TINJAUAN PUSTAKA
Lokasi penelitian ini termasuk dalam lower Kutai Basin. Lokasi ini
termasuk dalam sistem delta, dan dibatasi oleh tinggian Kuching pada
bagian utara, juga laut pada bagian timur.
1
1.1.2 Geologi Regional
2
terbentuknya graben disepanjang patahan ekstensi pada pulau Kalimantan
yang berarah timur laut – barat daya (NE-SW). Selama proses rifting
berlangsung juga terjadi fase subduksi antara kerak samudara indo-
australia yang menujam pada kerak sunda. Proses ini yang membentuk
pegunungan yang ada pada daerah Kutai, disebelah barat pegunungan kutai
tersebut merupakan forc arc basin. Cekungan Kutai sendiri terbentuk oleh
proses pemekaran yang melibatkan pemekaran selat Makasar bagian
utara dan Laut Sulawesi yang terjadi pada Eosen Tengah. Selanjutnya
terbentuknya sejumlah half graben dari terjadinya fasa ekstensi regional
yang terjadi pada Eosen Akhir. Pada Eosen Tengah-Eosen Akhir ini juga
Half graben yang terbentuk ini terisi dengan cepat oleh endapan syn-rift
dengan variasi dari beberapa fasies litologi. Fase akhir yaitu tektonik
inversi terjadi pada Miosen Awal, menyebabkan pengangkatan pada pusat
cekungan yang terbentuk selama Eosen dan Oligosen, sehingga
cekungan mengalami pendangkalan. Masa Inversi ini terus berlanjut dan
mempengaruhi cekungan selama Miosen Tengah dan Pliosen. Inversi
tersebut dan mempengaruhi daerah yang terletak di bagian timur
Cekungan Kutai, sehingga mempercepat proses progradasi delta
(Allen dan Chambers, 1998).
1.1.3 Stratigrafi Cekungan Kutai
3
Bebulu, Kelompok Balikpapan, Kelompok Kampung Baru, Kelompok
Mahakam yang terlihat seperti Gambar 2.3.
a. Endapan Paleogen
4
Cekungan Kutai memiliki batuan dasar yang tersusun atas asosiasi
batuan mafik dan sedimen dengan tingkat metamorfisme yang berbeda.
Batuan dasar vulkanik yang dilaporkan tersingkap di Sungai Mahakam
merupakan hasil aktivitas vulkanik pada Eosen Awal-Tengah. Batuan
sedimen Tersier tertua pada stratigrafi Cekungan Kutai adalah terdiri dari batu
serpih, lanau, dan batupasir sangat halus. Batuan-batuan tersebut mengandung
foramina feraplanktonik yang berumur Eosen Tengah. Pada beberapa lokasi,
formasi ini berasosiasi dengan batuan vulkaniklastik (daerah Mangkalihat)
dan aliran Lava (ketebalan 1.400meter). Pada batas Eosen Tengah-Akhir, fase
regresi ditunjukan oleh terjadinya pembajian lapisan sedimen klastik yang
diikuti oleh endapan laut berumur Eosen Akhir hingga Oligosen Awal.
b. Endapan Oligosen Akhir-Miosen Tengah
Pengendapan sedimen pada Oligosen Akhir-Miosen Tengah terdiri dari
sikuen tunggal dan beberapa terdiri dari dua siklus transgresi dan regresi.
Ketidak selarasan ini diakibatkan oleh fase tektonik yang secara intensif
mempengaruhi struktur batuan di daerah dan membentuk keadaan Cekungan
Kutai saat ini. Pengendapan dimulai pada Oligosen Akhir yang ditandai
dengan pengendapan klastik yang berubah secara berangsur menjadi serpih
dan batu lumpur dari Formasi Pamaluan, yang diikuti oleh pengendapan
batuan karbonat dari Formasi Bebulu dan pada akhir pengendapannya
diendapkan serpih napal dan batu lanau dari Formasi Pulau Balang yang
berumur Miosen Awal-Tengah. Formasi Pamaluan yang tersusun atas sikuen
serpih-batu lanau dengan ketebalan mencapai 1000 meter. Formasi Pamaluan
berubah secara berangsur menjadi batu gamping dari Formasi Bebulu, yang
membentuk suatu paparan di Cekungan Kutai bagian dalam dengan ketebalan
100-200m. Formasi bebulu(bebulu grup) ini menjadi batas bawah formasi dari
penelitian ini. Formasi Bebulu secara selaras tersuksesi oleh Formasi Pulau
Balang yang terdiri dari batu lumpur-serpih dengan perlapisan batu gamping
dan batupasir dengan ketebalan berkisar 1.500 meter.
c. Endapan Miosen Tengah-Miosen Akhir.
Kelompok batuan yang dinamai Grup Balikpapan pada umur ini
umumnya tersusun sangat kompleks dan masih membingungkan. Bagian
bawah dari kelompok batuan ini tersusun atas batuan klastik Formasi
5
Mentawir dan dapat dibedakan dari bagian atasnya yang tersusun atas serpih-
karbonat Formasi Mentawir. Batupasir Formasi Mentawir memiliki ciri
litologi masif, berbutir halus-sedang,berlapis dengan serpih, lanau,dan
batubara. Ketebalan unit batuan ini kurang lebih 450 meter. Secara selaras
Grup Balikpapan ini ditutupi oleh Formasi Klandasan, yang tersusun atas
serpih,napal dan karbonat. Ke arah barat, Formasi Klandasan semakin intensif
tererosi. Batu pasir basal dengan ketebalan 1000 meter berubah secara
berangsur menjadi lanau dan serpih. Formasi Klandasan dengan interval
karbonat dikenal dengan Formasi Meruat, yang berangsur ke arah basinward
menjadi napal.Formasi Sepinggan menutupi Formasi Klandasan secara
selaras. Formasi Sepinggan disusun oleh sikuen serpih-batu lumpur dengan
ketebalan kurang lebih 1.000 meter. Di daerah Runtu-Agar dan Sangatta,
interkalasi batu pasir sangat halus dan batubara mencirikan endapan delta
bagian distal dari bagian timur kompleks delta prograding yang menyatu
dengan klastik anggota Grup Balikpapan. Sikuen ini dikenal dengan Formasi
Sangatta(batubaraan) dengan ketebalan mencapai 2.200 meter.Pada Miosen
Tengah hingga Miosen Akhir, siklus sedimentasi ditutup oleh regresi pada
Miosen Akhir, yang diindikasikan oleh pembajian klastik yang membentuk
bagian dari Formasi Kampung Baru.
d. Endapan Pliosen dan Kuarter
Formasi Kampung Baru dapat dikenali pada area tepi pantai di daerah
tenggara dari Cekungan Kutai (daerah Balikpapan), yang secara tidak selaras
menutupi Formasi Balikpapan. Formasi ini tersusun atas batupasir, batu lanau
dan serpih yang kaya akan batubara. Klastik yang lebih kasar umumnya lebih
banyak terdapat pada bagian bawah dari formasi ini dengan ketebalan 30-120
meter. Batupasir ini membaji ke arah timur menjadi unit serpih seluruhnya.
Unit klastik pada bagian atas lapisan ini merupakan sebuah bukti transgresi
pada pliosen awal ke arah basinward unit ini bergradasi menjadi fasies
karbonat (Batu gamping Sepinggan).
2.2 Teori Gelombang
6
gelombang elastik yang merambat di bawah permukaan bumi yang mana
akan ditangkap oleh reciever atau geophone. Sumber getaran ditimbulkan
oleh ledakan dinamit atau sejenisnya yang ditempatkan pada titik penelitian,
gelombang yang dihasilkan akan menyebar ke segala arah yang kemudian
direkam oleh geophone sebagai fungsi waktu. Data yang terekam oleh
receiver tersebut merupakan waktu tempuh (travel time) gelombang pantul,
yang akan memberikan informasi kecepatan rambat gelombang pada lapisan
betuan tersebut. Pada gelombang seismik, variabel yang dapat dimanfaatkan
adalah frekuensi, amplitudo dan fasa gelombang.
Gelombang seismik didapatkan dengan cara membuat getaran dari
sumber getar, getaran tersebut merambat ke segala arah di bawah permukaan
bumi. Gelombang yang datang mengenai lapisan batuan yang akan
mengalami pemantulan, pembiasan dan penyerapan. Respon batuan
terhadap gelombang yang datang akan berbeda tergantung pada sifat fisik
batuan yang seperti densitas, porositas, umur batuan, kedalaman batuan, dll.
Kemudian hasil dari respon tersebut akan dihasilkan bentuk penampakan
dari bawah permukaan. Gelombang seismik dapat dibagi menjadi 2 yaitu
body wave dan surface wave seperti pada Gambar 2.4.
Gelombang dibagi menajadi dua yaitu body wave (tubuh) dan surface
wave (permukaan). Body wave dapat berpropogasi ke bagian interior dari
medium, sedangkan surface wave terkonsentrasi sepanjang permukaan
medium.
7
2.2.1 Body Wave
8
amplitudo yang besar, dan menjalar akibat adanya efek free Surface di-
mana terdapat perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008). Gelombang
permukaan terbagi 2 lagi seperti yang terlihat pada Gambar 2.6 dan
Gambar 2.7.
(b)
Gambar 2. 7 Gerakan partikel dari gelombang Love (Veeken,
2007)
9
2. Gelombang love (love wave), gerakan partikelnya sejajar dengan
permukaan. Gelombang love lebih cepat daripada gelombang
rayleigh dan lebih cepat sampai di seismograf.
2.3 Refleksi Seismik
Sini Sint
(2.2)
v1 v2
di mana :
i = Sudut datang wavefront.
t = Sudut transmisi energi gelombang medium isotropis.
