Disusun oleh
NIM : 4022022032
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri Kimia
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis. mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Alamsyah,
S.T., M.T. selaku Dosen Proses Industri Kimia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi
sarana pembelajaran bagi pembaca di masa yang akan datang.
Poea, 2024
JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
2.1 Batu Bara.......................................................................................
2.2 Komposisi Batu Bara....................................................................
2.3 Proses Pembentukan Batu Bara....................................................
2.4 Reaksi Pembentukan Batu Bara....................................................
2.5 Faktor-faktor dalam Pembentukan Batu bara...............................
2.6 PT. Aneka Tambang.....................................................................
2.6.1 Sejarah Perusahaan PT. Aneka Mambang...........................
2.6.2 Misi, Sasaran, dan Strategi PT. Aneka Tambang................
2.6.3 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT. Aneka Tambang....
2.6.4 Pusat dan Penelitian Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu
Bara......................................................................................
2.6.5 Kegiatan laboratorium..........................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................
3.1 Hasil..............................................................................................
3.2 Pembahasan...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati, yang
keterjadiannya disebabkan oleh proses-proses geologi. Berdasarkan keterjadian
dan sifatnya bahan galian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu mineral
logam, mineral industri, serta batubara dan gambut. Karakteristik ketiga bahan
galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan juga berbeda.
Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode untuk mengetahui
keterpadatan, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya (Rachimoellah, 2022).
Dewasa ini pemerintah tengah meningkatkan pemanfaatan batu bara
sebagai energi alternatif baik untuk keperluan domestik seperti pada sektor
industri dan pembangkit tenaga listrik, maupun untuk ekspor. Batubara
merupakan salah satu komoditi yang diunggulkan dan merupakan produk
pertambangan andalan yang menarik bagi investor dan akan berkembang pada
tahun-tahun mendatang seiring dengan harga batubara yang bagus (Tim Kajian
Batubara Nasional, 2016).
Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai
batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Papua, dan Sulawesi.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama
yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignit (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat). Ini
adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batu bara sub-bituminus. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
bituminus atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
1.3 Tujuan
1. mengetahui bagaimana proses terbentuknya batu bara.
2. Mengetahui Misi, sasaran, dan strategi pada Pt. Aneka Tambang.
3. mengetahui faktor- faktor pembentukan dalam pembuatan batu bara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batubara
Batubara (coal) adalah sumber energi fosil yang paling banyak kita miliki
di dunia ini. Batubara sendiri merupakan campuran yang sangat kompleks dari zat
kimia organik yang mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah
rantai karbon serta sedikit nitrogen dan sulfur. Pada campuran ini juga terdapat
kandungan air dan mineral.
Batubara merupakan sisa tumbuhan dari zaman prasejarah yang berubah
bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan danau
dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai
pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke
kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan
tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi
tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu
bara.
pada proses pembentukan batubara adalah lingkungan yang berawa
dangkal. Kondisi tersebut terdapat pada cekungan sedimen yang terbentuk
sepanjang pantai, daerah delta dan danau. Batubara terbentuk oleh adanya
perubahan secara fisik dan kimia yang dipengaruhi oleh bakteri pengurai, tekanan,
temperatur, serta waktu.
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada zaman Permian, kira-kira 270 juta
tahun lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan
bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke zaman
tersier (70 - 13 juta tahun lalu) di berbagai belahan bumi lain (Bayuseno,2109).
Tingkat perubahan yang dialami batubara dalam proses pembentukannya,
dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki
hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batu
bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-
bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan
kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya
rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat
dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu
yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat
kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak
(Bayuseno,2019).
a. Peat (Gambut)
Lignit yaitu suatu nama yang digunakan pada tahap pertama lapisan
Brown Coal. Pada umumnya lignit mengandung material kayu yang sedikit
mempunyai struktur yang lebih kompak bila dibandingkan dengan gambut.
Lignit mempunyai warna yang berkisar antara coklat sampai kehitaman, lignit
segar mempunyai kandungan air antara 20-45 % dan nilai bakar 3056-4611
kal/gram, sedangkan lignit yang bebas air dan abu berkisar antara 5566-111 111
kal/gram (putrago, 2109).
d. Batubara Bituminous
g. Meta Antrasit
Batubara Meta Antrasit adalah batubara dengan kelas yang sangat tinggi
dimana nilai kalorinya sangat tinggi, berkisar antara 8000-9000 kalori. Kadar
air (Water content) sangat kecil kurang dari 1 %, warna hitam mengkilat,
pecahan concoidal, tidak mengotori tangan bila dipegang, menghasilkan api
yang biru bila dibakar, tidak mengeluarkan asap, tidak berbau, kadar abu dan
sulfur juga sangat rendah. Batubara jenis ini adalah antrasit yang mengalami
pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akibat proses tektonik maupun aktivitas
vulkanik yang ada di dekat endapan. Batubara jenis ini terdapat di daerah
Pensylvania, Amerika Serikat.
Semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat,
sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang, karena tingkat pembatubaraan
secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, maka batubara
dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah
seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh
dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang
tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah.
Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar. ( Rachimnoellah, 2022).
Keterangan :
Cellulosa (senyawa organik), merupakan senyawa pembentuk batubara.
Unsur C pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah
unsur C pada bitumina, semakin baik kualitasnya.
Unsur H pada lignit jumlahnya relatif banyak dibandigkan jumlah unsur H
pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah
kualitasnya.
Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan bitumina, semakin banyak (CH4) lignit semakin baik
kualitasnya. ( Rachimoellah, 2022).
Bayuseno , A.P. 2019. Pengaruh Sifat Fisik dan Struktur Mineral Batu Bara
Lokal terhadap Sifat Pembakaran. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.