Anda di halaman 1dari 17

ACARA VII & IX REKONSTRUKSI LIPATAN

.1. Pendahuluan

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsur garis atau
bidang dalam bahan tersebut. Unsur bidang yang disertakan umumnya bidang
perlapisan (Hansen, 1971, dalam Ragan, 1973, hal.50).

.2. Bagian-bagian Lipatan (lihat gambar IX.1 dan IX.2)

• Limb (sayap) : bagian lipatan yang terletak down-dip dimulai dari lengkung
maksimum suatu antiklin atau up-dip dimulai dari lengkung suatu
sinklin.
• Hinge : titik pelengkungan maksimum pada lapisan yang terlipat.
• Crest : titik puncak tertinggi dari lipatan.
• Trough : titik dasar terendah dari lipatan.
• Core : pusat lipatan.
• Inflection : pertengahan antara dua pelengkungan maksimum.
• Axial line : garis khayal yang menghubungkan titik-titik pelengkungan
maksimum pada setiap permukaan lapisan. Disebut juga hinge
line.
• Axial surface : disebut juga hinge surface; bidang khayal yang memuat semua
axial line atau hinge line. Bidang ini pada beberapa lipatan dapat
merupakan bidang planar sehingga dinamakan axial plane.
• Crestal line : suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada
setiap permukaan suatu antiklin.
• Crestal surface : bidang khayal yang memuat semua crestal line suatu antiklin.
• Trough line : adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik
terendah pada suatu sinklin.
• Trough surface : bidang khayal yang memuat seluruh trough line suatu sinklin.

85
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

• Plunge : sudut penunjaman dari axial line yang diukur terhadap bidang
horisontal. Sudut ini terletak pada bidang vertikal.
• Bearing : sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan
menyatakan arah penunjaman axial line.
• Pitch : sudut antara axial line dengan bidang atau garis horisontal yang
diukur pada axial plane/surface.

Gambar IX.1. Bagian-bagian dari lipatan.

86
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar IX.2. Bagian-bagian dari lipatan. AP = axial plane; a’b = sayap lipatan; c: puncak dari suatu
lapisan; c’ = puncak dari lapisan lain; cc’ = crestal plane; t = trough dari suatu lapisan;
t’ = trough dari lapisan lain; tt’ = trough plane (Billings, 1977).

3. Klasifikasi Lipatan

Untuk menamakan suatu lipatan harus sesuai dengan klasifikasi yang ada,
tergantung dari dasar yang digunakan.

A. Klasifikasi Billings (1977):


Disusun berdasarkan pada :
1. Bentuk penampang tegak, tegak lurus sumbu lipatan, dalam hal ini yang
diperhatikan adalah kedudukan dari bidang sumbu dan kedudukan dari sayap-
sayapnya.
2. Intensitas perlipatan.
3. Pola dari pada sumbu lipatan yang terdapat pada suatu daerah.
4. Sifat sifat dari pada lipatan dengan kedalaman.

Contoh-contoh lipatan:
1. Berdasarkan bentuk penampang tegak
a. Lipatan sederhana dan komplek
b. Lipatan simetris dan asimetris
c. Lipatan rebah (overturned fold)
d. Recumbent fold
e. Isoclinal fold
f. Chevron fold
g. Fan fold
h. Monoclinic

87
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

i. Structural terrace
j. Homocline.
2. Berdasarkan atas struktur perlipatan
a. Closed fold
b. Open fold
c. Drag fold
3. Berdasarkan atas pola dari sumbu sumbu lipatan di suatu daerah
a. En echelon folds
b. Culmination dan depression
c. Anticlinorium
d. Synclinorium
4. Berdasarkan atas sifat-sifat daripada lipatan dengan kedalaman
a. Similar folds
b. Parallel folds (concentric folds)
c. Supratenuous fold
d. Disharmonic fold
e. Pierching (diapir fold)

B. Klasifikasi menurut Fleuty (1964):

1. Berdasarkan kisaran besarnya sudut antarsayap (interlimb angle) (gambar IX.3):

Gambar IX.3. Sudut antarsayap suatu lipatan (interlimb angle)

interlimb angle Description of fold


1800 - 1200 Gentle
1200 - 700 Open
700 - 300 Close
300 - 00 Tight
00 Isoclinal
negative angle Mushroom

88
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

2. Berdasarkan besarnya sudut kemiringan hinge surface dan sudut penunjaman


hinge line:

Angle Terminology Dip of hinge surface Plunge of hinge-line


00 Horizontal Recumbent fold Horizontal fold
10 - 100 Subhorizontal Recumbent fold Horizontal fold
100 - 300 Gentle Gently inclined fold Gently plunging fold
Moderately plunging
300 - 600 Moderat Moderately inclined fold
fold
600 - 800 Steep Steeply inclined fold Steeply plunging fold
800 - 900 Subvertical Upright fold Vertical fold

Adapun cara penggunaan tabel tersebut sbb.:


Misalkan, berdasarkan analisa statistik bidang perlapisan struktur lipatan dengan
stereonet, didapat besar kemiringan hinge surface 650 dan plunge dari hinge line
150, maka untuk penamaan lipatannya dikombinasikan sehingga nenjadi: steeply
inclined gently plunging fold.

C. Klasifikasi menurut Rickard (1971):

Klasifikasi ini berdasarkan dua hal, yaitu: (1) kemiringan hinge surface, (2)
penunjaman hinge line dan pitch dari hinge line. Cara mendapatkan nama atau jenis
lipatan dengan menggunakan diagram-diagram pada gambar IX.4 dan IX.5 berikut
ini.
Misalkan, dari analisa statistik bidang perlapisan suatu lipatan, didapat
kemiringan hinge surface 700 dan penunjaman hinge line 450, maka jenis lipatan
yang didapat dari klasifikasi ini ditentukan dengan memplot kedua nilai tersebut
pada diagram pada gambar IX.4, sehingga didapat titik b. Kemudian hasil yang
didapat dari diagram di atas diletakkan pada diagram gambar IX.5 berikut ini. Dari
sini, dapat diketahui jenis lipatannya, yaitu inclined fold. Sedangkan bentuk lipatan
dapat dilihat pada diagram gambar IX.6.

89
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar IX.4. Diagram untuk menentukan wilayah klasifikasi lipatan.

Gambar IX.5. Diagram untuk menentukan jenis lipatan, digunakan setelah diagram IX.4.

90
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar IX.6. Bentuk lipatan yang dipergunakan dalam diagram IX.5.

4. Mekanisme Perlipatan

Berdasarkan posisi gaya relatif terhadap perlapisan batuan dikenal ada 2 macam
mekanisme gaya yang menyebabkan perlipatan, yaitu:
1. Buckling (melipat), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan
permukaan lempeng (gambar IX.7).
2. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus
permukaan lempeng (gambar IX.8).

Gambar IX.7. Gaya tekan horizontal, (a) sebelum terkena gaya; (b) sesudah terkena gaya.

Gambar IX.8. Gaya bending, (a) sebelum terkena gaya; (b) sesudah terkena gaya.

91
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Berdasarkan respon gerak benda terhadap gaya yang mengenainya dikenal 4 jenis
mekanisme perlipatan (Billings, 1977), yaitu:
1. Flexure folding (true folding), diakibatkan gaya tangensial atau gaya kopel.
2. Flow folding (incompetent folding)
3. Shear folding (slip folding)
4. Folding due to vertical movement.

5. Rekonstruksi Lipatan

Rekonstruksi lipatan, umumnya dilakukan berdasarkan hasil pengukuran pada


suatu lintasan penelitian di lapangan atau pembuatan penampang pada suatu peta
geologi. Beberapa cara rekonstruksi berdasarkan bentuk dan sifat batuan adalah:
1. Metoda tangan bebas (free-hand method)
Metoda ini dipakai untuk lipatan pada batuan incompetent di mana terjadi penipisan
dan penebalan yang tidak teratur. Rekonstruksinya dengan jalan menghubungkan
batas lapisan dengan mengikuti orientasi kemiringannya.
2. Metoda busur lingkaran (arc method)
Metoda ini digunakan pada batuan yang competent, misalkan pada lipatan paralel.
Dasar metoda ini adalah anggapan bahwa lipatan merupakan bentuk busur dari suatu
lingkaran dengan pusatnya adalah perpotongan antara garis-garis normal sumbu
kemiringan yang berdekatan. Dalam metoda ini, rekonstruksi dilakukan dengan
menghubungkan busur lingkaran secara langsung bila data yang ada hanya
kemiringan dan batas lapisan hanya setempat.

Langkah rekonstruksi (lihat gambar IX.9):


1. Buat garis-garis yang tegak lurus terhadap kemiringan lapisan pada setiap lokasi
pengukuran.
2. Garis-garis tersebut akan saling berpotongan di titik O.
3. Titik O tersebut merupakan pusat lingkaran untuk membuat busur sebagai
rekonstruksi lipatan.
Apabila batas-batas lapisannya dijumpai berulang pada lintasan yang akan
direkonstruksi, maka pembuatan busur lingkaran dilakukan dengan interpolasi.
Rekonstruksi cara interpolasi ini dapat dikerjakan menurut cara yang diberikan Higgins,
1962 atau Busk, 1929.

92
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar IX.9. Metoda busur lingkaran tanpa interpolasi.

A. Interpolasi oleh Higgins (1962) (lihat gambar IX.10):

1. Gambar garis-garis normal kemiringan lapisan di A dan B sehingga berpotongan


di C.
2. Buat bisektor AB sehingga memotong perpanjangan AC di Z (atau memotong
perpanjangan garis normal sudut yang lebih kecil).
3. Ukurkan ZOa sembarang, tetapi lebih panjang dari CZ.
4. Ukurkan AOa pada perpanjangan BC sehingga mendapatkan titik D (BD =
AOa).
5. Hubungkan D dengan Oa dan buat bisektor DOa sehingga memotong BD di Ob.
6. Hubungkan Oa dan Ob (garis tersebut merupakan batas busur lingkaran).
7. Buat busur lingkaran dari A dengan pusat Oa dan buat busur lingkaran dari B
dengan pusat Ob.
Catatan: langkah tersebut digunakan bila kemiringan di A < kemiringan di B,
untuk A > B notasi A → B.

B. Interpolasi oleh Busk, 1929 (lihat gambar IX.11):

1. Tarik garis-garis normal dan perpanjangan kemiringan A dan B sehingga


memotong di D dan C.
2. Tarik garis tegak lurus AB dari C dan memotong di garis-garis normal pada Oa
dan Ob.
3. Garis tegak lurus AB yang dibuat pada langkah 2 merupakan batas busur
lingkaran.

93
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

4. Buat busur lingkaran dari A dengan pusat Oa dan buat busur lingkaran dari B
dengan pusat Ob.

Dalam rekonstruksi, seringkali metoda busur lingkaran digabung dengan metoda


tangan bebas apabila diketahui adanya penipisan dan penebalan pada bagian-bagian
lapisan tertentu.

Gambar IX.10. Metoda busur lingkaran dengan interpolasi dari Higgins (1962).

Gambar IX.11. Metoda busur lingkaran dengan interpolasi dari Busk (1929).

94
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

C. Metode Boundary Ray

Metode ini dipakai untuk lipatan yang sifatnya competent dan incompetent.
Dasarnya adalah bahwa penipisan dan penebalan adalah fungsi dari kemiringan
(Coates, 1945; Gill, 1953). Dengan dasar ini, disusun suatu tabel untuk
mendapatkan posisi boundary ray yang dipakai untuk batas rekonstruksi lipatan.
Tabel ini ada bermacam-macam untuk tiap persentase penipisan.
Cara mendapatkan boundary ray:
• Untuk mendapatkan posisi boundary ray dari banyak data pengukuran
perlapisan lapisan, harus terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan dip dalam
kelipatan 50 (lihat gambar IX.12) menjadi dip zone. Apabila pembuatan
penampang tidak tegak lurus jurus lapisan, maka data dip harus dikoreksi
terlebih dulu dengan tabel IX.1.
• Misalkan, zona kemiringan lapisan (dip zone) adalah 400 dan 550. Posisi
boundary ray didapat dari perpotongan perpanjangan kemiringan.
• Arah dari boundary ray didapatkan dengan menggunakan tabel. Misal
digunakan tabel dengan maksimum penipisan 50% (lihat tabel IX.2),
kemiringan kecil (400) dipakai sebagai ordinat dan kemiringan besar (550)
dipakai sebagai absis, didapatkan sudut 590 dan 400.
• Untuk kemiringan yang berlawanan, dipakai bagian yang bawah yaitu 400
dan diukurkan pada kemiringan besar (550) (gambar IX.13.a dan c).
• Untuk kemiringan yang searah, dibuat lebih dulu garis bisector-nya kemudian
diukurkan pada garis yang sejajar dengan kemiringan besar (gambar IX.13.b).
Contoh 1 : Diketahui jurus perlapisan N100E, dip 300SE, jurus garis penampang
N500E. Tentukan kemiringan perlapisan semu (apparent dip) pada
garis penampang. Sudut antara jurus perlapisan dan jurus garis
penampang 500 - 100 = 400. Cari 400 pada kolom sebelah kiri, 300 pada
baris paling bawah; komponen dip pada garis penampang (apparent dip
yang dicari) adalah 20,50.
Contoh 2 : Diketahui jurus perlapisan N150E. Komponen dip pada garis
penampang yang jurusnya N400E adalah 200. Tentukan dip
sesungguhnya (true dip). Sudut antara jurus perlapisan dan jurus garis
penampang adalah 400 – 150 = 250. Dari kolom paling kiri pada 250,

95
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

temukan 200 ke arah kanan (19,50 adalah nilai paling mendekati). Dari
19,50 baca true dip di baris paling bawah: 400.

Gambar IX.12. Konstruksi penampang geologi yang mengalami penipisan pada sayap lipatan dengan
metode boundary ray (Gill, 1953).

Tabel IX.1. Konversi kemiringan perlapisan sesungguhnya (true dip) ke dalam komponen garis
penampang (Forrester, 1946).
Degrees Apparent Dips in The Line of Section
5 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 5,0 6,0 7,0 8,5 10,0 13,0 18,0 26,0 44,0
10 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,5 10,0 12,0 14,0 16,5 20,0 25,0 32,0 44,0 62,0
Angle Between Line of Section and Strike

15 1,5 30 4,0 5,5 7,0 8,5 10,5 12,0 15,0 17,5 20,0 24,0 29,5 35,0 43,0 55,0 70,0
20 1,5 3,5 5,5 7,0 9,0 11,0 13,5 16,0 19,0 22,5 26,0 31,0 36,0 42,5 51,0 62,0 75,0
25 2,0 4,5 6,5 9,0 11,0 13,5 17,0 19,5 22,5 27,0 31,0 36,5 42,0 48,5 57,0 67,0 78,0
30 2,5 5,0 8,0 10,5 13,0 16,0 19,0 23,0 26,0 31,0 35,5 41,0 46,5 53,0 61,0 70,5 80,0
35 3,0 6,0 9,0 12,0 15,0 18,0 23,0 26,0 29,0 34,5 39,5 45,0 50,5 57,5 65,0 73,0 82,0
of Strata

40 3,0 6,5 10,0 13,5 16,5 20,5 24,0 28,0 32,0 37,5 43,0 48,0 54,0 61,0 67,0 75,0 83,0
45 3,5 7,0 11,0 14,5 18,0 22,0 26,5 31,0 35,5 40,0 45,5 51,0 56,5 63,0 69,0 76,5 83,5
50 3,5 7,5 11,5 16,0 19,5 24,0 28,0 33,0 37,5 42,5 47,5 53,0 59,0 65,0 71,0 77,5 84,0
55 4,0 8,0 12,0 17,0 21,0 25,0 30,0 35,0 39,5 44,5 49,5 55,0 60,5 66,5 72,0 78,0 84,0
60 4,5 9,0 13,0 18,0 22,0 27,0 31,5 36,5 41,0 46,0 51,0 56,5 61,5 67,5 73,0 79,0 84,0
65 4,5 9,0 13,5 18,5 23,0 28,0 32,5 37,5 42,0 47,0 52,0 57,5 62,5 68,5 73,5 79,5 84,5
70 4,5 9,0 14,0 19,0 23,5 28,5 33,5 38,0 43,0 48,0 53,0 58,5 63,5 69,0 74,0 79,5 85,0
75 5,0 9,5 14,5 19,5 24,0 29,0 34,0 39,0 44,0 49,0 54,0 59,0 64,0 69,5 74,5 80,0 85,0
80 5,0 10,0 15,0 20,0 24,5 29,5 35,5 39,5 44,5 49,5 54,5 59,5 64,5 69,5 74,5 80,0 85,0
85 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 44,5 49,5 54,5 59,6 64,5 69,5 75,0 80,0 85,0
Degrees 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
True Dips at 90° to The Strike

96
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar IX.13. Contoh menentukan sudut boundary ray dan bagaimana cara menggunakannya pada
batas dip zone. Harap diingat bahwa metode bisector hanya digunakan ketika zona dip
yang berdekatan berada dalam arah kemiringan yang sama (Gill, 1953).

Tabel IX.2. Sudut boundary ray untuk penipisan kompaksi sebesar 50 % (Gill, 1953). Sudut-sudut
tersebut adalah yang terletak antara kemiringan perlapisan yang terbesar (steeper dip)
dengan boundary ray diantara zona dip yang berdekatan.
Steeper Dip at Dip Intersection Point (Abscissa)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
0 86 83 79 75 71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 36 33 30 27
86 83 79 75 71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 36 33 30 27
5 84 80 76 73 69 65 62 57 54 51 47 44 40 37 34 31 28
81 78 74 70 66 63 59 56 52 48 45 42 38 35 32 29 27
10 81 78 74 70 66 63 59 56 52 48 45 42 38 35 32 29
76 73 69 65 62 58 54 51 47 44 40 3 34 31 28 25
15 79 75 71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 36 33 30
71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 36 33 30 26 24
20 76 73 69 65 62 57 54 51 47 44 40 37 34 31
66 63 59 55 52 48 45 41 38 35 32 28 25 22
25 74 70 66 63 59 55 52 48 45 41 38 35 31
Gentler Dip of Dip Intersection Point (Ordinate)

61 58 54 51 47 44 40 37 34 30 27 24 21
30 71 68 64 60 57 53 49 45 42 39 36 32
56 53 49 46 42 39 36 32 29 26 23 20
35 69 65 61 58 54 51 47 43 40 37 33
51 48 44 41 38 34 31 28 25 22 19
40 66 63 59 55 52 48 45 41 38 34
47 43 40 36 33 30 26 23 20 18
45 44o for dips in the same direction 64 60 56 53 49 46 42 39 35
2o for opposed dips
42 38 35 31 28 25 22 19 16
50 61 58 54 50 47 43 40 36
37 33 30 27 24 21 18 15
55 59 55 51 48 44 41 37
32 28 25 22 19 16 14
60 56 53 49 45 42 38
27 24 20 18 15 12
65 54 50 46 43 39
22 19 16 13 10
70 51 48 44 40
17 14 11 9
75 49 45 42
12 9 7
80 46 42
7 7
85 44
2

97
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

6. Interpretasi Jenis Lipatan dari Diagram S-Pole

Interpretasi dari diagram S-pole ini adalah cara statistik untuk mengetahui jenis
suatu lipatan. Dilakukan dengan membuat diagram kontur dari bidang perlapisan dan
dari lipatan, dengan menggunakan proyeksi vertikal maupun proyeksi horizontal (lihat
gambar IX.14 dan IX.15).

Gambar IX.14. Perkembangan diagram S-pole secara statistik selama proses perlipatan. Harap diingat
bahwa diagram stereografis yang sama bisa dihasilkan baik oleh antiform ataupun
synform. (a) perlapisan planar horisontal, (b) perlapisan melipat sebesar 450, (c)
perlapisan melipat 900, (d) perlapisan melipat 1800.

98
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar IX.15. Pola-pola lipatan secara statistik dalam diagram S-pole. (a) symmetrical open fold, (b)
symmetrical isoclinal fold, (c) asymmetrical fold with inclined axial plane.

99
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Panduan Praktikum Geologi Struktur

Gambar IX.16. Lipatan rebah (recumbent fold) pada batuan metasedimen di Kotopanjang, Riau.

Gambar IX.17. Lipatan jenis tight fold pada baturijang (chert) di Sadang, Karangsambung, Jawa Tengah.

100
Laboratorium Geologi Dinamika - Jurusan Teknik Geologi FT UGM

Anda mungkin juga menyukai