Anda di halaman 1dari 79

Rangkuman Materi GMP Pre-UTS

Nama : Muhammad Alfian Dirgantara


NIM : 113200157
Prodi : Teknik Perminyakan
Matkul : GMP
Kelas :F

A. Bumi
Bumi adalah planet dimana kita berada dan untuk saat ini, satu-satunya planet yang
diketahui mengandung kehidupan. Karena Bumi adalah sebuah planet, Bumi memiliki
struktur atau lapisan yang menyusunnya. Secara umum Bumi memiliki tiga lapisan,
yaitu litosfer/kerak, astenosfer/mantel, dan inti Bumi.
a. Litosfer/kerak (Crust)
Merupakan lapisan paling atas Bumi. Kerak benua dapat memiliki ketebalan 20-70
km dengan batuan penyusun utamanya adalah granit, sedangkan kerak samudera
hanya dapat memiliki ketebalan 5-10 km dengan batuan penyusun utamanya
adalah basal. Setiap kedalaman 1 km, panas akan bertambah sekitar 30 °C. Oleh
karena itu, nantinya pada lapisan ini dapat terbentuk deposit minyak Bumi dan gas
alam. Kerak benua dan kerak samudera nantinya juga dapat mengalami pergerakan
lempeng yang disebut pergerakan lempeng tektonik. Pergerakan lempeng tektonik
terdiri dari tiga macam, yaitu:

a) Konvergen

Pergerakan konvergen terjadi ketika dua lempeng bertemu sehingga terjadi


tumbukan diantara keduanya. Akibatnya, lempeng yang lebih berat massa
jenisnya (biasanya lempeng samudera) akan bergerak ke bawah dan lempeng
yang lebih ringan massa jenisnya (biasanya lempeng benua) akan bergerak ke
atas. Selain itu, pertemuan lempeng juga dapat terjadi antara lempeng benua -
lempeng benua dan lempeng samudera - lempeng samudera. Fenomena ini
akan mengakibatkan terbentuknya zona subduksi, yaitu suatu area dimana
lempeng yang bergerak ke bawah (tersubduksi) akan meleleh dikarenakan panas
sehingga menghasilkan magma yang akan bergerak ke atas. Akibatnya, daerah
di atas zona subduksi akan sering ditemukan deretan gunung berapi.
Di daerah zona subduksi pada bagian laut dangkal berpotensi melahirkan gempa
besar atau sering disebut megathrust (tumbukan besar). Dalam hal ini, lempeng
samudra yang bergerak ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan
(stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser
secara tiba-tiba memicu gempa. Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua
yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting).
Dibandingkan gempa akibat patahan atau sesar, gempa jenis megathrust
memiliki siklus yang lebih lambat karena periode akumulasi energi yang besar.

Lempeng samudera – lempeng benua


Disini juga diperlihatkan mekanisme dan
zona subduksi

Lempeng benua – lempeng benua

Lempeng samudera – lempeng samudera


b) Divergen

Pergerakan divergen terjadi ketika dua lempeng tektonik bergerak saling


menjauhi. Pergerakan ini biasanya terjadi pada mid-ocean ridges (MOR) yang
dimana isi material (magma) dari lapisan astenosfer atau mantel Bumi bergerak
keluar melalui celah pada litosfer. Magma (atau lava jika sudah keluar dari
astenosfer) tersebut akan
membeku ketika bertemu
dengan air laut yang kemudian
akan menggeser kedua
lempeng diantaranya untuk
menjauh. Fenomena ini dapat
membentuk hotspots atau bulu
mantel yang dapat
menjelaskan mengapa
terdapat aktivitas vulkanik yang
jauh dari zona subduksi.

c) Pergeseran sesar (patahan)

Pergerakan sesar terjadi ketika dua lempeng tektonik yang bergerak berlawanan
arah saling bergesekan sehingga akan menghasilkan fitur seperti sesar atau
patahan pada lempeng. Kebanyakan pergeseran sesar ditemukan pada lempeng
samudera. Hal ini dikarenakan lempeng yang paling aktif bergerak adalah
lempeng samudera (karena adanya MOR) dan terkadang arah pergerakannya
tidak searah satu sama lainnya.

Akibat tumbukan-tumbukan yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng


tektonik, dapat terbentuk cekungan-cekungan di atas zona subduksi.

Gambar zona subduksi di Sumatra (dekat palung Sumatra)


a) Back-arc basin
Adalah cekungan yang terjadi antara busur kepulauan dan benua (berada di
belakang busur kepulauan). Cekungan ini umumnya diisi oleh sedimen laut
dangkal. Heat Flow dari back-arc basin biasanya sangat tinggi akibat melelehnya
lempeng samudra yang menuju kedalam lempeng benua, sehingga terjadi
aktivitas vulkanisme.
b) Fore-arc basin
Adalah cekungan yang terletak antara busur kepulauan dan palung samudra
(berada di depan busur kepulauan). Cekungan ini diisi oleh lapisan sedimen dari
berbagai macam facies, berkisar antara facies fluvial sampai sekitar laut dalam.

b. Astenosfer/mantel
Merupakan bagian di bawah litosfer atau kerak Bumi. Kedalamannya diperkirakan
sekitar 80-200 km di bawah permukaan Bumi dan terkadang dapat mencapai 700
km. Astenosfer berbentuk seperti cairan yang sangat kental dan bersifat liat. Hal ini
dikarenakan isi dari astenosfer adalah magma yang cair. Magma yang keluar dari
mid-ocean ridges berasal dari lapisan ini. Lapisan mantel terbagi menjadi dua, yaitu
lapisan mantel atas dan mantel bawah.
a) Mantel atas
Adalah lapisan mantel Bumi yang kedalamannya sekitar 10-670 km jika dihitung
dari kerak benua dan 35-670 km jika dihitung dari kerak samudera. Lapisan ini
dimulai tepat di bawah kerak Bumi dam berakhir di atas lapisan mantel bawah.
Temperaturnya diperkirakan 200 °C pada lapisan teratasnya dan 900 °C pada
lapisan yang paling bawah.
b) Mantel bawah
Adalah lapisan mantel Bumi yang kedalamannya sekitar 660-2900 km di bawah
permukaan Bumi. Temperatur pada lapisan ini berkisar antara 1900-2600 °K atau
1600-2400 °C.

c. Inti Bumi
Adalah lapisan terdalam dari Bumi sekaligus sebagai pusat dari massa Bumi. Inti
Bumi memiliki massa yang sangat padat dengan densitas sekitar 9900-13000 kg/m3
tergantung pada kedalamannya. Karena adanya lapisan ini, Bumi memiliki medan
magnet dan gravitasi. Inti Bumi terbagi menjadi dua, yaitu inti Bumi luar dan inti
Bumi dalam. Inti Bumi luar memiliki ketebalan sekitar 2400 km dengan suhu sekitar
4500-5500 °C. Inti Bumi dalam memiliki ketebalan sekitar 1220 km dengan suhu
sekitar 5300 °C. Inti Bumi luar memiliki sifat cair yang berupa lelehan mineral logam,
yang sebagian besar adalah besi dan nikel, sedangkan inti Bumi dalam memiliki
sifat padat yang berupa campuran beberapa logam (besi, nikel, dll.).
B. Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks)
Batuan sedimen adalah tipe batuan yang terbentuk
akibat akumulasi material atau fragmen sedimen
(mineral atau organik) di muka Bumi yang disertai
dengan sementasi. Bumi diselubungi oleh lapisan
(veneer) sedimen yang tipis yang menutupi batuan
beku dan metamorf yang biasa disebut basement.
Batuan sedimen akan tipis atau tidak ada sama sekali
pada tempat dimana batuan beku dan metamorf
muncul atau menyingkap ke permukaan dan akan lebih
tebal di cekungan (basin) sedimen dimana
ketebalannya dapat mencapai 20 km.
Batuan sedimen diperkirakan menutupi 73% dari area
permukaan Bumi, tetapi hanya 8% dari volume kerak
Bumi. Di permukaan Bumi sendiri, sekitar 35%-nya
adalah batu serpih atau shale, 34%-nya adalah batuan beku dan metamorf, 16.5%-
nya adalah batu gamping, dan 14.5%-nya adalah batu pasir.

Proses pembentukan batuan


Dari diagram rock cycle di
samping dapat dilihat bahwa
batuan sedimen pada umumnya
terbentuk dari fragmen-fragmen
sedimen yang berasal dari batuan
beku dan metamorf yang
terangkat ke atas permukaan dan
mengalami pelapukan dan erosi.
Material-material sedimen
tersebut kemudian akan
terkumpul di suatu tempat dan
mengalami sementasi sehingga
menjadi batuan sedimen yang
berlapis-lapis.

