Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan bahan galian industri dimana
sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
pemasukan devisa yang besar bagi negara. Bahan galian adalah bijih (ore),
mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara
(coal). Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral
processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh
produkta bahan galian yang bersangkutan.
Teori tektonik lempeng mampu menerangkan asal usul keberadaan
magmatisma, tektonik aktif baik di darat maupun di laut secara sistimatis dan
teratur. Hamilton (1989) meng-ungkapan, berdasarkan integrasi data geofisika dan
geologi permukaan maupun bawah laut seperti: peta batimetri (Mammerickx et
al., 1976), sifat thermal (Anderson et al., 1978), gempa, dan peta tektonik
skematik (Hayes & Taylor, 1978), struktur kerak (Hayes et al., 1978), isopach
sedimen (Mrozowski & Hayes, 1978), free-air gravity (Watts et al., 1978),
anomali-anomali magnetik (Weissel & Hayes, 1978), dan pergerakan lempeng-
lempeng regional (Hamilton, 1978; Tapponnier et al., 1982) dari berbagai sistem
di wilayah Indonesia yang merekam interaksi antara tiga lempeng besar dan
lempeng-lempeng yang lebih kecil, maka tektonik di Indonesia menyediakan data
dan berbagai contoh dari produk dan pro-ses pertemuan lempeng jenis kon-
vergen.
Indonesia merupakan kepulauan yang dinamik yang terbentuk akibat
pertumbuhan 3 lempeng Lempeng Eurasia, Lempeng India-australia dan lempeng
pasifik. Pergerakan tektonik convergence, spreading, subduction, obduction,
collision dll di selanjutnya diikuti oleh proses intrusi magmatik, pembentukan
batuan piroklastik dan batuan sediment seiring pembentukan volcano magmatik
arc. Busur kepulauan Indonesia yang juga bias didefinisikan sebagai Cenozoic
volcano plutonic arc memiliki bentangan sepanjang 9000 km dan sebagian besar
dari bentangan tersebut memiliki potensi sumberdaya mineral. Volcano magmatic
arc atau umumnya disebut busur magmatik yang merupakan produk dari proses
tektonik, memiliki kaitan yang erat dengan pembentukan proses-proses
mineralisasi di kerak bumi. Mineral logam pada umumnya terbentuk di Busur
magmatik tersebut. Batuan batuan yang terbentuk pada Busur magmatik
khususnya yang berasosiasi dengan mineralisasi terdiri dari batuan vulkanik,
batuan intrusive.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut:

1. Bagaimana konsep tektonik lempeng?


2. Apa yang dimaksud dengan mineralisasi?
3. Apa hubungan tektonik lempeng dengan mineralisasi?
4. Apa yang dimaksud dengan mendala metalogenetik dan contoh
metalogenetik di indonesia?
5. Apakah ada mendala metalogenetok di sulawesi tenggara?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui konsep tektonik lempeng?


2. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan mineralisasi?
3. Untuk Mengetahui hubungan tektonik lempeng dengan mineralisasi?
4. Untuk Mengetahui yang dimaksud dengan mendala metalogenetik dan
contoh metalogenetik di indonesia?
5. Untuk Mengetahui apakah ada mendala metalogenetok di sulawesi
tenggara?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tektonik Lempeng

Konsep Tektonik Lempeng men-jelaskan bahwa kulit bumi terdiri atas


beberapa bagian lempeng yang tegar, yang bergerak satu terhadap lainnya, di atas
massa liat astenosfir yang kecepatannya rata-rata 10 cm/tahun atau 100 KM/10
juta tahun (Morgan, 1968; Hamilton, 1970, dalam Alzwar, et al., 1987). Dalam
konsep tektonik lempeng tersebut, lempeng-lempeng (plate) kulit bumi bergerak
dari punggungan tengah samudera (mid oceanic ridge), dimana dibentuknya kerak
baru, menuju garis busur vulkanik lainnya dan menuju rantai pegunungan aktif.
Kulit bumi dibagi menjadi tujuh lempeng litosfir yang sangat besar, masing-
masing terdiri atas lempeng benua maupun lempeng samudra dengan banyak
lempeng kecil (Gambar 1).

