Anda di halaman 1dari 11

Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ

Website: E-ISSN: 2745-

Analisis Kualitas Batubara sebagai Penentu Faktor Swabakar


Ian Kurniawan1,*, Aryansyah2, Adri Huda3
1DIV Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Musi Charitas,
Palembang, 30127
2Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Selatan, Palembang, 30137
3Energy & Advance Material Manufacturing Lab, Worcester Polytechnic Institute (WPI),

Massachussets, Unites States of America

*E-mail : iankurniawan019@gmail.com

ABSTRAK

Peningkatan konsumsi energi dunia mengakibatkan semakin meningkatnya produksi batubara. Proses
distribusi batubara secara teoritis menggunakan konsep manajemen FIRST IN FIRST OUT (FIFO),
akan tetapi dikarenakan kondisi transportasi sebagai sarana penunjang dalam menditribusikan
batubara masih sangat terbatas mengakibatkan terjadinya penumpukan pada area stockpile batubara.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur batubara di dalam
stockpile yaitu kualitas kalori dari batubara. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimen
dengan menggunakan 3 sampel kalori batubara (4800, 5000 dan 6500) kalori untuk dilakukan
analisis proksimat dan ultimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable dalam analisis
proksimat dan ultimat dapat menentukan tingkat kecepatan terjadinya swabakar batubara. Proses
mitigasi peningkatan kualitas batubara diperlukan untuk mengurangi dampak terjadinya swabakar di
stockpile.

Kata kunci: Swabakar, Proksimat, Ultimat, Stockpile

ABSTRACT

The world energy consumption has resulted in increased coal production. The theoretical coal
distribution process uses the management concept of FIRST IN FIRST OUT (FIFO), however, due to
the condition of transportation as a supporting means of distributing coal. It’s still very limited
resulting in accumulation in the coal stockpile area. One of the factors that can cause an increase in
coal temperature in the stockpile is the calorie quality of coal. The research method used a quasi-
experimental using 3 samples of coal calories (4800, 5000 and 6500) calories for proximate and
ultimate analysis. The results showed that the variables in the proximate and ultimate analysis can
determine the rate of coal self-combustio.s. The mitigation process of improving coal quality is
needed to reduce the impact of self-combustion in stockpile.

Keywords: terdiri dari 3-5 kata

1. PENDAHULUAN yang kuat antara penggunaan energi dan


Peningkatan pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi. Penggunaan
penduduk masyarakat dunia dan energi mengakibatkan terjadinya dampak
Indonesia seiring dengan peningkatan sekunder terhadap lingkungan atmosfer
kebutuhan listrik dan energi. Sektor dan udara, salah satunya meningkatnya
transportasi, industri dan perumahan suhu rata-rata permukaan bumi dan
merupakan sektor yang paling banyak perubahan iklim.
membutuhkan energi. Berdasarkan Global Warming atau pemanasan
laporan Annual Energy Outlook 2017 global menjadi isu sentral sektor
(AEO, 2017) penggunaan sumber-sumber lingkungan di berbagai negara.
energi semakin meningkat. Li et al. (2014) Pemanasan global sendiri mempunyai
menyatakan bahwa adanya hubungan definisi meningkatnya suhu rata-rata

SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020
100 – UMUM - ST
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-
permukaaan bumi, dimana salah menghirup logam berat seperti merkuri,
penyebab utamanya adalah peningkatan selenium, arsen dan akibat ledakan gas di
emisi gas rumah kaca (GRK). Suhu rata- dalam lubang serta kebakaran batubara
rata global pada permukaan bumi (di permukaan atau di dalam lubang).
meningkat 0,74 ± 1,80 C selama seratus Dewasa ini, telah terjadi perbaikan dalam
tahun terakhir. Bahkan Intergovermental kondisi prose kerja batubara yang telah
Panel on Climate Change (IPCC) mampu membantu mengurangi dan
menyimpulkan bahwa sebagian besar menghindari risiko tersebut (Gaffney and
peningkatan suhu rata-rata global sejak Marley, 2009).
pertengahan abad ke-20 kemungkinan Proses distribusi batubara
besar disebabkan oleh meningkatnya membutuhkan tempat penyangga antara
konsentrasi GRK akibat aktivitas manusia. pengiriman dan proses yang disebut
Gas rumah kaca sendiri adalah gas- stockpile. Batubara juga disimpan dan
gas yang ada di atmosfer dan berfungsi ditumpuk di stockpile kemudian dilakukan
seperti atap rumah kaca yang mampu proses homogenisasi dan atau
meneruskan radiasi gelombang panjang pencampuran batubara untuk menyiapkan
sinar matahari namun menahan radiasi kualitas yang dipersyaratkan.
infra merah yang diemisikan oleh Penyimpanan batubara terbuka
permukaan bumi. Gas-gas yang dimaksud menghasilkan hasil samping karena
antara lain CO¬¬2, CH4, NO2, berada di area pertambangan aktif. Hasil
Hydrofluorocarbon (HFCs), samping atau sisa proses dibiarkan dalam
Perfluorocarbon (PFCs) dan Sulfur heksa jangka waktu yang lama sehingga terjadi
florida (SF6). Sumber penyebab gas proses oksidasi dalam suhu rendah
rumah kaca diakibatkan oleh sumber menyebabkan swabakar (Pone et al., 2007;
alami (Natural sources) dan manusia Kuenzer et al., 2007). Batubara dalam
(Antropogenic sources). berbagai kualitas/tingkatan yang memiliki
Jutaan ton batubara dibakar melalui bahan karbon sebagai penyusun utama
proses pembakaran untuk mendapatkan pada suhu rendah akan teroksidasi akibat
energi (World Coal Institute, 2011). Ketika adanya oksigen di udara (Yuan et al., 2013
terakumulasi dengan emisi CO2 lainnya dan Arisoy and Bamish, 2015). Menurut
dari bahan bakar fosil, emisi tersebut Kolker et al. (2009) terjadinya swabakar
menyebabkan peningkatan konsentrasi batubara merupakan salah satu
CO2 di atmosfer sehingga merubah siklus penyumbang efek gas rumah kaca serta zat
alam. Dampak negatif seperti kenaikan toksik berbahaya lainnya.
suhu di laut (mengurangi kelarutan O2 Avila (2012) melakukan penelitian
dan CO2), membantu melelehkan es di mengenai proses terjadinya oksidasi
kutub, mempengaruhi perubahan arah batubara dan campuran batubara atau
angin, dan kemudian menghasilkan efek biomassa dengan menggunakan metode
yang tidak diketahui pada kehidupan termal dan optik memperoleh hasil bahwa
seluruh dunia (IPCC, 2011). Pada saat faktor suhu pada proses swabakar, yang
yang sama, pembakaran batubara secara selalu lebih rendah daripada suhu kritis
alami mendapat sedikit perhatian, batubara mempengaruhi terjadinya
meskipun sebagai sumber utama emisi swabakar. Sipila (2013) meniliti tentang
CO2 dan CH4. risiko yang muncul di penyimpanan
Akhir abad ke-20 penggunaan bawah tanah batubara bitumen, diperoleh
batubara menjadi penting karena indikator kinerja utama sebagai penyebab
kaitannya dengan efek kesehatan manusia risiko kebakaran adalah indeks sifat
dan perubahan iklim. Dampak produksi batubara dan untuk penyimpanan (emisi
batubara terhadap kesehatan manusia gas dan suhu). Ma et al. (2013) melakukan
terjadi pada tahap awal produksi, penelitian eksperimen menyimpulkan
khususnya selama proses penambangan. terjadi kecendrungan swabakar dari
Bahaya utama adalah terjadinya campuran batubara dengan nilai volatil
keracunan karena akibat CO dan metana, yang tinggi, hasil percobaan menunjukkan
2
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-
bahwa jenis penyerapan oksigen terutama perusahaan PT. Bukit Asam Tbk. yang
adsorpsi fisik dan nilai kalor sangat kecil berdasarkan pemantauan dan studi
saat terjadi kenaikan massa batubara. lapangan sering mengalami terjadinya
Proses swabakar terjadi dibeberapa proses swabakar.
lokasi stockpile di beberapa negara, Pemeriksaan sampel batubara
diantaranya Alabama, USA (JEA, 2013), dengan kalori yang berbeda dilakukan di
Jharia Coalfield, India (Van Genderen, laboratorium pemeriksaan yang memiliki
2012), Wuda Coalfiled, China (Song dan kompetensi (akreditasi) dan instrumentasi
Kuenzer, 2015) dan Hedland, Australia yang digunakan tersedia. Laboratorium
(World Research Institute, 2014). Menurut pemeriksaan diantaranya :
Dinas Pertambangan Energi dan Provinsi • Laboratorium Energi dan Sumber Daya
Sumatera Selatan pada tahun 2017 Mineral Provinsi Sumatera Selatan.
melaporkan terdapat 14 lokasi stockpile • Laboratorium Pengujian Tekmira
batubara yang tersebar dibeberapa Bandung.
wilayah Kabupaten/Kota dengan tingkat Sampel penelitian yang digunakan
kejadian swabakar rata-rata terjadi 3 dalam penelitian ini adalah batubara yang
kali/bulan dan alokasi biaya pengelolaan diambil dari pemegang Izin usaha
lingkungan untuk mengatasi masalah pertambangan (IUP) PT. Bukit Asam Tbk.
tersebut 2 M/tahun. Besarnya alokasi berlokasi di Tanjung Enim Provinsi
biaya dan dampak yang ditimbulkan dari Sumatera Selatan. Dasar pemilihan PT.
kejadian swabakar dengan intensitas yang Bukit Asam Tbk. sebagai lokasi untuk
tinggi dapat diatasi dengan suatu upaya pengambilan sampel penelitian karena
mitigasi sehingga faktor utama penyebab perusahaan tersebut memiliki batubara
