Anda di halaman 1dari 8

TUGAS GEOLOGI LAUT

PENENTUAN UMUR BATUAN SEDIMEN

MUHAMAD AFWAN SHADRI VIHARYO

26020113140060

ILMU KELAUTAN - A

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2014
STRATIGRAFI
A. Pengertian Stratigrafi

Stratigrafi adalah susunan lapisan sedimen dari waktu ke waktu.Perlapisan batuan


sedimen mengandung makna penting dalam menentukan umur relatif batuan dan lingkungan
pengendapan dalam hubungan ruang dan waktu. Jadi, lapisan-lapisan batuan sedimen
mengandung catatan kejadian penting pada masa silam seperti iklim, jenis organisme yang
hidup, lingkungan tempat terbentuknya batuan tersebut, kapan batuan tersebut terbentuk dan
sebagainya. Oleh karena itu, stratigrafi digunakan sebagai studi mengenai sejarah, komposisi
dan umur relatif serta distribusi pelapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi.

B. Prinsip-prinsip Stratigrafi

Steno mengemukakan tiga prinsip stratigrafi yaitu prinsip kemendataran awal,


superposisi, dan kesinambungan menyamping.

a. Prinsip Kemendataran Awal (The law of original horizontality)


Menjelaskan bahwa proses pengendapan bahan sedimen pada awalnya mendatar, kecuali
sedimen kasar di lingkungan pengendapan non marin sering membentuk sudut 30 menurut
sudut hentinya (angle of repose), misalnya pada kipas aluvial, endapan rombakan batuan
(talus scree), endapan vulkanik di lereng gunung api.

b. Prinsip Superposisi (The law of superposisi)


Menjelaskan bahwa dalam suatu pengendapan yang berlapis-lapis, lapisan bawah yang
diendapkan lebih awal dan berumur lebih tua daripada lapisan-lapisan di atasnya. Prinsip ini
hanya berlaku apabila lapisan-lapisan tersebut belum mengalami gangguan misalnya
mengalami pelipatan rebah.

c. Prinsip Kesinambungan Menyamping (The law of lateral continuety)


Menjelaskan bahwa perlapisan batuan sedimen menerus melintasi ledok pengendapan, tidak
diendapkan di satu tempat saja secara vertikal. Oleh karena itu, dalam suatu lingkungan
pengendapan, suatu lapisan masih dapat diketemukan lanjutannya ke samping.

Ciri batuan sedimen adalah berlapis-lapis, pipih berbentuk lempengan. Penyebab


perlapisan kadang-kadang mudah ditafsirkan namun ada pula yang sulit diketahui
penyebabnya. Pada batuan sedimen klastik, penyebab perlapisan batuan adalah :
1. Perubahan iklim, yang berpengaruh pada banyak sedikitnya bahan sedimen yang
diendapkan.
2. Perubahan tinggi muka laut(transgresi dan regresi laut),berpengaruh pada perbedaan
ketinggian antara daerah asal sedimen dengan lingkungan pengendapan.
3. Pengangkatan daerah asal sedimen, berpengaruh pada besar kecilnya erosi, daya angkut
sungai, dan sifat batuan yang diendapkan.
4. Pengaruh kimia, misalnya garam-garaman menyebabkan terjadinya pengendapan secara
kimiawi.
5. Perlapisan karena organisme, misalnya pada kurun waktu tertentu lingkungan
memungkinkan hidupnya organisme diatomeae maka terbentuklah lapisan yang berbeda.
C. Satuan-satuan Stratigrafi

Lapisan batuan sedimen juga perlu diberi nama supaya mudah dibedakan dengan
lapisan batuan lain. Satuan perlapisan batuan terkecil yang masih dapat diamati di lapangan
disebut lapisan (laminae). Lapisan-lapisan yang mempunyai kesamaan tertentu misalnya
kesamaan litologi digabung dan disebut formasi (formation). Suatu formasi dapat pula dibagi
ke dalam anak bagian, misalnya formasi tersebut terdiri dari lapisan yang berganti-ganti
antara batupasir lempeng - batupasir lempung maka batupasir dan lempung
disebut anggota (member). Beberapa formasi yang mempunyai persamaan sifat-sifat tertentu
digabungkan menjadi kelompok (group), misalnya beberapa formasi batuan endapan
vulkanik disebut kelompok vulkanik.

