Anda di halaman 1dari 54

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Instrumentasi Kelautan Laboratorium
2.1.1 Rotary Vacuum Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari
tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan
mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu
dimasukkan ke dalam kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke
peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya
dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah
dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah
menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri
makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh
(merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator
mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator.
Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada
sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh
cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan
energi panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum,
memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain (Wikipedia, 2013).
Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip
destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada
penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga
berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya.
Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat. Bila
dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya menggunakan
teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan menggunakan
oven. Maka bisa dikatakan bahwa instrumen ini akan jauh lebih unggul.
Karena pada instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik

pemisahan yang lainnya. Dan teknik yang digunakan dalam rotary vakum
evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan
menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan
kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan
menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap
namun mengendap. Dan dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut,
sehingga senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi
(Wikipedia, 2013).

Gambar 1. Rotary Vacum Evaporator


2.1.1.1 Sejarah Evaporator
Walter BUCHI mengambil gagasan C.C. Draig dan ME Volk
bersama-sama dengan industri kimia Basel dan mengembangkan
pembuatan rotavapor yang pertama kali. Instrumen paten pertama dijual
tahun 1957 di Basel dan diperkenalkan ke publik internasional untuk

pertama kalinya di ACHEMA di Frankfurt pada tahun 1958 (Anonim,


2013).
Rotavapor Model 1957 menampilkan operasi motor induksi
bebas percikan api dan kondensor kaca yang kuat dengan koil
pendingin . Untuk pertama kalinya memungkinkan untuk dapat
mengatur kecepatan putaran motor terus menerus antara 0-240 rpm
dengan potensiometer yang telah diatur. Kondensor itu diletakkan pada
unit pengendali dengan menggunakan sambungan standar. Setelah
varian pertama tahun 1957 memungkinkan sebuah pemasukan terus
menerus dari cairan selama distilasi dengan tabung pengumpan dan
cock. Sebuah pompa air jet digunakan sebagai sumber vakum dan
wadah air, dimana flask bisa berputar dan sebagian terbenam untuk
dipanaskan. Selama lebih dari 20 tahun Rotavapor Model 1957 ini
populer di laboratorium yang tak terhitung jumlahnya. Pada ACHEMA
tahun 1961 berbagai perusahaan telah memamerkan rotary evaporator
yang jelas menyalin model BUCHI tetapi tidak pernah bisa
mengatasinya (Anonim, 2013).
Selama tahun tujuh puluhan ketika televisi tidak mewah lagi di
Swiss, jumlah penonton mencapai lebih dari satu juta rumah tangga dan
Amerika Serikat menghadapi penemuan floppy disk, BUCHI sekali lagi
menggemparkan

dunia

internasional

dengan

trendsetter

alat

laboratorium. Instrumen penguapan dalam desain baru yang terintegrasi


dengan wadah air dan minyak

yang menawarkan kejutan yang

menyenangkan. Tidak ada yang ditinggalkan: Sebuah kondensor


diagonal disajikan untuk distilasi standar pada ketinggian langit-langit
yang terbatas, kondensor reflow yang hemat tempat diberikan untuk
pelarut berbusa dan kondensor es kering memungkinkan penguapan
dari pelarut dengan titik didih rendah (Anonim, 2013).
Meskipun

instrumen

tetap

sangat

compact,

keamanan

operasional meningkat dengan platform yang lebih besar. Motto di


tahun 1971 adalah untuk mendukung berbagai variasi dan peningkatan

keselamatan. Jadi, hampir semua kebutuhan pelanggan dan setiap


bidang aplikasi bisa terpenuhi. Keberhasilan adalah bila tidak gagal
untuk tampil, Rotavapor-R menjadi trendseter laboratorium pada tahun
tujuh puluhan (Anonim, 2013).
2.1.1.2 Jenis-Jenis Evaporator
Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.

Steam

heated

evaporator

adalah

evaporator

dengan

pemanasan stem dimana uap atau uap lain yang dapat


dikondensasi adalah sumber panas dimana uap terkondensasi di
satu sisi dari permukaan pemanas dan panas ditranmisi lewat
dinding ke cairan yang mendidih.
2. Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang
dipanaskan oleh api yang menyala di bawah permukaan cairan,
dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
3. Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian
langsung dimana api dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan
mendidih

lewat

dinding

besi

atau

permukaan

untuk

memanaskan.
(Edi, B.P, 2009)

Pemilihan Evaporator

1. Kontak panas harus tetap menjaga produk yang harus diuapkan


2. Ukuran disesuaikan dengan kapsitas produksinya
3. Pemeriksaan permukaan cukup mudah dengan membukan rak evaporator
4. Ekonomis dibuat bertingkat atau rekompressi termal/mekanis
5. Mudah dioperasikan, suara tidak gaduh
6. Mudah pembersihan dan perawatannya
7. Bahan pembuatannya cukup baik
(Anonim, 2013)

Komponen Alat Evaporator

a. Komponen evaporator
1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses perubahan
fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
2. Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu alas
yang berisi sampel
3. Refrigerator berfungsi sebagai pendingin air yang berjalan dari refrigerator
kekondensor dan kembali lagi kerifrigerator.
4. Pompa vakum berfungsi untuk menurunkan tekanan pada labu alas bulat
sehingga pelarut menguap dibawah titik didihnya.
5. Ujung rotor sampel : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
6.

Ujung rotor penampung : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat

penampung bergantung.
7. Hot plate : berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan temperatur
yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut)
8. Lubang kondensor : berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam kondensor.
9. Lubang kondensor : berfungsi pintu masuk bagi air kedalam kondensor yang
airnya disedot oleh pompa vakum.
10. Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah bagi penampung
pelarut.
(Edi, B.P, 2009)

Cara Penyimpanan Dan Perawatan

1. Cara Penyimpanan

Rotary evaporator biasanya disimpan di laboratorium instrumen.


Sebaiknya rotary evaporator disimpan di meja atau tempat yang permanen untuk
menghindari adanya guncangan yang dapat merusak alat. Selain itu, rotary
evaporator lebih baik disimpan di tempat yang tidak terlalu panas atau tidak
terlalu lembap.
2. Cara Perawatan
Perawatan rotary evaporator terdapat bermacam-macam. Perawatan pada
pendingin yaitu air yg digunakan air aquabides untuk mencegah kerusakan
pendingin akibat terjadinya perkaratan pada bagian dalam alat. Aquabides tersebut
juga harus diganti secara berkala, misalnya jika sering digunakan diganti setiap 2
minggu sekali. Perawatan pada alat gelas sama seperti peralatan gelas yang lain,
yaitu disimpan dalam keadaan yang bersih dan kering disimpan di tempat yang
memiliki temperatur ruangan. Penangas air dirawat dengan cara mengganti air
secara berkala, misalnya jika sering digunakan dua kali dlam seminggu. Selain itu,
ada baiknya setiap alat yang memiliki saklar tersendiri. Penangas air untuk saklar
penangas air, pendingin untuk saklar pendingin, begitu juga seterusnya.

Kelebihan dan Kekurangan


Segalanya yang terdapat di dunia ini mempunyai kelebihan dan

kekurangannya masing masing. Begitu pula dengan alat alat yang sering
digunakan dalam perindustrian. Terdapat beberapa kelebihan serta kekurangan
dari evaporator yang sering digunakan. Contohnya dalam evaporator tabunghorizontal sirkulasi alam, kelebihannya evaporator jenis ini terus beroperasi,
relatif lebih murah, dan baik untuk cairan non-viskos yang mentransfer panas
tinggi. Kekurangannya evaporator jenis ini tidak cocok untuk cairan viskos atau
kental karena akan memperburuk sirkulasi cairan.
2.1.2 Soxhlet
Soxhlet merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan yang berulang-ulang dengan
pelarut yang sesuai. Sampel yang akan diekstraksi ditempatkan dalam
suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan diletakkan di atas

tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas sampel.


Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan
diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan
kembali masuk ke dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini
berulang terus dengan sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan
Soxhlet yang digunakan untuk ekstraksi lipida (Wirakusumah 2007).
Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip
pemanasan dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di
dalam dan diluar sel. Dengan demikian, metabolit sekunder yang ada di
dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut organik. Larutan itu
kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin udara yang akan
mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan terkumpul
kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet maka
akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan
ekstrak yang baik (Harborne, 1987).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah
pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari
pengaduk atau granul antibumping, still pot (wadah penyuling, bypass
sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm
outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan
cooling water out (Darmasih, 1997).Adapun prinsip sokletasi ini yaitu :
Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna
dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah
selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang
tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah
menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan
tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan (Juliana,
2013)
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.

3. Proses sokletasi berlangsung cepat.


4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang
mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena
akan terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan
pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga
mudah menguap.
(Abbas, 2012)
I.1.1. Bagian bagian Soxhlet

Nama-nama instrumen dan fungsinya :


1.

Kondensor

Berfungsi

sebagai

pendingin,

dan

juga

untuk

2.

mempercepat proses pengembunan.


Timbal : Berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil

3.

zatnya.
Pipa F : Berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap

4.

dari proses penguapan.


Sifon : Berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon
larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini

5.
6.

dinamakan 1 siklus.
Labu alas bulat : Berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.
Hot plate : Berfungsi sebagai pemanas larutan.
(Abbas, 2012)
2.1.3 Spektrofotometer

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis,


yang umum digunakan untuk menentukan

komposisi suatu sampel baik

secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Daerah panjang gelombang yang dimaksud antara lain sinar
tampak, UV, inframerah, gelombang radio dan sinar-X. Spektrofotometri
dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi
yang lebih mendalam dari absorbsi energi oleh materi. Absorbsi radiasi oleh
suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh
suatu perekam untuk menghasilkan

spektrum tertentu yang khas untuk

analisis komponen yang berbeda.

