PT.XXX
Oleh:
Indralaya, 2021
Pemohon , Pemohon , Pemohon ,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Pembimbing Proposal,
Universitas Sriwijaya,
Rr.Hj.Harminuke Eko Handayani, S.T.,M.T. Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, MS., MT.
NIP. 1969020991997032001 NIP. 195909251988111001
A. JUDUL
Analisis Faktor Swabakar Batubara Pada Stockpile di PT.xxx
B. LOKASI
PT. xxx
C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan.
D. LATAR BELAKANG
Batubara merupakan salah satu bahan bakar fosil yang memiliki prospek
tinggi untuk dapat dijadikan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi
guna menunjang kebutuhan energi saat ini. Berdasarkan data yang dikeluarkan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral per Juni, 2018 batubara
merupakan sumber energi fosil dengan potensi terbesar di Indonesia dengan total
cadangan sebesar 37 Miliar Ton. Nilai kualitas batubara dari suatu tambang sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu kandungan air (moisture),
kandungan abu (ash content), belerang (sulphur content), zat terbang (Volatile
Matter), zat tertambat (fixed carbon) dan nilai kalori (gross calorific value). Pihak
konsumen (pasar) didalam mencukupi kebutuhannya atas batubara, secara umum
menetapkan nilai kalori tertentu sebagai tolak ukur utamanya. Kondisi keberadaan
besarnya nilai kalori hasil produksi suatu tambang batubara bervariasi tergantung
dari faktor lingkungan, proses dan umur terbentuknya batubara tersebut (kadar in
situ). Jumlah cadangan batubara yang terdapat pada suatu lapangan harus dapat
dimanfaatkan secara optimal sehingga akan menghasilkan nilai ekonomis yang
tinggi. Setelah dilakukan penambangan batubara, maka perlu suatu tempat khusus
dimana batubara dapat ditempatkan yang kemudian disebut Stockpile.
Stockpile batubara perlu diperhitungan dengan baik agar tidak mengalami
masalah seperti kelebihan muatan (Overload), penempatan batubara yang salah,
dan swabakar batubara. Swabakar batubara di Stockpile dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti Angle of Repose yang lebih besar, kesalahan prediksi Total
Moisture, kesalahan prediksi kadar zat terbang, suhu dan kecepatan angin.
Batubara memiliki peringkat dan jenis yang berbeda-beda sehingga diperlukan
analisa yang baik dalam memperhitungkan hal tersebut agar tidak terjadi
swabakar batubara. Dengan terjadinya 5-7 kali swabakar batubara dalam
seminggu pada setiap titik stockpile yang berbeda, maka akan merugikan dalam
bentuk penurunan kualitas dan kuantitas sehingga perlu dilakukan analisa agar
tidak terjadi swabakar batubara. Oleh karena itu, penelitian ini mengangkat judul
“Analisa Faktor Swabakar Pada Batubara di Stockpile PT. xxx”.
E. DASAR PEMIKIRAN
Kegiatan Tugas Akhir ini diselenggarakan berdasarkan:
1. Pengaplikasian ilmu yang telah didapat di perkuliahan untuk diterapkan di
industri
2. Adanya kesenjangan antar pengetahuan teori yang dipelajari saat kuliah
dengan prakteknya di lapangan, baik itu merupakan persoalan-persoalan
industri, masyarakat, maupun keahlian yang terus berkembang.
3. Program link and match antara dunia industri dengan perguruan tinggi
sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Republik Indonesia.
4. Kurikulum tahun 2014 yang berlaku di Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya yang menjadikan Kerja Praktek sebagai syarat untuk
pengerjaan Tugas Akhir dan kelulusan sarjana.
F. TUJUAN
Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah:
1. Menganalisis terjadinya swabakar batubara di Stockpile.
2. Menganalisis faktor terjadinya swabakar batubara di Stockpile.
3. Mengevaluasi pencegahan kemungkinan terjadinya swabakar pada batubara di
Stockpile.
G. PERMASALAHAN
Permasalahan pada Tugas Akhir ini adalah :
1. Bagaimana dapat terjadinya swabakar pada batubara di stockpile?
2. Apa faktor terjadinya swabakar pada batubara di stockpile?
3. Bagaimana cara pencegahan akan terjadinya swabakar pada batubara di
stockpile?
H. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah pada Tugas Akhir ini dibatasi pada karakteristik
proximate batubara yang terdiri dari zat terbang, Total Moisture, serta faktor
lainnya seperti suhu dan kecepatan angin.
I. TINJAUAN PUSTAKA
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang paling penting yang
umumnya didapat dalam bentuk deposit (coal seam). Deposit batubara merupakan
hasil final dari pengaruh-pengaruh kumulatif dari pembusukan atau dekomposisi
tanaman, pengendapan dan penimbunan oleh sedimen, pergerakan kulit bumi dan
pengaruh erosi. Seperti umumnya bahan yang terdapat di alam, batubara tidak
pernah berada dalam keadaan murni, selalu bercampur dengan senyawa-senyawa
atau sisa-sisa tanaman lain hasil metamerfosis (Komariah, 2012).
Batubara adalah suatu batuan sedimen organik yang berasal dari penguraian
sisa berbagai tumbuhan yang merupakan campuran yang heterogen antara
senyawa organik dan zat anorganik yang menyatu dibawah beban strata yang
menghimpitnya (Muchjidin, 2006). Sedangkan menurut Elliot (1981), dalam
Muchjidin mengatakan bahwa batubara ialah batuan sedimen yang secara kimia
dan fisika adalah heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan.
Zat lain, yaitu senyawa anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat
mineral terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batubara
meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan suatu residu
yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau
dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenasikan untuk
membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi
sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan
oksigen dan uap atau udara dan uap.
Semakin Besar
Swabakar
>> Besar
Total Moisture
Semakin Besar
Swabakar
>> Besar
Zat Terbang
2.2.3. Suhu
Semua jenis batubara mempunyai kemampuan untuk terjadinya proses
Spontaneous Combustion, tetapi waktu yang diperlukan dan besarnya suhu yang
dibutuhkan untuk proses Spontaneous Combustion batubara ini tidak sama.
Batubara yang golongan rendah memerlukan waktu yang lebih pendek dan suhu
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan batubara yang mempunyai kelas
yang tinggi (Widodo, 2009).
2.2.4. Kecepatan Angin
Kontak yang antara partikel batubara dengan oksigen dari udara dapat
menyebabkan Spontaneous Combustion karena mempercepat reaksi panas pada
batubara sehingga menyebabkan swabakar batubara menurut Mulyana (2005).
Kecepatan angin yang terjadi merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Kecepatan angin hanya dapat diprediksi sebagai salah satu tolak ukur penyebab
percepatan terjadinya swabakar batubara. Angin yang berhembus pada Stockpile
batubara membawa oksigen dan menghantarkan panas pada batubara yang
dilaluinya sehingga akan mempercepat terjadinya swabakar batubara.
2.3. Pencegahan Swabakar Batubara
Menurut Muchjidin (2005), beberapa anjuran dalam melakukan penumpukan
batubara untuk mengurangi kecenderungan terjadinya swabakar, antara lain:
a. Segregasi
Segregasi dari batubara berukuran besar di sekeliling dasar tumpukan
batubara harus dihindarkan karena akan membantu pergerakan bebas dari
udara. Sehingga udara dapat melakukan penetrasi kedalam timbunan
batubara yang memicu terjadinya oksidasi. Apabila penetrasi udara terjadi
secara terus menerus, temperatur timbunan akan meningkat dan akhirnya
akan memicu terjadinya swabakar. Oleh karena itu perlu penggunaan
batubara halus untuk melapisi permukaan suatu Stockpile agar dapat
mengurangi penetrasi udara.
b. Pemadatan Permukaan
Untuk menyimpan batubara yang relatif lama, baik batubara golongan
rendah maupun batubara golongan tinggi, sebaiknya setiap Slope
tumpukan dipadatkan, khususnya yang menghadap kearah angin. Seperti
yang telah dijelaskan terdahulu, bahwa pemadatan permukaan berarti
mengurangi penetrasi oksigen kedalam tumpukan batubara yang juga
akan mengurangi tingkat oksidasi batubara dalam tumpukan tersebut.
Pemadatan harus dilakukan secara berkala pada lapisan timbunan
batubara dengan ketebalan antara 0,5 sampai 1 meter. Pemadatan
diperlukan untuk menjaga kualitas dan memperkecil resiko pembakaran
sendiri (swabakar) pada Stockpile dalam waktu yang lama.
c. Mengurangi Ketinggian Stockpile
Tujuan mengurangi ketinggian Stockpile adalah untuk mengurangi impact
dari angin yang menerpa Stockpile. Semakin besar luas permukaan yang
diterpa angin maka semakin besar tingkat oksidasi yang terjadi, yang
berarti pula semakin besar kemungkinannya untuk terjadi swabakar atau
pembakaran spontan. Mengurangi ketinggian Stockpile dapat dilakukan
dengan membuat stock batubara melebar atau luasan penumpukan
diperbesar. Apabila luasan areal Stockpile tidak mencukupi, maka
pemadatan harus dilakukan. Apabila dilakukan terhadap batubara yang
rapuh, maka pemadatan akan menghasilkan debu. Sehingga efektif
dilakukan terhadap batubara relatif keras atau tidak rapuh.
d. Mengurangi Sudut Slope Tumpukan
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi impact angin yang menerpa
tumpukan batubara. Dengan melandaikan bagian permukaan yang
menghadap ke arah angin, berarti juga mengurangi penetrasi angin atau
oksigen masuk ke dalam tumpukan. Karena dengan sudut aerodinamis
angin yang menerpa pada tumpukan batubara seolah-olah dibelokkan ke
atas sehingga tidak terjadi turbulensi angin disekitar tumpukan batubara.
Hal ini akan mengurangi tingkat oksidasi yang terjadi terhadap batubara.
Tabel 2.1 Angle of Repose (0) Berbagai Kualitas Dan Kondisi Batubara
(Hartman Et All, 1992)
Angle of Repose
Material
(0)
Coal, antrachite 27
Coal, antrachite, sized 27
Coal, bituminous 45-55
Coal, bituminous, mined, sized 35
Coal, lignite 38
e. Ketinggian Stacker
Ketinggian stacker penuangan dari ujung stacker harus diperkecil,
terutama untuk batubara yang mudah pecah dan cenderung menimbulkan
swabakar. Terbentuknya batubara sangat halus (fines) harus dihindari
karena besarnya luas permukaan akan menyebabkan kecenderungan untuk
terjadinya Self Heating.
f. Cara-cara lainnya
Selain kegiatan diatas, pencegahan terhadap terjadinya swabakar dapat
dilakukan dengan melindungi Stockpile dari tiupan angin, penyemprotan
dengan air terhadap batubara yang panas, dan menggunakan antioksidan
serta melapisi permukaan timbunan batubara agar tidak terjadi penetrasi
udara kedalam timbunan batubara. Bentuk bangun atau dimensi Stockpile
yang umum dijumpai antara lain berupa kerucut, limas, kerucut dan limas
terpancung (Okten et all, 1990). Penentuan volume dimensi Stockpile
dilakukan melalui perhitungan menggunakan rumus bangun ruang sesuai
bentuk Stockpile. Volume Stockpile berbentuk kerucut dan limas
terpancung dihitung dengan rumusan berikut (Carpenter, 1999):
1
V= π x t (R2 + r2 + R x r) ........................................ (2.1)
3
Dimana :
V = Volume Kerucut Terpancung (m3)
t = Tinggi Kerucut Terpancung (m)
r = Jari-jari Lingkaran Atas (m)
R = Jari-jari Lingkaran Bawah (m)
Dimana :
Batubara dari semua rank dan jenis dapat memanas dengan sendirinya
kemudian dilanjutkan peristiwa terbakarnya batubara apabila tidak dilakukan
pencegahan (Spontaneous Combustion) di dalam Stockpile. Peristiwa ini sering
terjadi terhadap batubara dengan rank rendah yang disebabkan lebih luas
permukaannya, lebih tinggi kandungan airnya (moisture content), dan lebih
banyak kandungan oksigennya.
Peristiwa Self Heating merupakan awal mula terjadinya swabakar batubara
(Spontaneous Combustion) karena adanya absorpsi air pada batubara kering atau
setengah kering, dan terjadinya oksidasi pada permukaan yang telah peka oleh
oksigen dari udara. Pengabsorpsian air dan oksida oleh batubara merupakan
proses eksotermis, dan apabila kecepatan panas yang ditimbulkannya melampaui
kecepatan panas yang hilang (dengan cara penguapan air, ventilasi, dsb) maka
suhu batubara akan naik terus menerus dan akhirnya dapat terjadi pembakaran.
Jika suatu keadaan kesetimbangan dalam semua proses tersebut berkembang
secara alami, sebelum suhu batubara mencapai nilai kritis, umumnya 70-80 °C
untuk batubara rank tinggi sampai medium, tetapi 50-55 °C untuk batubara rank
rendah, maka pembakaran dapat dihindarkan. Penjelasan antara Self Heating dan
Spontaneous Combustion dijelaskan dalam kurva berikut:
Gambar 2.3. Kurva Terjadinya Self Heating dan Spontaneous Combustion
(Muchjidin, 2006)
Kurva (a) menyatakan satu jenis proses Self Heating dimana oksigen yang
diabsorpsi oleh batubara jumlahnya sedikit dan hasilnya suhu naik sedikit demi
sedikit. Kurva (b) juga menunjukkan satu jenis lain dari Self Heating, tetapi
oksigen yang diabsorpsi lebih banyak, sehingga sifat-sifat fisika dan kimia dari
batubara terpengaruh lebih banyak bila dibandingkan kurva (a).
Suhu telah mencapai maksimal dibawah suhu pembakaran batubara, dan
massanya semakin lama semakin dingin secara bertahap. Kurva (c) bahkan hampir
sama dengan (a) dan (b) pada tahap awal penimbunan, tetapi kecepatan
penyerapan oksigen sangat tinggi, sehingga dihasilkan suhu yang tinggi. Kenaikan
suhu diatas 50-80 °C (tergantung rank) umumnya menunjukkan bahwa
pembakaran spontan akan terjadi dan tindakan pencegahan harus segera
dilakukan. Akibar adanya oksidasi, akan berpengaruh pada sifat-sifat batubara,
seperti:
1. Penurunan sifat-sifat ukuran, Volatile Matter, calorific value, crucible
swelling number, gieseler maximum fluidity, persentase karbon (dmmf),
persentase hidrogen (dmmf), dan yield of pyrolysis tar.
2. Kenaikan sifat-sifat hardgrove grindability index, dan presentase oksigen
(dmmf)
Untuk menghindarkan Self Heating dan Spontaneous Combustion serta
mencegah kerusakan sifat-sifat komersial batubara (misalnya sifat-sifat coking
untuk batubara kokas, dan berkurangnya calorific value untuk batubara bahan
bakar) dianjurkan untuk tidak melakukan stock batubara bersamaan berikut ini:
1. Batubara berbagai ukuran yang telah dipisahkan, seperti cobbe, nut, fines.
2. Batubara yang telah mengalami pelapukan (teroksidasi) dan yang segar.
3. Batubara yang mempunyai kecenderungan terhadap terjadinya
pembakaran spontan yang berbeda.
4. Batubara yang basah dan yang kering.
5. Batubara yang kasar (raw coal, ROM) dan batubara yang telah dipreparasi
(cleaned coal, washed coal).
6. Batubara yang mempunyai karakteristik proximate berbeda.
J. METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metodologi penelitian yang akan dilakukan ialah:
1. Pengumpulan data, yang mencakup:
a. Data primer, data ini didapatkan dari pengamatan
langsung di lapangan.
b. Data sekunder, data ini didapatkan dari literatur maupun
laporan serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
2. Penyusunan laporan, setelah melakukan pengamatan dilapangan.
Dilakukan bimbingan secara berkala serta penyusunan laporan hasil tugas
akhir secara sistematis dan ilmiah.
K. WAKTU PELAKSANAAN
Sesuai dengan surat permohonan yang diajukan, maka kami bermaksud
untuk melaksanakan Tugas Akhir pada tanggal Juli 2020 – Agustus 2020 yang
memakan waktu lebih kurang lebih empat minggu.
Adapun perincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Orientasi Lapangan
2 Pengamatan dan Observasi
3 Pengumpulan Data
4 Penyusunan Laporan
L. PENUTUP
Demikian proposal permohonan Tugas Akhir yang direncanakan akan
dilakukan di PT.xxx . Besar harapan agar kami dapat melakukan penelitian
Tugas Akhir dan mendapat sambutan yang baik dari pihak perusahaan. Melihat
keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, maka kami sangat mengharapkan
bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari pihak perusahaan untuk
kelancaran Tugas Akhir ini.
Bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini
adalah:
1. Adanya bimbingan selama Tugas Akhir.
2. Kemudahan dalam mengadakan penelitian (akomodasi) ataupun
pengambilan data-data yang diperlukan selama melaksanakan Tugas
Akhir.
Semoga hubungan baik antara pihak industri pertambangan dengan pihak
institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlangsung secara
harmonis demi kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan industri
pertambangan Indonesia. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami
ucapkan terima kasih.
M.1DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Arsip Kementerian Energi dan Sumberdaya Energi.
Cassidy, S. M. 1973. Elemnts of Practical Coal Mining. New York: The American
Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum Engineers, Inc.
Ejlali, A. 2009. Numerical Analysis of fluid flow and Heat Transfer Through A
Reactive coal Stockpile. Sevent Internasional conference on CFD in the
Minerals and Process Industries, CSIRO. Melbourne, Australia: 9-11
Desember 2009.
Munir, M. 2008. Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) untuk Hollow Block yang
Bermutu dan Aman bagi Lingkungan. Tesis Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Saputra, I. F. A. 2016. Analisa Hubungan Ash, Volatile Matter Dan Fixed Carbon
Terhadap Gross Calori Value Pada Timbunan Batubara Di Pt. Bukit Asam
(Persero) Tbk Unit Dermaga Kertapati. Skripsi Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya. Inderalaya.
Sari, Oktarina. 2017. Analisis Penentuan Nilai Kalori Batubara Market Brand 55
Menggunakan Model Matematika Analisis Regresi Linier Berganda Di
Tambang Air Laya Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Sumatera
Selatan. Skripsi Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya. Inderalaya.