A. Bumi
Bumi adalah planet dimana kita berada dan untuk saat ini, satu-satunya planet yang
diketahui mengandung kehidupan. Karena Bumi adalah sebuah planet, Bumi memiliki
struktur atau lapisan yang menyusunnya. Secara umum Bumi memiliki tiga lapisan,
yaitu litosfer/kerak, astenosfer/mantel, dan inti Bumi.
a. Litosfer/kerak (Crust)
Merupakan lapisan paling atas Bumi. Kerak benua dapat memiliki ketebalan 20-70
km dengan batuan penyusun utamanya adalah granit, sedangkan kerak samudera
hanya dapat memiliki ketebalan 5-10 km dengan batuan penyusun utamanya
adalah basal. Setiap kedalaman 1 km, panas akan bertambah sekitar 30 °C. Oleh
karena itu, nantinya pada lapisan ini dapat terbentuk deposit minyak Bumi dan gas
alam. Kerak benua dan kerak samudera nantinya juga dapat mengalami pergerakan
lempeng yang disebut pergerakan lempeng tektonik. Pergerakan lempeng tektonik
terdiri dari tiga macam, yaitu:
a) Konvergen
Pergerakan sesar terjadi ketika dua lempeng tektonik yang bergerak berlawanan
arah saling bergesekan sehingga akan menghasilkan fitur seperti sesar atau
patahan pada lempeng. Kebanyakan pergeseran sesar ditemukan pada lempeng
samudera. Hal ini dikarenakan lempeng yang paling aktif bergerak adalah
lempeng samudera (karena adanya MOR) dan terkadang arah pergerakannya
tidak searah satu sama lainnya.
b. Astenosfer/mantel
Merupakan bagian di bawah litosfer atau kerak Bumi. Kedalamannya diperkirakan
sekitar 80-200 km di bawah permukaan Bumi dan terkadang dapat mencapai 700
km. Astenosfer berbentuk seperti cairan yang sangat kental dan bersifat liat. Hal ini
dikarenakan isi dari astenosfer adalah magma yang cair. Magma yang keluar dari
mid-ocean ridges berasal dari lapisan ini. Lapisan mantel terbagi menjadi dua, yaitu
lapisan mantel atas dan mantel bawah.
a) Mantel atas
Adalah lapisan mantel Bumi yang kedalamannya sekitar 10-670 km jika dihitung
dari kerak benua dan 35-670 km jika dihitung dari kerak samudera. Lapisan ini
dimulai tepat di bawah kerak Bumi dam berakhir di atas lapisan mantel bawah.
Temperaturnya diperkirakan 200 °C pada lapisan teratasnya dan 900 °C pada
lapisan yang paling bawah.
b) Mantel bawah
Adalah lapisan mantel Bumi yang kedalamannya sekitar 660-2900 km di bawah
permukaan Bumi. Temperatur pada lapisan ini berkisar antara 1900-2600 °K atau
1600-2400 °C.
c. Inti Bumi
Adalah lapisan terdalam dari Bumi sekaligus sebagai pusat dari massa Bumi. Inti
Bumi memiliki massa yang sangat padat dengan densitas sekitar 9900-13000 kg/m3
tergantung pada kedalamannya. Karena adanya lapisan ini, Bumi memiliki medan
magnet dan gravitasi. Inti Bumi terbagi menjadi dua, yaitu inti Bumi luar dan inti
Bumi dalam. Inti Bumi luar memiliki ketebalan sekitar 2400 km dengan suhu sekitar
4500-5500 °C. Inti Bumi dalam memiliki ketebalan sekitar 1220 km dengan suhu
sekitar 5300 °C. Inti Bumi luar memiliki sifat cair yang berupa lelehan mineral logam,
yang sebagian besar adalah besi dan nikel, sedangkan inti Bumi dalam memiliki
sifat padat yang berupa campuran beberapa logam (besi, nikel, dll.).
B. Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks)
Batuan sedimen adalah tipe batuan yang terbentuk
akibat akumulasi material atau fragmen sedimen
(mineral atau organik) di muka Bumi yang disertai
dengan sementasi. Bumi diselubungi oleh lapisan
(veneer) sedimen yang tipis yang menutupi batuan
beku dan metamorf yang biasa disebut basement.