Pada gambar 1 tersebut, zona pe-mekaran lantai samudra digambarkan


dengan dobel garis. Zona tersebut merupakan bagian dimana lempeng-lempeng
bergerak terpisah. Garis ber-gerigi adalah simbol batas lempeng dimana terdapat
penunjaman (sub-duction) yaitu salah satu lempeng menunjam di dalam lempeng
lainnya. Garis hitam tunggal menggambarkan patahan strike-slip dimana
lempeng-lempeng saling berpapasan satu sama lainnya. Bagian yang berwarna
abu-abu adalah bagian dari kontinen, sepanjang batas lempengnya meng-alami

3
ekstensi, kompresi, atau strike-slip (sesar mendatar yang menyebab-kan lempeng
saling berpapasan).
Lempeng-lempeng kulit bumi ber-gerak dari punggungan tengah samu-
dera (mid oceanic ridge), dimana dibentuknya kerak baru, menuju garis busur
vulkanik lainnya dan menuju rantai pegunungan aktif. Lempeng-lempeng tersebut
saling bergerak, dengan cara bertumbukan, berpapas-an maupun menjauh.
Apabila dua lempeng yang berbe-da sifat saling mendekat, misalnya lempeng
samudra mendekati lempeng benua, maka umumnya lempeng samudra akan
masuk ditekuk ke bawah lempeng benua. Tipe ini di-sebut sebagai tubrukan tipe
Cordilera. Kadang-kadang lempeng samudra yang bergerak mendekati lempeng
benua akan ditekuk ke atas sehingga seolah tersesar-sungkupkan. Gejala tubrukan
seperti ini disebut sebagai obdaksi (Alzwar et al., 1987).
Proses pemekaran yang di-sebabkan oleh arus konveksi dapat terjadi di
benua maupun di samudra. Pemekaran di benua dinamakan rifting, sedangkan
pemekaran di samudra dikenal sebagai spreading. Sesar-sesar mendatar pun akan
menyebabkan lempeng saling ber-papasan Sesar ini dalam istilah tektonik
lempeng dikenal sebagai transcurrent fault (termasuk di-dalamnya adalah
wrench-fault dan strike-slip fault). Sedangkan trans-form fault adalah sesar
mendatar yang besar dengan pergerakan men-datar, yang ujung-ujungnya dibatasi
oleh batas-batas tektonik (tectonic suture), misalnya parit Jawa atau palung Jawa
(Alzwar et al., 1987). Batas lempeng secara luas digam-barkan oleh zona gempa
kegempaan aktif (Isacks & others, 1968, dalam Hamilton, 1979). Zona-zona
sempit mengikuti pusat-pusat pemekaran samudra, patahan-patahan strike-slip,
dan zona Beniof ; zona-zona luas terdapat di wilayah-wilayah melange di atas
lempeng yang menunjam, dan di bagian benua tersebar luas. Selain zona gempa
aktif, pada kontak antara dua lempeng tersebut dapat terbentuk zonasi-zonasi lain
yang memiliki aspek manfaat dan aspek kendala dengan ciri-cirinya yang khas
(Zakaria, 2004). Zonasi-zonasi akibat gejala tumbukan lem-peng-lempeng dalam
kerak bumi tersebut berupa:
1) Zonasi Gempa : Zona seismik yang aktif digunakan untuk iden-tifikasi
batas batas plate. .
2) Zonasi Vulkanisme: Gunungapi (vulcano) banyak muncul di se-kitar sabuk
seismik yang aktif (the active seismic belt) dari bumi. Munculnya
gunungapi dapat di-gunakan untuk identifikasi batas-batas plate.
3) Zonasi Magmatisme: Magmatisme berkaitan erat dengan kontak dua buah
lempeng dari kerak bumi. Retakan-retakan akan terbentuk sebagai hasil
deformasi gaya-gaya yang bekerja . Retakan-retakan yang dalam
merupakan daerah lemah sebagai jalan aliran mag-ma ke permukaan bumi.
4) Zonasi Mineralisasi : Akibat mun-culnya gejala magmatisme.

4
5) Zonasi Endapan Hidrokarbon: Daerah akumulasi minyakbumi &
batubara.
6) Zonasi Gerakan Tanah : Pada dae-rah tumbukan dua lempeng struk-tur
geologi banyak berkembang dan merupakan daerah yang le-mah karena
mempunyai aspek kebencanaan bagi pengembangan wilayah/lahan.