Gambar 3. Spektrofotometer
Jenis spektrofotometer UV-Vis yang umum yang digunakan antara lain
single beam dan double beam. Single beam mengukur panjang gelombang
tunggal dan double beam memanfaatkan dua sinar untuk blanko dan sampel.
Jalannya sinar akan melewati blanko dan sampel melalui kuvet yang terbuat
dari gelas atau kuarsa. Metode ini disebut metode In-vitro dimana sampel
harus masuk ke

alat dan ditempatkan di kuvet. Sudah banyak alat

Spektrofotometer UV-Vis yang diintegrasi dengan

memodifikasi kuvet,

misalnya kuvet silinder, kuvet dengan rotari. Sedangkan untuk kuvet standar
seperti kuvet berukuran 10 mm yang umum digunakan, tidak bisa
menjangkau kondisi sampel tertentu. Misalnya untuk kondisi sampel yang
tidak stabil, tidak dapat dipisahkan atau sangat beracun. Sebagai contoh
untuk analisa konsentrasi senyawa berwarna KMnO 4, analisa konsentrasi
CoCl2, kandungan karoten dalam sampel sayuran, dapat digunakan metode

In-vitro dengan kuvet standar. Tetapi untuk senyawa yang beracun seperti
Rhodamin B, kuvet standar dengan metode In-vitro tidak bisa digunakan.
2.5.1 Fungsi Spektrofotometri
Alat spektrofotometer dalam laboratorium berfungsi mengukur
transmitans atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi
panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,
sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam
medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang
diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki
hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri dianggap
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan
berbanding

lurus

dengan

absorbansi cahaya

dengankonsentrasi

dan

ketebalan

bahan/medium (Miller J.N 2000).


2.5.2 Prinsip Kerja Spektrofotometri
Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu
medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan,
sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang
keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
2.5.3 Fungsi masing-masing bagian:
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis

dengan

berbagai

macam

rentang

panjang

gelombang. Untuk sepktrofotometer UV menggunakan lampu


deuterium atau disebut juga heavi hidrogen VIS menggunakan
lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram UV-VIS
menggunan

photodiode

yang

telah

dilengkapi

monokromator.Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.


2.

Monokromator

berfungsi

sebagai

penyeleksi

panjang

gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber


sinar

polikromatis

menjadi

cahaya

monaokromatis.

Jenis

monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting


atau lensa prisma dan filter optik.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi
spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna
sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa
yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat
yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Pada gambar di bawah disebut sebagai pendispersi atau penyebar
cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau
cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel
sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati
pintu keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang
tertera pada gambar.

Gambar 4. Pembiasan cahaya


3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel - UV,
VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel.
Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari
kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik.
Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat
menyerap

UV

sehingga

penggunaannya

hanya

pada

spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk


persegi panjang dengan lebar 1 cm.

IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya
dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel
dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel
ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang
dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya
mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari
sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat
sebuah detektor :
o Kepekaan yang tinggi
o Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
o Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
o Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
o Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga
radiasi.
2.1.4 Shieve Shaker
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara
mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening)
dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk
skala laboratorium (Caruthers, 1977).

Gambar 5. Sieve Shaker


Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :

Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).


Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan
(undersize).
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran

tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu
dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau
dilemparkan ke permukaan pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau
yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak,
sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails)
tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (Caruthers, 1977).
2.1.5 Desikator
Desikator merupakan salah satu peralatan laboratorium yang digunakan
untuk menghilangkan kadar air dari suatu bahan. Alat ini banyak digunakan
dalam analisa kadar air dimana didalam desikator tersebut diberikan bahan
yang disebut dengan silika gel.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan dan perawatan desikator adalah sebagai berikut :
1. Buka tutup desikator dengan cara menggesernya, gunakan satu tangan untuk
memegang bagian bawah desiktor tersebut (hindari mengangkat tutup untuk
membuka desikator tersebut).
2. Pastikan dalam tutup desikator tersebut diberi vaselin secara merata.
3. Jika silika gel sudah mengalami perubahan warna dari aslinya (jenuh dengan
air), keringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 derajat selama
beberapa jam, atau ganti dengan silika gel yang baru jika perlu.
Cara menggunakan desikator biasa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Buka tutup desikator dengan cara menggeser tutupnya kesamping.


Menaruh silika gel di bawah.
Menaruh saringan yang terbuat dari porselin.
Menaruh median di atas saringan.
Sebelum menutup oleskan sedikit vaselin di bibir tutup.
Menutup kembali tutup desikator sama seperti saat membukanya
(Arista, 2013)

Gambar 6. Desikator
2.1.6 Corong Pemisah
Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang
digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen
dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang
takcampur.

Fungsi :
Peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk
memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase
pelarut dengan densitas berbeda yang takcampur.
Prinsip Kerja :
Corong mempunyai penyumbat diatasnya da kran di
bawahnya. corong pemisah yang digunakan di laboratorium
terbuat dari kaca borosilikat dan kran nya terbuat dari kaca
ataupun teflon. ukuran corong pemisah bervariasi antara 50
ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa
berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Ekstraksi dapat dilakukan secara continue atau bertahap,
ekstraksi bertahap cukup dilakukan dengan corong pisah.
campuran 2 pelarut dimasukkan dengan corong pisah.

lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan akan berada


pada lapisan atas.
Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung,
mengingat

bahwa

proses

ekstraksi

merupakan

proses

kesetimbangan maka pemisahan salah satu lapisan pelarut


dapat dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan
diam. lapisan yang ada di bagian bawah dikeluarkan dari
corong dengan jalan membuka kran corong dan dijaga agar
jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. untuk tujuan
kuantitatif sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu kali.
2.1.7 Magnetic Stirrer
Magnetic Stirrer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
pengadukan cairan kimia sehingga membantu proses homogenisasi. Beberapa
analisa suatu bahan / sampel kimia, pembuatan suatu reagen, atau larutan
analit terkadang membutuhkan proses pengadukan. Seperti namanya, alat ini
tidak dapat dilepaskan dengan magnetic bar yang berfungsi untuk melakukan
pengadukan tersebut. Pemilihan dari magnetic bar ini juga harus diperhatikan.
Jangan terlalu kecil tetapi juga jangan terlalu besar. Keadaan magnetik stirer
dilaboratorium anorganik sudah sedikit rusak, dikarenakan putaran yang
dihasilkan sudah tidak lagi stabil. Akan tetapi dengan pemberian tegangan
yang stabil putaran yang dihasilkan akan stabil pula. Dilaboratorium
anorganik terdapat 2 magnetik strier akan tetapi tinggal 1 yang kondisinya
masih cukup baik dan yang sering digunakan.

Hot plate stirrer dan Stirrer barHot plate stirrer dan Stirrer bar
(magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan

pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan
sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan
bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS
misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat
lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.
Sebuah pengaduk magnetik atau mixer magnetik adalah perangkat
laboratorium yang menggunakan medan magnet berputar untuk menyebabkan
batang pengaduk direndam dalam cairan berputar sangat cepat, sehingga
aduk. Bidang berputar dapat dibuat baik oleh magnet berputar atau satu set
elektromagnet stasioner, ditempatkan di bawah kapal dengan cairan.
Pengaduk magnetik sering termasuk hot plate atau beberapa cara lain untuk
pemanas cairan.
Pengaduk magnetik sering digunakan dalam kimia dan biologi. Mereka
lebih dipilih daripada gigi-didorong pengaduk bermotor karena mereka lebih
tenang, lebih efisien, dan tidak memiliki bagian yang bergerak eksternal
untuk istirahat atau aus (selain magnet batang sederhana itu sendiri). Karena
ukurannya yang kecil, bar pengadukan lebih mudah dibersihkan dan
disterilkan dari perangkat aduk lainnya. Mereka tidak membutuhkan pelumas
yang dapat mencemari bejana reaksi dan produk. Mereka dapat digunakan di
dalam pembuluh tertutup tertutup atau sistem, tanpa perlu segel rotary rumit.
Di sisi lain, ukuran terbatas bar berarti bahwa pengaduk magnetik
hanya dapat digunakan untuk percobaan relatif kecil (di bawah 4 liter).
Mereka juga mengalami kesulitan berurusan dengan cairan kental atau
suspensi tebal.
Cara pemakaian magnetik strirer :

Tombol logam untuk menghidupkan alat.


Ambil stirer (batang magnet) dan masukkan pada larutan (di tempatkan dalam

erlenmeyer/ beaker glass) yang akan di homogenkan.


Letakkan tepat di bagian tengah papan besi dengan hati-hati.
Ubah tombol di sebelah kanan untuk mengatur kecepatan( lihat tanda panah).
Ubah tombol di sebelah kiri untuk mengatur suhu.
Waktu penggunaan di sesuaikan dengan kebutuhan.

Setelah selesai, tombol kecepatan dan suhu di-0 kan kemudian matikan alat.
Ambil batang magnet dari larutan yang telah homogen,cuci dan letakkan
kembali di atas papan besi.
2.1.8 Timbangan Analitik
Timbangan analitik adalah sebuah instrument yang berfungsi untuk
mengukur massa suatu benda dengan akurasi sampai 0,0001 gram, alat ini
merupakan salah satu alat laboratorim yang sangat dibutuhkan sebagai
dibutuhkan di laboratorium.