swabakar dapat diminimalisir. dengan kadar kalori yang bervariasi antara
Salah satu faktor yang dapat lain Kalori 4800, 5000 dan 6500.
menyebabkan terjadinya kenaikan Tahapan penelitian dilakukan untuk
temperatur batubara di dalam stockpile mendapatkan sifat fisik dan kimia
seperti kondisi lingkungan dan lamanya batubara yang berpengaruh pada peristiwa
batubara tertimbun yang dapat swabakar pada batubara dengan variasi 3
menyebabkan proses selfheating terus jenis kalori sehingga didapatkan validitas
berlanjut sampai tercapai temperatur dari kualitas dan karakterisasi batubara
kritis swabakar batubara.Proses tersebut. Langkah kerja yang dilakukan
penumpukan batubara pada area stockpile pada tahapan ini adalah sebagai berikut :
akan meningkatkan suhu di area stockpile
mengakibatkan terjadinya proses oksidasi
a. Observasi Lapangan
dan melepas panas, sehingga akan
memenuhi prinsip Fire Triangle Observasi lapangan dilakukan di
kemudian terjadi proses selfcombustion lokasi stockpile batubara untuk
(swabakar). menganalisis dan mempelajari pola dan
sebaran sampel dengan kategori kalori
2. METODE PENELITIAN yang berbeda-beda. Observasi lapangan
Metode Penelitian yang digunakan juga ditujukan untuk mengetahui kondisi
bersifat quasi eksperimen dimana riil faktor lingkungan di daerah stockpile
penelitian yang dilakukan memberikan batubara.
data secara kuantitatif dan kualitatif
dengan melakukan pengambilan sekunder b. Pengambilan dan Persiapan
dari PT. Bukit Asam Tbk untuk dijadikan Sampel Batubara
data awal kemudian data primer dengan Sampel batubara yang diambil dan
melakukan analisis laboratorium digunakan berasal dari Tambang air laya
proximate dan ultimate sampel dari area dan Muara Tiga Besar pada IUP PT. Bukit
stockpile batubara sebagai penentu Asam. Pengambilan sampel dilakukan di
kualitas batubara. Lokasi penelitian stockpile batubara dengan menggunakan
swabakar batubara yang digunakan scoop sebanyak 500 gr untuk setiap kalori
sebagai sampel adalah stockpile kemudian dimasukkan dalam wadah
sampel palstik polimer yang tahan
3
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-
terhadap kondisi suhu dan lingkungan.
Metode pengambilan sampel yang Swabakar batubara merupakan
digunakan adalah dengan menggunakan proses terbakarnya batubara dengan
grab sampling dengan mengambil bagian sendirinya yang diawali dengan proses self
sampel dari tumpukan batubara di heating yang terjadi di Stockpile batubara.
stockpile kemudian dijadikan satu Berdasarkan studi lapangan yang
sehingga bisa merepresentasikan sampel. dilakukan, proses swabakar hampir terjadi
setiap tahun dan penyebab utama dari
c. Analisis Laboratorium Sampel terjadinya proses swabakar tesebut adalah
Batubara lamanya proses penimbunan (> 2 minggu)
Sampel batubara dibawa untuk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
diperiksa ke laboratorium yang telah Faktor lingkungan menjadi salah
terakreditasi dan memiliki perangkat satu penyebab terjadinya self heating, ini
untuk menganalisis kualitas batubara disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi
secara proximate dan ultimate. Acuan antara kandungan yang terdapat pada
standar dalam analisis proximat dan batubara dengan oksigen yang berada di
ultimat mengikuti beberapa prosedur udara (Arisoy et al., 2006). Pencegahan
baku, antara lain : terjadinya proses swabakar dapat
a) ASTM D 2013/D 2013M-09 Standard dilakukan dengan melakukan analisis
Practice for Preparing Coal Samples terhadap self heating batubara yang
for Analysis merupakan proses awal terbakarnya
b) ASTM D5142-09 Standard Test batubara serta menganalisis faktor-faktor
Methods for Proximate Analysis of the yang dapat menyebabkan peningkatan
Analysis Sample of Coal and Coke by temperatur tersebut agar upaya
Instrumental Procedures (Withdrawn pencegahan dapat dilaksanakan. Analisis
2010) pemeriksaan dilakukan pada beberapa
c) ASTM D7582-10 Standard test parameter yang terdapat di dalam udara
Methods for Proximate Analysis of ambien. Pelaksanaan pengambilan sampel
Coal and Coke by macro udara dilakukan di salah satu Lokasi
Thermogravimetric Analysis Stockpile PT. BUKIT ASAM TBK. di
d) ISO 11722:1999 Solid Mineral fuels – daerah Kertapati pada tanggal 12
Hard Coal – Determination of Kadar Desember 2017, Pukul 09.00 – 15.00
air in the general analysis test sample dalam keadaan kondisi cerah. Hasil
by drying in nitrogen analisis disajikan dalam Tabel 1.
e) ISO 562 : 1998 Hard Coal and Coke – Kualitas batubara merupakan faktor
Determination of Ash Content Matter yang menyebabkan terjadinya proses self
f) ISO 1171:1997 Solid Mineral Fuels heating, karena semua jenis batubara
Determination of Ash Content memiliki kemampuan dalam mengalami
g) ASTM D3172-07a Standard Practice proses self heating. Waktu yang
for Proximate Analysis of Coal and dibutuhkan oleh batubara mengalami self
Coke Manual Book Instrument heating hingga mencapai titik nyala
h) Thermogravimetry Analysis TGA 601 batubara sampai terjadinya swabakar
i) ASTM D 4239 Standard Test Methods berbeda-beda. Batubara dengan rank
for Sulfur rendah memerlukan waktu yang lebih
j) ASTM D 5373 Standard Test Methods singkat untuk terbakar karena memiliki
for Determination of Carbon, temperatur kritis self heating yang lebih
Hydrogen, Nitrogen and Carbon rendah dibandingkan dengan batubara
k) ASTM D 3176 Standard Practice for dengan rank tinggi (Muchjidin, 2006;
Ultimate Analysis of Coal Kaymacki dan Didari, 2002). Batubara
l) ASTM D 5865 Standard Methods for yang berpotensi menyebabkan terjadinya
Gross Caloric Value of Coal. swabakar adalah batubara dengan
kandungan volatile matter yang tinggi dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kandungan sulfur yang ada di batubara