Sedimen adalah bahan utama pembentuk batuan sedimen. Sedimen memiliki jenis
yang sangat beragam karena dapat berasal dari berbagai jenis batuan. Jenis-jenis
tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis, yaitu klastik, biokimia, organik,
dan kimiawi.

a. Batuan sedimen klastik


Adalah batuan sedimen yang fragmen sedimennya terbentuk dari batuan lain yang
mengalami pelapukan (klas). Terdapat beberapa proses dalam pembentukan
batuan sedimen, yaitu:
a) Pelapukan (Weathering)
Adalah proses pelapukan batu secara alami. Batuan yang berada di permukaan
Bumi pasti akan mengalami pelapukan, baik secara fisika maupun kimiawi.
Nantinya, fragmen-fragmen batuan yang mengalami pelapukan akan
membentuk klas-klas yang akan menjadi baha utama pembentuk batuan
sedimen klastik.
b) Erosi (Erosion)
Adalah proses ketika fragmen-fragmen atau klas-klas batuan lepas dari batuan
asal.
c) Transportasi (Transportation)
Setelah klas-klas lepas dari batuan asal, material sedimen tersebut akan terbawa
oleh air, angin, atau es menuju tempat pengendapan.
d) Pengendapan (Deposition)
Adalah proses pengumpulan material-material sedimen pada suatu tempat.
Ketika medium transportasi sudah tidak bergerak, material-material sedimen
yang terkandung di dalamnya akan mengumpul.
e) Litifikasi (Lithification)

Adalah proses pengubahan material-material sedimen yang telah terkumpul tadi


menjadi batuan sedimen yang padat. Proses ini akan mengubah material-
material sedimen yang lepas menjadi terikat dan padat. Prosesnya adalah:
i. Penguburan (Burial)
Adalah penambahan lapisan demi lapisan dari material sedimen.
ii. Kompaksi/pemadatan (Compaction)
Adalah pemadatan karena berat overburden yang mengakibatkan
berkurangnya ruang pori batuan. Selain itu, material-material sedimen juga
akan semakin terikat akibat tekanan yang menyebabkan batuan sedimen
menjadi lebih keras dan kuat.
iii. Sementasi (Cementation)
Adalah proses penyatuan material-material sedimen yang lepas, biasanya
oleh mineral, menjadi batuan sedimen yang lebih keras dan kuat. Proses ini
biasanya terjadi dengan masuknya mineral ke ruangan di antara material-
material sedimen lewat pengendapan atau hujan yang kemudian akan
mengeras.
Batuan sedimen klastik dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur dan
komposisinya yang dipengaruhi oleh:
a) Ukuran klas (Grain size) – Tabel skala Wentworth
Adalah ukuran rata-rata dari klas atau fragmen sedimen. Semakin jauh klas
berpindah tempat dari batuan asal, ukuran rata-ratanya akan berkurang atau
ukuran klas akan mengecil.

b) Komposisi klas
Adalah komposisi penyusun dari fragmen sedimen atau klas. Dapat terdiri dari
satu jenis mineral saja atau sekumpulan batuan. Melalui komposisi klas dapat
diketahui sumber dari material sedimen dan lingkungan pengendapannya.
c) Bentuk (Angularity dan sphericity)

Adalah bentuk dari fragmen sedimen atau klas. Klas yang bergerak tidak terlalu
jauh dari batuan asalnya biasanya masih memiliki bentuk tajam, sedangkan klas
yang telah bergerak jauh dari batuan asalnya biasanya memiliki bentuk yang
lebih halus dan bulat.
d) Penyusunan (Sorting)

Adalah tingkat kesamaan ukuran penyusun. Pada kondisi very poorly sorted
sedimen akan memiliki jenis-jenis ukuran yang sangat berbeda, sedangkan pada
very well sorted sedimen akan memiliki jenis-jenis ukuran yang sama atau mirip.
Semakin jauh material sedimen bergerak dari batuan asalnya, maka penyusunan
akan semakin sama rata.
e) Karakteristik semen

Semen adalah mineral yang mengisi ruang di antara fragmen-fragmen sedimen.


Cairan yang mengandung partikel-partikel semen dalam bentuk mineral, seperti
kuarsa, kalsit, hematit, dan clay, akan masuk mengisi ruang pori dari sedimen.
Kemudian, ion-ion mineral tersebut lama-kelamaan akan mengendap dan
mengkristal sehingga mengisi ruang pori sedimen.

Batuan sedimen klastik terdiri dari beberapa jenis, yaitu:


a) Batuan sedimen klastik kasar (Rudaceous rocks)
Adalah jenis batuan sedimen klastik dengan klas atau fragmen sedimen yang
berukuran besar dan kasar.

i. Breksi

Adalah batuan sedimen dengan klas atau fragmen yang berbentuk tajam. Hal
ini menandakan bahwa batuan breksi belum bergerak terlalu jauh dari batuan
asalnya.

ii. Konglomerat

Adalah batuan sedimen dengan klas atau fragmen yang berbentuk halus dan
bulat. Artinya klas-klas atau fragmen-fragmen sedimen bertumbukan ketika
proses transportasi melalui medium air sehingga menyebabkan bentuknya
yang halus. Hal ini menandakan bahwa batuan konglomerat sudah bergerak
cukup jauh dari batuan asalnya.
b) Batuan sedimen klastik berpasir (Arenaceous rocks)
Adalah jenis batuan sedimen klastik dengan klas atau fragmen sedimen yang
berukuran kecil, halus, dan dapat dikatakan sebagai pasir. Batuan sedimen jenis
ini biasanya berupa batu pasir. Batu pasir dapat terbentuk di lingkungan
pengendapan yang beragam, dan mineral yang paling dominan di dalamnya
adalah kuarsa. Batu pasir atau arenites memiliki empat jenis, yaitu:

i. Batu pasir kuarsa (Quartz sandstone)

Adalah batu pasir yang memiliki kandungan kuarsa lebih dari 90%. Batu pasir
ini terbentuk akibat pelapukan dan erosi yang terjadi secara berulang-ulang
sehingga hanya menyisakan mineral kuarsa sebagai mineral yang paling
stabil.
ii. Arkose

Adalah batu pasir yang memiliki kandungan feldspar lebih dari 25%.
Fragmennya biasanya lebih tajam dan tidak sama dibandingkan batu pasir
kuarsa yang murni. Batuan ini terbentuk akibat daerah granitik dan batuan
metamorf yang mengalami erosi dengan sangat cepat oleh pelapukan fisika.

iii. Graywacke

Adalah batu pasir yang bersifat heterogen, dan merupakan campuran dari
fragmen-fragmen litik (klas berukuran pasir), butir pasir kuarsa yang masih
tajam, dan feldspar yang dikelilingi oleh matriks clay yang sangat halus
(bukan tersementasi). Perbedaan greywacke dengan arenites adalah dalam
kandungan matriksnya. Greywacke memiliki kandungan matriks lebih dari
15% (lebih banyak matriks dibanding semen), sedangkan arenites memiliki
kandungan matriks kurang dari 15% (lebih banyak semen dibanding matriks).

iv. Batu pasir litik (Lithic sandstone)


Adalah batu pasir dengan kandungan fragmen litik lebih dari 5%. Kuarsa dan
feldspar biasanya juga ditemukan disertai dengan matriks clay yang
mengelilinginya. Perbedaan greywacke dengan arenites adalah dalam
kandungan matriksnya. Greywacke memiliki kandungan matriks lebih dari
15% (lebih banyak matriks dibanding semen), sedangkan arenites memiliki
kandungan matriks kurang dari 15% (lebih banyak semen dibanding matriks).
c) Batuan sedimen klastik berlempung (Argillaceous rocks)
Adalah batuan sedimen klastik yang banyak mengandung lanau, lempung (clay),
atau campuran keduanya. Sedimen seperti lanau akan membentuk batu lanau
dan sedimen seperti lempung akan membentuk batu serpih (shale). Batuan
sedimen jenis ini mengalami proses pengendapan di lingkungan dengan air yang
relatif tenang seperti laguna, delta, dataran banjir, dataran lumpur, dan cekungan
dalam. Batu serpih yang mengandung kadar organik yang tinggi merupakan
batuan induk dari minyak dan gas bumi.

Shale Siltstone

b. Batuan sedimen biokimia


Adalah batuan sedimen yang fragmen sedimennya terbentuk dari hasil sementasi
cangkang organisme yang telah mati.

a) Batu gamping biokimia (Biochemical limestone)

Batuan karang yang berubah menjadi batu gamping

Adalah batu gamping yang komposisinya CaCO3, yaitu sisa cangkang


organisme. Organisme pembentuknya sangat beragam, bisa berupa plankton,
koral, kerang, siput, dll. Biasanya dijumpai dalam bentuk batu karang, sisa
cangkang, atau micrite (kristalisasi material kalsit dalam lumpur kapur).
b) Chert

Adalah batu gamping yang terbentuk dari kuarsa cryptocrystalline (kristal yang
strukturnya mikroskopis). Komposisinya adalah SiO2, yaitu cangkang dari
diatom dan radiolarian.

c. Batuan sedimen organik


Adalah batuan sedimen yang fragmen sedimennya terbentuk dari sisa-sisa
tumbuhan yang kaya akan karbon.
a) Batu bara

Lapisan batu bara

Adalah sisa-sisa dari fosil tumbuhan purba.

b) Oil shale

Adalah batuan shale yang mengandung kerogen, yaitu materi organik yang telah
berubah seiring berjalannya waktu.
d. Batuan sedimen kimiawi
Adalah batuan sedimen yang fragmen sedimennya terbentuk dari proses kristalisasi
mineral-mineral pada air.
a) Evaporit

Terbentuk dari hasil evaporasi air laut. Ketika air terevaporasi, maka mineral yang
terkandung dalam air akan tersisa dan mengendap. Contohnya adalah garam
laut.
b) Travertine

Adalah kalsium karbonat (CaCO3) yang mengendap dari air tanah ke permukaan.
Kalsium yang mengendap (Ca2+) akan bereaksi dengan bikarbonat (HCO3-)
mengakibatkan CO2 terbebas ke udara dan CaCO3 mengendap. Biasanya terjadi
di mata air panas (hot spring) atau dalam bentuk stalagmit dan stalaktit dalam
gua.
c) Dolostone atau dolomit
Adalah batu gamping yang berubah karena terpapar dengan cairan yang kaya
akan kandungan magnesium (Mg). CaCO3 akan berubah menjadi CaMg(CO3)2
akibat terkena cairan yang kaya akan ion Mg2+. Batuan ini mirip dengan batu
gamping, tetapi teksturnya lebih berpasir dan porositas yang lebih tinggi.
d) Replacement chert
Terbentuk ketika materi lain dalam batu tergantikan dengan silika. Misalnya
dalam petrified wood. Kayu yang telah mati akan tergantikan oleh silika yang
terkandung dalam cairan sehingga bentuk batang kayu masih terjaga tetapi
materialnya telah tergantikan dengan silika.
Struktur sedimen dari batuan sedimen biasanya terdiri dari lapisan-lapisan atau
strata yang terorientasi secara horizontal. Tiap-tiap lapisan biasanya sangat
panjang ukurannya dan komposisi tiap lapisannya sama atau mirip.

Stratifikasi atau bedding adalah pembentukan lapisan-lapisan batuan sedimen yang


akan membentuk struktur berlapis. Tiap-tiap lapisan strata dapat memiliki
kesamaan yang mirip maupun perbedaan yang besar. Ketebalan tiap lapisan dapat
diklasifikasikan dengan tabel:
Perbedaan pada tiap lapisan strata terjadi karena perbedaan kondisi dan komposisi
pengendapan tiap lapisan strata. Terdapat struktur-struktur dalam pembentukan
lapisan batuan sedimen yang disebut bedforms.

a) Bekas riak (Ripples mark)

Adalah bekas dari riak air pada permukaan batuan sedimen yang terbawa oleh
batuan ketika mengalami litifikasi. Riak asimetris menandakan arah riak air yang
bergerak ke satu arah. Riak simetris menandakan arah riak air yang bergerak
stabil ke arah depan dan belakang.
b) Cross beds

Adalah pembentukan lapisan strata yang tidak konvensional, yaitu lapisan strata
yang vertikal. Hal ini dikarenakan material sedimen yang terkumpul membentuk
suatu bukit yang lama kelamaan terlitifikasi sehingga meninggalkan lapisan yang
miring secara vertikal.

c) Bukit pasir (Dunes)

Mirip dengan bekas riak, tetapi ukurannya yang lebih besar. Terbentuk akibat
angin yang meniup pasir di gurun atau pantai sehingga membentuk bukit-bukit
yang akan terlitifikasi menjadi batuan sedimen.
d) Turbidite deposit

Adalah lapisan sedimen yang terbentuk akibat pergerakan air


keruh yang biasanya disebabkan oleh longsor bawah air. Proses
ini akan menghasilkan graded beds yang ciri khasnya adalah
fragmen sedimen dengan ukuran terbesar akan berada di paling
bawah dan ukuran terkecil berada di paling atas. Hal ini terjadi
karena fragmen batuan yang berukuran lebih besar dan lebih berat
akan mengendap ke bawah lebih dulu dibandingkan fragmen yang
berukuran lebih kecil.

Pada permukaan pengendapan sedimen, dapat terdapat bekas-bekas yang


menunjukkan keadaan ketika sedimen masih belum padat atau keras. Seperti
retakan lumpur yang diakibatkan oleh sedimen lumpur yang mengering, scour
marks yang menyebabkan adanya cekungan di lumpur akibat arus, dan fosil yang
menandakan bahwa pernah ada makhluk hidup yang pernah tinggal disana.

Lingkungan pengendapan batuan sedimen bermacam-macam. Mulai dari yang


terletak di atas permukaan hingga yang berada jauh di dalam laut.
a) Di daratan
i. Gletser
Terjadi akibat pergerakan glasial es yang membawa fragmen batuan
berbagai jenis dan ukuran. Hasilnya adalah batuan sedimen yang kurang
tersusun dan beragam jenisnya.
ii. Arus sungai dari gunung
Jika terjadi banjir, fragmen berukuran besar akan ikut terbawa arus. Jika arus
biasa, hanya fragmen-fragmen yang berukuran kecil yang akan terbawa.
Biasanya menghasilkan konglomerat.
iii. Kipas aluvial
Adalah kumpulan sedimen lepas yang terkumpul di muka gunung. Ketika
terjadi longsor, materi-materi sedimen akan bergerak ke bawah dan
membentuk deposti sedimen yang berbentuk kerucut.
iv. Bukit pasir
Terbentuk akibat angin yang meniup butir-butir pasir. Fragmen-fragmen
sedimen yang terkumpul akan memiliki kesamaan ukuran, yaitu ukuran kecil
(pasir). Ketika terjadi litifikasi, akan membentuk cross beds yang berukuran
besar.
v. Sungai
Arus dari sungai akan membawa sedimen. Pasir dan kerikil akan mengisi
cekungan sungai dan pasir halus, lanau, dan lempung akan terendap di datar
banjir sekitar.
vi. Danau
Adalah sebuah kolam berisi air yang besar. Pasir dan kerikil akan terkumpul
di tepian dan lumpur dengan ukuran fragmen yang sama akan terendap di
perairan dalam.
b) Di perairan
i. Delta
Sedimen terkumpul di tempat dimana sungai bertemu dengan laut. Lama-
kelamaan, material sedimen akan membentuk delta, yaitu daratan yang
relatif muda yang terbentuk dari pengendapan sedimen di daerah pertemuan
sungai dengan laut. Biasanya membentuk topset-foreset-bottomset.

ii. Pantai
Adalah tempat dimana sedimen terproses oleh ombak secara terus menerus.
Akibatnya adalah sedimen (biasanya pasir) yang memiliki kesamaan dalam
ukuran dan bentuk. Jika terjadi litifikasi, biasanya bekas riak ombak akan
terjaga.
iii. Perairan dangkal
Adalah daerah dangkal di bawah air yang sedimennya lebih halus daripada
di pantai. Nantinya, sedimen-sedimennya dapat terbentuk menjadi batu
lanau atau batu lempung. Daerah ini biasanya terdapat kehidupan biota
bawah laut.
iv. Lingkungan shallow water carbonate
Adalah daerah di perairan dangkal yang komposisi utama sedimennya
adalah cangkang dari organisme bawah laut. Biasanya terbentuk di laguna,
dimana terdapat carbonate factory di perairan dangkalnya.

v. Perairan dalam
Adalah pengendapan sedimen di tempat yang jauh dari daratan, biasanya di
lautan dalam. Di lingkungan ini, cangkang dari organisme mikroskopis yang
mati akan membentuk chalk atau chert. Sedangkan lanau dan lempung akan
membentuk shale.
C. Fasies Sedimen (Sedimentary Facies)

Fasies sedimen atau litofasies adalah tubuh sedimen yang memiliki karakteristik fisik,
kimia, dan biologi yang berbeda dibanding sedimen lainnya. Litofasies dapat
digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan pengendapan sedimen karena setiap
lingkungan pengendapan akan meninggalkan bekas yang berbeda pada fasies
sedimen.

Gambar di atas mengilustrasikan keadaan litofasies pada daerah pengendapan yang


berada di perairan dan daratan yang saling berdekatan. Dapat dilihat bahwa seiring
berjalannya waktu, terjadi perubahan tiap fasies (ditandai dengan lapisan bawah tiap
fasies yang tidak sejajar).
Unit litostratigrafi adalah tubuh batuan yang dikategorikan berdasarkan karakteristik
litologi dan hubungannya dengan stratigrafinya. Unit litostratigrafi dapat dikatakan
sebagai waktu yang berjalan atau diakronis. Maksudnya adalah formasi batuan
sedimen yang memiliki jenis sedimen yang sama, tetapi umur dan waktu
pengendapannya berbeda-beda. Dapat dilihat di atas bahwa garis G dan O adalah
waktu.