Prinsip Kerja
1. Timbangan ini digunakan untuk menimbang berbagai macam bahan dengan
ketelitian dibawah 1 gram.
2. Penunjukan angka berat bahan dengan menggunakan arus listrik sebagai
sumber energi.
3. Sebelum dioperasikan alat timbang analitis harus ditera terlebih dahulu agar
pengukuran berat bahan dapat terjamin.
Cara Kerja
1. Siapkan timbangan analitik dalam kondisi seimbang/ water pass
2. Bersihkan ruang dalam timbangan analitik dengan menggunakan tissue atau
kuas.
3. Tancapkan stop kontak dan nyalakan alat timbang dengan menekan tombol
pada posisi on
4. Siapkan alat timbang analitik sartorius dan mentera ketepatan penunjuk angka
netral (nol).
5. Siapkan macam bahan / nutrisi yang akan ditimbang
6. Tempatkan kertas pada tempat timbang dan catat berat awal.
7. Tuangkanlah bahan pada kertas dengan menggunakan sendok sehingga
menunjukan berat yang dikehendaki sesuai kebutuhan.
8. Angkatlah kertas dari timbangan kemudian simpan pada tempat yang aman.

9. Ulang langkah-langkah tersebut dengan pengerjaan yang sama untuk bahan


nutrisi yang lainya.Bersihkan timbangan sehingga siap untuk dipakai.Agar
alat timbang analitis dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan
perawatan alat harus dilakukan.
2.1.9 Kromatigrafi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan
adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT
sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk
dalam

kategori

kromatografi

planar,

selain

kromatografi

kertas

(Rohman,2007).

Fungsi :
Kromatografi lapis tipis adalah metode kromatografi cair yang paling
sederhana. merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel
yang

ingin

dideteksi

dengan

memisahkan

komponen-

komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran


Prinsip kerja :
Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau
campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat
kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut.

Cara Menggunakan KLT


1. KLT sangat berguna untuk mengetahui jumlah komponen dalam sampel.
Peralatan yang digunakan untuk KLT adalah chamber (wadah untuk proses
KLT) , pinset, plat KLT, dan eluen. Inilah langkah-langkah memakai KLT:
2. Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat
selebar 1 cm. Berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat
selebar 3 cm.
3. Buat garis dasar (base line) di bagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah
plat, dan garis akhir di bagian atas.
4. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan
sejajar, tepat di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut
tertentu. Keringkan totolan.
5. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam
chamber dan campurkan.
6. Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup
oleh ulen. Tutuplah chamber.
7. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana
pemisahan akan terlihat.
8. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset, keringkan dan ukur
jarak spot. Jika spot tidak kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak
terlihat, semprot dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat atau
ninhidrin.
2.1.10 Mikroskop
Mikroskop (bahasa Yunani: micron = kecil dan scopos = tujuan) adalah
sebuah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini
disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah
terlihat oleh mata (Mikroskop wikipeda 27/03/2011).
Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan
penelitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari
struktur benda-benda yang kecil. Ada 2 macam mikroskop, yaitu mikroskop optic
dan mikroskop electron. Mikroskop optic yang sering digunakan adalah
mikroskop biologi dan mikroskop stereo (Mikroskop wikipeda 27/03/2011).
A Bagian-bagian Mikroskop

Gambar . Mikroskop

Lensa okuler berguna untuk memperbesar bayangan yang dibentuk lensa

objektif.
Pemutar lensa objektif berguna untuk memutar objektif sehingga

mengubah perbesaran.
Tabung pengamatan / tabung okuler.
Meja benda.
Kondensor berguna untuk mengumpulkan cahaya supaya tertuju ke lensa

objektif.
Lensa objektif berguna untuk memperbesar spesimen.
Pengatur kekuatan lampu berguna untuk memperbesar dan memperkecil

cahaya lampu.
Main switch (tombol on-off)
Cincin pengatur dioptre berguna untuk menyamakan fokus antara mata

kanan dan kiri.


Pengatur jarak interpupillar.
Penjepit specimen.
Illuminator (sumber cahaya)
Sekrup pengatur vertical berguna untuk menaikkan atau menurunkan meja

preparat.
Sekrup pengatur horizontal) berguna untuk menggeser ke kanan / kiri meja

preparat.
Sekrup fokus kasar berguna untuk menaik turunkan meja benda (untuk

mencari fokus) secara kasar dan cepat.


Sekrup fokus halus berguna untuk menaik turunkan meja benda secara
halus dan lambat.

Sekrup pengencang tabung okuler.


Sekrup pengatur kondensor berguna untuk menaik-turunkan condensor.
Bagian Optik
Bagian ini berupa lensa-lensa yang mampu membuat bayangan benda

menjadi lebih besar. Ada dua macam lensa, lensa yang dekat dengan mata disebut
lensa okuler atau lubang pengintai. Kekuatan perbesaran biasanya tertulis pada
permukaanya, misalnya 10 dan lain-lain. Lensa yang dekat dengan benda/ objek
pengamatan disebut lensa objektif

dan terpasang pada revolver. Kekuatan

perbesaran berbeda-beda misalnya 10, 20, maupun 40. Lensa objektif dapat
diatur sesuai dengan pilihan yang kita perlukan dengan cara memutar revolver
(tempat lensa objektif). Masih ada satu lagi lensa kondensor yang berfungsi
mengumpulkan cahaya atau menerangi objek yang diamati. Perbesaran yang
tampak pada pengamatan merupakan hasil kali dari

lensa okuler dan lensa

objektif yang digunakan. Contohnya, bila kamu menggunakan lensa okuler 10


dan objektif 20 maka perbesarannya adalah 10 20 atau sama dengan 200. Ini
berarti benda yang diamati melalui mikroskop telah diperbesar 200 (Mikroskop
wikipeda 27/03/2011).
b

Bagian Penerangan
Salah satu syarat sediaan (preparat) dapat diamati dengan jelas adalah

pencahayaan yang cukup. Untuk menangkap dan memantulkan cahaya yang


masuk, mikroskop dilengkapi dengan reflektor berupa cermin. Cermin tersebut
memiliki 2 sisi, datar dan cekung. Permukaan yang datar digunakan jika sumber
cahaya cukup terang, sedangkan bagian yang cekung digunakan bila cahaya
kurang terang (Mikroskop wikipeda 27/03/2011).
Di bawah meja objek, dapat kita temukan bagian yang berfungsi mengatur
banyaknya cahaya yang masuk. Bagian ini disebut diafragma, di dalamnya
terdapat lubang-lubang berupa lingkaran yang dapat diputar, ada yang besar
maupun kecil. Semakin kecil diafragma yang digunakan semakin kecil pula
cahaya yang masuk ke dalam mikroskop, demikian juga sebaliknya (Mikroskop
wikipeda 27/03/2011).
Bagian Mekanis

Bagian mekanis berguna untuk menggerakkan dan

memudahkan penggunaan mikroskop. Bagian tersebut di antaranya landasan/


dasar/kaki mikroskop dan pegangan mikroskop. Selain itu, ada bagian yang

berguna untuk pengatur fokus, yaitu pemutar kasar (makrometer) dan pemutar
halus (mikrometer) (Mikroskop wikipeda 27/03/2011).
Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop
Sifat bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa
objekif dan lensa okuler. Lensa objektif mempunyai sifat bayangan maya, terbalik
dan diperkecil. Sedangkan lensa okuler mempunyai sifat bayangan nyata, tegak
dan diperbesar. Benda yang diamati diletakkan sedekat mungkin dengan titik
fokus lensa objektif. Sedangkan mata kita tepat berada lensa okuler (Mikroskop
wikipeda 27/03/2011).
Mata pengamat berda dibelakang lensa objektif yang kebetulan bayangan
dari okuler tepat di titik fokus lensa okuler dinamakan pegamatan secara rilks dan
pengamatan dilakukan secara terakomendasi bila bayangan objektif berada
diruang etama okuler. Mikroskop yang terdiri dari lensa positif bayangan akhir
berada jauh tak terhingga, yang memiliki sifat bayangan diperbesar, maya dan
tegak (Mikroskop wikipeda 27/03/2011).
2.2 Instrumentasi Kelautan Lapangan
2.2.1 Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/
konsentrasi bahan terlarut berdasarkan indeks biasnya. Misalnya gula, garam,
protein, dsb. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan
dari German pada permulaan abad 20 (Hadi dan Radjawane, 2009).
Refraktometer sebenarnya alat ukur mengukur indek bias suatu zat.
Definisi indek bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam hampa
dibagi dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Kebanyakan obyek yang
dapat kita lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya kemata kita.
Pada pantulan yang paling umum terjadi, cahaya memantul kesemua arah,
disebut pantulan baur. Untuk keperluan ini cukup kita melukiskan satu sinar
saaja, mustahil ada atau hanya merupakan abstrasi geometrical saja (Arnaya,
1991).

