2010) Medan elektromagnetik (EM) primer
bongkahan batuan beku antara andesit-basal, merambat menuju bumi yang dianggap sebagai
breksi, batu pasir dan lempung tuf. Satuan batuan konduktif, sedangkan udara bersifat resistif.
Tuf Pasir (Qyd) tuf berasal dari Gunung Dano dan Kemudian medan EM primer membentuk medan
Gunung Tangkuban Perahu (erupsi “C”, van EM sekunder di dalam Bumi (arus eddy terinduksi,
Bemmelen, 1934), tuf pasiran coklat sangat sarang, amplitudo dan fase gelombang berubah) (Gambar
mengandung kristal- kristal horenblenda yang 2). Total medan EM yang akan terukur oleh
kasar, lahan lapuk kemerah-merahan, lapisan- receiver pada alat MT adalah jumlah dari medan
lapisan lapili dan breksi. Satuan batuan Tuf primer dan sekunder (Unsworth, 2006).
Berbatuapung (Qyt) terdiri dari batu pasir tufan,
lapili, bom- bom, lava berongga dan kepingan-
kepingan andesit basal padat yang bersudut
dengan banyak bongkahan dan pecahan batuapung
berasal dari Gunung Tangkuban Perahu. Singkapan
satuan batuan Hasil Gunung Api Muda Tak
Teruraikan (Qyu) terdiri dari pasir tufan, lapili,
breksi, lava, aglomerat berasal dari Gunung
Tangkuban Perahu. Satuan batuan Hasil Gunung
Api Tua Tak Teruraikan (Qvu) terdiri dari breksi
Gunungapi, lahar dan lava berselang-seling. Serta
satuan batuan Hasil Gunungapi Lebih Tua (600m)
(Qob) yang terdiri dari breksi, lahar dan pasir tuf
berlapis-lapis dengan kemiringan yang kecil.
Formasi Citalang (Pt) (500-600m) yang berumur
Pliosen terdiri dari lapisan-lapisan napal tufan, Gambar 2. Fenomena penjalaran gelombang
diselingi oleh batu pasir dan konglomerat. Formasi elektromagnetik
Kali Wangu (600m) (Pk) berumur Pleistosen terdiri (Unsworth, 2006)
dari batupasir tufan, konglomerat, batulempung dan
terkadang lapisan-lapisan batupasir gampingan dan Medan elektromagnetik dibentuk oleh dua
batu gamping. Selain itu terdapat juga lapisan- sumber, yaitu lightning activity dan solar wind.
lapisan tipis gambut dan lignit. Pada batupasir dan Lightning activity merupakan fenomena
terjadinya petir yang menghasilkan frekuensi
lebih besar dari 1 Hz, sedangkan solar wind bagian atas kerak bumi. Panas tersebut dipindahkan
merupakan partikel bermuatan yang dipancarkan dari sumber panas menuju daerah resapan di
dari matahari yang menghasilkan frekuensi lebih permukaan (Hochstein dan Browne, 2000). Sistem
kecil dari 1 Hz (Gambar 3). panas bumi pada setiap daerah memiliki
karakteristik yang berbeda berdasarkan komposisi
kimia fluida panas bumi juga potensinya. Terdapat
4 komponen utama panas bumi (Saptadji, 2000)
yaitu:
1. Sumber Panas (Heat Source)
Sumber panas dari daerah panas bumi
merupakan suatu intrusi magma ke dalam
kerak bumi, memiliki temperatur berkisar
600°C sampai 900°C di kedalaman 7-9 km
oleh fluida dalam akuifer. Maka daerah panas
bumi pada umumnya terletak di daerah
Gambar 3. Fenomena lightning activity dan solar wind gunungapi (vulkanisme).
2. Fluida Panas Bumi
3.2 Resistivitas Fluida panas bumi dibedakan menjadi 3 tipe,
Resistivitas merupakan salah satu parameter yaitu:
geofisika yang berguna dalam upaya penyelidikan • Magmatic water, adalah air yang asalnya dari
sistem panas bumi. Perbedaan nilai resistivitas tiap magma, sejak magma menyatu dengan air
bagian komponen sistem panas bumi dapat meteorik atau dari material sedimen.
digambarkan sebagai suatu struktur resistivitas • Meteoric water, adalah air yang terdapat pada
bawah permukaan yang membantu permbuatan lingkungan atmosfera.
model konseptual sistem panas bumi. Komponen • Connate water, adalah “fosil” air yang
sistem panas bumi biasanya memiliki tatanan berhubungan dengan atmosfera diwaktu
geologi yang khas, aktivitas hydrothermal yang periode yang lama. Jenis air ini tertutup oleh
terjadi juga sangat mempengaruhi nilai resistivitas formasi batuan yang tebal di dalam cekungan
batuan di daerah panas bumi. Menurut Flovenz et al. sedimentasi.
(2005) struktur resistivitas sistem panas bumi akan 3. Reservoir Panas Bumi
bergantung pada parameter fisik seperti temperatur, Batuan reservoir adalah batuan yang dapat
porositas batuan, salinitas fluida hydrothermal, menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah
saturasi fluida dalam pori batuan dan nilai yang signifikan, memiliki porositas dan
konduktivitas antarmuka batuan (interface permeabilitas yang cukup baik, yang di mana
conductivity). Gambar 4 menunjukan hubungan keduanya sangat berpengaruh kepada
antara nilai resistivity dengan batuan yang dapat kecepatan dari sirkulasi fluida. Komposisi
membantu mencirikan batuan berdasarkan nilai kimia dari fluida hidrotermal juga berpengaruh
resistivitasnya, untuk clay cap biasanya memiliki pada batuan reservoir. Karena fluida
nilai resistivitas 1-10 Ohm m dan untuk reservoir hidrotermal akan mengalami suatu reaksi
biasanya memiliki nilai resistivitas yang lebih tinggi dengan reservoir yang merubah kimiawi dari
hingga mencapai 60 Ohm m. fluida tersebut.
4. Batuan Induk (Host Rock)
Batuan ini mengisi reservoir panas bumi dan
bereaksi dengan fluida panas bumi. Reaksi
akan batuan dapat menentukan komposisi
akhir dari air dan gas panas bumi, sehingga hal
ini sangat penting sebagai penerapan dari
geothermometer yang pasti.
5. Batuan Penutup (Cap Rock)
Batuan penutup pada sistem panas bumi
berfungsi sebagai menjaga panas yang berasal
dari reservoir tidak keluar ke permukaan.
Batuan ini memiliki ciri permeabilitas rendah,
tebal, dan berada di atas reservoir.
Gambar 4. Hubungan nilai resistivity dengan batuan
(Miensopust, 2010 adaptasi dari Palacky, 1987 dan
Pada daerah lapangan panas bumi terdapat beberapa
Marti, 2006) tipe klasifikasi panas bumi berdasarkan ketentuan
deskriptifnya. Pembagian ini berdasarkan liquid
3.3 Sistem Panas Bumi atau vapour dominated, temperatur tinggi atau
Sistem panas bumi merupakan suatu perpindahan rendah, batuan induk sedimen atau vulkanik, dan
dari panas secara alami di ruang yang terbatas pada lain-lain. Nicholson (1993) membedakan sistem
panas bumi berdasarkan dominasinya menjadi dua semakin konstan. Ketika bergerak, uap
sistem, yaitu : mengalami penurunan temperatur dan
1. Sistem Dominasi Air (Liquid Dominated terkondensasi lalu turun ke reservoir dalam
System) untuk bersirkulasi ulang. Karena gas yan tidak
Hampir pada semua sistem panas bumi mudah larut tetap terkondensasi pada fase uap
menunjukkan struktur aliran lateral daripada gas yang mudah larut, ketika terjadi
diakibatkan oleh gradien hidrolik yang begitu aliran lateral dan kondensasi kandungan kimia
kuat. Hal ini diakibatkan oleh relief yang tinggi dari uap akan berubah (Nicholson, 1993).
dengan lapisan dekat permukaan yang
permeabilitasnya rendah. Pendinginan melalui
konduksi dan pencampuran dari air tanah
menunjukkan kondisi kimia pada daerah
discharge (resapan). Bahkan pada relief yang
rendah (<250 m), termasuk ke dalam tipe
silicic volcanic terrain (contoh: Taupo
Volcanic Zone, New Zealand), aliran lateral
yang berada dekat permukaan dapat meluas
hingga beberapa kilometer. Di daerah relief
tinggi (>1000 m), aliran lateral meluas sampai
jarak 10-50 km (Nicholson, 1993).
Berdasarkan reliefnya sistem dominasi air
terbagi menjadi dua:
a) Relief Rendah Gambar 5. Model konseptual sistem panas bumi
Pada relief rendah dicirikan dengan dominasi air pada daerah relief rendah (Nicholson, 1993)
manifestasi mata air dan kolam air klorida
(Gambar 5). Fluida panas bumi dapat
mencapai permukaan yang sering dekat
dengan zona upflow, dikarenakan topografi
yang rendah. Aliran lateral dapat terbentuk,
namun tidak sebesar pada relief tinggi. Hal
ini karena relief yang rendah, mata air panas
klorida, mata air panas sulfat, mata air panas
bikarbonat, fumarol, dan steaming ground
sangat sering muncul secara berdekatan satu
sama lain (Nicholson, 1993).
b) Relief Tinggi
Pada relief tinggi terdapat pada busur
kepulauan dengan karakteristik gunungapi Gambar 6. Model konseptual sistem panas bumi
andesitik dan topografi yang terjal (Gambar dominasi air pada daerah relief tinggi (Nicholson, 1993)
6). Hal ini menyebabkan fluida klorida sulit
untuk mencapai permukaan. Aliran lateral
yang besar hingga sampai 10 km sangat biasa
terjadi pada sistem ini. Akibat dari jarak
pergerakan yang jauh menyebabkan fluida
klorida terlarut dengan air tanah dan air
permukaan atau mixing dengan air sulfat dan
uap kondesat. Fumarol, tanah beruap, dan
mata air panas asam-sulfat merupakan
penciri biasa yang keluar pada zona dekat
upflow (Nicholson, 1993).
2. Sistem Dominasi Uap (Vapour Dominated
Systesms)
Gambar 7. Model konseptual sistem panas bumi
Fumarol, steaming ground, dan mata air panas dominasi uap (Nicholson, 1993)
sulfat asam merupakan karakteristik dari zona
discharge pada sistem ini (Gambar 7). Uap IV. KETERSEDIAAN DATA DAN
(dengan gas) merupakan komposisi reservoir PEMBAHASAN
dari sistem ini. Reservoir pada sistem ini Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
memperlihatkan temperatur yang stabil di ke data primer berupa 1 buah penampang
dalaman 236°C. Tekanan pada reservoir Magnetotelurik. Data sekunder berupa peta sebaran
dikontrol oleh uap dan semakin dalam relatif manifestasi dan struktur. Gambar 8 menunjukan
sebaran manifestasi yang berjumlah 11 titik BD TL
manifestasi dan keterdapatan struktur geologi yang
salah satunya merupakan sesar lembang yang berada
pada daerah selatan daerah penelitian beserta
kelurusan.

Gambar 10. Penampang 1 Magnetotelurik (Akbar, 2019)

4.2 Konseptual Model Tentatif


Pembuatan konseptual model dibuat agar dapat
memudahkan pembaca memahami sistem
panasbumi yang ada pada daerah penelitian.
Pembuatan konseptual panasbumi yang dibuat oleh
penulis ialah berupa penampang 2D A-B dengan
Gambar 8. Peta sebaran manifestasi dan struktur orientasi yang sama dengan penampang 1 (Gambar
9). Penarikan garis penampang didasari oleh
4.1 Analisis Penampang Magnetotelurik keberadaan manifestasi panasbumi (hot spring),
Pengamatan penampang magnetotelurik dilakukan struktur, dan bentukan morfologi permukaan. Dasar
dengan membuat penampang dari peta stasiun tersebut penulis gunakan agar pembaca mudah
magnetotelurik. Dalam penelitian kali ini digunakan memahami sistem panasbumi yang ada pada daerah
penampang 1 karena diduga memiliki hasil yang penelitian. Pada daerah penelitian penulis
amat baik sehingga dapat di interpretasikan dan di keterdapatan manifestasi panasbumi seperti hot
korelasikan dengan peta geologi (Gambar 9). Warna spring, mencerminkan bahwa terdapat sistem
hijau di bagian paling bawah diinterpretasikan panasbumi pada daerah penelitian. Kemunculan
berupa zona reservoir berdasarkan nilai manifestasi ini dikontrol oleh sesar turun Lembang
resistivitasnya dan keberadaannya diperkirakan yang melewati daerah penelitian penulis.
hingga elevasi -4000 meter, sedangkan warna merah Gambar 11 menunjukkan pada bagian barat daya
hingga kuning di interpretasikan sebagai clay cap dari penampang diperkirakan merupakan Recharge
karena memiliki nilai resistivitas yang rendah senilai Zone dimana air hujan turun dan meresap kedalam
1-10 Ohm m. Warna biru di atas diperkirakan berupa batuan menjadi Recharge Water kemudian mengisi
manifestasi dikarenakan memiliki nilai resistivitas reservoir. Panas yang dihasilkan oleh heat source
yang amat tinggi (Gambar 10). membuat fluida air panas bergerak ke atas ke daerah
yang memiliki tekanan lebih rendah namun fluida
air panas tersebut ditahan oleh clay cap sehingga
fluida air panasnya tidak leaking. Struktur patahan
pada daerah penelitian membuka jalur untuk fluida
air panas keluar sehingga menghasilkan manifestasi.