Batuan sedimen akan tipis atau tidak ada sama sekali
pada tempat dimana batuan beku dan metamorf
muncul atau menyingkap ke permukaan dan akan lebih
tebal di cekungan (basin) sedimen dimana
ketebalannya dapat mencapai 20 km.
Batuan sedimen diperkirakan menutupi 73% dari area
permukaan Bumi, tetapi hanya 8% dari volume kerak
Bumi. Di permukaan Bumi sendiri, sekitar 35%-nya
adalah batu serpih atau shale, 34%-nya adalah batuan beku dan metamorf, 16.5%-
nya adalah batu gamping, dan 14.5%-nya adalah batu pasir.
Sedimen adalah bahan utama pembentuk batuan sedimen. Sedimen memiliki jenis
yang sangat beragam karena dapat berasal dari berbagai jenis batuan. Jenis-jenis
tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis, yaitu klastik, biokimia, organik,
dan kimiawi.
b) Komposisi klas
Adalah komposisi penyusun dari fragmen sedimen atau klas. Dapat terdiri dari
satu jenis mineral saja atau sekumpulan batuan. Melalui komposisi klas dapat
diketahui sumber dari material sedimen dan lingkungan pengendapannya.
c) Bentuk (Angularity dan sphericity)
Adalah bentuk dari fragmen sedimen atau klas. Klas yang bergerak tidak terlalu
jauh dari batuan asalnya biasanya masih memiliki bentuk tajam, sedangkan klas
yang telah bergerak jauh dari batuan asalnya biasanya memiliki bentuk yang
lebih halus dan bulat.
d) Penyusunan (Sorting)
Adalah tingkat kesamaan ukuran penyusun. Pada kondisi very poorly sorted
sedimen akan memiliki jenis-jenis ukuran yang sangat berbeda, sedangkan pada
very well sorted sedimen akan memiliki jenis-jenis ukuran yang sama atau mirip.
Semakin jauh material sedimen bergerak dari batuan asalnya, maka penyusunan
akan semakin sama rata.
e) Karakteristik semen
i. Breksi
Adalah batuan sedimen dengan klas atau fragmen yang berbentuk tajam. Hal
ini menandakan bahwa batuan breksi belum bergerak terlalu jauh dari batuan
asalnya.
ii. Konglomerat
Adalah batuan sedimen dengan klas atau fragmen yang berbentuk halus dan
bulat. Artinya klas-klas atau fragmen-fragmen sedimen bertumbukan ketika
proses transportasi melalui medium air sehingga menyebabkan bentuknya
yang halus. Hal ini menandakan bahwa batuan konglomerat sudah bergerak
cukup jauh dari batuan asalnya.
b) Batuan sedimen klastik berpasir (Arenaceous rocks)
Adalah jenis batuan sedimen klastik dengan klas atau fragmen sedimen yang
berukuran kecil, halus, dan dapat dikatakan sebagai pasir. Batuan sedimen jenis
ini biasanya berupa batu pasir. Batu pasir dapat terbentuk di lingkungan
pengendapan yang beragam, dan mineral yang paling dominan di dalamnya
adalah kuarsa. Batu pasir atau arenites memiliki empat jenis, yaitu:
Adalah batu pasir yang memiliki kandungan kuarsa lebih dari 90%. Batu pasir
ini terbentuk akibat pelapukan dan erosi yang terjadi secara berulang-ulang
sehingga hanya menyisakan mineral kuarsa sebagai mineral yang paling
stabil.
ii. Arkose
Adalah batu pasir yang memiliki kandungan feldspar lebih dari 25%.