Kelompok, formasi, anggota, biasanya diberi nama menurut tempat diberikan


singkapan terbaik atau berdasarkan tempat pertama kali diketemukan. Contoh: Formasi
Tellisa di Sumatera Selatan, terutama terdiri dari lapisan-lapisan lempung dan napal, diberi
nama sesuai nama anak sungai Tellisa (di Jambi) tempat diketemukannya singkapan yang
bagus. Di beberapa tempat dalam Formasi Tellisa ini terdapat batu gamping yang
menggantikan senagian lempung. Batu gamping tersebut diberi nama Member Baturaja
sesuai dengan nama tempat di mana pertama kali diketemukan. Jadi pemberian nama sangat
subyektif, namun kalau sudah diberi nama oleh peneliti terdahulu maka hendaknya jangan
membuat nama baru lagi. Perhatikan contoh stratigrafi di daerah Karawang Selatan, Jawa
Barat pada gambar 1.0

Gambar 1.0 contoh stratigrafi di daerah Karawang Selatan, Jawa Barat


D. Ketidakselarasan dalam Stratigrafi

Lyell dan ahli geologilainnya pada abad ke 19 berspekulasi bahwa memungkinkan


untuk menentukan umur mutlak batuan dengan menggunakan catatan stratigrafi. Dia
mengatakan bila seseorang mengukur tingkat sedimentasidi laut, dan mengukur tebal seluruh
sedimen, maka mungkin untuk menghitung berapa lama terjadinya lapisan batuan sedimen
tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan benar dengan mengasumsikan bahwa :

a. Tingkat sedimentasi konstan selama terjadi sedimentasi


b. Diasumsikan bahwa seluruh lapisan conform, yang berati diendapkan lapisan demi lapisan
tanpa interupsi/gangguan. Jika ada gap/ada yang hilang dalam catatan geologi karena tererosi
atau tidak ada pengendapan maka waktu yang didapatkan dari perhitungan akan mengalami
kesalahan.

Asumsi pertama salah karena dari pengamatan sehari-hari pada masa sekarang
berbeda tingkat sedimentasi dari tempat satu ke tempat yang lainnya dan dari waktu ke
waktu. Asumsi kedua juga salah karena sedimen dapat hilang secara periodik oleh perubahan
lingkungan seperti perubahan tinggi permukaan laut dan aktivitas tektonik yang memimpin
ke terjadinya erosi dan tidak terjadi pengendapan.

Unkonforminitas adalah tidak adanya kesinambungan dalam urutan sedimentasi. Hal


itu terjadi karena perubahan kondisi lingkungan yang menyebabkan tidak terjadinya
pengendapan pada waktu tertentu. Ada tiga jenis unkonforminitas yang dijumpai dalam
batuan sedimen, yaitu angular unconformity, diskonformity, nonconformity.

a. Angular unconformity, berkaitan dengan lapisan yang lebih tua mengalami deformasi
kemudian tererosi sebelum lapisan lebih muda diendapkan diatasnya.
b. Disconformity, yaitu unkonforminitas yang permukaan lapisan tidak teratur diantara
lapisan mendatar yang disebabkan oleh berhentinya sedimentasi danterjadi erosi, tetapi tidak
ada pemiringan lapisan. Diskonforminitas mudah dikenali karena lapisan diatas dan
dibawahnya mendatar.
c. Noncomforminity, dimana lapisan sedimen terletak diatas bakuan bekuatau batuan
metamorf.

E. Waktu Geologi

Waktu adalah periode selama suatu proses berlangsung, terjadi serangkaian kejadian
yang tidak dapat diubah lagi. Waktu sangat penting dalam kehidupan manusia, demikian juga
dalam ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang Geologi. Karena itu para ahli Geologi
berusaha menciptakan skala waktu geologi untuk mengungkapkan kejadian-kejadian geologis
seperti kapan terbentuknya bumi, kapan batuan tertentu terbentuk, kapan suatu daerah
mengalami pelipatan, dan sebagainya.