Gambar . Refraktometer
Di sini, pembiasan (refraksi) atau refleksi total cahaya yang digunakan.
Karena semua tiga prinsip umum digunakan prisma indeks bias diketahui
(nPrisma). Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma dan
media sampel (nFluid) dengan kecepatan yang berbeda. Indeks bias diketahui
dari media sampel diukur dengan defleksi cahaya (Arnaya, 1991).
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk
identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan
suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat
mempengaruhi indeks bias. Harga indeks bias dinyatakan dalam farmakope
Indonesia edisi empat dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada panjang
gelombang 589,0 nm dan 589,6 nm. Umumnya alat dirancang untuk
digunakan dengan cahaya putih (Arnaya, 1991).
2.1.1 Prinsip kerja
Dari refraktometer, sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan
refraksi cahaya. Seperti pada gambar dibawah ini, sebuah sedotan yang
dicelupkan ke dalam gelas yang berisi air akan terlihat bengkok. Pada gambar
kedua sebuah sedotan dicelupkan ke dalam sebuah gelas yang berisi air gula.
Terlihat sedotan terbengkok lebih tajam. Hal ini terjadi karena adanya refraksi
cahaya. Semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut maka sedotan akan
semakin terlihat bengkok secara proposional. Hal tersebut diatas merupakan

penjelasan secara singkat pengaruh refraksi cahaya, dimana sudut refraksi ini
dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi larutan.Sedotan dalam larutan yang
lebih besar rapat jenisnya / konsentrasinya akan berbengkok lebih tajam.
Sudut pembengkokan inilah yang kita kenal sebagai relative index (Hadi, dan
Radjawane, 2009).
Prinsip pengukuran dapat dibedakan, oleh cayaha, penggembalaan
kejadian, total refleksi, ini adlah pembiasan (refraksi) atau reflaksi total
cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan semua tiga
prinsip, satu dengan insdeks bias dikenal (Prisma). Cahaya merambat dalam
transisi antara pengukuran prisma dan media sampel (n cairan) dengan
kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui dari media sampel diukur
dengan defleksi cahaya (Hadi, dan Radjawane, 2009).
Salah satu cara untuk membedakan refraktometer berbeda. Klasifikasi
dalam instrumen pengukuran analog dan digital, refraktometer analog
tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari atau
lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna. Detector adalah skala yan
dapat dibaca dengan system optic dengan mata (Hadi dan Radjawane, 2009).
Digital menggunakan refraktometer sebagai sumber cahaya adalah
LED. Detektor adalah sensor CCD yang digunakan sebuah pengukuran
temperatur kompensasi indeks bias bergantung pada suhu. Metode
pengukuran apalagi refraktometer digunakan dalam sensor mesin yang lebih
kompleks, seperti sebagai sensor hujan dikendaraan atau diperangkat detektor
untuk kromotografi cair kinerja tinaggi (HPLC). Disini sering bekerja terus
detektor indeks bias digunakan (Hadi dan Radjawane, 2009).
2.1.2 Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan
cahaya karenamelalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah
pembiasan cahaya dibedakanmenjadi dua macam yaitu :
- Mendekati Garis Normal

Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari


mediumoptic kurang rapat kemedium optic lebih rapat, contohnya cahaya
merambat dariudara kedalam air.
- Menjauhi Garis Normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari
mediumoptic lebih rapat kedalam optic kurang rapat, contoh cahaya
merambat dari dalam airke udara.
(Hadi dan Radjawane, 2009)
2.2.2 DO Meter
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga
disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air.Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan
melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme.Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran
parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain seperti kob dan kod
(Anonim2013)

Gambar . DO Meter
a. Fungsi

DO meter atau dissolved oxygen meter adalah instrumen analitis yang


digunakan untuk mengukur jumlah oksigen terlarut dalam satuan volume air. Ini
merupakan indikator penting dari tingkat kegunaan dari suatu sampel air untuk
aplikasi tertentu. Udara terdiri dari 21 persen oksigen dan sekitar 78 persen
nitrogen volume. Oksigen larut buruk, dan hanya bisa ada dalam air dalam
konsentrasi rendah.Meskipun demikian, oksigen terlarut (DO) sangat penting
untuk respirasi berbagai hewan dan bakteri dalam lingkungan air.
(Anonim, 2013)
b. Cara Menggunakan
1 Probe dibersihkan terlebih dahulu menggunakan aquades, kemudian
dikeringkan.
Probe dimasukan ke dalam sampel air
Setelah probe dimasukan, maka akan keluar angka pada display, angka

2
3

tersebut adalah hasil dari pengukuran.


c. Cara Kalibrasi
Proses pengkalibrasian DO meter membutuhkan ruangan tertentu yang
bertekanan udara berbeda ataupun ruang hampa udara. Sehingga cukup sulit jika
harus melakukan kalibrasi pada ruangan biasa. Apabila ruangan dikondisikan
memiliki tekanan kehampaan udara maka proses kalibrasi sesungguhnya tinggal
memindahkan posisi read menjadi cal, hal ini dikarenakan sudah ada sensor udara
pada DO meter yang langsung dapat menyesuaikan dengan kondisi runagan.
d. Cara Menyimpan
Penyimpanan alat-alat instrumentasi pada dasarnya sama semua. Untuk
DO meter, setelah digunakan, pastikan tidak ada debu atau kotoran yang
menempel pada alat, bersihkan dengan menggunakan aquades dan tisu, setelah
semua dirasa bersih kemudian masukan alat pada wadahnya.Kemudian simpan
ditempat kering dengan suhu yang tidak berlebihan (suhu kamar).Jauhkan dari
jangkauan anak kecil, untuk mencegah kerusakan, dan usahakan berada ditempat
yang aman dan tidak mudah jatuh serta tidak dekat dengan magnet, karena magnet
dapat merusak alat digital
(Anonim, 2013)

Prinsip kerja :
Prinsip kerja dari alat DO meter ini adalah menggunakan elektroda atau

probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam larutan

elektrolit. Pada alat DO meter, biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan
anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran
plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan
terjadi pada elektroda tersebut adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e 4 HOAnoda : Pb + 2 HO- PbO + H20 + 2e
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada
katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap
konsentrasi oksigen terlarut (Caruthers, 1977).
2.2.3 Secchi Disk
Secchi disk pertama kali ditemukan oleh Fr. Pietro Angelo Secchi,
seorang ahli astrofisika. Saat ia diminta untuk mengukur transparansi perairan
di laut mediterania oleh seorang Komandan (Letnan) Angkatan Laut Cialdy,
pimpinan armada angkatan laut Papal. Ia pun memperkenalkan alat pengkuru
kecerahan yang terbuat dari piringan dan diberi warna hitam dan putih.
Secchi menggunakan piringan putih untuk mengukur kecerahan periaran
mediterania pada bulan april tahun 1865. Kala itu, ukuran piringan yang
digunakan untuk mengukur kecerahan perairan sangat bervariasi.Namun
umumnya ukuran yang digunakan adalah piringan dengan ukuran dengan
diameter 18 inchi. Dan dibuat menggunakan piringan metal dengan warna
hitam dan putih (Arifelia, 2012). Secchi disk digunakan untuk melihat
seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang ketika melihat ke
dalam perairan (Urick, 1983).

Gambar . Secchi Disk


2.2.3.1 Prinsip kerja :
Caranya, piringan diturunkan ke dalam air secara perlahan
menggunakan pengikat/tali sampai pengamat tidak melihat bayangan
secchi. Saat bayangan pringan sudah tidak tampak, tali ditahan/ berhenti
diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan diangkat kembali
sampai bayangannya tampak kembali. Kedalaman air dimana piringan
tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan dari alat
ini. Dengan kata lain, kedalaman kecerahan oleh pembacaan piringan
secchi adalah penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak
tampak bayangan secchi dibagi dua. (Urick, 1983).
Meskipun, piringan secchi sebagai alat ukur kecerahan perairan
dalam mengukur transparansi air, perolehan datanya masih perkiraan,
alat ini sering digunakan karena bentuk dan penggunaannya yang
simpel. Meskipun saat itu ada alat lain yang lebih akurat dalam
mengukur tingkat kecerahan perairan yaitu fotometer (Urick, 1983).
Piringan secchi. Penamaan untuk menghargai nama penemunya.
Lantas mengapa warna yang dipilih Prof Secchi adalah hitam dan putih.
sedangkan, di alam begitu banyak jenis warna yang dapat dijumpai.
Saat itu tidak ada alasan yang ilmiah perihal pemilihan kedua warna ini.
Tapi, mengapa pada secchi disk warna yang digunakan adalah hitam
dan putih (Urick, 1983).

Menurut ilmu fisika, warna adalah sifat cahaya yang bergantung


pada panjang gelombang yang dipantulkan benda tersebut. Benda yang
memantulkan semua panjang gelombang terlihat putih, benda yang
sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam. Jadi, hitam dan putih
digunakan karena hitam adalah warna yang dapat mewakili warna gelap
dan putih mewakili warna cerah (Urick, 1983).
2.2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Secchi Disk
Kelebihannya : Alat ini sering digunakan karena bentuk dan
penggunaannya yang praktis.
Kekurangannya : Sebagai alat ukur kecerahan perairan dalam
mengukur transparansi air, perolehan datanya masih sebatas
perkiraan atau tidak terlalu akurat.
(Urick, 1983)
2.2.4 Botol Nansen
Nansen merupakan alat yang digunakan oleh surveyor untuk
mengambil sampel air laut, danau dan sungai pada kedalaman tertentu. Botol
ini terbuat dari tabung acrylic dengan ketebalan 5 mm dan bahan-bahan
lainnya yang tahan karat serta memiliki sepasang steering fins yang berguna
untuk menstabilkan botol ketika digunakan pada arus deras memiliki
kapasitas 2.2 lt, 3.2 lt atau 4.2 lt dilengkapi termometer tali dan massanger
(Urick, 1983).