Fragmennya biasanya lebih tajam dan tidak sama dibandingkan batu pasir
kuarsa yang murni. Batuan ini terbentuk akibat daerah granitik dan batuan
metamorf yang mengalami erosi dengan sangat cepat oleh pelapukan fisika.
iii. Graywacke
Adalah batu pasir yang bersifat heterogen, dan merupakan campuran dari
fragmen-fragmen litik (klas berukuran pasir), butir pasir kuarsa yang masih
tajam, dan feldspar yang dikelilingi oleh matriks clay yang sangat halus
(bukan tersementasi). Perbedaan greywacke dengan arenites adalah dalam
kandungan matriksnya. Greywacke memiliki kandungan matriks lebih dari
15% (lebih banyak matriks dibanding semen), sedangkan arenites memiliki
kandungan matriks kurang dari 15% (lebih banyak semen dibanding matriks).
Shale Siltstone
Adalah batu gamping yang terbentuk dari kuarsa cryptocrystalline (kristal yang
strukturnya mikroskopis). Komposisinya adalah SiO2, yaitu cangkang dari
diatom dan radiolarian.
b) Oil shale
Adalah batuan shale yang mengandung kerogen, yaitu materi organik yang telah
berubah seiring berjalannya waktu.
d. Batuan sedimen kimiawi
Adalah batuan sedimen yang fragmen sedimennya terbentuk dari proses kristalisasi
mineral-mineral pada air.
a) Evaporit
Terbentuk dari hasil evaporasi air laut. Ketika air terevaporasi, maka mineral yang
terkandung dalam air akan tersisa dan mengendap. Contohnya adalah garam
laut.
b) Travertine
Adalah kalsium karbonat (CaCO3) yang mengendap dari air tanah ke permukaan.
Kalsium yang mengendap (Ca2+) akan bereaksi dengan bikarbonat (HCO3-)
mengakibatkan CO2 terbebas ke udara dan CaCO3 mengendap. Biasanya terjadi
di mata air panas (hot spring) atau dalam bentuk stalagmit dan stalaktit dalam
gua.
c) Dolostone atau dolomit
Adalah batu gamping yang berubah karena terpapar dengan cairan yang kaya
akan kandungan magnesium (Mg). CaCO3 akan berubah menjadi CaMg(CO3)2
akibat terkena cairan yang kaya akan ion Mg2+. Batuan ini mirip dengan batu
gamping, tetapi teksturnya lebih berpasir dan porositas yang lebih tinggi.
d) Replacement chert
Terbentuk ketika materi lain dalam batu tergantikan dengan silika. Misalnya
dalam petrified wood. Kayu yang telah mati akan tergantikan oleh silika yang
terkandung dalam cairan sehingga bentuk batang kayu masih terjaga tetapi
materialnya telah tergantikan dengan silika.
Struktur sedimen dari batuan sedimen biasanya terdiri dari lapisan-lapisan atau
strata yang terorientasi secara horizontal. Tiap-tiap lapisan biasanya sangat
panjang ukurannya dan komposisi tiap lapisannya sama atau mirip.
Adalah bekas dari riak air pada permukaan batuan sedimen yang terbawa oleh
batuan ketika mengalami litifikasi. Riak asimetris menandakan arah riak air yang
bergerak ke satu arah. Riak simetris menandakan arah riak air yang bergerak
stabil ke arah depan dan belakang.
b) Cross beds
Adalah pembentukan lapisan strata yang tidak konvensional, yaitu lapisan strata
yang vertikal. Hal ini dikarenakan material sedimen yang terkumpul membentuk
suatu bukit yang lama kelamaan terlitifikasi sehingga meninggalkan lapisan yang
miring secara vertikal.
Mirip dengan bekas riak, tetapi ukurannya yang lebih besar. Terbentuk akibat
angin yang meniup pasir di gurun atau pantai sehingga membentuk bukit-bukit
yang akan terlitifikasi menjadi batuan sedimen.
d) Turbidite deposit
ii. Pantai
Adalah tempat dimana sedimen terproses oleh ombak secara terus menerus.