Fasies dapat dipengaruhi oleh perubahan permukaan laut. Misalnya pada marine
transgression dimana permukaan laut bertambah tinggi dari daratan. Ketika marine
transgression terjadi, garis pantai akan semakin menjorok ke daratan dan lingkungan
di sekitar garis pantai juga akan semakin menjorok ke daratan. Akibatnya, akan terjadi
pengendapan sedimen pada lingkungan yang tenggelam sehingga membentuk fasies
sedimen. Marine transgression dapat terjadi akibat melelehnya es di kutub, aktivitas
vulkanik bawah laut, atau tenggelamnya daratan yang menyebabkan kenaikan
permukaan laut.
Sedimen yang berukuran halus akan berada di air yang lebih dalam daripada sedimen
yang berukuran agak besar seperti pasir. Hal ini menyebabkan ditemukannya pasir di
pantai sedangkan lempung dan lanau ditemukan di dasar perairan lebih dalam.

Transgresi akan membentuk fining-upward sequence atau onlap sequence. Dapat


dilihat di gambar di atas bahwa seiring berjalannya waktu urutan jenis sedimen, yaitu
karbonat, lempung, dan pasir, akan bergerak ke arah daratan. Lapisan sedimen baru
akan menutupi lapisan sedimen sebelumnya yang menyebabkan terbentuknya
litofasies.

Marine regression adalah kebalikan dari marine transgression, yaitu menurunnya


permukaan laut. Para regresi, lapisan sedimen akan semakin menjorok ke arah laut.
Marine regression dapat terjadi karena pembentukan es, gletser, atau pengangkatan
(uplift) dari daratan di perairan sekitar yang menyebabkan penurunan permukaan laut.

Perubahan permukaan laut secara global adalah eustatic sea level change.
Perubahan permukaan laut dapat disebabkan oleh melehnya es di kutub akibat
perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan (transgresi), dan pembentukan es di
kutub yang menyebabkan penurunan (regresi).
Selain itu, transgresi dapat terjadi karena perluasan dasar samudera secara cepat dan
aktivitas vulkanik bawah laut yang mengeluarkan lava ke dalam laut sehingga
menambah tinggi permukaan laut. Tenggelam dan naiknya daratan di laut juga dapat
menyebabkan perubahan permukaan laut.

Isostatic rebound adalah kenaikan daratan akibat hilangnya beban di atas daratan
tersebut, biasanya beban adalah es pada zaman es yang sekarang telah mencair.
Akibatnya, tekanan dari bawah permukaan akan mengangkat daratan yang tadinya
memiliki beban di atasnya.
D. Batuan Reservoir

Adalah batuan porous dan permeabel yang menjadi tempat terkumpulnya hidrokarbon
(minyak dan gas alam) di bawah permukaan tanah dan memiliki suatu sistem tekanan
alamiah yang tunggal.
Batuan reservoir harus bersifat porous, yaitu memiliki porositas, dan permeabel, yaitu
memiliki permeabilitas. Batuan reservoir dapat berbentuk batuan beku dan metamorf
yang rekah (fractured) sehingga memiliki ruang untuk terkumpulnya hidrokarbon
maupun batuan sedimen klastik dan non-klastik. Jenis-jenis batuan reservoir yang
umum yaitu:

a. Batu pasir
Adalah batuan sedimen yang tersusun dari fragmen sedimen yang berukuran pasir
menurut skala Wentworth (0.065 – 2 mm). Berdasarkan jenis material sedimennya,
batu pasir dibagi menjadi:
a) Batu pasir kwarsa (Quartz sandstone)
Adalah batu pasir yang mengandung lebih dari 90% butiran kuarsa detritus dan
tidak mengandung mineral clay dan merupakan batuan reservoir yang sangat
baik.

Batuan ini idealnya mengendap pada lingkungan tepi kontinen yang landai
seperti gambar di atas. Hal ini karena erosi akan minim sedangkan pelapukan
batuan menjadi kuarsa akan maksimal.
b) Batu pasir arkose
Adalah batu pasir yang terdiri dari kuarsa dan memiliki kandungan feldspar lebih
dari 25%. Fragmennya biasanya lebih tajam dan tidak sama dibandingkan batu
pasir kuarsa yang murni sehingga kurang baik menjadi batuan reservoir. Batuan
ini biasanya tidak mengandung lempung dan bersifat radioaktif.

Batuan ini terbentuk akibat daerah granitik dan batuan metamorf yang mengalami
erosi dengan sangat cepat oleh pelapukan fisika (granitic wash).

c) Batu pasir graywacke (Dirty sand atau shally sand)


Adalah batu pasir yang bersifat heterogen, dan merupakan campuran dari
fragmen-fragmen berbagai macam batuan seperti basal, rijang, feldspar, dan
lempung. Pemilahan kurang baik sehingga tidak terlalu baik menjadi batuan
reservoir.

Kondisi pengendapannya adalah pada lingkungan tepi kontinen dengan


kemiringan sedang.
Ruang pori dari batu pasir lama-kelamaan akan terisi oleh semen dalam proses
sementasi. Proses sementasi ini kana mengurangi kualitas batu sebagai batuan
reservoir karena mengurangi ruangan untuk hidrokarbon masuk. Porositas yang
terbentuk akibat proses ini disebut porositas primer. Sedangkan porositas sekunder
adalah ketika matriks batuan hancur sehingga menambah ruang pori.

Dapat dilihat dari gambar di atas karakteristik batuan pasir sebagai batuan reservoir
yang baik (The good), kurang baik (The bad), dan buruk (The ugly).
Tipe porositas yang umum pada batu pasir adalah intergranular (ruang antara
granule pada batuan), dissolution (hancurnya granule sehingga menambah
porositas), fracture atau rekahan (menambah ruang pori batuan), dan microporosity
(ruang pori yang berukuran kurang dari 1 mikron yang biasanya ditentukan oleh
kekasaran permukaan batuan).

Batuan reservoir dapat bersifat heterogen, yaitu ketika terdapat beberapa jenis
batuan yang berbeda dalam formasi. Hal ini akan membuat batuan reservoir
bersegmen dan membuat aliran fluida dalam reservoir semakin berliku-liku. Sifat
heterogen ini dapat terjadi karena proses pengendapannya atau proses
diagenesisnya. Selain itu, sifat heterogen ini juga dapat terbentuk akibat rekahan
atau patahan yang terjadi pada batuan.
Untuk menentukan hidrokarbon dalam reservoir batu pasir, dapat dilakukan logging.
Logging yang dilakukan dapat berupa SP log (Spontaneous Potential) atau GR log
(Gamma Ray).
Dengan logging, akan dapat ditemukan lapisan batuan yang memiliki porositas dan
laju aliran fluida yang menandakan adanya hidrokarbon.

Geometri pada reservoir batu pasir dapat berbeda-beda jenisnya. Pada reservoir
dengan geometri layer cake, perhitungan, permodelan, dan korelasi antar sumur
dapat dilakukan secara deterministik dengan mudah karena strukturnya yang sama
rata. Pada reservoir jigsaw puzzle, perhitungan, permodelan, dan korelasi antar
sumur masih dapat dilakukan secara deterministik, tetapi terkadang harus
menggunakan cara probabilistik. Pada reservoir labyrinth, perhitungan, permodelan,
dan korelasi antar sumur akan sulit dilakukan secara deterministik sehingga harus
dilakukan secara probabilistik dikarenakan geometri reservoirnya yang tidak sama
rata.
b. Batu serpih (Shale)

Adalah batuan sedimen yang berlaminasi dan berbutir halus dengan diameter
granulanya kurang dari 1/16 mm, bahkan hingga kurang dari 2 mikron. Ketebalan
laminasi antar serpihnya adalah sekitar 0.1 – 0.5 mm. Batu serpih merupakan
campuran dari sekitar 50% lanau, 35% mineral lempung, dan 15% mineral kimiawi.
Batuan jenis serpih merupakan batuan sedimen yang paling abundan di alam.
Warna batu serpih akan semakin gelap jika kadar organiknya (kerogen) tinggi.
Batuan akan berwarna merah jika mengandung hematit dan kebiruan/abu-abu jika
mengandung mineral siderit atau ankerit. Terkadang dapat dijumpai singkapan oil
shale di alam. Batu serpih dibagi menjadi empat, yaitu:
a) Serpih silika
Komponen utamanya kuarsa detritus atau silika amorf berukuran halus.
b) Serpih arkose
Mengandung lebih dari 10% feldspar berukuran halus.
c) Serpih mika
Tersusun dari serpihan muskovit dan butiran kuarsa yang halus pada bidang
laminasinya.
d) Serpih klorit
Tersusun dari mineral feldspar dan kuarsa yang halus.