Orang Mesir kuno mengamati dengan seksama perjalanan semu matahari lalu
dihubungkan dengan zodiak, dan kemudian menetapkan bahwa lamanya perjalanan matahari
sampai ke kedudukan semula adalah 1 tahun. Kemudian tahun 1964 ahli-ahli ilmu
pengetahuan alam berusaha mendapatkan alat ukur yang lebih akurat dengan menggunakan
derajat getaran atom cesium 133. Jam cesium yang tingkat kesalahannya kecil
yaitu <1detik/1.000tahun, sekarang digunakan meluas di seluruh dunia dan orang
meninggalkan pengukuran waktu berdasarkan teori relativitas dari Einstein.
Bumi kita selalu mengalami perubahan sebagai akibat dari proses-proses yang
dialami. Periode suatu proses berlangsung atau perubahan-perubahan/kejadian-kejadian yang
dialami bumi perlu diketahui karena mempunyai nilai positif bagi ilmu pengetahuan,
khususnya bagi penggunaan praktis dalam ilmu pengetahuan, khususnya bagi penggunaan
praktis dalam ilmu geologi itu sendiri. Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa teori
evolusi kehidupan yang mendasari ilmu Biologi tidak membawa arti sepenuhnya bila tidak
dihubungkan dengan waktu geologi, kapan spesies tertentu hidup di dunia ini dan seterusnya.
Eksplorasi mineral bahan galian yang terkandung di dalam bumi akan mengalami kesulitan
jika kejadian-kejadian geologis yang menghasilkan deposit tersebut tidak dapat
direkonstruksikan.

Sadar akan pentingnya waktu, maka ahli geologi berusaha dengan segala kemampuan
menafsirkan dan menghitung umur bumi, umur unit-unit batuan, dan semua kejadian-
kejadian yang berhubungan dengan bumi. Adapun bidang geologi yang berhubungan erat
dengan penentuan umur geologi terutama 3 sub spesialisasi geologi yaitu Palaentologi yang
mempelajari fosil-fosil dalam rangka mengungkap kehidupan masa silam,Stratigrafi yang
mempelajari lapisan-lapisan batuan sedimen, danGeokronologi suatu sub spesialisasi
gabungan antara geokimia dan geofisika yang bekerja menentukan umur absolut berdasarkan
mineral yang terkandung dalam batuan. Akhirnya dikenal 2 macam ukuran waktu geologi
yaitu umur absolut dan umur relatif.

Pada tahun 1654 Uskup Agung James Ussher mengambil kesimpulan sebagai hasil
analisis skriptualnya bahwa bumi diciptakan padatahun 4004 SM. Beberapa tahun
kemudian, DR. John Lightfood dari sekolah teologia Cambridge, Inggris, merasa dapat
menunjukkan lebih tepat lagi kapan bumi diciptakan oleh sang pecipta, seperti tulisannya
berikut ini: Heaven and Earth, center and circumference, were made in the same
instance of time, and clouds full of water, and man was created by Trinity on the 26th of
October 4004 BC at 9 oclock in the morning . Benarkah bumi baru berumur sekitar 6000
tahun? Bagaimana pandangan para ahli ilmu pengetahuan terhadap pendapat kedua teolog
tersebut, dapat diikuti uraian berikut ini.

1. Pengukuran Relatif
Umur relatif berarti dalam mengungkap umur belum dinyatakan secara tegas dengan
skala waktu melainkan hanya membandingkan mana yang lebih tua dan mana yang lebih
muda. Misalnya kita mengamati 2 lapisan batuan sedimen A dan B, maka dengan
menggunakan umur relatif kita cukup mengatakan lapisan batuan sedimen A lebih tua
daripada lapisan batuan sedimen B atau sebaliknya, atau terbentuk pada waktu yang sama
(seumur).
Beberapa metode pengukuran umur relatif antara lain:
1.) Metode Superposisi
Digunakan untuk menentukan umur relatif batuan sedimen yang belum mengalami
gangguan (misalnya mengalami pelipatan). Prinsipnya adalah lapisan batuan sedimen yang
terletak paling atas umurnya lebih muda daripada lapisan dibawahnya. Hal ini mudah
dipahami karena proses pengendapan dimulai dari bawah.