Gambar . Botol Nansen


Botol nansen dirancang pada tahun 1910 oleh penjelajah awal abad ke20 bernama Fridtjof Nansen ahli kelautan dan dikembangkan lebih lanjut oleh
Shale Niskin. Botol Nansen telah diganti dengan botol Niskin, yang terbuat
dari plastik, dengan demikian tidak menimbulkan korosi logam seperti botol
nansen. botol niskin ini juga sering disebut sebagai botol nansen karena
desain dasarnya sama seperti botol nansen (Urick, 1983).
Botol nansen adalah alat instrumen oseanografi yang digunakan untuk
mendapatkan sampel air dan pembacaan suhu di berbagai kedalaman di laut.
Botol ini merupakan sebuah sampel botol air laut dengan katup pegas di
kedua ujungnya yang tertutup pada kedalaman yang sesuai dengan perangkat
massengger yang diturunkan untuk menghubungkan kabel botol ke
permukaan (Urick, 1983).
2.2.4.1 Cara Kerja Botol Nansen
Botol nansen diturunkan dari kapal dengan menggunakan
bantuan tali yang diikat pada botol nansen dan dipasang secara terbalik,
setelah itu diturunkan pada kedalaman laut yang diinginkan, kemudian

menggunakan bantuan massengger, nansen yang dipasang terbalik tadi


akan kembali menutup secara otomatis, setelah di dalamnya terisi
dengan air laut, setelah itu botol nansen tersebut siap diangkat dari laut
ke atas kapal. Contoh air laut selanjutnya dialirkan dari botol nansen
dengan bantuan selang karet yang dipasang pada bagian krannya
(Urick, 1983).
Botol nansen yang terbuat dari logam atau plastik diturunkan
dengan menggunakan tali ke dalam laut, ketika telah mencapai
kedalaman yang diinginkan maka massengger akan jatuh ke tali setelah
mencapai botol, botol tersebut akan terbalik dan menjebak sampel air di
dalamnya. Botol dan sampel di ambil dan diangkut menggunakan tali.
Massengger yang kedua dapat diatur agar terlepas oleh mekanisme
pembalik dan bergeser ke bawah tali sehingga sampai mencapai botol
nansen. Dengan memperbaiki urutan botol dan massengger pada
interval sepanjang tali, serangkaian sampel pada setiap tingkatan
kedalaman dapat diambil (Urick, 1983).
Suhu air laut di kedalaman akan direkam dengan menggunakan
termometer tertentu ke botol nansen. Termometer ini adalah termometer
air raksa dengan penyempitan dalam tabung kapilernya, ketika
termometer

tersebut

terbalik,

menyebabkan

tali

berhenti

dan

termometer akan membaca suhu. Karena tekanan air pada kedalaman


akan memampatkan dan mempengaruhi dinding termometer untuk
menunjukkan suhu, maka termometer dilindungi oleh lapisan dinding
yang tebal. termometer yang tidak dilindungi terlebih dahulu akan
dipasangkan dengan pelindung, biasanya termometer ini digunakan
untuk

pembacaan

suhu

titik

sampling

pada

tekanan

yang

memungkinkan (Urick, 1983).


2.2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Botol nansen
Kelebihannya : Alat ini dapat mengambil sampel air laut, danau
dan sungai dari berbagai kedalaman.
Kekurangannya : Terbuat dari logam bukan dari plastik, dengan

demikian dapat menimbulkan korosi logam.


(Urick, 1983)
2.2.5 Bola Duga
Untuk mengukur kecepatan aliran permukaan digunakan bola duga
dengan diameter 15 sampai 30 cm. Supaya mudah dilihat, bola duga dicat.
Bahan dari pelampung selain menggunakan bolabisa diganti menggunakan,
sepotong kayu, seikat jerami, botol dan lain-lain, dapat digunakan.
Pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung permukaan digunakan
dalam keadaan banjir atau jika diperlukan segera harga perkiraan kasar dari
debit, karena cara ini adalah sangat sederhana dan dapat menggunakan bahan
tanpa suatu pilihan.
Akan tetapi, harga yang teliti adalah sulit diketahui karena disebabkan
oleh pengaruh angin atau perbandingan yang berubah-ubah dari kecepatan
aliran permukaan terhadap kecepatan aliran rata-rata yang sesuai dengan
keadaan permukaan air laut.

Gambar . Bola Duga

Prinsip Kerja Bola Duga


Pelampung tangkai dibuat dari bola yang diberi pemberat pada ujung
bawahnya. Pemberat itu dibuat dari seng yang berbentuk seperti kincir.
Beberapa saat sesudah pelepasan, pelampung itu tidak stabil. Jadi

pelampung harus dilepaskan kira-kira 20-50 m di sebelah hulu garis observasi


pertama, sehingga pada waktu observasi, pelampung itu telah mengalir dalam
keadaan yang stabil. Hal ini akan dipermudah jika di sebelah hulu titik
pelepasan terdapat jembatan. Mengingat posisi pelepasan itu sulit ditentukan,
maka sebelumnya harus disiapkan tanda yang menunjuk posisi tersebut
dengan jelas.
2.2.6 Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau
menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran
secara vertikal maupun horizontal. Ada banyak jenis alat waterpass yang
digunakan dalam pertukangan, tapi jenis yang paling sering dipergunakan
adalah waterpass panjang 120 cm yang terbuat dari bahan kayu dengan tepi
kuningan, dimana alat ini terdapat dua buah alat pengecek kedataran baik
untuk vertikal maupun horizontal yang terbuat dari kaca dimana didalamnya
terdapat gelembung cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat garisan
pembagi yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur panjang.

Gambar . Waterpass
Fungsi bagian-bagian waterpass
Penjelas bayangan :berfungsi untuk memfokuskan bayangan dan memperjelas

obyek yang dibidik.


Sekrup pengungkit : berfungsi untuk menggerakkan teropong secara vertikal

dengan terbatas
Klem horizontal : berfungsi untuk mengunci perputaran alat arah horisontal
Penggerak halus horizontal : berfungsi untuk menggerakkan waterpass pada
arah horisontal secara halus setalah klem aldehide horisontal dikunci agar
kedudukan benang pada alat tepat pada obyek yang dibidik.

Penutup nivo : berfungsi untuk melindungi nivo tabung


Lensa Okuler : berfungsi untuk mengamati objek yang dibidik
Lensa obyektif : berfungsi untuk menerima obyek yang dibidik.
Plat dasar : berfungsi sebagai tempat landasan alat di atas statif
Sekrup ABC : berfungsi untuk mengatur kedataran pesawat (sumbu I

vertikal).
Kelemahan dan kelebihan waterpass
Kelebihan Waterpass
1) Memiliki ketelitian yang cukup tinggi
2) Mampu melakukan pengukuran beda tinggi secara lebih cepat
3) Centering lebih cepat karena hanya centering untuk nivo kotak

Kelemahan Waterpass
1) Gerakan teropong sipat datar terbatsr sehingga kurang mampu
membidik area curam.

Syarat pengaturan waterpass

Gambar . Pengukuran menggunakan Waterpass

Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I


Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar)
telah dibuat tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.

Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I

Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini
penting sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit
longgar karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat
diseimbangkan dengan skrup ungkir ini.
Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat
vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo akan tetap seimbang.
Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena garis bidik telah dibuat sejajar
dengan garis arah nivo.

Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo


Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar.
Untuk mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum,
digunakan nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti
mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar
dengan garis arah nivo, garis arah nivo pasti mendatar.
Terdapat bagian untuk sentering pada waterpass, yaitu dengan
menyeimbangkan nivo kotak dengan menggunakan sekrup A,B,C agar
instrumen terletak tepat pada titik pengukuran.
Sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk mengukur beda tinggi, maka pada
alat ukur waterpass hanya terdapat bacaan vertikal. Namun seiring
berjalannya waktu, waterpass terbaru telah dilengkapi bacaan horizontal pada
kiapnya sehingga juga bisa untuk mengukur jarak dan sudut.
2.2.7 Roll Meter
Meteran disebut juga sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut juga
sebagai roll meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau
panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut sikusiku, dan juga dapat digunakan untuk membuat lingkaran (Burhic, 1991).

Gambar . Roll Meter


Satuan yang digunakan dalam meteran adalah mm atau cm, feet tau
inch. Pita ukur atau meteran tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15
meter, 30 meter sampai 50 meter. Pita ukur biasanya dibagi pada interval 5
mm atau 10 mm (Burhic, 1991).
Meteran juga memiliki daya muai dan daya regang. Daya muai adalah
tingkat pemuaian akibat perubahan suhu udara. Dan daya regang adaah
perubahan panjang akibat regangan atau tarikan. Daya muai dan daya regang
meteran dipengaruhi oleh jenis meteran, yang di bedakan berdasarkan bahan
yang digunakan dalam pembuatannya.Penyajian angka nol pada meteran ada
yang di nyatakan tepat di ujung awal meteran dan ada pula yang dinyatakan
pada jarak tertentu dari ujung awal meteran (Burhic, 1991).
Cara menggunakan meteran tidak terlalu sulit, cukup merentangkan
meteran ini dari ujung yang satu ke ujung yang lain yaitu ke objek yang
akan diukur. Tapi untuk mendapat kan hasil yang lebih akurat sebaikknya
dilakukan oleh dua orang, orang pertama memegang ujung awal meteran
dititik yang pertama dan meletakkannya tepat di angka nol pada meteran
dan orang yang kedua memegang rol meter menuju ke titik pengukuran
lainnya, dan menarik meteran selurus mungkin dan meletakkan meteran di
titik yang di tuju dan membaca angka pada meteran yang tepat dititik yang
dituju. Teknik ini mempunyai keterbatasan pada pengontrolan besar sudut
yang di peroleh dari hasil pengukuran dari kedua titik (Burhic, 1991).
2.2.8 Sediment Grab
Grab sampler berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang
ketebalannya tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam

lapisan sedimen. Alat ini biasa digunakan untuk mengambil sampel sedimen
pada perairan dangkal. Berdasarkan ukuran dan cara operasional, ada dua
jenis grab sampler yaitu grab sampler berukuran kecil dan besar
(Caruthers,1977).