c. Batuan karbonat klastik


Adalah batuan yang tersusun dari partikel-partikel karbonat yang berupa fragmen
organik, hasil pelapukan batuan karbonat tua, dan oolit.
a) Kalkarenit
Fragmennya tersusun dengan baik dan mengandung lebih dari 50% detritus
karbonat berukuran pasir (1/16 – 2 mm).
b) Kalsirudit
Fragmennya tersusun dengan baik dan mengandung lebih dari 50% detritus
karbonat berukuran pebble/kerikil (2 – 64 mm).
d. Batuan karbonat non-klastik
Adalah batuan karbonat yang penyusun utamanya adalah mineral-mineral atau
garam-garam karbonat. Pembentukan batuan ini dikontrol oleh tiga faktor, yaitu
faktor alami organisme yang memprodusi unsur karbonat, faktor temperatur air, dan
faktor proses diagenesa.
a) Aragonit (CaCO3, Orthorhombic)
 Temperatur air : 20 – 30 °C
 pH air :>7
 Konsentrasi Mg : Tinggi
 Unsur lain : Organik, Sr (Strontium, Ba, dan Pb
b) Kalsit (CaCO3, Hexagonal)
 Temperatur air : ± 10 °C
 pH air :<7
 Konsentrasi Mg : Rendah hingga nol
 Unsur lain : SO4, Na2CO3, (NH4)CO3, dan komponen organik tertentu
c) Dolomit (CaMg(CO3)2)
 Temperatur air : > 30 °C
 Rasio Mg/Ca sangat tinggi, > 5
 Transformasi ion dalam larutan sangat tinggi
d) Magnesit (MgCO3)
 Biasanya berasosiasi dengan evaporit
e) Siderit (FeCO3)
f) Batu gamping (Limestone)
Batu gamping mengandung lebih dari 95% mineral kalsit seperi CaO dan CO2.
Juga mengandung mineral lain seperti dolomit, ankerit, magnesit, siderit, dan
aragonit.
g) Dolomit (Dolostone)

Tersusun sebagian besar dari mineral dolomit dan terkadang mengandung


mineral kalsit. Permukaan akan berwarna terang bila masih baru terbentuk dan
berwarna kelabu bila sudah tua. Hal ini dikarenakan proses oksidasi terhadap
unsur besi di dalamnya. Teksturnya berbutir medium dan sering terdapat celah
halus.
Tipe-tipe porositas pada batuan karbonat pada umumnya adalah sebagai berikut:
Interparticle - Ruang pori antar-partikel
Intraparticle - Ruang pori di dalam partikel penyusun
Intercrystal - Ruang pori anta-kristal, biasanya dalam dolomit
Moldic - Ruang pori akibat hancurnya fragmen sedimen
Fenestral - Ruang pori akibat fragmen organik yang rusak
Shelter - Ruang pori akibat efek sheltering fragmen yang besar
Growth-framework - Ruang pori akibat tumbuhnya mineral karbonat

Fracture - Ruang pori akibat rekahan


Channel - Ruang pori yang berbentuk rongga memanjang
Vug - Rongga-rongga pori yang ukurannya lebih besar dari 1/16
mm dengan bentuk yang sama
Cavern - Ruang pori yang sangat besar (gua)
E. Lingkungan Pengendapan Batuan Induk (Source Rock)
Adalah bentuk fisiografi dimana sedimen terendapkan. Lingkungan pengendapan
dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Lingkungan darat
Endapan gurun, danau, sungai, dan glasial (es)
b. Lingkungan transisi
Endapan laguna, delta, dan litoral
c. Lingkungan laut
Endapan neritik, batial, abisal, dan hadal
Lingkungan pengendapan akan dipengaruhi oleh:
a. Penghalang fisik
Barier atau reef (terumbu)
b. Energi
Ombak, arus, dll.
c. Biologis
Aktivitas makhluk hidup

Lingkungan pengendapan batuan induk

Pada gambar di atas menggambarkan lingkungan pengendapat karbonat. Secara


umum, lingkungan pengendapan karbonat terbagi menjadi lima bagian. Yaitu tidal flat,
lagoon, barrier reef, deep shelf, dan basin.
Tergantung pada kondisi oksigen lingkungan pengendapannya, material organik dapat
terjaga keutuhannya. Lingkungan dengan kondisi oksik (oxic) kurang baik dalam
menjaga material organiknya. Pada keadaan oksik, di dasar perairan masih
mengandung oksigen sehingga masih ada organisme yang hidup. Hal ini dapat
menyebabkan bioturbasi yang dapat mengoksidasi materi organik di dasar perairan.
T.O.C. (Total Organic Carbon)-nya adalah sekitar 0.2 – 4 %. Sedangkan lingkungan
dengan kondisi anoksik (anoxic) dapat menjaga kandungan material organiknya
dengan baik. Hal ini karena di dasar perairan tidak mengandung oksigen sehingga
tidak ada organisme yang hidup di dasar. Akibatnya, material-material sedimen di
dasar tidak terganggu oleh aktivitas makhluk hidup (bioturbasi). T.O.C.-nya adalah
sekitar 1 – 25 %.

Pengendapan organik

Ganggang hidup di danau


tawar (juga di laut).
Mengumpulkan energi dari
matahari lewat proses
fotosintesis.
Ganggang yang mati akan
mengendap ke dasar dan
bercampur dengan batu
lempung membentuk
batuan induk.

Batuan induk akan terkubur


di bawah batuan-batuan
lainnya yang berlangsung
selama jutaan tahun. Jika
batuan induk terus
tenggelam dan tertumpuk
batuan lain di atasnya,
maka batuan induk akan
terpanaskan. Suhu yang
optimal untuk pematangan
minyak adalah 90 – 140 °C
(oil window).

Batuan induk (karbon) yang


terkena panas pada suhu oil
window dan bereaksi
dengan hidrogen akan
membentuk hidrokarbon
berupa minyak mentah.
Karena sifat minyak yang
lebih ringan berat jenisnya
daripada air, minyak akan
bergerak ke atas dan
terhalang oleh cap rock
(proses migrasi).
Euxinic basin adalah keadaan dimana perairan memiliki kondisi anoksik dan sulfidik.
Artinya tidak ada oksigen (O2) dan tingginya kadar hidrogen sulfida (H2S). Euxinic
basin biasanya sangat terstratifikasi gradien panasnya, memiliki lapisan permukaan
yang tipis dan kaya akan oksigen, dan daerah dasar yang anoksik dan sulfidik.
Semi isolated basin with euxinic bottom water. Pada kondisi perairan seperti ini, fresh
water dapat mengalir sampai puncak ambang (threshold).

Semi isolated basin with all water ventilated. Pada kondisi perairan seperti ini, fresh
water tidak dapat mengalir hingga puncak ambang (threshold).
Contoh klasifikasi cekungan di Danau Tanganyika di Benua Afrika. Dapat dilihat bahwa
Danau Tanganyika merupakan semi isolated basin with all water ventilated. Artinya
fresh water yang berasal dari sekitar tidak dapat mengalir hingga ambang.

Berdasarkan kandungan total organiknya atau T.O.C. (Total Organic Carbon), batuan
induk diklasifikasikan sebagai:
 T.O.C. 0.5 % - Bukan batuan induk
 T.O.C. 0.5 – 1 % - Kualitas rendah
 T.O.C. 1 – 2 % - Kualitas baik
 T.O.C. 2 – 4 % - Batuan induk yang sangat berpotensi
 T.O.C. > 4 % - Batuan induk super
Batuan karbonat membutuhkan kadar T.O.C. yang lebih rendah untuk dapat
diklasifikasikan sebagai batuan induk yang baik. Hal ini dikarenakan komposisi batuan
karbonat yang sudah mengandung banyak karbon.

Ada dua pendapat tentang teori terbentuknya minyak bumi.


a. Teori anorganik
Teori ini mirip dengan teori abrogenik. Sekarang, teori ini jarang yang menganut
karena kebenarannya sulit dibuktikan. Teori ini meliputi:
a) Teori alkali panas dengan CO2 (Berthelot, 1866)
Pada prinsipnya, karena terdapat logam alkali (misalnya Ca) di dalam Bumi yang
bertemperatur tinggi bereaksi dengan CO2 dan air membentuk C6H6.
b) Teori karbida panas dan air (Mendeleyeff, 1877)
Pada prinsipnya, di dalam kerak Bumi terdapat senyawa karbida seperti karbida
besi, yang dimana senyawa karbida tersebut akan bereaksi dengan air sehingga
membentuk senyawa hidrokarbon. Gas Asetilen terbentuk dari reaksi kalsium
karbida ditambah dengan air.
c) Teori emanasi vulkanik (Coste, 1903)
Nama lainnya adalah teori gunung api lumpur. Pada prinsipnya, karena sering
ditemukan gunung lumpur (mud volcano) pada lapangan minyak. Bukti kuat pada
saat itu adalah pengantar gunung api lumpur di Meksiko. Di daerah tersebut,
sering ditemukan minyak bumi dalam batuan volkanik dan di dekat batuan beku.
Gas metana juga ditemukan pada emanasi gunung api lainnya.
d) Hipotesa kimia (Porfir’ev dan Marx)
Nama lainnya adalah teori bakteri. Dalam teori ini, dianggap di bawah kerak Bumi
terdapat campuran air-grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai bakteri
besar. Grafit sebagai penyalur listrik. Akibatnya, air akan terurai dan
menghasilkan hidrogen yang bereaksi dengan grafit untuk membentuk
hidrokarbon.
e) Hipotesa asal kosmik
Pada prinsipnya, bahan dasar yang ada di dalam Bumi berasal dari luar angkasa.
Hipotesa ini pada dasarnya spekulasi bahwa dalam atmosfer planet, terdapat
hidrokarbon terutama metana. Pada benda meteorit juga ditemukan hidrokarbon.

b. Teori organik (P.G. Macquir, 1758)

Teori menjelaskan bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan dan


berhubungan dengan proses pembentukan batu bara. Teori ini semakin dipercaya
pada sekitar abad ke-20 ketika dilakukannya penelitian oleh American Petroleum
Institute (API). Bukti-buktinya adalah:
a) Minyak bumi mengandung zat porfirin dan klorofil. Porfirin adalah suatu zat yang
menyerupai hemoglobin yang terdapat dalam darah. Klorofil adalah zat hijau
daun yang membuat tumbuhan dapat melakukan fotosintesis.
b) Minyak bumi mempunyai kemampuan untuk memutar bidang optik (bidang
polarisasi) karena adanya zat kolesterol/lemak (C26O45OH)
c) Hidrokarbon memiliki susunan atom H, C, dan O yang sering ditemui pada zat
organik.
d) Banyaknya hidrokarbon pada batuan sedimen yang kaya akan zat organik.
Teori ini mengemukakan bahwa zat organik akan mengalami pemanasan dan
tekanan sehingga berubah menjadi kerogen yang nantinya akan menjadi batuan
induk bagi hidrokarbon. Teori ini dianut oleh hampir seluruh bagian dunia, kecuali
Rusia. Karena di sana, minyak bumi dapat dikaitkan dengan aktivitas vulkanik.

