Kondisi Geologi Kalimantan Selatan secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
Batuan yang berada di Geopark Meratus merupakan batuan seri ofiolit yang
tersingkap akibat obduksi dari Mikrokontinen Paternoster terhadap Sundaland pada
Kapur Awal (137–110 jtl). Pada periode ini, kerak benua yang berada dibelakang
(Tenggara) Mikrokontinen Paternoster, yaitu Blok Sulawesi Selatan mulai menunjam
kebawah dari mikrokontinen tersebut dan mulai terjadi proses obduksi hingga kolisi
pada jaman Kapur Akhir. Sehingga seri ofiolit yang berada di Meratus dan
Karangsambung – Cileutuh, memiliki umur dan periode yang tidak sama. Karena
Ofiolit Meratus merupakan produk subduksi–obduksi dan kolisi dari Mikrokontinen
Paternoster terhadap Sundaland yang akhirnya membuat batuan seri ofiolit
tersingkap keatas permukaan, sedangkan Karangsambung–Cileutuh merupakan
produk subduksi–kolisi dari Blok Sulawesi Selatan (Bantimala) terhadap
Mikrokontinen Paternoster.
Periode aktivitas tektonik didalam pembentukan Kalimantan Selatan, dalam hal ini
pembentukan Pegunungan Meratus, keterdapatan batuan penyusun seri ofiolit
meratus dan cekungan sedimen, terbagi menjadi 8 (delapan) proses periode geologi,
antara lain :
Pada periode ini Mikrokontinen Paternoster mulai bergerak kearah Tenggara dan
mengalami proses subduksi terhadap Sundaland yang mengakibatkan terjadinya
proses vulkanisme dan membentuk Pegunungan Schwaner akibat leburnya kerak
samudera yang menunjam kebawah. Pada periode ini awal mula terbentuknya
batuan alas (mantel) di Kalimantan Selatan yang berupa Batuan Malihan. Kehadiran
batuan malihan ini seperti Sekis dan Gneiss tersingkap sangat baik di
Geosite Matang Keladan dan Gunung Belanda.
Sampel dan Petrografi Gneiss di Gunung Belanda
Periode 2 : Jura Akhir-Kapur Awal (165-137) jtl.
Dibuktikan dengan adanya penemuan batuan beku vulkanik dan plutonik (Intrusi
Diorit) yang bersifat asam dan intermediet yang berupakan bagian dari
kelompok Granit Batanglai/Belawayan. Beberapa lokasi yang terseingkap dengan
baik seperti Air Terjun Kilat Api, Air Terjun Balawaian dan sumber air panas (Tanuhi
dan Hantakan).
Pada periode ini, subduksi Blok Sulawesi Selatan terhadap Benua Paternoster terus
berjalan dan hampir semua daerah merupakan daratan sehingga mengalami
proses erosional dan gliptogenesa.
Pada periode ini terjadi kegiatan struktur geologi yang cukup intens, ditandai dengan
pensesaran naik dan geser yang diikuti sesar turun, sehingga membentuk suatu
jalur/pathway bagi source rock untuk menginjeksi minyak bumi kepada batuan yang
memiliki karakteristik reservoir yang baik, serta menjadi perangkap pada reservoir
yang telah terbentuk. Pada periode ini juga diendapkan Formasi Dahor yang memiliki
unit litologi penciri berupa batulempung sampai batulempung pasiran dan batupasir.
Di lokasi Danau Biru terdapat litologi yang menjadi penciri dari formasi ini yaitu
batupasir dan lempung.