Gambar . Zona hidokarbon, lokasi keterdapatan migas (Modifikasi dari Purwanto


& Purnomo 1994, dalam Zakaria 2004)

2.2 Mineralisasi

Menurut Bateman (1981) secara umum proses pembentukan ore atau


mineralisasi bijih pada endapan jenis hidrotermal dipengaruhi oleh beberapa
faktor pengontrol, meliputi: larutan hidrotermal yang berfungsi sebagai larutan
pembawa mineral, zona lemah yang berfungsi sebagai saluran untuk lewat larutan
hidrotermal, tersedianya ruang untuk pengendapan larutan hidrotermal, terjadinya
reaksi kimia dari batuan induk/host rock dengan larutan hidrotermal yang
memungkinkan terjadinya pengendapan mineral bijih (ore), dan adanya
konsentrasi larutan yang cukup tinggi untuk mengendapkan mineral bijih (ore).

5
Oleh akibat larutan hidrotermal bersifat sangat cair, menyebabkan larutan
ini sangat mudah untuk melalui bidang bidang rekahan pada batuan yang
dilewatinya dan kemudian mengalami proses pendinginan dan mengendapkan
ion-ion logam yang membentuk endapan dalam bentuk vein atau urat. Kuarsa
sebagai mineral yang paling akhir terbentuk umumnya hadir dan terendapkan
dalam urat-urat ini yang seringkali dijumpai bersama dengan endapan emas.
Kehadiran urat-urat ini merupakan salah satu penciri utama dari jenis endapan
hidrotermal.Endapan tipe urat atau vein type deposit merupakan daerah yang
umumnya termineralisasi dengan jelas yang umumnya membentuk tubuh yang
diskordan (memotong tubuh batuan yang ada disekelilingnya) yang pada
umumnya ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan panjang dan
kedalamannya. Kebanyak urat-urat terbentuk pada zona-zona patahan atau
mengisi rongga-rongga pada batuan atau pada daerah gerusan. Banyak endapan
endapan yang bernilai eknomis tinggi seperti emas, tembaga, perak, logam dasar
(Pb-Zn-Cu) dan arsenik, mercuri, dan mineral mineral logam ekonomis lainnya
yang berasosiasi dengan mineral-mineral pengotor (gangue mineral) seperti
kuarsa dan kalsit pada batuan sampingnya (country rocks) dalam bentuk struktur
urat.

2.3 Hubungan Tektonik lempeng dengan Mineralisasi

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika


bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi
dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan
lempeng.Pada dasarnya teori tektonik lempeng adalah bahwa bumi yang padat ini
terdiri dari banyak lempengan yang pecah-pecah, yang merupakan pembalut keras
bumi, yang terus bergerak mendorong, menjauh, berpapasan, menggilas,
mendidih tiada hentinya. Lempeng ini sedikitnya ada delapan lempeng yang
besar, delapan lempeng yang berukuran kecil, yang semuanya terus bergerak
berarak-arak tiada henti hingga kini. Teori semakin banyak diyakini setelah data
dari berbagai dunia analisis, yang meyakinkan bahwa telah terjadi pergerakan
lempeng sejagad. Misalnya, pada saat batuan kuno di kepulauan Inggris diukur
kemagnetanya, tercatat penyimpangan sejauh 300 drajat dari kutub magnet
sekarang . Pertanyaan timbul, apakah kutub magnet bumi telah berpindah sejauh
ini, ataukah kepulauan Inggris yang telah bergeser dari waktu ke waktu hingga
pada posisinya sekarang.

Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga macam, yaitu pergerakan yang
saling mendekat, saling menjauh, dan saling berpapasan. Pergerakan lempeng
saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng
akan menujam ke bawah. Daerah penujaman membentuk suatu palung yang

6
dalam, yang biasa merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang alur
penujaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatic dan gunung api serta
berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia,
pertemuan antara kedua lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia
menghasilkan jalur penujaman di selatan pulau Jawa dan jalur gunung api
Sumatera, Jawa dan Nusa tenggara, dan berbagai cekungan seperti Sumatera
Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara. Pergerakan
lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak
bumi dan akibatnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk
jalur magmatic atau gunung api.

Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan


membentuk zona sudaksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal
maupun vvertikal, yang akan membentuk pegunungan lipatan, jalur
gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan jalur gempabumi serta terbentuknya
wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga berbagai jenis cekungan
pengendapan batuan sedimen seperti palung (parit), cekungan busurmuka,
cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang.Pada jalur
gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan
tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit.
Setiap wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu baik batuan,
mineralisasi, struktur maupun kegempaanya.

2.4 Mendala Metalogenik di indonesia

Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki


pengertian suatu area yang dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas,
atau oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi. Suatu mendala
metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu episode mineralisasi yang disebut
denganMetallogenic Epoch.

Mandala Metalogenik di indonesia yaitu antara lain:

a) Jalur Nias : Dari Asia, P.Simelue, P.Enggano & Selatan Jawa. Berumur
Kapur Tersier Awal. Kemungkinan endapan Mn.
b) Jalur Bengkulu : dari kepulauan Banyak, Selatan Jawa, Nusa Tenggara.
Batuannya terdiri dari batuan volkanik & pluton (intermediet). Berumur
Kapur Akhir Tersier. Bagian luar Fe, tengah Au, Ag, & Cu, bagian
dalam Cu, Zn, Hg, & Mn.
c) Jalur Barisan : dari Aceh, Pegunungan Bukit Barisan, Lampung, Bobaris
(Meratus). Kandungan mineralnya di Sumatera (batuan asam intermediet)
Ag, Au, Pb, & Zn. Di Kalimantan (batuan ultra basa) Au, Ag, & Pt. Di

7
pulau Sebuku pada batuan basa adalah U, Th, Ra dan pada batuan ultra
basa adalah Su, Ni & Fe.
d) Jalur Bangka (Malaysia) : dari Malaysia Barat, P.Lingga, P.Singkep,
P.Bangka Belitung. Batuannya asam berumur Paleozoik Akhir
Mesozoik Awal dengan kandungan Sn, Wo, Monasit & Zirkon.
Dimungkinkan jalur ini terus ke Malaysia (jalur Kucing) dengan
kandungan Fe,Au, Cu, Pb, Zn, Sb & Mc.
e) Jalur Serawak Sulu : Dari Serawak Utara, Tarakan, Sabah hingga
Kepulauan Sulu. Beberapa batuan sedimen & batuan beku asam
intermediet yang berumur Miosen Akhir Tersier Awal. Asosiasi
mineralnya adalah Au, Ag, Hg, & Mn.
f) Busur Barat Sulawesi : dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan sampai P.Selayar. Umumnya terdiri dari batuan volkanik, pluton
asam & intermediet. Mineralisasi pada kala Tersier Awal Pliosen adalah
Au, Ag, U, Pb, Zn, & Mc.
g) Jalur Sulawesi Tenggara : mencakup daerah Kepulauan Talaud sampai
Sulawesi Tenggara. Batuannya ultra basa yang terjadi pada masa
Mesozoik Tengah dengan kandungan Ni Fe Laterit Cr & Mg.
h) Jalur Waigeo : dari Halmahera Timur, Kepala Burung Utara sampai Papua
Utara. Batuannya ultra basa, asam & intermediet dibagian selatan yang
terjadi pada Tersier Akhir. Asosiasi mineralnya adalah Cr, Co, Ni, Fe
Laterit, Au, & Cu.
i) Jalur Timor : berasal dari endapan darat Australia yang bercampur dengan
batuan Lempeng Asia pada suatu Palung. Jalur bermula dari Timor,
P.Buton pada kala Mesozoik. Asosiasinya Cu (tipe Cyprus atau Hawai) &
Mn.
j) Jalur Ertsberg/Jaya Wijaya : dari Pegunungan Jaya Wijaya di Papua
Tengah berupa batuan ultra basa yang berasosiasi dengan Cr, Co,& Sedikit
Ni, Fe laterit. Dibagian Selatan berupa batuan asam sampai intermediet
yang mineralisasinya pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal &
berasosiasi dengan Au & Cu.
k) Jalur Sula : dari Kepulauan Sula, Banggai, Misool, sebagian Papua &
Australia Utara. Umumnya berupa batuan sedimen berasal dari daratan
Australia. Asosiasi mineralnya berupa endapan placer Au & Mn.
Mineralisasi terjadi pada masa Mesozoik Akhir sampai Mesozoik Awal.

8
2.5 Mendala Metalogenik di sulawesi tenggara

Salah satu mandala metalogenik yang berada disulawesi tenggara yaitu


menurut Fadlin (2012) dalam penelitiannya menunjukan keterdapatan mineral
pirit, kalkopirit, astenopirit, cinnabar, stibnite, dan ashenopirit. Mineral-mineral
tersebut tidak hanya hadir dalam urat namun seringkali ditemukan pada batuan
samping wallrock dan tersilisifikasi. Cinabar memiliki ciri fisik berwarna merah
jambu dan melimpah pada keterdapatan emas primer maupun emas sekunder atau
endapan emas placer. Mineral-mineral ini terdapat pada daerah Wumbubangka,
Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Menurut Idrus dkk (2011) bahwa secara pengamatan megaskopis
ditemukannya mineral pirit, kalkopirit, cinnabar, stibnite, dan asenopyrit dengan
konsentarsi yang sedikit berada pada urat kuarsa dan tersilisifikasi pada batuan
samping. Mineral-mineral ini terdapat pada daerah Longkowala, Kabupaten
Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.Terdapat tiga generasi urat pada daerah
Bombana, Sulawesi Tenggara yaitu generasi pertama adalah urat yang sejajar
foliasi. Sedangkan urat generasi kedua adalah urat kuarsa yang memotong foliasi,
memiliki kandungan mineral sulfida yang cukup dominan serta memiliki kadar
emas yang cukup potensi dibandingkan dengan urat generasi pertama. Urat
generasi ketiga yaitu urat kalsit-kuarsa. Endapan emas orogenik daerah Bombana
adalah sumber emas paleoplacer yang terbentuk pada suhu rata-rata antara 200oC-
250oC yang tebentuk setelah terjadi aktifitas struktur pada batuan metamorf, serta
berada pada zona transisi antara epizonal-mesozonal yaitu pada fasies greenschist
dikedalaman 5-6 kilometer.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika
bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa
bumi dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan
lempeng. Teori tektonik lempeng mampu menerangkan asal usul keberadaan
magmatisma, tektonik aktif baik di darat maupun di laut secara sistimatis dan
teratur. Pergerakan tektonik terbagi diantaranya, convergence, spreading,
subduction, obduction, collision dll di selanjutnya diikuti oleh proses intrusi
magmatik, pembentukan batuan piroklastik dan batuan sediment seiring
pembentukan volcano magmatik arc.
2. Menurut Bateman (1981) secara umum proses pembentukan ore atau
mineralisasi bijih pada endapan jenis hidrotermal dipengaruhi oleh beberapa
faktor pengontrol, meliputi: larutan hidrotermal yang berfungsi sebagai
larutan pembawa mineral, zona lemah yang berfungsi sebagai saluran untuk
lewat larutan hidrotermal, tersedianya ruang untuk pengendapan larutan
hidrotermal, terjadinya reaksi kimia dari batuan induk/host rock dengan
larutan hidrotermal yang memungkinkan terjadinya pengendapan mineral
bijih (ore), dan adanya konsentrasi larutan yang cukup tinggi untuk
mengendapkan mineral bijih (ore).
3. Pergerakan lempeng kerak bumi yang saling bertumbukan akan membentuk
zona sudaksi dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun
vvertikal, yang akan membentuk pegunungan lipatan, jalur
gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan jalur gempabumi serta
terbentuknya wilayah tektonik tertentu.Pada jalur gunungapi/magmatik
biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan tembaga,
sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit.
4. Mineralisasi yang terdapat dan berkembang pada daerah bombana adalah
cinnabar, stibnit, pirit, kalkopirit, dan emas.

3.2 Saran
Saran yang dapat diambil dalam makalah ini yaitu agar pembaca mencari
referensi lain untuk memperluas ilmu pengetahuan mengenai konsep tektonik
lempeng dan mineralisasi serta mendala metalogenik di indonesia khususnya
sulawesi tenggara.

10

Anda mungkin juga menyukai