Materi organik atau kerogen adalah pembentuk utama hidrokarbon. Sebesar 80 –


95 % dari materi organik pada batuan induk adalah kerogen, sehingga kerogen
dapat dikatakan sebagai sumber pembentuk hidrokarbon. Kerogen dapat
dibedakan menjadi empat tipe, yaitu:
a) Tipe I (Alginit)
Kerogen yang berasal dari ganggang dan lipid dari bakteri yang hidup di
lingkungan air tawar. Hasilnya adalah minyak bumi.
b) Tipe II (Aksinit)
Kerogen yang berasal dari organisme plankton yang hidup di lingkungan laut.
Hasilnya adalah minyak bumi dan gas alam.
c) Tipe II (Vitrinit)
Kerogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan di lingkungan non-maritim hingga
paralik. Hasilnya adalah batu bara.
d) Tipe IV (Inertinite)
Kerogen yang berasal dari lingkungan darat dengan endapan sisa kayu yang
teroksidasi dan didaur ulang.

Diagram oil window Diagram oil and gas window


Light Texas Crude Heavy Texas Crude

F. Analisa Batuan Induk (Source Rock)


Batuan induk pada umumnya adalah kelompok batuan lempung/serpih berwarna
hitam hingga cokelat yang memiliki kadar orgaik (kerogen) yang tinggi dan mampu
menghasilkan minyak dan gas bumi. Batuan induk dapat berbentuk coal, organic shale,
marine mudstone, dan lain-lain (coally sandstone). Di batuan induk inilah nantinya
senyawa hidrokarbon akan terbentuk.
Pada umumnya, batuan yang dianggap ideal sebagai batuan induk adalah batuan
lempung/serpih yang berwarna gelap. Penyebabnya adalah batuan lempung/serpih
yang berwarna gelap dianggap memiliki kandungan material organik yang tinggi.
Terkadang, di alam bebas dapat ditemui oil seepage, yaitu perembesan minyak bumi
ke permukaan. Hal ini disebabkan batuan sedimen yang berpotensi menghasilkan
minyak (oil-prone sedimentary rocks) menghasilkan minyak bumi yang merembes ke
permukaan melalui rekahan dan lapisan sedimen yang kurang padat.

Untuk menganalisis batuan induk, dapat digunakan berbagai metode. Standar analisis
batuan induk adalah:
a) Kuantitas
b) Tipe hidrokarbon
c) Maturitas material organik
i. Reflektan vitrinit (Ro)
ii. Indeks alterasi termal (IAT)
iii. Temperatur pirolisis (T.max)

Untuk menganalisis batuan induk, dapat digunakan berbagai metode. Standar analisis
batuan induk adalah:
a) Metode pirolisis
b) Analisis T.O.C.
c) Microscopic kerogen type analisis
d) Elemental analysis
e) Nuclear magnetic resonance analysis
Teknik analisis geokimia hidrokarbon
 Tujuan
o Mengetahui potensial hidrokarbon pada suatu batuan
o Mengetahui karakter sampel tertentu secara kimia
 Jenis sampel
o Conventional Core (CC)
o Side Wall Core (SWC)
 Standar analisis
o Kuantitas
o Tipe hidrokarbon
o Maturitas Material Organik (MO)
 Evaluasi batuan induk (source rock)
o Kualitas MO (jumlah MO yang terdapat pada batuan. Diukur dengan T.O.C.)
o Sampel yang dibutuhkan kurang lebih satu gram
o Alat untuk analisisnya disebut LECO
 Standar analisis
o Cara pendekatan langsung
Dengan menggunakan metode pirolisis terhadap kerogen atau sampel batuan.
Alatnya adalah Rock Eval.
o Cara pendekatan tidak langsung
Dengan mengamati karakteristik kimia dan fisika kerogen, sehingga didapat
kuantitas hidrokarbon yang mungkin dihasilkan. Alat yang dipakai adalah
mikroskop dan analisa kimia unsur.

Analisi T.O.C. (Total Organic Carbon)


 Alat yang digunakan adalah LECO
o Sampel yang dibutuhkan sebesar 1.9 gram
 Cara analisis
o Sampel berbentuk bubuk dibakar pada temperatur tinggi dengan bantuan CO2
(sampel harus bebas dari mineral karbonat yang dihilangkan dengan HCL)
o Semua karbon organik (CO2) yang terperangkap dalam alat dilepas pada suatu
detektor ketika pembakaran telah usai.
o Jumlah CO2 yang didapat akan proporsional dengan jumlah karbon organik
dalam batuan.
o Titik batas diskualifikasi
0.5 – 1 %

Analisi hidrokarbon
 Alat yang digunakan adalah Rock Eval
o Sampel yang dibutuhkan sebesar 50 – 100 gram
 Prosedur analisa
o Sampel yang dipanaskan pada alat Rock Eval secara perlahan tanpa O2 (reaksi
penguraian) T.awal 250 °C => T.max 550 °C
o Selama pemanasan dua jenis hidrokarbon keluar dari sampel batuan
 Hidrokarbon 1 keluar pada T 250 °C. Ini merupakan hidrokarbon yang sudah
ada pada batuan (bitumen)
 Hidrokarbon 2 keluar pada T 350 °C hingga T.max 420 – 460 °C. Hidrokarbon
yang terbentuk (S2) terjadi karena pengurangan termal.
o Selama proses pirolisis, CO2 keluar dari kerogen dan ditangkap oleh perangkap
dan kemudan dilepas ke detektor 2 dan direkam sebagai S3
o Jumlah CO2 yang didapat dari kerogen dapat dikorelasikan dengan jumlah O2 di
dalam kerogen. O2 berhubungan dengan material berasal dari kayu. Selulosa
atau O2 tinggi selama diagenesa. O2 tinggi sebagai indikasi negatif potensial
hidrokarbon.

Ilustrasi alat LECO

Ilustrasi alat Rock Eval


S1 – S2 vs Temperatur (T)

S1 – S2 vs Kedalaman (depth)
Tabel jenis kerogen
Kelompok Maseral Maseral Asal Tanaman
Alginit Alga
Kutinit Lapisan lilin
Sporinit Spora
Eksinit (cenderung ke
minyak) Resinit Resin
Suberinit Gabus
Berbagai material di
Liptoderinit
atas
Telinit Jaringan tanaman
Vitrinit (cenderung gas
Kolinit Gel humus
Fusinit Arang
Semi fusinit Tanaman
Piro fusinit Jaringan
Inertinit (Inert)
Sklerotinit Jamur
Mikrinit Amorf, tidak jelas
Makrinit Prazat
Penentuan maturitas MO
 Metode yang digunakan adalah:
o Reflektansi vitrinit (Ro)
o Indeks alterasi termal
o Temperatur pirolisis (T.max)

Prosedur penentuan reflektansi vitrinit (Ro)


o Kerogen diisolasikan dengan HCL dan HF kemudian partikel kerogen
ditempatkan di suatu sumbat
o Sumbat dipoles dan diamati dengan mikroskop terhadap partikel vitrinitnya
o Sinar yang dipantulkan tertangkap dan diproses oleh komputer
o Hasil akhirnya berupa histogram dan data analisis statistik
o Hasil akhir dilaporkan sebagai Ro “O” jika oli digunakan sebagai pencelup
sumbat
o Harga Ro biasanya diplot vs kedalaman
 Jika skala Ro linear, profilnya adalah kurva garis lengkung
 Jika skala semi log, profilnya adalah garis lurus
o Partikel kerogen yang memantulkan sina ada tiga grup
 Exinit
 Vitrinit
 Innertinit
o Reflektansi vitrinit digunakan sebagai penunjuk kematangan batuan induk. Ro
(reflectance in oil) adalah frekuensi panjang lebar pada vitrinit
o Skala reflektansi vitrinit harus dikalibrasikan dengan parameter kematangan
lainnya sehingga nilai Ro dapat dikorelasikan dengan area utama dan ambang
petroleum generation
 Ro < 0.55 - Immature
 0.55 < Ro < 0.80 - Oil and gas generation
 0.80 < Ro < 1.0 - Cracking oil to gas (gas condensat zone
 1.0 < Ro < 2.5 - Dry gas generation
Harga VR 0.7 % atau 0.8 % Ro mengindikasikan kematangan paling baik

