Anda di halaman 1dari 6

TEKTONIK KUARTER

Ryandi Januar Pratama1, A.M. Imran2,


1Magister Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
(Email: ryandijanuar@gmail.com)
2Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Abstrak
Tulisan ini Bertujuan untuk Mempelajari pengertian tektonik dan Gerakan tektonik masa Kuarter merujuk pada
pergerakan lempeng tektonik yang terjadi selama periode geologi yang disebut Kuarter, yang dimulai sekitar 2,6 juta tahun yang
lalu dan berlanjut hingga saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan cara
membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan kejadian-kejadian Tektonik pada
masa kuarter yang bertujuan untuk menganalisis pengetahuan yang dipublikasikan melalui ringkasan, klasifikasi,
artikel teoritis, serta perbandingan studi penelitian sebelumnya. Sumber pustaka yang digunakan meliputi buku,
jurnal, serta situs-situs internet. Selama masa ini, terjadi pergerakan lempeng tektonik yang signifikan yang telah membentuk
topografi dan struktur geologi di berbagai wilayah di seluruh dunia.Selama Kuarter, terjadi beberapa peristiwa geologis
penting yang berhubungan dengan gerakan lempeng tektonik, seperti pembentukan pegunungan, pembentukan
cekungan sedimentasi, dan perubahan letak daratan dan laut.. Selama periode ini, perubahan iklim menyebabkan
naiknya tingkat laut saat es glasial mencair, dan ini dapat mempengaruhi distribusi massa di permukaan Bumi dan
mengubah tekanan pada lempeng tektonik. Gerakan-gerakan tektonik yang umum terjadi di Indonesia adalah
pengangkatan dan penurunan, perlipatan, sesar dan Gerakan-gerakan lain (Tektonik-Vulkanik-Seismotektonik).

Kata Kunci : Geologi, Tektonik, Kuarter

penampilan dan perluasan manusia modern secara


PENDAHULUAN anatomis.
Selama periode Kuarter, banyak
Tektonisme merupakan tenaga yang berasal dari spesies mamalia besar punah. Hal ini disebabkan
dalam bumi yang mengakibatkan perubahan letak oleh perubahan iklim dan perburuan yang dilakukan
(dislokasi) ratapan dan patahan kulit pada bumi dan oleh manusia. (marin dan klein, 1984)
batuan. Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah
yang mempengaruhinya, tenaga tektonik dapat METODE PENELITIAN
dibedakan menjadi 2 macam yaitu gerak oroganesa dan
gerak epiroganesa. Gerak oroganesa adalah gerakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi daerah adalah studi literatur dengan cara membaca,
yang relatif sempit, gerakan ini menyebabkan mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang
terbentuknya pegunungan contohnya terbentuknya berhubungan dengan kejadian-kejadian Tektonik pada
daerah lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik, masa kuarter yang bertujuan untuk menganalisis
sedangkan gerakan epiroganesa dibagi lagi menjadi 2 pengetahuan yang dipublikasikan melalui ringkasan,
bagian yaitu gerak positif dan gerak epiroganesa negatif. klasifikasi, artikel teoritis, serta perbandingan studi
Gerak epiroganesa positif adalah ketika permukaan penelitian sebelumnya. Sumber pustaka yang digunakan
bumi bergerak turun sehingga seolah-olah permukaan meliputi buku, jurnal, serta situs-situs internet.
laut tampak naik, sedangkan yang disebut gerak
epiroganesa negative adalah ketika permukaan bumi HASIL DAN PEMBAHASAN
bergerak naik sehingga seolah-olah permukaan laut
tampak turun. Pengangkatan dan Penurunan
Periode Kuarter merupakan periode terakhir dari Gerakan pengangkatan / penurunan bagian kerak
ketiga periode di era Kenozoikum dalam skala waktu bumi merupakan gerakan relatif terhadap muka air laut.
geologi. Periode ini berlangsung setelah Kecepatan pengangkatan umumnya 0,01 – 0,1
periode Neogen dan membentang dari 2,588 ± 0.005 mm/tahun selama 200.000 tahun terakhir.
juta tahun yang lalu sampai sekarang. Waktu yang relatif Rizal dan Lukman, (2013) dalam penelitiannya
singkat ini ditandai oleh serangkaian glasiasi dan dengan “struktur geologi teluk bone” menuliskan Seismik

1
stratigrafi menunjukkan bahwa runtunan seismik Sulawesi Timur dengan input magmatik dan metamorf
diinterpretasikan menjadi 5 runtunan pengendapan minor dan intermiten dari Sulawesi Barat. Selanjutnya,
dengan terminasi dan konfigurasi seismik yang pada Pliosen Tengah hingga Akhir, karbonat Formasi
dipengaruhi oleh adanya perkembangan struktur geologi Poso terakumulasi di tepi cekungan timur. Mereka
akibat pengaruh tektonik dari sistem sesar-sesar aktif ditindih secara tidak selaras oleh silisiklastik kaya
terutama sesar Palu-Koro dan Sesar Kolaka. glaucophane laut dangkal dari Formasi Lage Pleistosen
Pengendapan sedimen umumnya diendapkan pada yang terkait dengan penggalian cepat dan pengangkatan
lingkungan delta, laut dangkal hingga laut dalam. Jenis kompleks metamorf Pompangeo. Pengangkatan ini
sedimennya berukuran dari halus sampai kasar dan menyebabkan pembangunan jembatan darat yang
diduga berpotensi sebagai sumber daya mineral yang menghubungkan Sulawesi barat dan timur. Evolusi
dapat dimanfaatkan. terran mendukung peningkatan luas lahan terbuka
Struktur geologi yang berkembang diantaranya karena pengangkatan tektonik yang cepat, yang bila
adalah pengangkatan, pelipatan (tidak begitu tampak digabungkan dengan iklim tropis, berkontribusi pada
jelas), dan berkembangnya flower structure yang tampak spesiasi dan penyebaran fauna di Sulawesi
seperti diapir. Perkembangan struktur tersebut sangat
dipengaruhi oleh aktifitas sesar-sesar Palu-Koro dan
sesar Kolaka. Dengan adanya sesar-sesar aktif tersebut
maka perlu diantisipasi terjadinya tsunami apabila
terjadi gempa di Teluk Bone. Sebaliknya, kondisi
geologi yang dapat menimbulkan bencana, tersimpan
sumber daya alam yang sangat berpotensi yaitu
sumberdaya migas yang sampai saat ini terus dilakukan
eksplorasinya

Gambar 1. Diagram 3D skematik untuk meringkas


Gambar 5. Interpretasi rekaman seismic pengangkatan dan penurunan di Depresi Poso,
Tokorondo, dan Pegunungan Pompangeo; A)Awal
Sementara di penelitian lain yang dilakukan oleh Pliosen dimana pengangkatan Pegunungan
nugraha dkk, (2023) “Plio-Pleistocene sedimentation Tokorondo memulai penurunan muka tanah pada
and palaeogeographic reconstruction in the Poso Depresi Poso; B)Pliosen Tengah hingga Akhir.
Depression, Central Sulawesi, Indonesia: from a sea Pendalaman cekungan ditunjukkan oleh Formasi
Puna yang semakin halus. Paket sedimen dari
channel to a land bridge”. Menjelaskan Depresi Poso
interbedded aliran debris, slide sheet, turbidit, dan
memberikan catatan lingkungan Plio-Pleistosen dan masukan vulkanik intermiten dalam formasi ini
paleogeografi Sulawesi Tengah. Kajian sedimentologi mencerminkan gerakan episodik selama
dan provenan berbasis singkapan menunjukkan bahwa pengangkatan regional. Karbonat Formasi Poso
selama Pliosen Depresi Poso merupakan alur laut yang diendapkan pada margin hanging wall basin dari
menghubungkan teluk Gorontalo dan Bone yang cekungan asimetris; C)Pada Pleistosen,
terbentuk secara asimetris halfgraben. Sejarah Pliosen peningkatan penggalian Kompleks Pompangeo
dimulai dengan pengendapan Formasi Puna dengan Schist dan patahan sesar yang terkait merusak
delta kipas di batas cekungan timur dan kompleks bentuk formasi Puna dan Poso. Deposisi Formasi
saluran di cekungan air dalam lebih jauh ke timur. Lage mencatat penggalian Kompleks Schist
Pompangeo selama 2 Ma terakhir
Analisis mineral ringan dan berat menunjukkan bahwa
sumber sedimen utama adalah batuan ultrabasa di

2
Sesar aktif sekitar lajur sesar ini. Hasil analisis menunjukkan
Zakaria dan sidarto, (2015) dalam “Tectonic keberadaan struktur sesar teramati dari batuan dasar
Activities in the Sulawesi and Surrounding Area Since yang tergeser sebagai sesar turun menangga
Mesozoics to Recent as the Impacts of Tectonic Activity of the
Surrounding Main Plate Tectonics” menulis Aktifitas
tektonik Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan
Lempeng Eurasia di sekitar Pulau Sulawesi telah
berperan besar terhadap perkembangan tektonik di Gambar 3. Hasil penafsiran geolistrik di lokasi Mantikole01,
Sulawesi dan sekitarnya. Pengaruh tersebut diawali Desa Mantikole, Kecamatan Dolo Barat, Kota Palu
sejak zaman Mesozoikum, saat terjadinya pemekaran di
paparan baratlaut Australia yang diikuti pecahnya tepian Lipatan
Benua Australia yang membentuk beberapa Cekungan Sumatera Tengah merupakan
mikrokontinen. Mikrokontinen – mikrokontinen cekungan belakang busur (back arc basin) yang
tersebut bergerak ke arah Sulawesi melalui mekanisme berkembang sepanjang tepi paparan sunda di Baratdaya
sesar transform hingga bertabrakan dengan Busur Asia Tenggara (Heidrick dan Aulia, 1993). Cekungan ini
Sulawesi dan diikuti terbentuknya berbagai struktur terbentuk akibat penunjaman lempeng Samudra Hindia
geologi seperti tunjaman, sesar naik dan sesar mendatar yang bergerak relatif ke arah Utara dan menyusup ke
berskala besar. Dari arah timur bagian utara, sebagai bawah lempeng Benua Asia.
pengaruh gerakan Lempeng Australia ke utara dan
Lempeng Pasifik ke barat, maka terbentuk sesar
transform mengiri yang membawa mikrokontinen ke
arah Sulawesi hingga bertabrakan dengan Sulawesi dan
membentuk sesar naik Batui. Sementara dari arah utara,
rotasi yang terjadi pada dasar Laut Sulawesi ikut
berperan terhadap perkembangan tektonik lengan utara
Sulawesi. Di lain pihak, pada Eosen Tengah terjadi
pemekaran tepian Benua Eurasia di sebelah barat
Sulawesi yang menghasilkan fase bukaan Selat
Makassar. Namun diduga mulai pasca Miosen hingga
kini daerah ini mengalami fase kompresi yang antara
lain menghasilkan 2 lajur lipatan – sesar naik di
Sulawesi Barat.

Gambar 5. Fisiografi Cekungan Sumatera Tengah


(Heidrick dan Aulia, 1993)
Gambar 2. Penampang seismik di Selat Makassar bagian utara Cekungan Sumatra Tengah terbentuk pada awal
Tersier dan merupakan seri dari struktur halft graben
Penelitiaan lain yang dilakukan oleh marjiono dkk
yang terpisah oleh blok horst yang merupakan akibat
(2013) ”Shallow Subsurface Geological Structures
dari gaya ekstensional yang berarah Timur-Barat.
Based On Interpretation Of Resistivity Data, Palu-Koro
Batuan Tersier tersingkap dari Bukit Barisan di sebelah
Fault Case Study” menuliskan bahwa Keberadaan Sesar
Barat Sumatra hingga ke dataran pantai Timur Sumatra.
Palu-Koro sebagai sesar aktif mendatar sudah tidak
Pada beberapa daerah halft graben ini diisi oleh sedimen
diragukan lagi, selain dari indikasi kegempaan,
clastic non-marine dan sedimen danau (Eubank dan
observasi geodesi juga sudah membuktikan pergerakan
Makki 1981 dalam Heidrick, dkk., 1993).
sesar ini. Namun demikian penelitian bawah permukaan
Cekungan Sumatra Tengah berbentuk asimetri
di sekitar sesar ini masih belum banyak dilakukan.
yang berarah Baratlaut-Tenggara. Cekungan Sumatra
Pengamatan geolistrik tahanan jenis pada zona Sesar
Tengah bagian Baratdaya dibatasi oleh Bukit Barisan,
Palu-Koro telah dilakukan pada beberapa lokasi di