Akibatnya adalah sedimen (biasanya pasir) yang memiliki kesamaan dalam
ukuran dan bentuk. Jika terjadi litifikasi, biasanya bekas riak ombak akan
terjaga.
iii. Perairan dangkal
Adalah daerah dangkal di bawah air yang sedimennya lebih halus daripada
di pantai. Nantinya, sedimen-sedimennya dapat terbentuk menjadi batu
lanau atau batu lempung. Daerah ini biasanya terdapat kehidupan biota
bawah laut.
iv. Lingkungan shallow water carbonate
Adalah daerah di perairan dangkal yang komposisi utama sedimennya
adalah cangkang dari organisme bawah laut. Biasanya terbentuk di laguna,
dimana terdapat carbonate factory di perairan dangkalnya.
v. Perairan dalam
Adalah pengendapan sedimen di tempat yang jauh dari daratan, biasanya di
lautan dalam. Di lingkungan ini, cangkang dari organisme mikroskopis yang
mati akan membentuk chalk atau chert. Sedangkan lanau dan lempung akan
membentuk shale.
C. Fasies Sedimen (Sedimentary Facies)
Fasies sedimen atau litofasies adalah tubuh sedimen yang memiliki karakteristik fisik,
kimia, dan biologi yang berbeda dibanding sedimen lainnya. Litofasies dapat
digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan pengendapan sedimen karena setiap
lingkungan pengendapan akan meninggalkan bekas yang berbeda pada fasies
sedimen.
Fasies dapat dipengaruhi oleh perubahan permukaan laut. Misalnya pada marine
transgression dimana permukaan laut bertambah tinggi dari daratan. Ketika marine
transgression terjadi, garis pantai akan semakin menjorok ke daratan dan lingkungan
di sekitar garis pantai juga akan semakin menjorok ke daratan. Akibatnya, akan terjadi
pengendapan sedimen pada lingkungan yang tenggelam sehingga membentuk fasies
sedimen. Marine transgression dapat terjadi akibat melelehnya es di kutub, aktivitas
vulkanik bawah laut, atau tenggelamnya daratan yang menyebabkan kenaikan
permukaan laut.
Sedimen yang berukuran halus akan berada di air yang lebih dalam daripada sedimen
yang berukuran agak besar seperti pasir. Hal ini menyebabkan ditemukannya pasir di
pantai sedangkan lempung dan lanau ditemukan di dasar perairan lebih dalam.
Perubahan permukaan laut secara global adalah eustatic sea level change.
Perubahan permukaan laut dapat disebabkan oleh melehnya es di kutub akibat
perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan (transgresi), dan pembentukan es di
kutub yang menyebabkan penurunan (regresi).
Selain itu, transgresi dapat terjadi karena perluasan dasar samudera secara cepat dan
aktivitas vulkanik bawah laut yang mengeluarkan lava ke dalam laut sehingga
menambah tinggi permukaan laut. Tenggelam dan naiknya daratan di laut juga dapat
menyebabkan perubahan permukaan laut.
Isostatic rebound adalah kenaikan daratan akibat hilangnya beban di atas daratan
tersebut, biasanya beban adalah es pada zaman es yang sekarang telah mencair.
Akibatnya, tekanan dari bawah permukaan akan mengangkat daratan yang tadinya
memiliki beban di atasnya.
D. Batuan Reservoir
Adalah batuan porous dan permeabel yang menjadi tempat terkumpulnya hidrokarbon
(minyak dan gas alam) di bawah permukaan tanah dan memiliki suatu sistem tekanan
alamiah yang tunggal.
Batuan reservoir harus bersifat porous, yaitu memiliki porositas, dan permeabel, yaitu
memiliki permeabilitas. Batuan reservoir dapat berbentuk batuan beku dan metamorf
yang rekah (fractured) sehingga memiliki ruang untuk terkumpulnya hidrokarbon
maupun batuan sedimen klastik dan non-klastik. Jenis-jenis batuan reservoir yang
umum yaitu:
a. Batu pasir
Adalah batuan sedimen yang tersusun dari fragmen sedimen yang berukuran pasir
menurut skala Wentworth (0.065 – 2 mm). Berdasarkan jenis material sedimennya,
batu pasir dibagi menjadi:
a) Batu pasir kwarsa (Quartz sandstone)
Adalah batu pasir yang mengandung lebih dari 90% butiran kuarsa detritus dan
tidak mengandung mineral clay dan merupakan batuan reservoir yang sangat
baik.
Batuan ini idealnya mengendap pada lingkungan tepi kontinen yang landai
seperti gambar di atas. Hal ini karena erosi akan minim sedangkan pelapukan
batuan menjadi kuarsa akan maksimal.
b) Batu pasir arkose
Adalah batu pasir yang terdiri dari kuarsa dan memiliki kandungan feldspar lebih
dari 25%. Fragmennya biasanya lebih tajam dan tidak sama dibandingkan batu
pasir kuarsa yang murni sehingga kurang baik menjadi batuan reservoir. Batuan
ini biasanya tidak mengandung lempung dan bersifat radioaktif.
Batuan ini terbentuk akibat daerah granitik dan batuan metamorf yang mengalami
erosi dengan sangat cepat oleh pelapukan fisika (granitic wash).
Dapat dilihat dari gambar di atas karakteristik batuan pasir sebagai batuan reservoir
yang baik (The good), kurang baik (The bad), dan buruk (The ugly).
Tipe porositas yang umum pada batu pasir adalah intergranular (ruang antara
granule pada batuan), dissolution (hancurnya granule sehingga menambah
porositas), fracture atau rekahan (menambah ruang pori batuan), dan microporosity
(ruang pori yang berukuran kurang dari 1 mikron yang biasanya ditentukan oleh
kekasaran permukaan batuan).
Batuan reservoir dapat bersifat heterogen, yaitu ketika terdapat beberapa jenis
batuan yang berbeda dalam formasi. Hal ini akan membuat batuan reservoir
bersegmen dan membuat aliran fluida dalam reservoir semakin berliku-liku. Sifat
heterogen ini dapat terjadi karena proses pengendapannya atau proses
diagenesisnya. Selain itu, sifat heterogen ini juga dapat terbentuk akibat rekahan
atau patahan yang terjadi pada batuan.
Untuk menentukan hidrokarbon dalam reservoir batu pasir, dapat dilakukan logging.
Logging yang dilakukan dapat berupa SP log (Spontaneous Potential) atau GR log
(Gamma Ray).
Dengan logging, akan dapat ditemukan lapisan batuan yang memiliki porositas dan
laju aliran fluida yang menandakan adanya hidrokarbon.
Geometri pada reservoir batu pasir dapat berbeda-beda jenisnya. Pada reservoir
dengan geometri layer cake, perhitungan, permodelan, dan korelasi antar sumur
dapat dilakukan secara deterministik dengan mudah karena strukturnya yang sama
rata. Pada reservoir jigsaw puzzle, perhitungan, permodelan, dan korelasi antar
sumur masih dapat dilakukan secara deterministik, tetapi terkadang harus
menggunakan cara probabilistik. Pada reservoir labyrinth, perhitungan, permodelan,
dan korelasi antar sumur akan sulit dilakukan secara deterministik sehingga harus
dilakukan secara probabilistik dikarenakan geometri reservoirnya yang tidak sama
rata.
b. Batu serpih (Shale)
Adalah batuan sedimen yang berlaminasi dan berbutir halus dengan diameter
granulanya kurang dari 1/16 mm, bahkan hingga kurang dari 2 mikron. Ketebalan
laminasi antar serpihnya adalah sekitar 0.1 – 0.5 mm. Batu serpih merupakan
campuran dari sekitar 50% lanau, 35% mineral lempung, dan 15% mineral kimiawi.
Batuan jenis serpih merupakan batuan sedimen yang paling abundan di alam.
Warna batu serpih akan semakin gelap jika kadar organiknya (kerogen) tinggi.
Batuan akan berwarna merah jika mengandung hematit dan kebiruan/abu-abu jika
mengandung mineral siderit atau ankerit. Terkadang dapat dijumpai singkapan oil
shale di alam. Batu serpih dibagi menjadi empat, yaitu:
a) Serpih silika
Komponen utamanya kuarsa detritus atau silika amorf berukuran halus.
b) Serpih arkose
Mengandung lebih dari 10% feldspar berukuran halus.
c) Serpih mika
Tersusun dari serpihan muskovit dan butiran kuarsa yang halus pada bidang
laminasinya.
d) Serpih klorit
Tersusun dari mineral feldspar dan kuarsa yang halus.
