PENDAHULUAN
I.1 Maksud
Mengetahui pengertian umum batuan beku non fragmental
Mengaplikasikan struktur dan tekstur pada pengamatan batuan beku non
fragmental
Mengetahui mineral – mineral dan komposisi yang terdapat pada batuan
beku non fragmental
Mengetahui penamaan batuan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi
Russell B. Travis, 1955 dan Thrope and Brown, 1985
Memahami proses pembentukan batuan beku non fragmental
I.2 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami secara pengertian umum dan khusus
batuan beku non fragmental
Dapat mengaplikasikan struktur dan tekstur pada pengamatan batuan beku
non fragmental
Dapat mengetahui mineral – mineral pengisi dan komposisi yang terdapat
pada batuan beku non fragmental
Dapat mengetahui penamaan batuan beku non fragmental berdasarkan
klasifikasi Russell B. Travis, 1955 dan Thrope and Brown, 1985
Dapat memahami proses pembentukan batuan beku non fragmental dan
hubungannya dengan magma
2.1 MAGMATISME
Mid Oceanic Ridge atau disingkat mor merupakan salah satu busur
magmatisme dari pola divergen yaitu pola pergerakan lempeng yang
saling menjauh. Dalam hal ini lempeng yang saling menjauh adalah
dua lempeng samudra di mana gejala yang di timbulkan oleh
pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di dasar
samudra sebagai akibat dari dorongan arus konveksi yang mendorong
lapisan di atasnya. Jenis magma yang di hasilkan di busur
magmatisme ini adalah magma basaltis.
c. Transform Fault
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena
gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang
perbatasan antarlempeng. Pergerakan lempeng seringkali juga
menimbulkan pergeseran membentuk sesar mendatar besar
(Transform faults), juga diikuti oleh pembentukan magma.
b. Klasifikasi Mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas tekstur akan lebih dapat
mencerminkan sejarah batuan itu terbentuk daripada atas dasar kimia saja.
Tekstur batuan beku dapat menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuanitu sendiri. Seperti tekstur Granular memberi arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberi arti bahwa
terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik
menggambarkan pembekuan yang cepat. Pembagian golongan ini adlah
secara kuantitatif secara peralihan. Secara pasti (exact) harus
mempergunakan klasifikasi khusus yang sudah baku.
2.5 Klasifikasi Penamaan Batuan Beku
Berbagai klasifikasi tentang penamaan batuan beku telah dikemukakan oleh
beberapa ahli. Kadang-kadang satu batuan pada klasifikasi yang lain
penamaannya berlainan pula tergantung pada jenis dasar filosofi klasifikasi
tersebut diciptakan. Dengan demikian seseorang harus benar-benar mengerti akan
dasar penamaan yang diberikan pada suatu batuan beku. Klasifikasi batuan beku
dibuat oleh Rusell B Travis (1955) dalam klasifikasi ini, tekstur batuan beku yang
didasarkan pada ukuran butir mineralnya. berdasarkan hal ini, batuan beku dibagi
atas :
Batuan Dalam
Batuan ini bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa
bantuan alat pembesar.
Batuan Gang
Batuan ini bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik.