3
bagian Baratlaut dibatasi oleh Tinggian Tigapuluh dan mempengaruhi gunung tersebut, yaitu aktivitas vulkanik
bagian Timurlaut dibatasi oleh Keraton Sunda. yang berasal dari magma di bawahnya dan aktivitas
tektonik yang berasal dari subduksi Lempang Indo-
Penelitaian lain yang dilakukan oleh riza dan australia. Meskipun sudah lebih dari 70.000 tahun sejak
catur (2014) tentang “Geological Structures Of Flores terakhir kali erupsi dan menyebabkan terbentuknya
Sea, East Nusa Tenggara” menuliskan Daerah ini kaldera vulkano-tektonik tersebar di dunia, yaitu
merupakan daerah yang aktif secara tektonik dan Kaldera Toba, aktivitas-aktivitas tersebut masih ada.
diekspresikan dalam bentuk prisma akresi, vulkanisme Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui
tidak aktif dan sesar-sesar aktif. Sesar naik sebagai keadaan di bawahnya adalah dengan melakukan
bagian dari Zona Anjakan Busur Belakang Flores tomografi kecepatan seismik 3D. Pada penelitian ini,
dijumpai di bagian selatan Pulau Kalaotoa terbentuk program yang digunakan adalah SimulPS12 dan
Pliosen Bawah dan aktivitas pembentukkan gunungapi menghasilkan tomogram anomali Vp, Vs dan
sebagai busur magma tunggal di utara Pulau Flores rasio Vp/Vs. Berdasarkan hasil tomografi tersebut
terjadi mulai Plistosen Bawah. Anjakan Busur Belakang diketahui bahwa zona lemah terdapat pada kedalaman
Flores telah membentuk daerah prisma akresi dengan 30 km di bagian tengah Danau Toba dan kedalaman 50
lebar di bagian barat mencapai >37,5 km dan menipis km. Adapun proses partial melting terjadi pada
hingga mendekati daratan (menghilang) akibat adanya kedalaman sekitar 130 km hingga 50 km yang berasal
Komplek Batuan Gunungapi di bagian utara Pulau dari slab subduksi di bawah Danau Toba. Pada
Kalaotoa dengan arah memanjang relatif baratlaut- kedalaman 30 km, selain anomali negatif, juga terlihat
tenggara. Hal ini mengakibatkan penyempitan jalur pola anomali Vp dan Vs positif yang mengindikasikan
Prisma Akresi. keberadaan bekas konduit dari intrusi magma yang
membeku. Selain itu, aktivitas seismik juga terlihat
tersebar pada beberapa titik di sekitar Kaldera Toba
seperti di Gunung Pusuk Buhit dan Gunung Pardepur.

Gambar 8 Hasil tomografi penampang D. Tanda panah


menunjukkan posisi slab subduksi

Penelitian lain dilakukan oleh Anugra dan Amelia


(2020) dalam “Kenampakan Petrologi Batuan Dan
Tektonik Di Daerah Tanjung Kurung Oku Selatan
Sumatera Selatan” menuliskan Cekungan Sumatra
Selatan terbentuk selama ekstensi timur-barat pada
Gambar 6. Peta struktur laut Flores akhir pra-Tersier sampai awal Tersier (Daly et al.,
1987). Geologi Cekungan Sumatera Selatan adalah
Gerakan-Gerakan Lain (Tektonik-Vulkanik-Seismo suatu hasil kegiatan tektonik yang berkaitan erat
Tektonik) dengan penunjaman Lempeng Hindia-Australia, yang
Penelitian yang dilakukan oleh Novia dkk (2020), bergerak ke arah utara hingga timur laut terhadap
dalam ‘tomografi kecepatan seismic 3D daerah danau Lempeng Eurasia yang relatif diam. Zona penunjaman
toba menggunakan SimulPS12” menuliskan Gunung lempeng meliputi daerah sebelah barat Pulau
Toba adalah salah satu gunung purba di Indonesia yang Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Beberapa lempeng
berada di Sumatera Utara. Terdapat dua aktivitas yang

