Dari hasil penelitian dilapangan serta analisa laboratorium dan studio maka dihasilkan
data-data geologi berupa stratigrafi daerah penelitian yang meliputi litologi, umur,
dengan hasil interpretasi dan penafsiran, pada akhirnya dapat dibuat suatu sintesis geologi
daerah penelitian yang menggambarkan sejarah geologi pada suatu kerangka ruang dan
waktu.
Penentuan sejarah geologi daerah penelitian juga mengacu pada sejarah geologi
terbentuknya Formasi jampang (anggota ciseureuh), dan Formasi cibodas secara umum.
Formasi ciseureuh diketahui sebagai anggota dari formasi jampang yang berisikan aliran lava
sebagai pencirinya ( Sukamto, 1975 ) dimana formasi jampang secara kesuluruhan dicirikan
dengan produk-produk vulkaniknya dan di dominasi dengan batuan breksi vulkanik yang
masif dan tebal ± 800m (sukamto, 1975). Pembentukan Fomasi jampang ini juga merupakan
akibat dari perkembangan tektonik pada kala oligosen akhir-miosen awal dimana pada kala
ini terjadi perlipatn-perlipatan dengan arah timur laut-baratdaya serta pada bagian tengah di
dominasi dengan adanya gerak-gerak vertikal yang diikuti oleh aktivitas vulkanik (spreading)
(Baumann dkk, 1973). Aktivitas vulkanisme jampang juga di picu oleh pembentukan busur
vulkanik ganda di sepanjang selatan jawa sebagai akibat dari adanya penunjaman dari
permukaan laut yang salah satunya ditandai oleh Formasi ciseuruh ini (Husein, 2013). Hal
tersebut menjadi penyebab kenapa lava ciseureuh ada yang memiliki struktur bantal pillow.
Dari data-data geologi yang meliputi litologi, umur, lingkungan pengendapan, serta
pola struktur dan mekanisme pembentukannya, maka dapat disusun sejarah geologi daerah
penelitian. Sejarah geologi daerah penelitian dimulai sejak Kala Miosen awal hingga
Holosen.
Pada kala Miosen awal dimulai dengan pembentukan satuan lava andesit ciseureuh.
Yang dimana pembentukan satuan ini merupakan produk vulkanisme akibat spreading karena
adanya bukaan akibat tektonik yang berlangsung pada pada masa oligosen akhir – miosen
awal, juga pembentukana magmatisme akibat adanya subdaksi antara lempeng hindia-
australia dengan lempeng eurasia. Lava andesit ciseureuh terbentuk di 2 lingkungan yaitu
darat dan transisi – laut dangkal hal ini ditunjukan dari struktur lava yang dijumpai di
lapangan menunjukan 2 jenis berbeda dimana ada yang menunjukan pola membantal disertai
kekar radier dan glassy skin dan di tempat lain tidak menunjukan struktur tersebut.
seiring dengan terjadinya kegiatan tektonik yang sangat besar pada kala miosen tengah
berupa pengangkatan daerah selatan jawa barat termasuk di daerah penelitian, hal ini di
buktikan dengan tidak ada nya dijumpai pengendapan batuan pada umur miosen tengah
sehingga terbentuknya bidang erosional pada daerah penelitian hal ini di buktikan dengan di
jumpainya singkapan breksi tipis akibat dari proses erosional pada bagian atas satuan lava
andesit ciseureuh.
Selanjutnya pada kala miosen akhir pada daerah penelitian formasi cibodas mulai
terjadinya genang laut membuat daerah penelitian berubah kondisi menjadi laut dangkal, hal
ini di tunjukan dengan terbentuknya beberapa spot batu gamping terumbu yang di jumpai di
daerah penelitian hingga pada awal pliosen akhir (N18-N19) daerah penelitian di dominasi
dengan pembentukan Satuan Kalsilutit yang penyebarannya luas dan tebal sehingga sangat
Pada kala Pliosen akhir ini juga di endapkan secara selaras satuan tuf formasi bentang
dimana satuan ini di endapkan di lingkungan transisi yang di sebagian tempat dari data
Gambar 2.20. Interpretasi model perkembangan sedimentasi di daerah penelitian pada masa
miosen akhir – pleistosen (dimodifikasi dari Agus, 2017)
Selanjutnya pada misosen akhir awal ini juga Terbentuk Satuan Breksi Andesit
Kumbang yang tak lain juga bersumber dari aktivitas vulkanisme kumbang yang sangat aktif
pada masa pliosen awal, Satuan Breksi Andesit Kumbang sendiri Terbentuk oleh endapan
Lahar dari produk gunung api kumbang dan terendapkan pada daerah medial – distal di
lingkungan darat-transisi.
Selain dari penurunan muka air laut serta terjadinya pengangkatan cekungan, pada
masa akhir dari awal pliosen kegiatan eksogenik sangat intensif hal ini di tunjukan dengan
terbentuknya Satuan Batupasir Tuffan Tapak yang merupakan batuan yang terbentuk dari
hasil reworking batuan vulkanisme kumbang pada masa awal pliosen. Pada pliosen tengah
kegiatan vulkanisme kumbang berangsur melemah hal ini di tunjukan dengan terbentuknya
satuan Batulempung Kalibiuk yang merupakan satuan batulempung yang terbentuk pada
daerah rawa ditandai dengan produknya yaitu batu lempung hitam dan di jumpai adanya
lignit yang menunjukan bahwa satuan ini terbentuk pada system air permukaan yang tenang
dan closure. Selanjutnya pada daerah penelitian tidak di jumpai adanya batuan yang mewakili
masa pliosen akhir, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada masa ini proses eksogeniklah
yang mendominasi sehingga ada rumpang waktu yang terjadi dimana didaerah penelitian di
Pada kala Plistosen ditandai dengan reaktivitas busur vulkanik Serayu Utara, dengan
serangkaian aktivitas vulkanik darat (Husein, 2013). Pada kala ini juga kemungkinan terjadi
dimana ditemukannya Litologi endapan laharik dari gunung api kwarter yaitu Satuan
Endapan Lahar Lingggopodo yang merupakan produk dari kegiatan vulkanisme gunung
slamet tua.