Cekungan Kutai yang berada di bagian timur Pulau Kalimantan dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian barat yang disebut sebagai Cekungan Kutai Atas (Upper Kutai Basin) dan bagian
timur yang disebut sebagai Cekungan Kutai Bawah (Lower Kutai Basin). Cekungan Kutai atas
merupakan daerah pengangkatan tektonik dan subsekuen erosi yang dihasilkan dari inversi
deposenter Paleogen. Batas dari sedimen berumur Paleogen dan Cekungan Kutai sulit ditentukan
karena adanya tektonik ekstensional pada saat Eosen Tengah yang menghasilkan graben dengan
arah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya yang terkoneksi dan yang tidak terkoneksi di bagian
timur Kalimantan. Kedua bagian Cekungan Kutai tersebut berada di atas deposenter Paleogen
tersebut (Moss dan Chambers, 1999).
Gambar 2.3. Diagram penampang rekonstruksi geologi struktur di Cekungan Kutai (dimodifikasi
dari Ott, 1987)
Setelah terjadi inversi di Miosen Awal, terjadi pembanjiran sedimen deltaik yang
berprogradasi ke arah timur menuju deposenter Delta Mahakam dimana akomodasi cekungan
cocok dengan adanya input sedimen. Pada interval sedimen ini terdapat eksploitasi aktif sistem
petroleum di Cekungan Kutai (Graves dan Swauger, 1997; Paterson dkk., 1997 dalam Moss dan
Chambers, 1999).
Gambar 2.4. Kolom stratigrafi Cekungan Kutai (modifikasi dari Satyana dkk, 1999)
Kelompok Kampung Baru terdiri dari Formasi Tanjung Batu dan Formasi Sepinggan.
Formasi Tanjung Batu tersusun oleh batupasir, batulempung, dan batulanau. Sedangkan Formasi
Sepinggan tersusun oleh batupasir, batulempung, batulanau dan batubara. Lingkungan
pengendapan kelompok ini adalah delta hingga laut dangkal yang diendapkan pada Miosen Akhir
hingga Plio-Pleistosen (Satyana dkk, 1999).
Kelompok Mahakam diendapkan di atas Kelompok Kampung Baru yang terdiri dari
Formasi Attaka dan Formasi Handil. Formasi Attaka tersusun oleh batulempung, batupasir, dan
kalkarenit bioklastik yang diendapkan pada lingkungan pengendapan neritic tengah hingga laut
dangkal. Sedangkan Formasi Handil tersusun oleh batupasir yang diendapkan pada lingkungan
pengendapan delta pada Holosen. Sementara itu, endapan Delta Mahakam yang terbentuk pada
lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta diendapkan secara tidak selaras terhadap batuan di
bawahnya. Endapan Delta Mahakam ini berupa pasir, lumpur, kerikil dan endapan pantai
(Satyana dkk, 1999).
Gambar 2.5 Penampang struktur di sepanjang Cekungan Kutai yang memperlihatkan jebakan
hidrokarbon (Ott, 1987).
Gambar 2.7. Fitur geologi yang melewati Lapangan Sepinggan (dimodifikasi dari Ssianto
dkk., 2012).
Gambar 2.8. Sesar Sepinggan beserta sesar-sesar minor lainnya di Lapangan Sepinggan
(dimodifikasi dari PT. Chevron Indonesia Company, 2011).
c. Ekstensi di Pliosen-Pleistosen
Selama Miosen Akhir hingga Pliosen Awal, Sabuk Lipatan Samarinda berkembang.
Sabuk Lipatan Samarinda ini berpropagasi terhadap waktu ke arah tenggara. Di akhir
deformasi ini, sesar dengan arah jurus beratlaut teraktivasi sebagai tear fault dan
mengakomodasi perbedaan slip pada lembaran thrust yang berkulit tipis dan lipatan
yang terganggu. Karena arah transport thrust, sesar dengan arah jurus baratlaut
muncul dan direaktivasi sebagai sesar mengiri lateral. Kompresi juga menghasilkan
sesar-sesar baru yang menghubungkan sesar normal lama. Contohnya adalah sesar
sepinggan yang memperlihatkan reverse displacement.