4
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-

Tabel 1. Hasil Analisis Udara Ambien di Stockpile Batubara Kertapati


PT. BUKIT ASAM TBK.

Parameter Satuan Hasil Analisis Kadar


330 331 332 333 Maksimum
CO µg/Nm3 1.145 3.436 2.290 <1.145 30.000
SO2 µg/Nm3 90,6 106 125 76,7 900
NO2 µg/Nm3 42,5 85,8 85,9 43,1 400
Pb µg/Nm3 <0,335 <0,335 <0,335 <0,335 #
TSP µg/Nm3 27,9 40,1 48,7 39,8 #
PM10 µg/Nm3 9,29 15 19 11,8 150#
HC µg/Nm3 <1,23 1,23 1,23 <1,23 160
O3 µg/Nm3 73,8 98,4 103 84,5 235
Kebisingan dB 58,4 57 62,3 51,4 #
Kelembaban % 87,4 78,1 65,2 48,6 #
Udara
Suhu 0C 26,5 29,7 31,1 33 #
Terutama dalam bentuk pyrite akan Standard Practice for Proximate Analysis
sangat mempengaruhi tingginya potensi of Coal and Coke. Metode ini dapat
swabakara batubara dikarenakan digunakan untuk menetapkan peringkat
kemampuan penerimaan panas relatif batubara, menunjukkan the ratio of
tinggi (Deng et. al., 2015). combustible to incombustible constituents,
Data pengamatan dan pemantauan memberikan dasar untuk membeli dan
yang dilakukan pada tahun 2018 oleh PT. menjual, dan mengevaluasi untuk
Bukit Asam terhadap kejadian swabakar benefisiasi atau untuk tujuan lain. Selain
batubara di semua stockpile didapatkan itu ada juga ASTM D7582-12 Standard
lebih kurang terjadi 7 lokasi mengalami Test Methods for Proximate Analysis of
kejadian swabakar. Kejadian swabakar Coal and Coke by Macro
terjadi di beberapa temporary stockpile Thermogravimetric Analysis. Metode ini
dalam keadaan cuaca cerah di siang hari
meliputi pengujian instrumen penentuan
dengan kondisi malam sebelumnya tidak
moisture, volatile matter, dan ash, dan
hujan. Formulir inspeksi swabakar K3L
menyimpulkan bahwa tidak ada langkah perhitungan fixed carbon dalam analisis
penyiraman dan penanggulangan yang sampel batubara.
dilakukan melainkan rekomendasi Penentuan moisture bertujuan
diberikan dengan teknik batubara di area untuk mengetahui kandungan kadar air
stockpile ditimbun dan dipadatkan. Fakta di dalam sampel batubara, sehingga dapat
investigasi di atas memberikan keadaan menentukan kualitas batubara tersebut.
sebenarnya yang dialami oleh beberapa Semakin tinggi kandungan air maka akan
perusahaan dalam menangani masalah diperlukan energi yang cukup banyak
swabakar yang tidak berorientasi pada dalam proses pembakaran batubara. Air
pencegahan dan penanggulangan dini yang terkandung dalam batubara yaitu air
terbentuknya self heating. bebas dan air lembab. Air bebas yaitu air
yang terikat secara mekanik pada
3.1. Analisis Proksimat permukaan dan mempunyai tekanan
Analisis proksimat adalah analisis uap normal (kadarnya dipengaruhi oleh
yang paling mendasar dalam menentukan cuaca). Air lembab yaitu air yang terikat
kualitas batubara, diantaranya penentuan secara fisik pada bagian dalam batubara
kadar air lembab, kadar abu, kadar zat dan mempunyai tekanan uap di bawah
terbang dan fixed carbon. Metode standar normal.
untuk coal proximate analysis adalah Analisis kadar abu dalam bidang
ASTM ASTM D. 3173-1, ASTM D. 3174-11, industri diperlukan untuk mengetahui
ISO-562 : 2010 (E), ASTM 3172-02 (11) kemungkinan terjadinya proses/reaksi
dalam dinding alat (furnace). Kadar abu
5
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-
juga dipakai sebagai indikasi kualitas Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
atau grade batubara karena kadar abu bahwa sampel pertama menunjukan
merupakan ukuran bagi material yang persentase kandungan air yang tinggi
tidak terbakar. Batubara yang dibakar sebesar 9,13 % dengan nilai kalori hanya
dapat merubah senyawa anorganik 4800 Kcal/kg, persentase ini menunjukan
menjadi senyawa oksida yang berukuran bahwa nilai kalori batubara rendah karena
kecil dalam bentuk abu. Abu hasil memiliki kandungan air yang tinggi.
pembakaran disebut sebagai ash content Sampel kedua (Tabel 3) dan ketiga (Tabel
atau kandungan abu batubara (Mathews 4) menunjukan bahwa persentase
et al. 2014) kandungan air lebih rendah dengan
Kadar zat terbang adalah zat selain persentase hanya 3,20% kalori 5000 dan
air yang dapat menguap sebagai hasil 4,99% kalori 6500 ini menunjukan bahwa
dekomposisi senyawa-senyawa yang semakin rendah kandungan air maka nilai
terdapat di dalam batubara. Kadar zat kalori akan semakin tinggi.
terbang dalam proses pembakaran Abu batubara merupakan sisa
dari hasil pembakaran yang terdiri dari
batubara merupakan parameter yang akan
unsur penyusun mineral yang terikat
mengindikasikan karakteristik
kuat pada batubara seperti silika,
pembakaran meliputi penyalaan, stabilitas alumunium oksida, ferri oksida, dan
nyala, dan reaktifitas. Kandungan zat oksida alkali. Abu berpengaruh terhadap
terbang berkaitan dengan proses nilai kalor, jika semakin tinggi nilai
pembentukan batubara yang kalor maka kadar abunya akan semakin
mengakibatkan kandungan air dalam rendah karena jumlah material anorganik
batubara akan berkurang. Semakin kecil (mineral) yang terkandung tinggi
kandungan air, makan semakin tinggi nilai sehingga pada saat proses pembakaran
kalor batubara dan begitupun sebaliknya. semua zat organik akan teroksidasi
Sampel peneltian menggunakan 3 jenis menjadi zat-zat seperti CO2 dan H2O
batubara yang berbeda kalorinya yaitu dan menghasilkan kalor sedangkan
4800, 5000 dan 6500. Tabel 2, 3 dan 4 mineral tidak akan mengalami oksidasi
menunjukkan Hasil Analisis Proksimat menjadi uap, mineral-mineral tersebut
dari 3 sampel penelitian. Kandungan air
akan mengendap sehingga tidak akan
yang terdapat dalam batubara
menghasilkan kalor. Kadar abu dalam
mempengaruhi sifat batubara ketika
terjadi proses pembakaran dikarenakan penelitian ini berkisar 7,26% - 11,46%
kadar air batubara mengurangi energi (dB). Ketiga sampel penelitian
(kalori) akibat adanya panas yang menunjukkan hubungan yang linier antara
terbuang dalam penguapan air, kandungan abu dan nilai kalori batubara,
mempengaruhi efisiensi pembakaran dan semakin tinggi nilai kalori maka akan
menghambat penyalaan. Selain semakin rendah kandungan abu. Semakin
berpengaruh pada proses pembakaran, menguatkan teori bahwa salah satu yang
kadar air akan mempengaruhi pembiayaan menyebabkan rendahnya nilai kalori
disebabkan kandungan kadar air yang adalah tingginya kandungan abu (Yin,
tinggi akan menambah berat batubara 2011).
pada saat sampling dilakukan sehingga Volatile matter terdiri dari gas SO2,
menambah biaya transportasi. Kapasitas CO2, CO, NOx, CH4. Kandungan volatile
penggerusan juga akan berkurang dengan matter menentukan kelas batubara,
semakin tingginya kadar air dalam semakin tinggi kadar volatile matter
batubara. Kadar air pada sampel berbanding terbalik dengan kelas batubara
berkisar antara 3,2-9,13 %, hal ini karena semakin tinggi kandungannya
menunjukkan bahwa sampel termasuk dalam batubara akan mempercepat
dalam golongan batubara bituminous dan terjadinya pembakaran, semakin banyak
antrasit dengan kategori high rank, karena kehilangan berat, dan kemungkinan
memiliki kadar air 5-10 % dan < 5% terjadinya swabakar (spontaneous
(Energy and Environment, 2003).
6
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-

combustion) akan meningkat (Nhuchhen,


2016.

Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Batubara Kalori 4800

No Parameter Unit Hasil Metode Standar


Pemeriksaan
ar adb db
1 Moisture % 27,57 9,13 ASTM D. 3173-11
2 Ash % 8,30 10,41 11,46 ASTM D. 3174-11
3 Volatile Matter % 31,12 39,04 42,96 ISO-562 : 2010 (E)
4 Fixed Carbon % 33,01 41,42 45,58 ASTM 3172-02 (11)
5 Total Sulfur % - - -
6 Gross Caloric Value % - - -

Tabel 3. Hasil Analisis Proksimat Batubara Kalori 5000

No Parameter Unit Hasil Metode Standar


Pemeriksaan
ar adb db
1 Moisture % 21,76 3,20 ASTM D. 3173-11
2 Ash % 6,68 8,26 8,53 ASTM D. 3174-11
3 Volatile Matter % 30,79 38,1 39,36 ISO-562 : 2010 (E)
4 Fixed Carbon % 40,77 50,44 52,11 ASTM 3172-02 (11)
5 Total Sulfur % - - -
6 Gross Caloric Value % - - -

Tabel 4. Hasil Analisis Proksimat Batubara Kalori 6500

No Parameter Unit Hasil Metode Standar


Pemeriksaan
ar adb db
1 Moisture % 19,04 4,99 ASTM D. 3173-11
2 Ash % 5,88 6,90 7,26 ASTM D. 3174-11
3 Volatile Matter % 31,68 37,18 39,13 ISO-562 : 2010 (E)
4 Fixed Carbon % 43,40 50,93 53,60 ASTM 3172-02 (11)
5 Total Sulfur % - - -
6 Gross Caloric Value % - - -
Keterangan : ar : as received; adb : air dried basis; db : dry basis
Volatile matter terdiri dari gas SO2, volatile matter dalam penelitian ini
CO2, CO, NOx, CH4. Kandungan volatile didapatkan antara 42,96% - 39,13% 9
matter menentukan kelas batubara, (dB). Proses pembakaran batubara kadar
semakin tinggi kadar volatile matter maka volatile matter yang tinggi dapat
akan berbanding terbalik dengan kelas mempercepat pembakaran karbon
batubara karena semakin tinggi padatnya dan sebaliknya kadar rendah
kandungannya dalam batubara akan akan memperlambat proses pembakaran
mempercepat terjadinya pembakaran, karbon padatnya.
semakin banyak kehilangan berat, dan Kadar volatile matter yang tinggi di
kemungkinan terjadinya swabakar dalam batubara akan menyebabkan asap
(spontaneous combustion) akan yang lebih banyak sehingga menyulitkan
meningkat (Nhuchhen, 2016). Kadar proses pembakaran. Dari hasil analisis

