Nilai anomali gaya berat yang rendah berkorelasi dengan ketebalan sedimen yang
sangat tebal. Pola distribusi anomaly gaya berat ini memperlihatkan pula
ketinggian- ketinggian batuan dasar yang diperlihatkan dengan nilai anomali gaya
berat yang tinggi.( 30-100 mgal ), yang merupakan batas terluar dari cekungan ini.
Pada kala paleosen hingga eosen awal pada wilayah ini terjadi
pengangkatan dan juga erosi dari paparan sunda. Aktivitas tektonik ini berlanjut
dengan peregangan dan penipisan kerak pada tepian benua san pemekaran lantai
samudera di laut Sulawesi. Episode ini membentuk terban-terban rift terisi
sedimen sungai dan danau, pensesaran bongkah pada tepi bukaan, serta intrusi
gunung api pada bagian tengah bukaan. Elemen tektonik ini memisahkan bagian
barat Sulawesi dari bagian timur Kalimantan. Sementara itu, pemekaran lantai
samudera di laut Sulawesi meluas ke selat Makassar pada kala oligosen tengah.
Setelah tektonik ekstensi di sepanjang selat Makassar , terbentuk rendahan pada
cekungan kutai. Proses penurunan suhu (thermal) pada tepi benua dan poros
cekungan tersebut juga barakibat pada pengendapan ‘ post-ritf-sag’. Pada saat ini,
terjadi suatu transgresi besar yang menghasilkan lautan luas epikontinental,
pertumbuhana karbonat pada paparan dan juga pengendapan suspensif dan
massflow pada rendahan cekungan.
Evolusi tektonik di cekungan kutai menurut asikin ( 1995 ) dalam laporan internal
VICO Indonesia terdiri dari 8 kejadian utama, antara lain :