Pengendapan organik
Semi isolated basin with all water ventilated. Pada kondisi perairan seperti ini, fresh
water tidak dapat mengalir hingga puncak ambang (threshold).
Contoh klasifikasi cekungan di Danau Tanganyika di Benua Afrika. Dapat dilihat bahwa
Danau Tanganyika merupakan semi isolated basin with all water ventilated. Artinya
fresh water yang berasal dari sekitar tidak dapat mengalir hingga ambang.
Berdasarkan kandungan total organiknya atau T.O.C. (Total Organic Carbon), batuan
induk diklasifikasikan sebagai:
T.O.C. 0.5 % - Bukan batuan induk
T.O.C. 0.5 – 1 % - Kualitas rendah
T.O.C. 1 – 2 % - Kualitas baik
T.O.C. 2 – 4 % - Batuan induk yang sangat berpotensi
T.O.C. > 4 % - Batuan induk super
Batuan karbonat membutuhkan kadar T.O.C. yang lebih rendah untuk dapat
diklasifikasikan sebagai batuan induk yang baik. Hal ini dikarenakan komposisi batuan
karbonat yang sudah mengandung banyak karbon.
Untuk menganalisis batuan induk, dapat digunakan berbagai metode. Standar analisis
batuan induk adalah:
a) Kuantitas
b) Tipe hidrokarbon
c) Maturitas material organik
i. Reflektan vitrinit (Ro)
ii. Indeks alterasi termal (IAT)
iii. Temperatur pirolisis (T.max)
Untuk menganalisis batuan induk, dapat digunakan berbagai metode. Standar analisis
batuan induk adalah:
a) Metode pirolisis
b) Analisis T.O.C.
c) Microscopic kerogen type analisis
d) Elemental analysis
e) Nuclear magnetic resonance analysis
Teknik analisis geokimia hidrokarbon
Tujuan
o Mengetahui potensial hidrokarbon pada suatu batuan
o Mengetahui karakter sampel tertentu secara kimia
Jenis sampel
o Conventional Core (CC)
o Side Wall Core (SWC)
Standar analisis
o Kuantitas
o Tipe hidrokarbon
o Maturitas Material Organik (MO)
Evaluasi batuan induk (source rock)
o Kualitas MO (jumlah MO yang terdapat pada batuan. Diukur dengan T.O.C.)
o Sampel yang dibutuhkan kurang lebih satu gram
o Alat untuk analisisnya disebut LECO
Standar analisis
o Cara pendekatan langsung
Dengan menggunakan metode pirolisis terhadap kerogen atau sampel batuan.
Alatnya adalah Rock Eval.
o Cara pendekatan tidak langsung
Dengan mengamati karakteristik kimia dan fisika kerogen, sehingga didapat
kuantitas hidrokarbon yang mungkin dihasilkan. Alat yang dipakai adalah
mikroskop dan analisa kimia unsur.
Analisi hidrokarbon
Alat yang digunakan adalah Rock Eval
o Sampel yang dibutuhkan sebesar 50 – 100 gram
Prosedur analisa
o Sampel yang dipanaskan pada alat Rock Eval secara perlahan tanpa O2 (reaksi
penguraian) T.awal 250 °C => T.max 550 °C
o Selama pemanasan dua jenis hidrokarbon keluar dari sampel batuan
Hidrokarbon 1 keluar pada T 250 °C. Ini merupakan hidrokarbon yang sudah
ada pada batuan (bitumen)
Hidrokarbon 2 keluar pada T 350 °C hingga T.max 420 – 460 °C. Hidrokarbon
yang terbentuk (S2) terjadi karena pengurangan termal.
o Selama proses pirolisis, CO2 keluar dari kerogen dan ditangkap oleh perangkap
dan kemudan dilepas ke detektor 2 dan direkam sebagai S3
o Jumlah CO2 yang didapat dari kerogen dapat dikorelasikan dengan jumlah O2 di
dalam kerogen. O2 berhubungan dengan material berasal dari kayu. Selulosa
atau O2 tinggi selama diagenesa. O2 tinggi sebagai indikasi negatif potensial
hidrokarbon.
S1 – S2 vs Kedalaman (depth)
Tabel jenis kerogen
Kelompok Maseral Maseral Asal Tanaman
Alginit Alga
Kutinit Lapisan lilin
Sporinit Spora
Eksinit (cenderung ke
minyak) Resinit Resin
Suberinit Gabus
Berbagai material di
Liptoderinit
atas
Telinit Jaringan tanaman
Vitrinit (cenderung gas
Kolinit Gel humus
Fusinit Arang
Semi fusinit Tanaman
Piro fusinit Jaringan
Inertinit (Inert)
Sklerotinit Jamur
Mikrinit Amorf, tidak jelas
Makrinit Prazat
Penentuan maturitas MO
Metode yang digunakan adalah:
o Reflektansi vitrinit (Ro)
o Indeks alterasi termal
o Temperatur pirolisis (T.max)
Kurva histogram Ro
Kurva linera Ro
Kurva semi log Ro
Klasifikasi SPI
G. Mula Jadi Minyak Bumi (Oil Generation)
Minyak bumi atau petroleum (petro = batuan, leum = minyak) adalah fluida yang
mengandung hidrokarbon dalam proporsi yang besar. Tak jarang juga ikut
mengandung unsur lain seperti nitrogen, sulfur, oksigen, dll. Hidrokarbon sendiri
merupakan suatu unsur yang mengandung atom C dan H. Petroleum biasanya
terakumulasi dalam batuan.
Sifat fisik dari petroleum:
Warna
o Minyak berat = Hijau
o Minyak ringan = Coklat gelap hingga hitam
Bau
o Keras = Parafin + naften
o Ringan = Unsaturated + nitrogen dan sulfur
Fluorency
o Bila kena sinar ultraviolet (T 200 – 380 °C)
S.G.
o 0.6112 – 1.000
Mudah terbakar (flammable)
Mengandung klorofil
Tabel perbandingan komposisi rata-rata dari minyak menta, aspal, dan gas alam
Crude oil Ashpalt Natural gas
Elemen
% weight % weight % weight
Karbon 82.2 - 87.1 80 - 85 65 - 80
Hidrogen 11.7 - 14.7 8.5 - 11 1 - 25
Sulfur 0.1 - 5.5 2-8 trace - 0.2
Nitrogen 0.1 - 1.5 0-2 1 - 15
Oksigen 0.1 - 4.5 - -
Asphaltene
Sifat kimia minyak bumi dibagi menjadi empat kelompok seri hidrokarbon, yaitu parafin,
naften, aromatik, dan asphaltene.
Diagram ternary composition crude oil
Tahap diagenesa
o Diagenesa adalah proses penimbunan materi organik oleh klastik halus hingga
setebal 1 m dengan suhu 10 – 15 °C
Bakteri anaerobik mengubah sisa organisme menjadi karbohidrat, protein, lipid,
lignin, dan metana biogenik (CH4)
Lewat proses fermentasi dan sapropelisasi, menghasilkan gula, asam amino,
asam lemak, dan fenol
o Penimbunan pada kedalaman 1 – 10 m akan menyebabkan polycondensation
yang menghasilkan asam fulvat dan asam humik.
o Proses insulibilisation akan menghasilkan kerogen yang mengandung CO2, H2O,
NH3, dan residu karbon (C)
Komposisi kerogen
Materi organik humik yang menghasilkan batu bara dan gas
Materi organik sapropelik yang menghasilkan minyak dan gas
Secara umum, komposisi MO dalam sedimen adalah:
o 40 % protein
o 40 % karbohidrat
o 10 % lipid
o 10 % lignin
Material tersebut dihasilkan dari pohon, tanaman herbaceous, jamur, alga, protozoa,
bakteri, dan kotoran
Materi organik + waktu + temperatur + tekanan = kerogen
Tahap metagenesa
Karbonisasi
o Terjadi pada ketebalan 4000 – 10000 m atau lebih dengan suhu lebih dari 175 °C
o Hasilnya adalah gas metana (residu karbon)
Biomasa
Bagian resisten dari plankton, alga,
dan tumbuhan darat. Mengalami
Sedimen kaya organik bacteria rework
Inorganik
Lempung dan karbonat
Polimerisasi
Diagenesa Suhu ± 50 °C
Batuan Induk
Pemisahan (Cracking)
b. Maturity/pematangan
Merupakan proses perubahan material organik menjadi kerogen yang akhirnya
akan menjadi hidrokarbon pada batuan induk di bawah permukaan bumi.