Berdasarkan analisis geologi dengan
menyebandingkan penampang geologi dengan
penampang MT maka di dapatkan hasil yang
menyatakan bahwa Formasi Kaliwangu (Pk) dengan
litologi batulempung dan batupasir tufaan
kemungkinan merupakan clay cap pada elevasi 500
meter dan reservoir kemungkinan terdapat tepat di
Gambar 9. Penentuan penampang serta stasiun yang bawahnya hingga elevasi -4000 meter. Akibat
dikenai (Akbar, 2019) asosiasi sesar pada daerah penelitian yaitu sesar
lembang – tambakan, terbentuk struktur graben pada
kawah domas.
2. Daud, Yunus. 2010. Diktat Kuliah : Metode
Magnetotelluric (MT). Laboratorium Geofisika,
FMIPA,Universitas Indonesia.
3. Flovenz, O.G., Spangenberg, E., Kulenkampff,
J., Arnason, K., Karlsdottir, R., Huenges, E.
2005. The Role of Electrical Interface
Conduction in Geothermal Exploration.
1 Proceedings: World Geothermal Congress.
0 Antalya.
4. Hochstein,M.P. dan Browne, P.R.L. 2000.
- Surface Manifestation of Geothermal Systems
with Volcanic Heat Sources. In Encyclopedia of
- Volcanoes, H.Sigurdsson, B.F. Houghton, S.R.
McNutt, H. Rymer dan J. Stix (eds.), Academic
Press.
5. Miensopust, M.P. 2010. Multidimensional
magnetotellurics: a 2D case study and a
Gambar 11. Model tentatif panas bumi daerah penelitian approach to simultaneously invert for resistivity
(Akbar, 2019) structure and distortion parameters. Ph.D thesis,
Dublin Institute for Advanced Studies &
V. KESIMPULAN National University Ireland Galway.
Dari analisis interpretasi geologi didapatkan struktur 6. Nicholson,K.1993. Geothermal Fluids:
geologi yang salah satunya berupa Sesar Lembang Chemistry and Exploration Techniques.
dan kelurusan. Litologi yang mendominasi Springer-Verlag. Berlin.
merupakan Endapan Vulkanik Kuarter. Formasi 7. Saptadji,N.M. 2000. Teknik Panas Bumi,
Kaliwangu (Pk) dengan litologi batulempung dan Departemen Teknik Perminyakan FIKTM, ITB
batupasir tufaan kemungkinan merupakan clay cap 8. Silitonga. 1973. Peta Geologi Regional Lembar
pada elevasi 500 meter dan reservoir kemungkinan Bandung. Geological Survey of Indonesia.
terdapat tepat di bawahnya hingga elevasi -4000 9. Simpson, F. dan Bahr,K. 2005. Practical
meter. Akibat asosiasi sesar pada daerah penelitian Magnetotellurics, Cambridge University Press,
yaitu Sesar Lembang – Tambakan, terbentuk Cambridge.
struktur graben pada Kawah Domas. 10. Unsworth. 2006. Overview of Electromagnetic
Exploration Methods.Geophysics.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Yudistian Yunis M. Eng sebagai
Direktur PT. PLN Gas & Geothermal yang telah
mengizinkan penulis untuk menggunakan data
perusahaan serta membimbing penulis dalam
penulisan tugas akhir.
2. Ibu Mira Meirawaty S.T., M.T. sebagai
pembimbing akademik yang banyak
memberikan saran kepada penulis layaknya ibu
di kampus.
3. Keluarga penulis yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan penuh untuk penulis.
4. Chandra Falqahiyah Akhmad yang selalu
memberikan dukungan baik secara materi
maupun moral.
5. Rekan-rekan Geologi 2015

DAFTAR PUSTAKA
1. Akbar, M.I., 2019. Penyusunan Konseptual
Model Panas Bumi Dengan Metode
Magnetotelurik Pada Daerah “Tangkuban
Perahu dan Sekitarnya”, Provinsi Jawa Barat.
Skripsi, Universitas Trisakti, tidak
dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai