Anda di halaman 1dari 5

Nama : Deny Nofriyansyah

Nim : 20080050
Mata Kuliah : Teknik Eksplorasi

Dinamika dan Tatanan Tektonik


Indonesia dikenal sebagai wikayah yang mempunyau tatanan geologi yang unik dan
rumit. Keunikan dan kerumitan kondisi geologi ini sudah banyak diuraikan oleh para
peneliti terdahulu dengan berbagai pendekatan konsep tektonik klasik. Konsep tektonik
klasik adalah konsep yang berpandangan bahwa terbentuknya geosiklin sampai
pegunungan terjadi pada tempat yang tetap.
Namun pada dasarnya konfigurasi tektonik Indonesia saat ini merupakan
representasi dari hasil pertemuan konvergen tiga lempeng sejak zaman Neogen. Pola dan
perkembangan tektonik Indonesia terjadi lebih mudah dipahami dengan menerapkan pola
pemikiran tektonik yang baru, yaitu berdasarkan pola pemikiran konsep tektonik mobilist,
antara lain konsep pengapungan benua, konsep tektonik lempeng atau konsep tektonik
global.
Tatanan tektonik adalah sebuah tatanan terhadap dinamika bumi yang memuat tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka
bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng.
1. Fore Arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau
sering di sebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun
di laut.
2. Volcanic Arc merupakan jalur pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki topografi.
3. Back Arc merupakan bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif
paling stabil dengan topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat
sedimentasi.
Sumatera dalam tatanan tektonik Indonesia berada pada zona konvergensi antara
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia yang mengakomodasi terbentuknya
Sumatran Fault Zone (SFZ), Zona Subduksi, serta Sesar Mentawai. SFZ merupakan sesar
aktif dengan jenis pensesaran berupa sesar geser menganan (strike-slip dextral) dengan
panjang sekitar 1900 km yang membentang dari Laut Andaman hingga Selat Sunda
Aktivitas Tektonik
Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona
subduksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal, yang akan
membentuk pegunungan lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan jalur
gempa bumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga
berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung (parit), cekungan
busur muka, cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang. Pada jalur
gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan tembaga,
sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit. Setiap wilayah tektonik
memiliki ciri atau indikasi tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun
kegempaanya.
Lempeng – lempeng tektonik ini dapat bergerak relative terhadap suatu tempat yang
tetap pada lapisan mantel dan pergerakan relative antara satu lempeng tektonik dengan
lempeng lainnya, baik divergen, konvergen dan transform. Pergerakan lempeng-lempeng
tektonik ini disebabkan karena adanya aliran konveksi. Contohnya pada Indonesia yaitu
lempeng India-Australia bergerak ke utara, lempeng Pasifik ke Barat sedangkan Eurasia
relative diam.
Pergerakan lempeng tektonik ini bisa terjadi karena kepadatan relative litosfer samudra
dan karakter astenosfer yang relative lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai
sumber asli dari energi yang menggerakan lempeng tektonik. Pada waktu pembentukannya di
mid oceanic ridge, litosfer samudra pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari
astenosfer sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya
pendinginan dan penebalan.
Teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya pergerakan lempeng-
lempeng tektonik ini adalah teori seafloor spreading yang menjelaskan bahwa daerah di
punggung tengah samudera terjadi pembumbungan arus konveksi (upwelling) dan sekaligus
membentuk kerak benua dan kerak samudra. Kerak samudra yang baru terbentuk tersebut
selanjutnya bergerak secara lateral menjauh dari pusat erupsi. Di daerah palung, kerak samudra
selanjutnya kembali tenggelam atau masuk ke dalam mantel sejalan dengan tenggelamnya arus
konveksi (down welling). Arus konveksi bergerak ke mantel atas melalui bagian tengah dari
kerak benua dan lama-kelamaan membentuk zona pemekaran antar benua.
Gambar 1. Lempeng Tektonik Penyusun Sumatera

Gambar diatas menunjukkan lempeng tektonik penyusun sumatera dimana pada pulau
sumatera penyusunnya diantaranya adalah sebagai berikut:
Nicobar Fan (Kipas Nicobar)
Sunda Trench
Ridge
Forearc Basin
Toba Caldera
Backarc Basin
Gambar 2 Peta Struktur Sumatera

Struktur pulau sumatera mengindikasikan adanya kerak bumi yang patah, retakan
ini diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi, retakan ini dapat menyimpan fluida dan
endapan. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akibat tatanan
tektonik di pulau sumatera beberapa sumberdaya yang dapat diidentifikasi adalah sebagai
berikut.
1) Minyak bumi, identifikasi kemungkinan adanya minyak bumi di wilayah sumatera
didasarkan pada gambar 1 dimana, pada gambar tersebut di pulau sumatera terdapat
cekungan baik itu forearc basin maupun backarc basin, dengan adanya cekungan ini yang
merupakan daerah sedimentasi dapat menyebababkan minyak bumi tertampung di daerah
cekungan tersebut
2) Batubara, identifikasi adanya batubara juga dapat disasarkan pada gambar 1 yaitu lempeng
tektonik penyusun sumatera pada dearah basin, dimana batubara ini dapat terbetuk didaerah
tersebut, dilihat pada gambar 2 bahwa pada daerah basin sedimentary dapat terbentuknya
batubara dan minyak bumi
3) Dilihat pada gambar 3 bahwa, akibat adanya aktivitas tektonik ini membuat banyaknya
struktur pada pulau sumatera, hal ini dapat berpotensi adanya sumber panas bumi
4) Mineral, dapat diketahui bahwa daerah sumatera merupakan daerah yang dilalui oleh jalur
cincin api atau ring of fire, dimana didaerah dengan kondisi seperti ini merupakan tempat
mineral biasnya terbentuk

Sumber
http://cahyageo.blogspot.com/2013/05/tatanan-tektonik-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai