Anda di halaman 1dari 6

CEKUNGAN SALAWATI

Ilham Abdul Raziq1), Andre Renaldi 1), Luziana Febby1)


1)
Mahasiswa Teknik Geologi Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jalan Babarsari, Caturtunggal, Kec. Depok, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Cekungan Salawati
Fas Collision
Fasa tektonik collision dimulai sejak Eosen Awal (Closs dkk, 2005). Fasa ini menandai
akhir dari fasa tektonik ekstensional di daerah Kepala Burung. Fasa kompresi ditandai
dengan satu struktur kompresi besar yang dikenal dengan Central Bird’s Head Monocline
(Visser dan Hermes, 1962). Fasa tektonik collision ini menyebabkan berkembangnya
struktur-struktur sesar mendatar transform dan reaktivasi terhadap struktur-struktur berumur
Mesozoik.

Sekuen Oligosen (Penurunan Muka Laut)


Pengangkatan, perlipatan, dan patahan terjadi selama Oligosen. Sepanjang Oligosen
Tinggian Salawati Utara-Arar tetap dalam lingkungan darat. Pada saat penurunan muka laut
pada Oligosen Tengah, menyebabkan tereksposnya daerah paparan karbonat Oligosen Awal
untuk tererosi dan terbentuknya perkembangan sekuen klastik dari pelapukan tinggian tua.
Sedimen klastik umur Oligosen Akhir-Miosen Awal (Formasi Sirga) terendapkan di atas
Formasi Faumai, yang terdiri atas mudstone, batupasir, konglomerat, batubara (debris
tumbuhan). Bagian atas Formasi Sirga bergradasi menghalus menjadi mudstone dan
kemudian menjadi karbonat argillaceous.

Sikuen Miosen Pliosen (Pembentukan Cekungan Salawati)


Cekungan Salawati terletak pada pertemuan Lempeng Samudera Pasifik, Lempeng
Australia, Lempeng Indian dan Lempeng Asia. Cekungan Salawati terletak pada bagian barat
Papua (Bird’s Head) atau di bagian utara dibatasi oleh Sesar Sorong yang merupakan batas
antara lempeng Benua Australia dengan Lempeng Samudera Pasifik yang secara langsung
mengontrol perkembangan Cekungan. Cekungan ini merupakan cekungan foreland dari
pecahan kontinen Australia dan mendapat pengaruh dorongan dari sesar sorong.
Pembentukan Cekungan Salawati (Strike-Slip Fault) pada Sikuen Miosen-Pliosen,
Collision dari Busur Sepik terjadi sebelum Miosen Akhir, tetapi perubahan pada pola
subduksi dikarenakan kejadian docking pada Miosen yang bersamaan dengan pembentukan
beberapa patahan strike-slip utama.
Sikuen berumur Miosen di Salawari didominasi oleh endapan batugamping yang
sedimentasinya dikontrol oleh sesar mendatar (wrench fault) yang berasosiasi dengan sesar-
sesar normal, sehingga terbentuk cekungan pull-apart yang dikenal dengan Cekungan
Salawari, dimana diendapkan batugamping deep water hingga Lagoon.
Transgresi utama selama Miosen Awal, menyebabkan laut membanjiri dataran, dimana
karbonat Formasi Kais bagian bawah terbentuk, pada Pulau Salawati, karbonat diendapkan
pada lingkungan beragam. Pada Miosen Tengah, lagoon bagian tengah dari Kepala Burung
terbengkokkan ke bawah akibat peng-posisian batuan dasar. Sehingga membentuk daerah
slope pada daerah tinggian yang membatasi lagoon bagian tengah (foreslope pada tinggian
Kemum dan backslope pada Walio bank/barrier). Sedimen Klamogun dan Formasi Klasafet
diendapkan pada dagian terdalam Lagoon tengah ini.
Cekungan Salawati melalui episode tektonik yang signifikan ketika bagian dari
lempeng pasifik mengubah arah pemekarannya pada miosen akhir. Perubahan ini
diakomodasi oleh pergerakan ke arah barat Lempeng Mikro-oceanik Carolina pada bagian
utara Cekungan Salawati, Sehingga deposit Cekungan Salawati berubah ke utara, platform
Ayamaru terangkat secara isostatis ke selatan cekungan dan menjadi Tinggian sejak saat itu,
yang memisahkan Cekungan Salawati dengan Cekungan Bintuni.
Penurunan secara cepat oada daerah utara Cekungan Salawati telah mengakhiri
pertumbuhan terumbu pinnacle pada slope tinggian. Pada Daerah Salawati, Formasi Klasafet
bagina bawah relatif tersebar sepanjang cekungan tetapi batas dengan Formasi Klasaman
terdapat pada perbedaan pnegangkatan dan penurunan cekungan akibat pembentukan
deposenter secara cepat yang diakibatkan oleh pergerakan lateral pertama dari sesar sorong.
Sedimen Formasi Klasafet terus diendapkan dan menebal ke bagian utara deposenter.
Terumbu Klasafet tumbuh pada beberapa tinggian tua (paleo) yang terendam. Pergerakan
dari Lempeng Mikro Oseanik Carolina menghasilkan batas transform pada Lempeng Mikro
Kontinen Salawati. Patahan Strike-slip mengiri atau patahan Sorong terbentuk pada Miosen
Akhir dan aktif kembali sejak Pliosen.

1.2 Sekuen Pliosen-Plistosen (Deformasi Cekungan Salawati)


Pada Pulau Salawati, patahan Sorong telah menenggelamkan deposenter cekungan.
Sedimen Formasi Klasaman berumur Pliosen diendapkan secara cepat, yang sebagian berupa
aliran debris. Penurunan cekungan secara cepat menyebebkan gaya tensional yang
diakomodasi oleh sesar normal yang mensesarkan semua litologi ada cekungan. Mekanisme
ini menyebabkan Formasi Kais dan Formasi Klasafet bagian bawah turun pada kedalaman
yang cukup dalam. Pada blok kepala Burung, akibat adanya aktifitas sesar sorong,
menyebabkan gaya transpresif yang mengangkat Formasi Kemum yang dulunya tenggelam.
Kala Plistosen, sesar sorong mencapai aktifitas maksimumnya dimana deposenter
cekungan Salawati terus menurun sehingga terendapkan Formasi Klasaman pada lingkungan
transisi-laut dangkal. Pada Kepala Burung, Formasi Kemum terus terangkat sehingga lagoon
bagian tengah mengalami penurunan dan mengalami kemiringan ke selatan. Dan terjadinya
pembalikan kemiringan (inversi dip) ke utara pada umur Pliosen Akhir.
Pada Umur Pliosen-Plistosen, terjadi peningkatan aktifitas tektonik yang menyebabkan
meningkatnya aktifitas sesar Sorong sehingga terendapkan endapan mollase hanya pada
daerah Cekungan Salawati.

2. Pengisian Cekungan
Sejarah sedimentasi yang teramati dimulai dari umur 35-32,5 juta tahun (Oligosen
Bawah) dengan terbentuknya endapan karbonat New Guinea Limestone (NGL) di
lingkungan Neritik Dalam-Tengah (20-60 meter) dan proses pengendapannya berlangsung
dalam fasa trangresi seperti yang terlihat dari hubungan antara eustatik dengan
paleobatometri. Kemudian mulai dari umur 32,5 – 30 juta tahun (Oligosin Bawah-Atas)
pengendapan endapan karbonat NGL masih terus berlangsung dalam fasa regresi (yang
diperlihatkan dengan adanya “sea level drop” dan pendangkalan paleobatimetri) dan
kemudian kelompok batu gamping ini terangkat ke permukaan pada umur 30 juta tahun yang
mana pengangkatan (uplift) ini diperlihatkan dengan bertambah kecilnya laju penurunan
tektonik (tectonic subsidence)
Terjadinya pengangkatan (uplift) , ini ada hubungannya dengan terjadinya “oblique
collision” antara lempeng Australia dengan “sepic arc”. Dengan demikian akibat adari
tumbukan ini selain mengakibatkan pengangkatan (Visser dan Hermes, 1982 ; Froidavaux,
1977 ; Brash 1991) juga mengakibatkan terjadinya “sea level drop” (Lunt dan Djaafar , 1991)
Proses tumbukan ini terus berlangsung hingga umur 15 juta tahun dan mulai dari 30
juta tahun hingga 15 juta tahun (Oligosen Bawah/Atas-Miosen Tengah bagian bawah)
seluruh kelompok Batugamping New Guinea tersingkap dipermukaan dan tererosi. Selama
masa ini muka air laut purba naik kembali.
Mulai dari umur 15-10 juta tahun (Miosen tengah bagianrumbu bawah-Miosen atas
bagian bawah) terbentuk Formasi Kais tipe terumbu (Robinson & Soedirja , 1986)
dilingkungan Neritik Dalam-Tengah (10-35 meter) dan formasi Klasafet serta formasi
Klasaman bagian dilingkungan Neritik tengah (35-60 meter), selama ini muka air laut
menurun, kedalaman paleobatimetri bartambah dan laju penurunan tektonik meningkat dan
peningkatan ini berhubungan dengan terjadinya “oblique subduction” antara lempeng
Australia dengan Lempeng Pasific. Dari umur 10-2,5 juta tahun (miosen atas bagian bawah-
liosen) pertumbuhan formasi Kais tipe terumbu (Robinson dan Soedirdja, 1986) disumur
PY001 dan pembentukan formasi Klassafet berakhir yaitu masing-masing pada umur 8,9 juta
tahun (miosen atas) dan 7,6 juta tahun (miosen atas) dan digantikan dengan terbentuknya
Formasi Klasaman yang tebal. Selama masa ini muka air laut purba naik umur 5 juta tahun
dan menurun kembali hingga umur 2,5, juta tahun dengan kedalaman paleobatimetri yang
relatif bertambah besar dan terjadinya peningkatan laju penurunan tektonik.
Dari adanya peningkatan laju penurunan tektonik disimpulkan bahwa awal
pembentukan Cekungan Salawati dan juga aktivitas Sesar Sorong dimulai dari umur 10 juta
tahun hingga 2,5 juta tahun, selama berlangsungnya proses :oblique subduction” antara
Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik.
Selama masa ini muka air laut purba meningkat kembali, kedalaman paleobatimetri
berkurang dan laju penurunan tektonik juga berkurang. Hal ini menandakan bahwa aktivitas
Sesar Sorong masih terus berlangsung yang mana akibat dari aktivitas tersebut menimbulkan
pengangkatan dan penrunan separti yang terlihat di TBH09. Aktivitas Sesar Sorong ini
diduga ada hubungannya dengan terjadinya “oblique collision” nantara Lempeng Australia
dengan bagian dari “ Sunda trench dan Banda Forearc “ yang berlangsung hingga sekarang.
3. Prospek Cekungan Salawati

Cekungan salawati dikenal sebagai cekungan Tersier penghasil minyak yang besar di
kawasan Indonesia Bagian Timur (total produksi hingga 1998 lebih dari 300 juta barel).
Batuan sumber (source rock) Cekungan Salawati berasal dari batulempung dan serpih
Formasi Klasafet, batugamping Formasi Kais, serta batulempung dan serpih Formasi
Klasaman Awal. Formasi yang diperhitungkan menghasilkan hidrokarbon adalah Formasi
Kais. Hidrokarbon yang terakumulasi pada Formasi Kais, selain berasal dari Formasi Kais
itu sendiri, juga berasal dari Formasi Klasafet dan Formasi Klasaman. Batuan reservoir
lainnya adalah Formasi Klasafet yang berumur Miosen Akhir. Cebakan hidrokarbon pada
Cekungan Salawati terdapat pada Formasi Kais berupa komplek terumbu karbonat dan
karbonat paparan yang tersesarkan (Satyana, 2003). Batuan penutup (seal rock) berupa serpih
karbonat Formasi Klasafet dan batugamping kristalin Formasi Kais. Secara umum petroleum
system Cekungan Salawati Batuan sedimen pra-Tersier menjadi batuan yang potensial untuk
diteliti dimasa yang akan datang yaitu, Formasi Aifam, Tifuma dan Kembelangan.

Anda mungkin juga menyukai