4
kecil (micro-plate) yang berada di antara zona
interaksi tersebut turut bergerak dan menghasilkan DAFTAR PUSTAKA
zona konvergensi dalam berbagai bentuk dan arah.
Tiga peristiwa tektonik yang berperan pada
perkembangan Cekungan Sumatera Selatan dan proses Angraini N at All, 2020. tomografi kecepatan seismic
sedimentasinya, yaitu tektonik pertama ini berupa 3D daerah danau toba menggunakan SimulPS12.
gerak tensional pada Kapur Akhir sampai Tersier Jurnal Fisika Unand. Padang.
Awal yang menghasilkan sesar-sesar bongkah (graben)
berarah timur lautbarat daya atau utara-selatan. Anuagrah. S dan Amelia. M.O, 2020. Kenampakan
Sedimentasi mengisi cekungan atau graben di atas Petrologi Batuan Dan Tektonik Di Daerah Tanjung
batuan dasar bersamaan dengan kegiatan gunung Kurung Oku Selatan Sumatera Selatan. Universitas
api.Tektonik kedua, tektonik ini berlangsung pada Sriwijaya. Palembang
Miosen Tengah-Akhir (Intra Miosen) menyebabkan
pengangkatan tepi-tepi cekungan dan diikuti Eubank, R.T. and Makki, A. C., 1981. Structural
pengendapan bahan-bahan klastika. Tektonik ketiga, Geology of the Central Sumatra Basin. Proceeding
tektonik berupa gerak kompresional pada Plio- IPA, 10th Annual Convention, p. 285 – 317.
Plistosen menyebabkan sebagian Formasi Airbenakat
dan Formasi Muaraenim telah menjadi tinggian Heidrick, T. L. dan Aulia, K., 1996. Regional structural
tererosi, sedangkan pada daerah yang relatif turun geology of the Central Sumatra Basin, Petroleum
diendapkan Formasi Kasai. Selanjutnya, terjadi Geology of Indonesian Basins, Pertamina BPPKA
pengangkatan dan perlipatan utama di seluruh daerah Indonesia, hal.13-156.
cekungan yang mengakhiri pengendapan Tersier di
Cekungan Sumatera Selatan. Marjiono at all, 2013. Shallow Subsurface Geological
Structures Based On Interpretation Of Resistivity
Data, Palu-Koro Fault Case Study. Pusat Survey
KESIMPULAN Geologi. Bandung

pergerakan lempeng tektonik yang terjadi selama Martin P.S. and Klein R.G. eds 1984. Quaternary
periode geologi yang disebut Kuarter, yang dimulai sekitar 2,6 extinctions: a prehistoric revolution. Arizona,
juta tahun yang lalu dan berlanjut hingga saat ini. Metode Tucson AZ.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
literatur dengan cara membaca, mempelajari, dan Nugraha at all, 2023. Plio-Pleistocene sedimentation
mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan and palaeogeographic reconstruction in the Poso
kejadian-kejadian Tektonik pada masa kuarter yang Depression, Central Sulawesi. China University Of
bertujuan untuk menganalisis pengetahuan yang Petroleum
dipublikasikan melalui ringkasan. Selama masa ini, terjadi
pergerakan lempeng tektonik yang signifikan yang telah Riza R. and Catur P. 2014. Geological Structures Of
membentuk topografi dan struktur geologi di berbagai Flores Sea, East Nusa Tenggara. Pusat penelitian
wilayah di seluruh dunia.Selama Kuarter, terjadi beberapa dan pengembangan geologi kalautan. bandung
peristiwa geologis penting yang berhubungan dengan
gerakan lempeng tektonik, seperti pembentukan Rizal R dan Lukman A, 2013. Geological Structures Of
pegunungan, pembentukan cekungan sedimentasi, dan The Bone Gulf- South Of Sulawes. Pusat penelitian
perubahan letak daratan dan laut.. Selama periode ini, dan pengembangan geologi kalautan. bandung
perubahan iklim menyebabkan naiknya tingkat laut saat
es glasial mencair, dan ini dapat mempengaruhi Zakaria Z dan Sidarto, 2015. Tectonic Activities in the
distribusi massa di permukaan Bumi dan mengubah Sulawesi and Surrounding Area Since Mesozoics to
tekanan pada lempeng tektonik. Gerakan-gerakan Recent as the Impacts of Tectonic Activity of the
tektonik yang umum terjadi di Indonesia adalah Surrounding Main Plate Tectonics.Pusat Survey
pengangkatan dan penurunan, perlipatan, sesar dan Geologi. Bandung
Gerakan-gerakan lain (Tektonik-Vulkanik-
Seismotektonik).

5
6

Anda mungkin juga menyukai