2.) Metode Intertonguing


Artinya batuan yang saling memasuki?menembus satu sama lain. Digunakan pada
batuan sedimen yang struktur pelapisannya saling memasuki satu sama lain. Kalau
menemukan batuan semacam itu maka dapat ditafsirkan umur kedua lapisan batuan tersebut
sama.
3.) Metode Intrusi
Digunakan pada batuan intrusi. Pada peristiwa adanya batuan intrusi (magma
membeku dalam batuan sedimen) maka dapat ditafsirkan bahwa batuan intrusi umurnya lebih
muda daripada batuan sedimen yang dimasuki.

4.) Metode Metamorfosis


Digunakan pada batuan malihan. Apabila kita menemukan batuan malihan maka
penafsirannya adalah batuan malihan tersebut lebih muda daripada batuan induknya (batuan
darimana dia berasal). Misalnya kita menemukan batuan pualam (marmer) kapur maka dapat
ditafsirkan bahwa batu pualam lebih muda umurnya daripada batu kapur karena marmer
berasal dari batu kapur yang mengalami metamorfosis.

5.) Metode Deformasi


Digunakan pada proses perubahan formasi batuan akibat adanya proses geologi
seperti patahan atau pelipatan. Dalam keadaan demikian dapat ditafsirkan bahwa batuan yang
mengalami patahan atau pelipatan tersebut umurnya lebih tua daripada peristiwa patahan atau
pelipatan. Jadi sudah ada lapisan batuan baru terjadi proses pematahan atau pelipatan.

6.) Metode Fauna


Dapat diartikan pergantian alam binatang. Setiap lapisan sedimen biasanya
mengandung fosil dengan karakteristik sendiri-sendiri menurut tempat dan waktu organisme
itu hidup. Ciri-ciri/karakteristik fosil dalam setiap lapisan sedimen dikenal dengan
sebutan facies plaentologi. Dengan bantuan fosil yang terkandung dalam batuan, dapat
menunjukkan kepada kita umur dari masing-masing lapisan batuan. Kalau diketemukan di
daerah yang sama atau berdekatan (local area) dan belum mengalami gangguan, maka
penentuan umur lapisan batuandan sekaligus umur fosil yang ada di dalamnya dapat
dilakukan dengan menggunakan metode superposisi. Untuk daerah yang berjauhan tetapi
menunjukkan ciri-ciri yang sama dapat dilakukan penasabahan atau korelasi untuk
menentukan umur lapisan batuan. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian dalam bidang
biologi bahwa spesies-spesies tertentu hanya hidup dalam suatu kurun waktu tertentudalam
perkembangan sejarah bumi, kemudian menghilang digantikan oleh spesies berikutnya
setelah melewati interval kurun waktu tertentu. Dalam hal ini sumbangan dari palaentologi
sangat besar peranannya untuk menentukan umur relatif batuan.

Demikianlah secara singkat cara penentuan umur relatif batuan, nampaknya sangat
sederhana namun dalam pelaksanaannya di lapangan membutuhkan pengetahuan yang luas
dalam bidang geologi dan beberapa ilmu lain sebagai ilmu bantu, serta pengalaman dan
ketekunan.

2. Pengukuran Umur Mutlak

Istilah mutlak menunjukkan bahwa para ahli telah melangkah lebih maju lagi dengan
menggunakan skala waktu yang kita kenal sehari-hari seperti tahun dalam menyatakan umur
suatu lapisan batuan. Misalnya dikatakan lapisan A berumur 50 juta tahun, bumi terbentuk
4,5 milyar tahun yang lalu dan sebagainya.

Di sini akan ditekankan bahwa kata mutlak tidak dapat ditafsirkan sama bila kita
menghitung umur kita yang sudah tercatat dengan teliti kapan kita lahir. Kejadian-kejadian
yang dialami bumi sepanjang sejarahnya, sulit sekali diketahui secara pasti, karena jauh
sebelum ada manusia bumi sudah ada. Memang lapisan-lapisan batuan sedimen merupakan
lembaran-lembaran catatan yang berisi keterangan sebagai petunjuk kapan suatu proses
geologi terjadi, namun tentu saja sangat sulit mentransfernya kedalam skala waktu yang kita
pakai sehari-hari. Oleh karena itu penentuan umur bumi dengan menggunakan metode paling
baik yang dimiliki sekarang, standar kesalahannya ada yang sampai 200.000 tahun.

Hal ini akan mudah dipahami kalau kita menyadari bahwa pengukuran yang kita
lakukan sehari-hari dengan ketelitian maksimal pasti mengalami kesalahan. Salah satu contoh
sederhana adalah pengukuran jarak 1 cm di atas kertas dengan menggunakan penggaris dan
pensil, minimal akan mengalami kesalahan dalam hal: ketidak tepatan mata kita memandang
tegak lurus dari atas akan menghasilkan penentuan titik pada kertas tidak tepat lagi, kesalahan
karena tebal garis pada penggaris dan kesalahan karena tebal titik yang dibuat di atas kertas.
Semakin tebal garis petunjuk pada penggaris dan titik yang dibuat di atas kertas, semakin
besar pula keselarasan yang dibuat. Oleh karena itu, kesalahan ratusan tahun dalam menakssir
umur bumi yang sudah miliaran tahun adalah hal yang wajar, walaupun tentunya diharapkan
kesalahan tersebut semakin kecil.

Sejalan dengan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan, maka sejak tahun


1950an para ahli berhasil melakukan pengukuran-pengukuran yang lebih reliabel dan
dinyatakan dengan skala waktu yang kita gunakan sehari-hari. Tetapi tidak berarti bahwa
pengukuran umur relatif sudah ditinggalkan sama sekali, karena dalam hal-hal tertentu justru
diperlukan umur relatif saja tanpa harus mencari tahu umur mutlaknya. Dengan demikian
maka dalam geologi keduanya berjalan seiring, saling melengkapi, bahkan tidak jarang
metode pengukuran umur relatif dibutuhkan misalnya dalam penasabahan.

Seperti halnya penentuan umur relatif, ada beberapa metode yang dikembangkan
selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Mula-mula para ahli menentukan umur mutlak
secara kasar dan terlalu teoritis dengan mendasarkan pada intensitas proses-proses geologi.
Dengan pendekatan yang demikian diasumsikan bahwa proses-proses geologis yang diamati
sekarang ini juga berlaku pada masa silam. (Prinsip Uniformitas dari Charles Lyell, yang
dipengaruhi oleh pandangan James Hutton: The present is the key to tthe past). Bahkan
lebih jauh lagi, intensitasproses dianggap sama dari waktu. Dengan demikian hasilnya sangat
kasar, namun cukup menunjukkan bahwa umur bumi sudah berjuta-juta tahun.

Selanjutnya para ahli memanfaatkan penemuan-penemuan baru khususnya mengenai


unsur radioaktif yang pertama kali diketemukan oleh ahli Fisika-Kimia dan Perancis, Henry
Beequerel tahun 1896, kemudian diketahui bahwa Rontgen juga telah menemukan bahwa
unsur-unsur tertentu mengeluarkan sinar-X yang berdaya tembus sangat kuat. Berikutnya
pasangan suami istri Pierre dan Merrie Curie, menemukan adanya unsur radioaktif lain
yang disebut radium.

Perkembangan pengetahuan mengenai unsur badioaktif ini sangat membantu para ahli
geologi dalam menentukan unsur mutlak bumi/batuan, karena di dalam bumi tersimpan
berbagai unsur radioaktif tersebut dapat diketahui dari sebuah alat yang dikenal dengan
nama Geiger Counter, yang akan menimbulkan suara bila ada unsur radioaktif yang
memancarkan radiasinya. Besar kecilnya radiasi ditentukan oleh banyaknya pukulan perdetik.