Gambar . Sediment Grab


2.2.8.1 Cara Kerja Sediment Grab:
Grab sampler yang berukuran kecil dapat digunakan dan
dioperasionalkan dengan mudah, hanya dengan menggunakan boat
kecil alat ini dapat diturunkan dan dinaikkan dengan tangan.
Pengambilan sampel sedimen dengan alat ini dapat dilakukan oleh satu
orang dengan cara menrunkannya secara perlahan dari atas boat agar
supaya posisi grab tetap berdiri sewaktu sampai pada permukaan dasar
perairan. Pada saat penurunan alat, arah dan kecepatan arus harus
diperhitungkan supaya alat tetap konstant pada posisi titik sampling.
Grab Sampler yang berukuran besar memerlukan peralatan tambahan
lainnya seperti winch (kerekan) yang sudah terpasang pada boat/kapal
survey berukuran besar. Alat ini menggunakan satu atau dua
rahang/jepitan untuk menyekop sedimen. Grab diturunkan dengan
posisi rahang/jepitan terbuka sampai mencapai dasar perairan dan

sewaktu diangkat keatas rahang ini tertutup dan sample sedimen akan
terambil.
2.12.2 Kelebihan dan Kekurangan :

Kelebihannya : Keuntungan pemakaian grab sampler adalah


lokasi sampel dapat ditentukan dengan pasti jadi perkiraan
kedalam perairan dapat diketahui.

Kekurangannya : Kerugiannya adalah kapal harus berhenti


sewaktu alat dioperasikan, sampel teraduk, dan beberapa fraksi
sedimen yang halus mungkin hilang.
(Caruthers, 1977)

2.2.9 Palem Pasang Surut


Palem pasut merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana,
berupa papan dengan tebal 1-2 inci dan lebar 4-5 inci.Sedangkan panjangnya
harus lebih dari tunggang pasut. Dimana pemasangan palem pasut ini harus
pada kondisi muka air terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam
air, dan saat pasang tertinggiskala terbesar haruslah masih terlihat dari muka
air tertinggi (highest water). Dengan demikianmaka tinggi rendahnya muka
air laut dapat kita ketahui. Dan dari data yang dicatat dari skala tersebut, kita
dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu daerah pada waktu
tertentu.Dalam pemasangannya rambu tersebut diskrup atau ditempelkan
secara vertical pada tiang penyangga yang cocok (Hutabarat,1984).
Lokasi rambu harus berada pada lokasi yang aman dan mudah terlihat
dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus laut. Tempat
tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut.Oleh
karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada
kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat
terendam air, maka air laut tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada
prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada
pengukuran sifat datar (leveling). Perbedaannya hanya dalam mutu rambu
yang dipakai.Mengingat bagian bawah rambu pasut harus dipasang terendam
air laut, maka rambu dituntut pula harus terbuat dari bahan yang tahan air

laut.Rambu pasut hampir selalu digunakan pada pelabuhan-pelabuhan laut.


Akan tetapi dalam hal ini biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama
dengan muka surutan setempat,sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut
terhadap muka surutan tersebut atau kedalaman laut dapat diketahui
berdasarkan pembacaan pada rambu (Pariwono, J.I. 1987)

Gambar . Palem Pasut


2.2.10 Global Positioning System (GPS)
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat.Sistem ini
didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi
mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu
dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan.Saat ini GPS sudah banyak
digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang
menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang
teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi
dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter.(Kelompok
Keilmuan Geodesi, 2012).

Gambar . Macam-macam GPS


Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi
tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja
di bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah
satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa
abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu.Ketelitian dari GPS
dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk
ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya.
Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu
metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode
pengolahan datanya.GPS kadang memberikan presisi yang kecil, untuk itu
GPS dengan keakuratan yang tinggi digunakan untuk lingkup yang kecil
tetapi mempunyai banyak variabel, Dalam beberapa kasus dimungkinkan
untuk melakukan pengulangan posisi suatu lokasi sampling (Kelompok
Keilmuan Geodesi, 2012).
2.2.11 Echosounder
Teknologi memang harus dirasakan oleh semua orang dan semua
lapisan masyarakat, tak terkecuali oleh para nelayan yang di negara kita
sebagian besar dari mereka masih berada dibawah garis kemiskinan. Banyak
faktor yang menyebabkan mereka sulit secara ekonomi, mulai dari peralatan

melaut yang sangat sederhana, cuaca yang tidak mendukung, dan tingkat
pendidikan yang rendah, serta dukungan dari pemerintah yang masih sangat
kurang.
Seiring dengan perkembangan ilmu akustik dan penerapannya
diberbagai bidang menyebabkan banyak peralatan-peralatan baru yang dibuat
yang berfungsi untuk memudahkan pekerjaan manusia, di segala bidang.
Salahsatunya yaitu alat yang bernama Echo Sounder. Sesuai dengan
namanya echo yang berarti gema dalam bahasa Inggris, alat ini mempunyai
prinsip memancarkan bunyi dan kemudian gemanya atau bunyi pantulannya
ditangkap kembali untuk mengetahui keberadaan benda-benda di bawah air.
2.19.1 Prinsip Kerja dari Alat Echo Sounder dalam pirantinya :
Perangkat akustik ini memiliki beberapa komponen seperti
pemancar, penerima gelombang dan beberapa peralatan pendukung
lainnya seperti komputer dan GPS (Global Positioning Sistem).

Gambar . Hydrographic Echosounder


Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser
yang berfungsi untuk merubah enargi listrik menjadi suara.
Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi
tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai
kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai
objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan
sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang

dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun
terjadi pada gelombang ini.

Gambar . Prinsip Echosounder


Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya
ada yang dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang
yang dipantulkan energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya
energi yang diterima akan diolah dangan suatu program, kemudian
akan diperoleh keluaran (output) dari program tersebut. Hasil yang
diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan
selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima.
Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi.
Selain digunakan untuk mencari posisi ikan, alat ini juga
digunakan untuk mengetahui kedalaman laut dan dapat juga
digunakan

untuk

studi

perikanan,

yaitu

untuk

mengetahui

keberadaan / distribusi, ukuran, tingkah laku dari hewan dan


tumbuhan.
Penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam pencarian
sumberdaya

ikan

yang

baru,

sehingga

akan

mempercepat

pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama untuk menetapkan


daerah penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan.
2.2.12 Kompas Tembak

Kompas

adalah

sebuah

alat

yang

berfungsi

untuk

menetapkan/menunjukkan arah mata angin. Seorang pengembara dan ahli


berkemah, harus mengetahui benar tentang Kompas. Dengan bersemboyan
pada Kompas, ia akan dapat mengikuti jalan yang tertera dalam Peta, maka
ia tidak akan tersesat dalam perjalanan/pengembaraan.
2.2.12.1Bagian-Bagian Penting dari Kompas :
1. Dial, adalah permukaan Kompas dimana tertera angka
derajat dan huruf mata angin.
2. Visir, adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik
sasaran.
3. Kaca Pembesar, digunakan untuk melihat derajat
Kompas.
4. Jarum Penunjuk, adalah alat yang menunjuk Utara
Magnet.
5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 45o yang dapat
diputar.
6. Alat Penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang
kompas saat membidik.

Gambar . Penampang Kompas


2.2.12.2 Cara Mempergunakan Kompas :

1. Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah


jarum Kompas tidak bergerak maka jarum tersebut dan
menunjukkan ARAH UTARA MAGNET.
2. Bidik sasaran melalui Visir, melalui celah pada, kaca
pembesar, setelah itu miringkan kaca pembesar kira-kira
bersudut 50 dengan kaca dial.
3. Kaca pembesar tersebut berfungsi sebagai : Pembidik ke
arah Visir, membidik sasaran.
4. Mengintai derajat Kompas pada Dial.
5. Apabila Visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari
kaca pembesar, luruskan garis yang terdapat pada tutup Dial
ke arah Visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah
terlihat melalui kaca pembesar.
6. Apabila sasaran bidik 30 maka bidiklah ke arah 30.
Sebelum menuju sasaran, tetapkan terlebih dahulu Titik
sasaran sepanjang jalur 30. Carilah sebuah benda yang
menonjol/tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab
route ke 30 tidak selalu datar atau kering, kadang-kadang
berbencah-bencah. Ditempat itu kita Melambung (keluar
dari route) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30.
7. Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan
terlebih dahulu Sasaran Balik (Back Azimuth atau Back
Reading) agar kita dapat kembali kepangkalan apabila
tersesat dalam perialanan.
2.2.13 pH Meter
pH Meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman dan kebasaan. Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai
kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai pH yang artinya log
[H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam (Arifelia,
2012)