Batuan Lelehan
Batuan ini bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak
dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Tabel 2.3 Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russel B. Travis
BAB III
HAHASIL DESKRIPSI
Nama batuan
Petrogenesa
3.3 Kode Peraga O-3
HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Tanggal Pengamatan 23 Februari 2018
No Peraga O-3
Struktur Masif
Tekstur
Derajat Kristalisasi
Granularitas
Ukuran Kristal
Hubungan Antar
Kristal
Komposisi
Foto Batuan :
Nama batuan
Petrogenesa
3.4 Kode Peraga O-3
HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Tanggal Pengamatan 2 Maret 2018
No Peraga O-3
Struktur Masif
Tekstur
Derajat Kristalisasi
Granularitas
Ukuran Kristal
Hubungan Antar Kristal
Komposisi
Foto Batuan :
Nama batuan
Petrogenesa
3.5 Kode Peraga O-3
HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Tanggal Pengamatan 2 Maret 2018
No Peraga O-3
Struktur Masif
Tekstur
Derajat Kristalisasi
Granularitas
Ukuran Kristal
Hubungan Antar Kristal
Komposisi
Foto Batuan :
Nama batuan
Petrogenesa
3.6 Kode Peraga O-3
HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Tanggal Pengamatan 2 Maret 2018
No Peraga O-3
Struktur Masif
Tekstur
Derajat Kristalisasi
Granularitas
Ukuran Kristal
Hubungan Antar
Kristal
Komposisi
Foto Batuan :
Nama batuan
Petrogenesa
3.7 Kode Peraga O-3
HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Tanggal Pengamatan 2 Maret 2018
No Peraga O-3
Struktur Masif
Tekstur
Derajat Kristalisasi
Granularitas
Ukuran Kristal
Hubungan Antar
Kristal
Komposisi
Foto Batuan :
Nama batuan
Petrogenesa
BAB IV
PEMBAHASAN
Batuan peraga dengan kode O-3 ini jika dilihat kenampakannya secara
megaskopis, batuan beku nomor O-3 ini berwarna hitam keabuan. Dengan
bentuknya seperti kotak simetris dan dapat terlihat mineral-mineral di
dalamnya. Struktur batuan ini tidak terlihat jelas kenampakan bentuknya
(seperti vesikular,joint,dll) dan bersifat keras pejal sehingga struktur batuan ini
adalah masif. Tekstur batuan ini jika dilihat dari kenampakan megaskopisnya
terdapat bagian yang terisi mineral-mineral tetapi juga ada bagian penyusunnya
(massa dasar) sehingga derajat kristalisasinya dapat disebut hipokristalin..
Hubungan antar kristal pada batu peraga ini adalah seragam antar mineral satu
dengan yang lainnya sehingga dapat disebut equigranular fanerik, dikarenakan
mineral fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang masih dapat teridentifikasi
dengan jelas. Ukuran kristal-kristal pada mineralnya berukuran sedang (1-
2mm). Dan bentuk butirnya berupa anhedral yaitu bentuk kristal yang tidak
sempurna karena batas-batas antar mineral yang tidak jelas.
Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah plagioklas 505% warna
putih susu, kekerasan 6 skala mosh, sistem kristal triklin, belahan 1 rah,
pecahan konkoidal. Kuarsa 15% warna putih bening, kekerassan 7, kilap kaca,
cerat putih, pecahan choncoidal, tenacity brittle, transparansi transparan. Biotit
15% warna hitam, kekerasan 2-3, cerat putih, Hornblende 15% transparansi
opaq, warna hitam, kekerasan 5.5-6 skala mohs, bentuk prismtic, sistem kristal
monoklin,belahan imperfect.
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan magma
yang lambat dan lama memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi atau plutonik, dimana proses pembekuan
berlangsung di zona plutonik yang jauh dari permukaan bumi sehingga
kristalinitasnya holokristalin. Strukturnya yang bersifat masif dapat
diinpretasikan bahwa batuan ini sewaktu membeku tidak ada bekas – bekas
lubang atau aliran bekas keluarnya gas ketika pembekuan. Berdasarkan
komposisi mineralnya maka sifat batuan ini adalah basa dimana magma yang
membentuk juga bersifat asam, dan kemungkinan magma tersebut terbentuk
dari proses melting antara lempeng benua yang bersifat intermediet di daerah
Continental Rift Zone, batuan ini bisa juga terbentuk di daerah volcanic arc
(subduksi antara kerak benua dan kerak samudra)
Pada batuan peraga ini komposisi Feldspar plagioklasnya >2/3 dari seluruh
feldspar digunakan klasifikasi Russel B. Travis 1955.Untuk melakukan
pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang diperhatikan adalah kuarsa
dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral kuarsa lebih dari 10%,
sedangkan jumlah feldspar plagioklasnya lebih dari 2/3 dari jumlah semua
mineral feldspar. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batuan kode O-3 ini
merupakan Granodiorit (Russell B. Travis 1955) dan Diorit (Thrope and
Brown 1985).