Uraian metode pengukuran umur mutlak secara singkat akan dibicarakan mulai dari
yang paling sederhana.
1). Metode Pendinginan Bumi, digunakan untuk mengukur umur bumi dengan
menghitung pendinginan bumi. Para ahli menaksir suhu bumi mula-mula, tingkat
pendinginan, dan suhu bumi sekarang. Tahun 1899Lord Kelvin mencoba menghitung umur
bumi dengan metode ini dan sampai pada kesimpulan bahwa bumi mulai memadat 20-40
juta tahunyang lalu. Pendapat Lord Kelvin tersebut ditentang ahli lain dengan alasan:

(a). ahli astronomi dewasa ini beranggapan bahwa bumi terbentuk dari akumulasi materi
antar bintang yang sifatnya dingin
(b). ahli lain mengatakan bahwa gambaran umur bumi yang dikemukakan oleh Lord Kelvin
hanya umur minimum saja, karena ada pemanasan dari unsur-unsur radioaktif yang ada di
dalam bumi.

2). Metode Kadar Garam Air Laut, digunakan untuk mengukur unsur laut. Dasarnya
adalah sungai ke laut. Dengan menghitung kadar garam laut sekarang, berapa tambahannya
setiap tahun maka dapat dihitung sudah berapa lama proses berlangsungsampai ke keadaan
sekarang tahun 1998 Joly menghitung unsur laut dan sampai pada kesimpulan bahwa umur
laut sekitar 15 x 1015 kg : 15,1 x 107 kg/tahun =99 juta tahun. Kelemahan metode ini adalah:

(a). ada sumbar garam lain yang masuk kedalam laut, tidak hanya dari daratan yang terbawa
air sungai (misalnya garam yang terbantuk hasil reaksi kimia di dalam laut, letusan
gunungapi di dasar laut dan sebagainya;
(b) besarnya tambahan garam laut ke dalam setiap tahun tidak sama, nampaknya masa-masa
sekarang maningkat karena industri bertambah banyak; ada garam-garaman yang hilang dari
laut karena diambil manusia, tertiup angin ke udara dan sebagainya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa umur laut yang dikemukakan Joly terlalu sedikit.

3) Metode Tingkat Sedimen, digunakan untuk mengukur umur batuan sedimen yang belum
mengalamigangguan seperti pelipatan dan patahan. Dengan metode ini tebal lapisan sampai
ke lapisan yang ingin diukur umurnya dihitung, demikian pula tingkat sedimentasi setiap
tahun dihitung, maka umur lapisan dapat dihitung, maka umur lapisan dapat dihitung.
Misalnya tebal lapisan endapan = 10.000 meter, sedang pengukuran tiap tahun menunjukkan
bahwa setiap tahun tebal endapan bertambah 0,5 mm, maka lapisan terbawah berumur 10.000
m: 0,5 mm = 20 juta tahun.

4) Metode Tingkat Erosi, prinsipnya sama dengan metode tingkat sedimentasi, yaitu tebal
lapisan yang tererosi diukur demikian juga tingkat erosi setiap tahun diukur. Metode ini
pernah digunakan menghitung proses erosi mundur di air terjun Niagara, dan diketahui
bahwa proses erosi telah berlangsung sejak 24.000 tahun.

5) Metode Lingkaran Pertumbuhan (Growth Rings), digunakan mengukur umur batuan


sedimen, pada pohon-pohon tertentu akan terlihat dengan jelas lingkaran pertumbuhan setiap
tahun, di mana pada musim pertumbuhan akan terbentuk lingkaran tetapi pada masa istirahat
tidak akan terbentuk lingkaran pertumbuhan. Lingkaran tersebut merupakan catatan penting
yang menjadi petunjuk umur pohon tersebut. Apabila kita mengumpulkan fosil tumbuhan
seperti itu dari setiap lapisan sedimen kemudian mengurutkannya sesuai dengan prinsip
superposisi maka akan diketemukan umur mutlak lapisan batuan.

Anda mungkin juga menyukai