Kurva histogram Ro

Kurva linera Ro
Kurva semi log Ro

Indeks alterasi termal (IAT)


 Adalah ukuran tingkat kematangan kerogen dengan melihat intensitas warnanya.
Semakin matang suatu material organik akan memiliki intensitas warna yang
semakin gelap
 Indikasi
o Semakin matang kerogen, warnanya akan semakin gelap
o Pengukuran diutamakan pada butiran atau polen. Jika tidak ada harga IAT,
kerogen diestimasikan sebagai armorf atau inert, dimana derajat
kepercayaannya lebih rendah

Temperatur pirolisis (T.max)


 Adalah indikator kematangan (T.max) saat laju maksimum pirolisis tercapai atau
saat di punca S2
 Pertambahan kematangan akan menambah T.max
 T.max didapat secara otomatis pada pirolisis dengan rock eval

Source Potential Index (SPI)


 Adalah jumlah maksimum hidrokarbon yang dihasilkan kolom batuan induk seluas
1 m2
ℎ(𝑆1 + 𝑆2)𝜌
𝑆𝑃𝐼 =
1000
SPI = Source Potential Index (ton/m2)
h = Ketebalan batuan induk (m)
S1 + S2 = Potensi genetik rata-rata yang didapat dari rock eval (Kg HC/ton batuan)
ρ = Densitas batuan induk (ton/m3)
Ilustrasi SPI

Klasifikasi SPI
G. Mula Jadi Minyak Bumi (Oil Generation)
Minyak bumi atau petroleum (petro = batuan, leum = minyak) adalah fluida yang
mengandung hidrokarbon dalam proporsi yang besar. Tak jarang juga ikut
mengandung unsur lain seperti nitrogen, sulfur, oksigen, dll. Hidrokarbon sendiri
merupakan suatu unsur yang mengandung atom C dan H. Petroleum biasanya
terakumulasi dalam batuan.
Sifat fisik dari petroleum:
 Warna
o Minyak berat = Hijau
o Minyak ringan = Coklat gelap hingga hitam
 Bau
o Keras = Parafin + naften
o Ringan = Unsaturated + nitrogen dan sulfur
 Fluorency
o Bila kena sinar ultraviolet (T 200 – 380 °C)
 S.G.
o 0.6112 – 1.000
 Mudah terbakar (flammable)
 Mengandung klorofil

Komposisi senyawa minyak bumi:


 Sebagai senyawa organik
 Sederhana
 Unsur utamanya H dan C
 Pengotoran relatif sedikit, misalnya:
o Nitrogen
o Sulfur
o Oksigen

Tabel perbandingan komposisi rata-rata dari minyak menta, aspal, dan gas alam
Crude oil Ashpalt Natural gas
Elemen
% weight % weight % weight
Karbon 82.2 - 87.1 80 - 85 65 - 80
Hidrogen 11.7 - 14.7 8.5 - 11 1 - 25
Sulfur 0.1 - 5.5 2-8 trace - 0.2
Nitrogen 0.1 - 1.5 0-2 1 - 15
Oksigen 0.1 - 4.5 - -
Asphaltene

Sifat kimia minyak bumi dibagi menjadi empat kelompok seri hidrokarbon, yaitu parafin,
naften, aromatik, dan asphaltene.
Diagram ternary composition crude oil

Diagram ternary composition crude oil yang paling sederhana


Mekanisme mula jadinya minyak bumi:
 Minyak bumi terbentuk di dalam batuan
 Minyak bumi berasal dari sisa organisme
 Tahapannya:
o Tahap pengendapan:
 Materi organik berasal dari sisa organisme (flora dan fauna)
 Materi organik mengalami biodegradasi oleh bakteri. Umumnya berupa:
 Autohtone
- Alga
- Fitoplankton
- Copepods
 Allohtone
- Herbaceous
- Woody
 Materi organik akan terendapkan bersama-sama dengan komponen klastik
halus agar tidak rusak dan tersimpan baik di dalam batuan
 Secara geologi, ada dua syarat:
 Kecepatan sedimen besar
 Kecepatan penurunan dasar cekungan besar
 Kemudian dapat terbentuk
 Potential mother rocks
 Potential reservoir rocks

Komposisi batuan shale pada umumnya mengandung 99 % mineral dan hanya 1 %


materi organik.
Oil generation
Adalah proses perubahan sisa organisme menjadi minyak bumi

Tahap diagenesa
o Diagenesa adalah proses penimbunan materi organik oleh klastik halus hingga
setebal 1 m dengan suhu 10 – 15 °C
 Bakteri anaerobik mengubah sisa organisme menjadi karbohidrat, protein, lipid,
lignin, dan metana biogenik (CH4)
 Lewat proses fermentasi dan sapropelisasi, menghasilkan gula, asam amino,
asam lemak, dan fenol
o Penimbunan pada kedalaman 1 – 10 m akan menyebabkan polycondensation
yang menghasilkan asam fulvat dan asam humik.
o Proses insulibilisation akan menghasilkan kerogen yang mengandung CO2, H2O,
NH3, dan residu karbon (C)

Komposisi kerogen
 Materi organik humik yang menghasilkan batu bara dan gas
 Materi organik sapropelik yang menghasilkan minyak dan gas
 Secara umum, komposisi MO dalam sedimen adalah:
o 40 % protein
o 40 % karbohidrat
o 10 % lipid
o 10 % lignin
Material tersebut dihasilkan dari pohon, tanaman herbaceous, jamur, alga, protozoa,
bakteri, dan kotoran
 Materi organik + waktu + temperatur + tekanan = kerogen

Tabel jenis-jenis kerogen berdasarkan komposisi zatnya


Tahap katagenesa
 Materi organik akan mengalami penguraian akibat panas
 Terjadi jika ketebalan batuan sedimen 1000 – 4000 m dengan suhu 70 – 175 °C
 Tipe kerogen akan menentukan hidrokarbon yang terbentuk
 Tahapan ini akan mematangkan kerogen (maturation)
 Hasil lainnya berupa karbon residu

Tahap metagenesa
 Karbonisasi
o Terjadi pada ketebalan 4000 – 10000 m atau lebih dengan suhu lebih dari 175 °C
o Hasilnya adalah gas metana (residu karbon)

Kondisi yang mempengaruhi perubahan kerogen menjadi minyak adalah


 Thermal conductivity batuan

 Gradien geotermal daerah


Ringkasan Oil Generation

Biomasa
 Bagian resisten dari plankton, alga,
dan tumbuhan darat. Mengalami
Sedimen kaya organik bacteria rework
Inorganik
 Lempung dan karbonat

Polimerisasi

Diagenesa Suhu ± 50 °C

Batuan Induk

Pemisahan (Cracking)

Katagenesa Suhu 50 – 150 °C (Oil window = 65 – 150 °C)

Metagenesa Suhu > 150 °C (Menghasilkan gas)

Karbon organik mati


Diagram zona generasi hidrokarbon. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan dan
temperatur, hidrokarbon yang dihasilkan semakin banyak dalam bentuk gas
H. Petroleum System

Petroleum system terdiri dari:


a. Source rock/batuan induk
Batuan induk pada umumnya adalah kelompok batuan lempung/serpih berwarna
hitam hingga cokelat yang memiliki kadar orgaik (kerogen) yang tinggi dan mampu
menghasilkan minyak dan gas bumi. Batuan induk dapat berbentuk coal, organic
shale, marine mudstone, dan lain-lain (coally sandstone). Di batuan induk inilah
nantinya senyawa hidrokarbon akan terbentuk.
Pada umumnya, batuan yang dianggap ideal sebagai batuan induk adalah batuan
lempung/serpih yang berwarna gelap. Penyebabnya adalah batuan lempung/serpih
yang berwarna gelap dianggap memiliki kandungan material organik yang tinggi.

b. Maturity/pematangan
Merupakan proses perubahan material organik menjadi kerogen yang akhirnya
akan menjadi hidrokarbon pada batuan induk di bawah permukaan bumi.
c. Migrasi
Adalah perpindahan tempat hidrokarbon dari batuan induknya melalui batuan
porous atau bidang sesar menuju tempat bertekanan lebih rendah

a) Migrasi primer (Primary)