(2.4)
10
Gambar 2. 8 Gelombang akustik suara yang dipengaruhi oleh
interface antara kecepatan dan densitas antara dua lapisan yang
memiliki kontras impedansi akustik (Veeken, 2007)
2v2 1v1
R (2.3)
2v2 1v1
Tidak semua energi yang terefleksikan kembali lagi ke permukaan,
beberapa ditransmisikan ke level yang lebih dalam, berikut merupakan
persamaannya:
Rtrans = 1 – R (2.4)
11
2.4 Komponen Seismik Refleksi
12
𝐴𝑟
KR = (2.6)
𝐴𝑑
2 v2 1v1
KR (2.7)
2 v2 1v1
di mana :
KR : Koefisien Refleksi
AI : Impedansi Akustik
ρ1 : Densitas lapisan 1
v1 : kecepatan gelombang lapisan 1
ρ2 : Densitas lapisan 2
v2 : kecepatan gelombang lapisan 2
2.4.3 Trace Seismik
13
2.4.4 Wavelet
Wavelet merupakan suatu gelombang mini yang mana memiliki
komponen-komponen seperti nilai amplitudo, frkuensi dan fasa
(Abdullah, 2007). Pada dasarnya bentuk dari wavelet dapat dilihat
seperti Gambar 2.7
14
gelombang seismik yang direkam, maka dilakukan pendekatan bentuk
polaritas yang berbeda yaitu polaritas normal dan polaritas terbalik
(reversed). Meskipun polaritas hanya mengacu pada perekaman dan
konvensi tampilan dan tidak mempunyai makna khusus tersendiri, dalam
rekaman seismik, penentuan polaritas sangat penting. Saat ini terdapat
dua jenis konvensi polaritas yaitu Standar Society of Exploration
Geophysicists (SEG) dan Standar Eropa, yang terlihat seperti Gambar
2.8,
15
menunjukkan kontras densitas dan kecepatan yang cukup.
Perkalian antara densitas dan kecepatan akan menghasilkan
impedansi akustik pada sebuah lapisan. Nilai dari refleksi tidak
hanya berhubungan dengan kontras densitas dan kecepatan tetapi
juga bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut:
- Bentuk asli dari wavelet seismik yang menjadi input.
- Frekuensi dan bandwidth dari data perekeman.
- Filtering
- Interval kecepatan pada batuan.
Resolusi seismik deibedakann menjadi dua yaitu resolusi vertikal dan
resolusi horizontal.
16
2.4.6.2 Resolusi Horizontal
17
seismik refleksi memungkinkan untuk dilakukannya penerapan
langsung konsep geologi berdasarkan kenampakan stratigrafi dari
rekaman tersebut.
2.5.1 Analisa Sekuen Seismik
18
2.5.2 Batas-batas Sekuen
Terdapat dua jenis batas sekuen pada benda geologi yaitu batas
bawah dan batas atas yang kemudian istilah benda geologi tersebut disebut
dengan batas sekuen seismik. Berdasarkan bentuk data seismik, batas
sekuen terbagi menjadi 5 ( Gambar 2.13)
19
laut dalam akibat sedimentasi yang perlahan dan pada channel yang
tererosi akibat low energy fill. Batasan seismik dengan bentuk downlap
diakibatkan oleh sedimentasi yang cukup intensif biasanya menandakkan
adanya peurunan muka air laut, sedangkan concordan menagambarkan
sedimentasi yang seragam atau selaras.
2.5.3 Analisis Fasies Seismik
20
Parallel merupakan jenis tekstur internal yang disebabkan oleh
pengendapan sedimen dengan rate yang seragam (uniform rate), atau
pada paparan (shelf) dengan subsiden yang uniform atau sedimentasi
pada stable basin plain. Sub parallel merupakan jenis tekstur yang
terbentuk karena adanya zona pengisian atau pada situasi yang
terganggu oleh arus laut. Wavy parallel terbentuk akibat lipatan
kompresi dari lapisan parallel diatas permukaan diapir atau sheet drape
dengan endapan berbutir halus. Divergen merupakan terbentuk akibat
permukaan yang miring secara progresif selama proses sedimentasi.
Chaotic terbentuk diakibatkan oleh pengendapan dengan energi tinggi
(mounding, cut dan fill channel) atau deformasi setelah proses
sedimentasi (sesar, gerakkan overpressure shale,dll). Reflection Free
biasanya ditemukan pada batuan beku, kubah garam, interior reef
tunggal.
2.6 Atribut seismik
21
Gambar 2. 15 Klasifikasi Atribut seismik (Brown, 1999)
22
Atribut ini didapatkan dari besar sudut di mana tangennya adalah amplitudo
kwadratur sesaat dibagi amplitudo rill sesaat (Sukmono dan Abdullah,
2001).
2.6.3 Number of zero crossing
Atribut ini merupakan klasifikasi dari atribut frekuensi, digunakan
untuk menghitung jumlah dari zero crossing. Atribut ini didapatkan dari
jumlah semua zero crossing dalam suatu window analisis. Atribut ini
umumnya digunakan untuk melihat perbedaan fasies pada suatu daerah.
23
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
24