c. Migrasi
Adalah perpindahan tempat hidrokarbon dari batuan induknya melalui batuan
porous atau bidang sesar menuju tempat bertekanan lebih rendah
e. Accumulation/akumulasi
Adalah proses terkumpulnya hidrokarbon pada suatu perangkap yang merupakan
bagian tertinggi reservoir.
a) Teori akumulasi Gussow (Gussow, 1951)
Teori ini menjelaskan bahwa akumulasi terjadi dalam keadaan hidrostatik
(perangkap struktur). Hidrokarbon akan mengalir menuju ke bagian atas lapisan
penyalur akibat pengaruh dari buoyancy. Apabila hidrokarbon telah terakumulasi,
kolom minyak akan bertambah tinggi, gas akan mendorong minyak ke bawah
yang akan mendorong air ke bawah (Susunan dari atas ke bawah: gas-minyak-
air). Proses ini akan terus berlangsung hingga air dan hidrokarbon melimpah
(spill) dan bergerak ke struktur selanjutnya. Hal ini dapat menyebabkan suatu
reservoir yang hanya berisi gas, minyak, atau air.
Diagram teori akumulasi Gussow
Gas, minyak, dan air akan terkumpul pada suatu perangkap. Saat ini, mereka
masih berada di atas spill point. Seiring terkumpulnya hidrokarbon, fluida pada
reservoir akan mencapai spill point. Kemudian, akan terjadi gas flushing dimana
minyak dan air akan terdorong mendekati spill point oleh gas yang terakumulasi.
Akhirnya, reservoir awal akan terisi penuh oleh gas dan fluida lain berpindah ke
reservoir selanjutnya.
f. Trap/jebakan
Adalah suatu formasi batuan yang menyebabkan hidrokarbon yang terakumulasi
pada batuan reservoir tidak dapat bermigrasi lebih lanjut. Jebakan terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
a) Jebakan struktur
Merupakan perangkap yang paling baik karena dapat mengandung lebih banyak
hidrokarbon dibanding perangkap stratigrafi. Bentuknya jelas menunjukkan
berbagai lapisan penyekat dan lapisan reservoir. Disebabkan oleh gejala tektonik
atau struktur seperti lipatan dan patahan.
Hidrokarbon tidak bisa bergerak ke atas dan ke samping akibat ditutupi seal rock
yang melengkung, dan tidak bisa bergerak ke bawah karena terhalang oleh batas
air-minyak.
Closure adalah batas maksimal suatu wadah perangkap dapat diisi oleh cairan.
Jika fluida (air ataupun minyak) ditambah dalam suatu reservoir, maka akan
terjadi pertumpahan atu spill pada daerah closure. Areal closure adalah luas
maksimum area yang mengandung hidrokarbon, sedangkan vertical closure
adalah tinggi maksimal dari kolom minyak.
Areal closure
Vertical closure
Titik limpah atau spill point adalah titik pada perangkap dimana jika terjadi
pertambahan minyak, minyak akan mulai melimpah ke daerah lain dari
perangkap yang kedudukannya lebih tinggi.
Adalah suatu batuan yang kedap air, umumnya batu serpih, anhidrit, atau garam
yang terbentuk sebagai penghalang atau penutup atas suatu jebakan sehingga
fluida terakumulasi dan tidak bisa bermigrasi lebih lanjut. Permeabilitas dari cap
rock harus sama dengan nol. Cap rock yang paling umum ditemukan adalah shale
sebanyak 65 % dari cap rock di dunia, evaporit (garam) sebanyak 33 %, dan
karbonat sebanyak 2 %.