B.2. Pada Gambar 2.9, Lapangan Sepinggan memiliki beberapa sekuen dalam kolom
stratigrafi menurut PT. Chevron Indonesia Company, yaitu (dari tua ke muda):
Gambar 2.9 modifikasi kolom stratigrafi dari Cekungan Kutai (Satyana dkk., 1999) dan
kolom stratigrafi Lapangan Sepinggan (PT. Chevron Indonesia Company).
1. Maruat
Sekuen maruat ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu (dari tua ke muda): Klastik
Maruat dominasi serpih, Klastik Maruat dominasi batupasir, dan Karbonat maruat.
Untuk Lapangan Sepinggan, jarang sekali sumur yang menembus sekuen Maruat, dan
hanya ada beberapa sumur yang menembus bagian Karbonat Maruat.
Seperti namanya, untuk Maruat dominasi serpih ini litologinya terdiri dari serpih laut
dalam dan sedikit batugamping. Pada maruat dominasi batupasir, litologinya terdiri
dari batupasir yang mendominasi, batubara, dan batugamping. Sedangkan pada
Karbonat Maruat, litologi yang mendominasi adalah batugamping. Batugamping ini
muncul sebagai sekuen tebal yang berada di sepanjang upthrown Sesar Tengah dan
sesar lainnya. Ketebalan karbonat ini bervariasi mulai dari 10 kaki hingga 100 kaki.
Umur Maruat Karbonat yaitu akhir dari Miosen Awal. Sedangkan umur Maruat
klastik dominasi batupasir dan serpih yaitu di pertengahan Miosen Awal.
2. Yakin
Sekuen Yakin ini dibagi menjadi dua yaitu Yakin Atas dan Yakin Bawah. Litologi
Yakin Bawah adalah perselingan batupasir dan serpih. Sedimentasi batupasir adalah
sedimentasi distal (jauh dari sumber sedimen). Lingkungan pengendapannya yaitu
prodelta dan marine shelf. Di Yakin Atas, litologinya juga perselingan batupasir dan
serpih. Pada Yakin Atas, terlihat bahwa terdapat regresi yang tiba-tiba dibandingkan
dengan formasi diatasnya. Sedimentasi batupasir di Yakin Atas adalah sedimentasi
proksimal (dekat dengan sumber sedimen). Lingkungan pengendapan Yakin Atas
adalah fluvial dan tidal delta plain.
3. Sepinggan Deltaik
Sepinggan Deltaik dibagi menjadi beberapa bagian (dari tua ke muda): Deltaik
bawah, deltaic tengah, dan deltaic atas. Pada sepinggan deltaic bawah, litologi yang
dominan adalah batupasir deltaic yang banyak berselingan dengan batubara.
Sedangkan pada sepinggan deltaic tengah, kehadiran batubara lebih sedikit
dibandingkan sepinggan deltaic bawah. Pada sepinggan deltaic atas, litologi masih
didominasi batupasir tetapi terlihat adanya transisi menuju Sepinggan Karbonat.
Umur Sepinggan Deltaik ini yaitu pertengahan Miosen Tengah.
4. Karbonat Sepinggan
Seperti nama sekuen ini, litologi yang umum yaitu batugamping. Lingkungan
pengendapan Sekuen Karbonat Sepinggan di bagian atas yaitu inner shelf, sedangkan
sekuen karbonat sepinggan di bagian bawah yaitu transisi antara laut dangkal dan laut
dalam. Umur sekuen ini dari akhir Miosen Tengah hingga bagian awal dari Miosen
Awal.
5. Low Resistives
Sekuen ini dinamakan Low Resistives karena karakteristik resistivitasnya rendah
pada lognya. Lingkungan pengendapan sekuen ini adalah inner shelf dengan adanya
pengaruh deltaic dari delta front. Litologi utama adalah batupasir dan sedikit serpih di
bagian atas sekuen ini. Serpih di sekuen ini memiliki ciri khas di log, yaitu nilai
gamma-ray yang tinggi. Umur sekuen ini yaitu di pertengahan Miosen Awal hingga
Miosen Akhir.
6. Shallow
Sekuen ini berumur Miosen Akhir hingga Resen. Litologinya berupa batupasir deltaic
yang masih diendapkan hingga saat ini.