Pergerakan hidrokarbon keluar dari batuan induk menuju batuan reservoir. .
Migrasi ini dapat mengarah ke atas, samping, maupun bawah.
b) Migrasi sekunder (Secondary)
Pergerakan hidrokarbon dari batuan reservoir ke batuan reservoir lainnya.
Migrasi ini hanya akan mengarah ke atas secara vertikal dan ke samping melalui
patahan ataupun up-dip.
Migrasi akan berhenti bila hidrokarbon sudah terperangkap dan tidak bisa bergerak
kemana-mana lagi.
Migrasi terjadi karena adanya tenaga endogen yang memeras hidrokarbon yang
telah matang pada batuan induk sehingga keluar dan bergerak menuju tempat
dengan tekanan yang lebih rendah. Oleh karena itu, batuan harus memiliki sifat
porous dan permeabel. Proses ini memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan
hingga jutaan tahun.
Migrasi disebabkan oleh:
a) Penguburan (Burial)
Semakin dalam batuan induk terkubur, tekanan yang dialaminya semakin besar
akibat batuan di atasnya. Akibatnya, hidrokarbon dari batuan induk akan teremas
keluar akibat tekanan dan bermigrasi.
b) Pemadatan (Kompaksi)
Ketika batuan induk terkena tekanan overburden yang besar, fluida akan
berpindah lewat ruang pori atau rekahan ke tempat dengan tekanan yang lebih
rendah.
c) Peningkatan volume
Pematangan hidrokarbon akan mengakibatkan peningkatan volume yang
signifikan dan menyebabkan rekahan pada batuan induk. Hidrokarbon akan
bermigrasi lewat rekahan yang terbentuk.
d) Pemisahan dari batuan induk
Karena perbedaan massa jenisnya dengan air, hidrokarbon (minyak dan gas)
akan selalu bergerak naik ke atas.
d. Reservoir rock/batuan reservoir
Adalah batuan porous dan permeabel yang menjadi tempat terkumpulnya
hidrokarbon (minyak dan gas alam) di bawah permukaan tanah dan memiliki suatu
sistem tekanan alamiah yang tunggal.
Batuan reservoir harus bersifat porous, yaitu memiliki porositas, dan permeabel,
yaitu memiliki permeabilitas. Batuan reservoir dapat berbentuk batuan beku dan
metamorf yang rekah (fractured) sehingga memiliki ruang untuk terkumpulnya
hidrokarbon maupun batuan sedimen klastik dan non-klastik.

e. Accumulation/akumulasi
Adalah proses terkumpulnya hidrokarbon pada suatu perangkap yang merupakan
bagian tertinggi reservoir.
a) Teori akumulasi Gussow (Gussow, 1951)
Teori ini menjelaskan bahwa akumulasi terjadi dalam keadaan hidrostatik
(perangkap struktur). Hidrokarbon akan mengalir menuju ke bagian atas lapisan
penyalur akibat pengaruh dari buoyancy. Apabila hidrokarbon telah terakumulasi,
kolom minyak akan bertambah tinggi, gas akan mendorong minyak ke bawah
yang akan mendorong air ke bawah (Susunan dari atas ke bawah: gas-minyak-
air). Proses ini akan terus berlangsung hingga air dan hidrokarbon melimpah
(spill) dan bergerak ke struktur selanjutnya. Hal ini dapat menyebabkan suatu
reservoir yang hanya berisi gas, minyak, atau air.
Diagram teori akumulasi Gussow
Gas, minyak, dan air akan terkumpul pada suatu perangkap. Saat ini, mereka
masih berada di atas spill point. Seiring terkumpulnya hidrokarbon, fluida pada
reservoir akan mencapai spill point. Kemudian, akan terjadi gas flushing dimana
minyak dan air akan terdorong mendekati spill point oleh gas yang terakumulasi.
Akhirnya, reservoir awal akan terisi penuh oleh gas dan fluida lain berpindah ke
reservoir selanjutnya.

b) Teori akumulasi King Hubbert (King Hubbert, 1953)


Teori ini menjelaskan tentang akumulasi hidrokarbon yang ditinjau dari segi
kedudukan energi potensialnya. Teori ini berhubungan dengan perangkap
hidrodinamik. Teori ini mengemukakan bahwa fluida hidrokarbon akan selalu
mencari batuan reservoir yang terisolir dan memiliki potensial terendah.
Medan potensial dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan hasil dari dua
gaya.
i. Gaya mengapung (buoyancy)
ii. Gaya yang disebabkan gradien hidrodinamik
Resultan gaya mengapung dan gradien hidrodinamik. Dapat dilihat kedua gaya
tersebut menyebabkan bidang ekipotensial (WOC) menjadi miring pada sebuah
reservoir.

Penentuan waktu penjebakan hidrokarbon sangatlah penting dari segi ilmiah


maupun ekonomi karena dapat menentukan apakah suatu perangkap mengandung
hidrokarbon atau tidak. Ada beberapa bukti yang menjelaskan bahwa hidrokarbon
terjebak bersamaan dengan
pembentukan perangkap
seperti pada lensa-lensa pasir.
Selain itu, perangkap juga
dapat terbentuk setelah
hidrokarbon tidak lagi dapat
bermigrasi yang membentuk
jebakan kosong
Lensa pasir
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam akumulasi adalah:
a) Waktu pembentukan perangkap
Hidrokarbon dapat bermigrasi pada waktu pembentukan perangkap maupun
setelahnya.
b) Perangkap terisi dan kosong
Perangkap terisi akan terbentuk ketika hidrokarbon masih mampu bermigrasi,
perangkap yang terbentuk setelah hidrokarbon berhenti bermigrasi akan kosong.
c) Ekspansi gas
Menuru Leversen (1956), berdasarkan hukum Boyle dan Charles, gas akan
mengembang saat tekanan turun. Oleh karena itu, jika volume minyak dan gas
sama dengan volume reservoir, maka akumulasi telah selesai.
d) Topi gas yang berlainan
Topi gas yang tinggi pada blok turun dalam perangkap struktur (patahan)
menunjukan akumulasi gas terjadi sebelum patahan terbentuk.
e) Mineral diagenesa
Proses diagenesa akan menurunkan porositas karena terjadi sementasi dan
kompaksi. Jika terjadinya diagenesa dihalangi hidrokarbon, maka akumulasi
sudah terjadi sebelum diagenesa.
f) Sementasi organik
Waktu akumulasi adalah sebelum pengerosian bidang ketidakselarasan.
Contohnya pada semen aspal.

f. Trap/jebakan
Adalah suatu formasi batuan yang menyebabkan hidrokarbon yang terakumulasi
pada batuan reservoir tidak dapat bermigrasi lebih lanjut. Jebakan terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
a) Jebakan struktur

Merupakan perangkap yang paling baik karena dapat mengandung lebih banyak
hidrokarbon dibanding perangkap stratigrafi. Bentuknya jelas menunjukkan
berbagai lapisan penyekat dan lapisan reservoir. Disebabkan oleh gejala tektonik
atau struktur seperti lipatan dan patahan.
Hidrokarbon tidak bisa bergerak ke atas dan ke samping akibat ditutupi seal rock
yang melengkung, dan tidak bisa bergerak ke bawah karena terhalang oleh batas
air-minyak.

Closure adalah batas maksimal suatu wadah perangkap dapat diisi oleh cairan.
Jika fluida (air ataupun minyak) ditambah dalam suatu reservoir, maka akan
terjadi pertumpahan atu spill pada daerah closure. Areal closure adalah luas
maksimum area yang mengandung hidrokarbon, sedangkan vertical closure
adalah tinggi maksimal dari kolom minyak.

Areal closure

Vertical closure

Titik limpah atau spill point adalah titik pada perangkap dimana jika terjadi
pertambahan minyak, minyak akan mulai melimpah ke daerah lain dari
perangkap yang kedudukannya lebih tinggi.

Beberapa jenis variasi dari jebakan struktural adalah:


b) Jebakan stratigrafi
Merupakan perangkap yang terbentuk akibat terhalangnya hidrokarbon saat
dalam proses migrasi. Hidrokarbon yang sedang bergerak ke atas dapat saja
terhalang akibat batuan reservoir menghilang atau terjadi perubahan fasies
batuan sehingga menghalangi permeabilitasnya. Unsur utamanya adalah:
i. Adanya perubahan sifat litologi batuan reservoir sehingga menghalang
permeabilitas
ii. Adanya lapisan penutup yang menghimpit lapisan reservoir ke arah atas atau
pinggir
iii. Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa hingga menjebak
hidrokarbon yang naik
c) Jebakan kombinasi
Merupakan kombinasi antara jebakan struktur dan jebakan stratigrafi. Jebakan
ini paling sering ditemui di Bumi. Dalam perangkap ini selalu terdapat bagian
yang terbuka ke bawah. Jenisnya yang utama adalah:
i. Kombinasi lipatan-pembajian
ii. Kombinasi patahan-pembajian

iii. Perangkap ketidakselarasan-perangkap sekunder

g. Seal/cap rock/ batuan penutup

Adalah suatu batuan yang kedap air, umumnya batu serpih, anhidrit, atau garam
yang terbentuk sebagai penghalang atau penutup atas suatu jebakan sehingga
fluida terakumulasi dan tidak bisa bermigrasi lebih lanjut. Permeabilitas dari cap
rock harus sama dengan nol. Cap rock yang paling umum ditemukan adalah shale
sebanyak 65 % dari cap rock di dunia, evaporit (garam) sebanyak 33 %, dan
karbonat sebanyak 2 %.

Anda mungkin juga menyukai