7
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-
didapatkan nilai kalori batubara nilai kalor kotor (gross calorific value).
berbanding terbalik dengan volatile Karbon, hydrogen dan oksigen adalah
matter, semakin tinggi nilai kalori maka unsur utama yang membentuk batubara,
semakin rendah kandungan volatile sedangkan belerang dan nitrogen hanya
matter. Menurut Komilis et al. (2012) sebagai bahan lainnya. Belerang terdapat
moisture akan mempengaruhi volatile dalam 3 bentuk, yaitu, belerang pirit
matter sehingga sampel yang dikeringkan (FeS2), belerang organik dan belerang
dengan oven akan memberikan hasil yang sulfat sebagai Ca dan Fe Sulfat. Hasil
berbeda dengan sampel yang dikering- analisis ultimat biasanya dipakai untuk
udarakan. Faktor-faktor lain yang menentukan kualitas dan jenis lapisan
mempengaruhi hasil penentuan volatile batubara sama penyelidikan cadangan
matter ini adalah suhu, waktu, kecepatan batubara, sehingga batubara dapat
pemanasan, penyebaran butir, dan ukuran dikelompokkan atas kelasnya atau untuk
partikel. keperluan teknis lainnya (Khandelwal and
Fixed Carbon (FC) menjelaskan Singh, 2010). Tabel 5. menunjukkan hasil
karbon yang terdapat dalam material sisa analisis ultimat terhadap 3 sampel
setelah volatile matter dihilangkan. FC batubara dengan kalori berbeda.
menunjukkan sisa penguraian dari Berdasarkan data hasil analisis yang
komponen organik batubara ditambah disajikan pada Tabel 5 , kadar karbon pada
sedikit senyawa N, S, H dan O yang 3 sampel berkisar antara 59,65% –
terserap secara kimiawi. Fixed Carbon 71,72%, berdasarkan kadar karbon kita
merupakan ukuran dan padatan yang dapat memprediksi nilai kalor dalam
dapat terbakar setelah zat-zat volatile sampel karena kadar karbon berhubungan
matter yang ada dalam batubara menguap.
dengan nilai kalor, jika kadar karbon
Ini adalah salah satu nilai yang digunakan
tinggi maka umumnya nilai kalor akan
didalam perhitungan efesiensi peralatan
pembakaran. Pengaruh persentase tinggi juga. Akan tetapi, pada sampel
kandungan karbon terhadap nilai kalori kalori 5000 kadar karbonnya lebih tinggi
batubara. Berdasarkan data hasil dari sampel kalori 6500, hal ini
penelitian pada tiga sampel Tabel 2, 3 dan merupakan suatu anomaly pada penelitian
4 menunjukan bahwa persentase ini, dimana akan menjadi titik masuk
kandungan karbon yang semakin tinggi untuk melakukan penelitian lebih lanjut
maka akan meningkatkan nilai kalori. terhadap penyebab terjadinya swabakar
Analisis uji proksimat yang batubara.
dilakukan terhadap tiga sampel maka Kadar hidrogen yang diperoleh pada
disimpulkan bahwa semakin tinggi percobaan berkisar antara 5,43% -5,54%,
kandungan air dan abu maka nilai kalori kadar hidrogen berpengaruh terhadap
pada batubara akan semakin turun, dan jumlah kandungan air yang terdapat
pengaruh VM menunjukan bahwa dalam sampel. Kadar nitrogen dalam
kadungan VM yang rendah memiliki nilai sampel berkisar antara 0,97% - 1,22%,
kalori yang rendah. Sedangkan pengaruh nitrogen yang terkandung dalam batubara
karbon menunjukan semakin rendah dapat menyebabkan terjadinya reaksi
kandungan karbon batubara maka nilai perubahan gas nitrogen menjadi NOx.
kalori batubara semakin turun. Kandungan oksigen dari suatu batubara
diharapkan sangat besar karena
3.2. Analisis Ultimat diperlukan dalam proses pembakaran
Unsur-unsur yang ada dalam dalam batubara, semakin tinggi kadar
batubara terdiri dari karbon (C), hidrogen oksigen maka semakin cepat pula
(H), oksigen (O), belerang (S) dan proses pembakaran. Kadar oksigen pada
nitrogen (N) dengan melakukan analisis sampel berkisar antara 12,97% - 22,81%.
ultimat. Kadar hidrogen dan oksigen Menurut Xie (2002) menyatakan
digunakan untuk memperkirakan nilai bahwa persentase volume atau kadar
kalor bersih (net calorific value) dari data sulfur yang dikandung batubara,
kandungan sulfur dikelompokkan menjadi
8
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-
4 (empat) yaitu rendah, sedang, tinggi dan 3) tinggi, apabila kandungan sulfur : S >
kisaran lebar dengan kriteria sebagai 0.8%
berikut : 4) kisaran lebar, apabila kandungan
sulfur : S menunjukkan nilai yang
1) rendah, apabila kandungan sulfur : S < meliputi kelompok rendah, sedang dan
0.6% tinggi
2) sedang, apabila kandungan sulfur :
0.6% < S < 0.8%

Tabel 5. Hasil Analisis Kadar C, H, N, O, S, GCV


Parameter Kode Sampel Satuan Basis Metode Standar
4800 5000 6500
Total Sulfur 0,51 0,36 0,68 % adb ASTM D.4239
Karbon 59,65 71,72 69,99 % adb ASTM D.5373
Hidrogen 5,43 5,54 5,43 % adb ASTM D. 5373
Nitrogen 0,97 1,12 1,22 % adb ASTM D.5373
Oksigen 22,81 12,97 15,68 % adb ASTM D.3176
GCV 5.727 7.104 6.856 Cal/gr adb ASTM D.5865

Tabel 5 menunjukkan kandungan sampel pembakaran spontan. Faktor kualitas


berada pada kategori sulfur rendah dan batubara melalui uji proximate dan
sedang. kandungan belerang pada setiap ultimate dapat dijadikan sebagai referensi
batubara diharapkan kecil sekali karena untuk menginvestigasi pengaruh kualitas
pada proses pembakaran SOx yang batubara terhadap waktu pembentukan
dihasilkan bila bereaksi dengan uap air swabakar.
akan menyebabkan terbentuknya hujan
asam. Nilai Gross Caloric Value (GCV) UCAPAN TERIMAKASIH
dipengaruhi oleh kandungan air dan
abu yang terdapat dalam batubara. Ucapan terimakasih kami sampaikan
Tinggi rendahnya kandungan air dan abu kepada PT. Bukit Asam TBK dan Dinas
akan berpengaruh pada karbon padat ESDM Provinsi Sumsel atas support dan
sebagai penghasil panas, jika kadar air dukungannya.
dan abu tinggi maka kadar karbon
padatnya rendah, sehingga nilai kalor
yang dihasilkan juga akan rendah dan DAFTAR PUSTAKA
sebaliknya. Nilai kalor yang diperoleh
dalam sampel batubara 5.727 cal/gr – Arisoy A, Beamish B. 2015. Reaction
7104 cal/gr. kinetics of coal oxidation at low
temperatures. Fuel ;159 : 412–7.
Arisoy, A., Beamish, B.B., dan Cetegen, E.
4. KESIMPULAN 2006. Modelling Spontaneous
Mitigasi proses swabakar batubara Combustion of Coal.Journal
dilakukan sebagai langkah pencegahan Tubitak.30(3), 193-201.
dan identifikasi awal untuk mengurangi Avila, C. 2012. Predicting self-oxidation of
dampak negatif turunan di lingkungan coals and coal/biomass blends using
daerah stockpile. Metode mitigasi thermal and optical methods.
penanganan swabakar terdiri dari 2 faktor University of Nottingham.
yang harus dikendalikan yaitu batubara Deng, J., Ma, X., Zhang, Y., Li, Y., & Zhu,
dan kondisi lingkungan. Batubara tidak W. 2015.Effect of Pyrite on The
dapat terbakar dengan bersentuhan Spontaneous Combustion of
dengan permukaan panas, tetapi juga Coal.International Journal Coal
dapat menyala sendiri melalui proses Science Technology. 2(4), 306-311.
9
Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ
Website: E-ISSN: 2745-
Gaffney, J. and Marley, N. The impacts of its by-products in the Witbank and
combustion emissions on air quality Sasolburg coalfields of South Africa.
and climate - From coal to biofuels Journal of Coal Geology, 72 (2007),
and beyond. Atmospheric 124–140.
Environment, 43 (2009), 23-36. Sipilä J., 2012. Risk and mitigation of self-
IPCC Scientific Assessment. available at heating and spontaneous combustion
www.ipcc.ch, Latest acces, 1st in underground coal storage. Journal
December 2011. of Loss Prevention.
Kaymacki, E. & Didari, V. 2002.Relation Song, Z., and Kuenzer, C., 2015. Coal fires
Between Coal Properties and in China over the last decade: A
Spontaneous Combustion comprehensive review. Researchgate
Parameter.Journal Engineering Van Genderen, G.L., 2012. Coal and peat
Enviromental.26(1), 59-64. fires: a global perspective: Volume 1:
Kolker, A., Engle, M., Stracher, G., Hower, Coal–geology and combustion. ISBN
J., Prakash, A., Radke, L., Schure, A., 978-0-444-52858-2.
Heffern, E., 2009. Emissions from World Coal Institute. Coal, delivering
coal fires and their impact on the sustainable development. Report
environment. U.S. Geological Survey 2007, Available at www.worldcoal.org
Fact Sheet 2009–3084. (Latest access 08th November, 2011).
Kuenzer, C., Zhang, J., Tetzlaff, A., van World Research Institute, 2014. Country
Dijk, P., Voight, S., Mehl, H., Wagner, Greenhouse Gas Emissions Data.
W., 2007. Uncontrolled coal fires and United States.www.
their environmental impacts: Miningmayhem.com. 2013.
investigating two arid mining regions Yuan L, Smith AC. Experimental study on
in north-central China. Applied CO and CO2 emissions from
Geography 27, 42–62. spontaneous heating of coals at
Li, B., Chen, G., Zhang, H., Sheng, C., varying temperatures and O2
2014. Development of non-isothermal concentrations. J Loss Prev Process
TGA-DSC for kinetics analysis of low Ind 2013;26(6):1321–7
temperature coal oxidation prior to
ignition, Fuel, Volume 118., Pages
385-391.
Ma, J., Shao, F,. Shi J., Xue, Z., Wang, S.,
Li, H., Zhang, H., 2013. Experimental
Research on Spontaneous
Combustion Tendency of High
Volatile Blended Coals Engineering,
2013, 5, 309-315.
Mathews JP, Krishnamoorthy V, Louw E,
Tchapda AH, Castro-Marcano F, Karri
V., 2014 A review of the correlations
of coal properties with elemental
composition. Fuel Process
Technology. 121:104–13.
Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu
Dalam Industri Batubara. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Nhuchhen DR. 2016. Prediction of carbon,
hydrogen, and oxygen compositions
of raw and torrefied biomass using
proximate analysis. Fuel 180:348–56.
Pone, J., Hein, K., Stracher, G. The
spontaneous combustion of coal and
10

Anda mungkin juga menyukai