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada


potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam
elektroda gelas (membran gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang
ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur
potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of
hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda
pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya
mengukur tegangan (Ridho, 2009).
Setelah pH meter dikalibrasi maka pH meter tersebut sudah siap
digunakan. Biasanya kalibrasi disarankan dilakukan setiap 1 kali sehari
sebelum digunakan.Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:
1. Siapkan sampel larutan yang akan di cek pH-nya.
2. Jika larutan panas, biarkan larutan mendingin sampai dengan suhunya
sama dengan suhu ketika kalibrasi. Contohnya jika kalibrasi dilakukan
pada suhu 20C maka pengukuran pun dilakukan pada suhu 20C.
3. Buka penutup plastic elektroda, bilas dengan air DI dan keringkan
dengan menggunakan kertas tisu.
4. Nyalakan pH meter dengan menekan tombol ON/OFF.
5. Masukan elektroda kedalam sampel, kumudian putar agar larutan
homogen.
6. Tekan tombol MEAS untuk memulai pengukuran, pada layar akan
muncul tulisan HOLD yang kelapkelip.
7. Biarkan sampai tulisan HOLD pada layar berhenti kelap-kelip.
8. Nilai pH yang ditunjukan pada layar adalah nilai pH larutan yang di
check
9. Matikan pH meter dengan menekan kembali tombol ON/OFF
Sebelum pH meter digunakan, pH meter harus dikalibrasi terlebih
dahulu dengan menggunkan standar pH atau sering disebut buffer pH.Standard pH
adalah larutan yang nilai pH-nya telah diketahui pada setiap perubahan suhu.
Standar pH merupakan larutan buffer pH (penyangga pH) dimana nilainya relative
konstan dan tidak mudah berubah (Ridho, 2009)
Urutan kerja kalibrasi pH meter adalah :
1. Siapkan buffer pH 7 dan buffer pH 4
2. Buka penutup plastic elektroda

3. Bilas elektroda dengan air DI (De Ionisasi/ air bebas ion) dan
keringkan dengan menggunakan kertas tisu.
4. Nyalakan pH meter dengan menekan tombol ON/OFF.
5. Masukan elektroda kedalam larutan buffer pH 7
6. Tekan tombol CAL dua kali, putar elektroda agar larutan buffer
homogeny
7. Biarkan beberapa saat sampai nilai yang tertera di disply tidak
berubah
8. Tekan tombol CAL satu kali lagi, dan biarkan tulisan CAL pada disply
berhenti berkedip
9. Angkat elektroda dari larutan buffer pH 7, kemudian bilas dengan air
DI beberapa kali dan keringkan dengan kertas tisu
10. Masukan elektroda kedalam larutan buffer pH 4
11. Tekan tombol CAL dua kali, putar elektroda agar larutan buffer
homogeny
12. Biarkan beberapa saat sampai nilai yang tertera di disply tidak
berubah
13. Tekan tombol CAL satu kali lagi, dan biarkan tulisan CAL pada disply
berhenti berkedip
14. Angkat elektroda dari larutan buffer pH 4, kemudian bilas dengan air
DI beberapa kali dan keringkan dengan kertas tisu
15. Pada layar bagian bawah akan muncul angka 7 dan angka 4 yang
menunjukan pH meter tersebut telah dikalibrasi dengan buffer pH 7
dan buffer pH 4
16. pH meter telah siap digunakan
(Ridho, 2009)
2.2.14 Current Meter
Current meter adalah salah satu alat oseanografi yang berguna untuk
mengukur kecepatan arus dan arah arus. Sebuah current-meter yang ideal
harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan
yang terjadi pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai
dengan komponen velositas. Juga harus tahan lama, mudah dilakukan
pemeliharaan, dan simpel digunakan dengan kondisi lingkungan yang
berbeda-beda. Indikator kinerja tergantung pada inertia dari rotor, gerakan air,
dan gesekan dalam bearing (Urick, 1983).

Prinsip kerja jenis curent meter ini adalah propeler berputar


dikarenakan partikel air yang melewatinya. Jumlah putaran propeler per
waktu pengukuran dapat memberikan kecepatan arus yang sedang diukur
apabila dikalikan dengan rumus kalibrasi propeler tersebut.
Jenis alat ini yang menggunakan sumbu propeler sejajar dengan arah
arus disebut Ott propeler curent meter dan yang sumbunya tegak lurus
terhadap arah arus disebut Price cup current meter. Peralatan dengan sumbu
vertikal ini tidak peka terhadap arah aliran (Urick, 1983).
Keuntungan: Propeler curent meter ini menghasilkan pekerjaan yang
akurat dan cepat apabila dilakukan perawatan yang baik dan pelaksanaan
yang cermat. Juga kalibrasi propeler harus dilakukan dengan baik.
Kerugian: Dapat dipengaruhi oleh kapal (pitching dan rolling),
sehingga kecepatan arus yang diukur bukan hanya kecepatan arus aliran
sungai saja. Diperlukan test kalibrasi untuk mengatasi hal ini.

Gambar . Current Meter


Current-meter dapat digunakan baik dengan digantung pada kabel/tali
maupun pada tiang. Cara yang pertama dapat dilaksanakan pada pengukuran
di sungai maupun di muara sungai, sedangkan cara kedua dapat dipakai pada
pengukuran di kanal yang kecil atau digantung di jembatan (Robert J. Urick.
1983).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. http://www.academia.edu/5578524/ Perawatan_Instrumen diakses


pada tanggal 8 Juni 2014 pukul 16.30 WIB
Arnaya, I.N. 1991. Dasar-Dasar Peralatan Oseanografi. Diktat Kuliah Program
Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. IPB
Burhic. 1991. Instrumen Kelautan. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu dan
Teknologi Kelautan .Institut Pertanian Bogor
Caruthers, JW. 1977. Fundamental of Marine Instrumen. Elsevier Scientific
Publishing Compeny, Amsterdam, New York.
Djunarsjah, E. (2004), Penggunaan Standar Ketelitian IHO (SP-44) dalam
Penetapan Batas Landas Kontinen, Makalah, Lokakarya Sewindu
Konvensi Hukum Laut PBB, Yogyakarta
Edi, B.P. 2009. Aplikasi Instrumen Akustik Multibeam dan Side Scan Sonar Di
Perairan Sekitar Teluk Mandar Dan Selat Makasar. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Hach Company, 1991,Portable Turbidimeter Model 2100P Instrument and
Procedure Manual,pdf.
Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009, Instrumentasi kelautan, Penerbit Ganesha,
Institut Teknologi Bandung
Hughes Clarke, J.E., 1997, A Comparison Of Swath Sonar Systems
Klien Associates, Inc. 1985. Side Scan Sonar Record Interpretation. New
Hampshire. USA.
Maclennan, D. N dan Simmonds, E. J. 1992. Fisheries Aeousties. London:
Chapman and Hall.
Parkinson, B.W. 1996, Echosounder : Theory and Applications, chap. 1:
Introduction and Heritage of NAVSTAR, the Global Positioning
System.pp. 3-28, American Institute of Aeronautics and Astronautics,
Washington, D.C. Portable Turbidity Meter, by Geotech Environmental
Equipment, Inc,pdf.

Poerbandono & Eka Djunarsjah (2005). Survei Hidrografi. Refika Aditama.


Bandung, Indonesia. 166pp
Robert J. Urick. 1983. Principle of Underwater Sound, Peninsula Publishing,
Los Altos, California.
Russel, Ian. 2001. Basic Principles Of Hydrographic Surveying. Hydrographic
Awarness. Seminar and Course: The Importance of Hydrographic Survey
for Management and Development of The Coastal Zone; Jakarta, 24-27
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah

Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.

diakses 21 Maret 2012).


Wikipedia, 2013.http://id.wikipedia.org/wikidiakses pada tanggal 8 Juni 2014
pukul 16.39 WIB
William S. Burdic 1991. Underwater Acoustic System Analysis, Prentice Hall,
New Jersey
Anonim, 2013. http://www.academia.edu/5578524/ Perawatan_Instrumen diakses
pada tanggal 8 Juni 2014 pukul 16.30 WIB
Arnaya, I.N. 1991. Dasar-Dasar Peralatan Oseanografi. Diktat Kuliah Program
Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. IPB
Burhic. 1991. Instrumen Kelautan. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu dan
Teknologi Kelautan .Institut Pertanian Bogor
Caruthers, JW. 1977. Fundamental of Marine Instrumen. Elsevier Scientific
Publishing Compeny, Amsterdam, New York.
Djunarsjah, E. (2004), Penggunaan Standar Ketelitian IHO (SP-44) dalam
Penetapan Batas Landas Kontinen, Makalah, Lokakarya Sewindu
Konvensi Hukum Laut PBB, Yogyakarta
Edi, B.P. 2009. Aplikasi Instrumen Akustik Multibeam dan Side Scan Sonar Di
Perairan Sekitar Teluk Mandar Dan Selat Makasar. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.

Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009, Instrumentasi kelautan, Penerbit Ganesha,


Institut Teknologi Bandung
Robert J. Urick. 1983. Principle of Underwater Sound, Peninsula Publishing,
Los Altos, California.
Russel, Ian. 2001. Basic Principles Of Hydrographic Surveying. Hydrographic
Awarness. Seminar and Course: The Importance of Hydrographic Survey
for Management and Development of The Coastal Zone; Jakarta, 24-27
Wikipedia, 2013.http://id.wikipedia.org/wikidiakses pada tanggal 8 Juni 2014
pukul 16.39 WIB
Abdillah, Yayat. 2010. Botol Nansen. http://yayatabdillah
A.blogspot.com/2010/05/botol-nansen.html. Diakses pada tanggal 9 juni
2014.
Angga, Bagus. 2013. Penjelasan Grab Sedimen Sampler dan Nensen Botol.
http://anggacows3.blogspot.com/2013/02/penjelasan-grab-sedimen-coresampler.html.
Anonim.
2012.
Praktikum
Sedimentologi.
http://laboseanografi.mipa.unsri.ac.id/wpcontent/uploads/2012/04/PRAKTIKUM-SEDIMENTOLOGI-1PENGENALAN-ALAT.pdf.Diakses pada tangal 9 juni 2014.
Anonim. 2013. Instrumentasi Kelautan. http://halidaarnaiz.blogspot.com/
2013_06_01_archive.html (diakses pada 9 Juni 2013).
Anonim.
2011.
Waterpass
Tukang.
http://khedanta.wordpress.com/2011/08/23/Waterpass-tukang/
(diakses
pada 9 Juni 2013).
Ariifelia,
2012.Laporan
oseanografi
fisika.http://destririzkiarifelia.blogspot.com/2012/10/l
aporanoseanografi-fisika-alat-alat.html.diakses pada tanggal 9 juni 2014.
Arista,
Noita.
2012.
Desikator. http://novitaduin.blogspot.com/p/blogpage_18.html. Diakses pada tanggal 12 Juni 2014.
Day, R.A. dan Underwood, A.l.. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
kelima.Jakarta: Erlangga
Harjadi, W..1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia
Hutabarat,L.,Evans, S.M.1984. Pengantar Oceanografi.UI Press. Jakarta
Kelompok Keilmuan Geodesi. 2012. Teknologi GPS. http://geodesy.gd.itb.ac.id/?
page_id=498. Diakses pada tanggal 9 Juni 2014.Khopkar, S.M., (1990).
Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah A. Saptoraharjo. Cetakan

Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman Kesehatan


RepublikIndonesia. Jakarta. Halaman 26-217
Nurmalika,
Ratu.
2010.
Waterpass.http://pustakats.blogspot.com/2010/07/Waterpass.html (diakses pada 9 Juni 2013).
Pariwono, J.I. 1987.Kondisi Pasang Surut di Indonesia. Kursus Pasang Surut,
Jakarta: P3O- LIPI
Petrucci.,Harwood, dan Madura.2007. Kimia Dasar dan Terapan.Jakarta :
Erlangga
Pramesti,
Dwi
ajeng.
2010.
Penggunaan
Ekman
Grab.
http://dwiajengpramesti.wordpress.com/2010/06/14/penggunaan-ekmangrab/. Diakses pada tanggal 9 juni 2014
Raditadiwidjojo, Demitria. 2011. http://www.scribd.com/doc/129934138/Alatinstrumen-kelautan.Diakses pada tanggal 9 juni 2014.
Sirait, Michael dan Yohanes Hutapea. 2012. Pengenalan alat alat Oseanografi.
http://dc300.4shared.com/doc/4Fj0Oqiz/preview.html. Diakses pada tanggal 9 Juni
2014
Abbas,

akbar.
2012.
InstrumenSoxhlet.
http://akbarcules46.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
-------.
2012.
Instrumen
Evaporator.
http://akbarcules46.blogspot.com/2012/06/instrumenevaporator.html.Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Abdillah,
Yayat.
2010.
Botol
Nansen.
http://yayatabdillah.blogspot.com/2010/05/botol-nansen.html.
Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Angga, Bagus. 2013. Penjelasan Grab Sedimen Sampler danNensenBotol.
http://anggacows3.blogspot.com/2013/02/penjelasan-grab-sedimen-coresampler.html.Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Anonim,
2012.Refraktometer.http://tugasinstrumen.blogspot.com/2012/10/refrakto
meter.html .Diaksespadatangal 9 juni 2014.
Anonim.
2012.
PraktikumSedimentologi.
http://laboseanografi.mipa.unsri.ac.id/wpcontent/uploads/2012/04/PRAKTIKUM-SEDIMENTOLOGI-1PENGENALAN-ALAT.pdf.Diaksespadatangal 9 juni 2014.
Ariifelia,
2012.Laporanoseanografifisika.http://destririzkiarifelia.blogspot.com/201
2/10/l aporan-oseanografi-fisika-alat-alat.html.diaksespadatanggal 9 juni
2014.
Dachriyanus
(2004).AnalisisStrukturSenyawaOrganikSecaraSpektrofotometri.
Padang :Andalas University Press. Hal 1.
Darmasih. 1997. PrinsipSoxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek9724.pdf.
Day, R.A. dan Underwood, A.l.. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisikelima. .......Jakarta: Erlangga

Gandjar, I. G. danRohman, A. (2007). Kimia FarmasiAnalisis. Cetakan II.


Yogyakarta: Pustakapelajar. Halaman 246.
Godman, Arthur. 1991. Kamus Kimia Bergambar. Jakarta : PT.
GramediaPustakaUtama
Harborne, J. B. 1987. MetodeFitokimia. Bandung: Penerbit ITB
Harjadi, W..1986. Ilmu Kimia AnalitikDasar. Jakarta : PT. Gramedia
Hendar,
2011.InstrumentasiKelautan.
http://hendar08.blogspot.com/2011/04/instrumentasi-kelautan.html.
Diaksespadatanggal 9 Juni 2014.
Juliana,
I
Nengah.
2013.
LaporaSoxhlet.
http://inengahjuliana.blogspot.com/2013/06/laporansoxhlet.html.Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
-------,
2013.Laporan
Rotary
Evaporator.
http://inengahjuliana.blogspot.com/2013/06/laporan-rotaryevaporator.html.Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Kelompok
Keilmuan
Geodesi.
2012.
Teknologi
GPS.
http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=498. Diaksespadatanggal 9
Juni 2014.

Khopkar, S.M., (1990). KonsepDasar Kimia Analitik. Penerjemah A.


Saptoraharjo. CetakanPertama. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia.
HalamanKesehatanRepublikIndonesia. Jakarta. Halaman 26-217.
Mulyono. 1997. KamusPintar Kimia. Jakarta: Erlangga
Nugroho,
B.
W.,
Dadang,
&Prijono,
D.
1999.
PengembangandanPemanfaatanInsektisidaAlami.PusatKajianPengendali
an Hama Terpadu, IPB. Bogor.
Pariwono, J.I. 1987.KondisiPasangSurut di Indonesia. KursusPasangSurut,
Jakarta: P3O- LIPI
Petrucci.,Harwood, danMadura.2007. Kimia DasardanTerapan.Jakarta :Erlangga
Pramesti,
Dwiajeng.
2010.
Penggunaan
Ekman
Grab.
http://dwiajengpramesti.wordpress.com/2010/06/14/penggunaan-ekmangrab/.Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Rachman, Ridho. 2012. www.ridhorachman.blogspot.com.Diaksespadatanggal 9
juni 2014.
Raditadiwidjojo, Demitria. 2011. http://www.scribd.com/doc/129934138/Alatinstrumen-kelautan.Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Ridho,
Muhammad
Sibghotulloh.
2009.
pH
Meter.
http://www.scribd.com/doc/147753368/PH-Meter.Diaksespadatanggal
9
juni 2014.
Satiadarma, K., (2004). AzasPengembanganProsedurAnalisis. EdisiPertama.
CetakanPertama. Surabaya :Airlangganiversity Press. Halaman 378-388.
Setiyadi,
RahadimasGiyan,
dkk.
PraktikumOsfisPenenalanAlat.
http://www.scribd.com/doc/182608535/Laporan-Praktikum-Osfis-Modul1-Pengenalan-Alat. Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Seran, Emel. 2011. PengertianDasarSpektofotometer Vis, UV, UV-Vis.
https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/
pengertian-dasarspektrofotometer-vis-uv-uv-vis/. Diaksespadatanggal 9 juni 2014.

Sirait,

Michael danYohanesHutapea. 2012. PengenalanalatalatOseanografi.


http://dc300.4shared.com/doc/4Fj0Oqiz/preview.html. Diaksespadatanggal
9 Juni 2014.
Sutari,
Dwi.
2013.Rotary
Evaporator.
http://dwisutari.blogspot.com/.Diaksespadatanggal 9 juni 2014.
Wibisono, M.S. .2005.PengantarIlmuKelautan. Jakarta :Grasindo
Wirakusumah. 2007. kadarlemak. Jakarta :PenyebarSwadaya
Miller, J.N and Miller, J.C. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed, Prentice Hall : Harlow.P, Tipler. 1991. Fisika untuk Sains dan
Teknik Jilid . Bandung: Erlangga.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam.
Erlangga. Jakarta.

Anonim. 2011. DO. http://wikipedia.org. Di akses pada tanggal 27 Maret 2011


Anonim. 2011. Mikroskop wikipeda. Di akses pada tanggal 27 Maret 2011.
Anonim. 2011. www.phycotech.com/sedgewick. Di akses pada tanggal 27 Maret
2011.
Anonim. 2011. www.reed-mariculture.com/microalgae/iso.asp. Di akses pada tanggal
27 Maret 2011.
Anonim. 2011. www.wikipedi.com. Di akses pada tanggal 27 Maret 2011.
Bougis, P., 1974. Ecologie du Plancton Marin. Masson et Ed., 200p.
Campbell, N. A., dkk. 2003. Biologi Jilid 1 (Terjemahan Wasmen Manalu).
Jakarta : Erlangga
Davis. 1955. The marine and Fresh water plankton. Michigan : Michigan state
University Press
Isnansetya , alim dkk. 1995. Tehnik kultur phytoplankton dan zooplankton,
pakan alami untuk pembenihan organisme laut. Yogyakarta : Kanisius
Lagler, et al. 1997. FAO Species Identification Sheat for Fisheries Purpose.
Kodansha, Japan.
Lerman, M. 1986. Marine Biology. Enviroment, Diversity, and Ecology. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Noorhidayati dan Siti Wahidah. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Umum.
Banjarmasin : FKIP

UNLAM

Purnomo, dkk. 2005. Biologi Kelas XI Jilid 2a SMA. Jakarta : Sunda Kelapa
Pustaka

Tim Asisten Instrumen Kelautan. 2011. Modul Praktikum. Universitas


Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai