Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA


PT ANEKA TAMBANG

Dosen pengampu : Muhammad Alamsyah, S.T., M.T.

Disusun oleh

Nama : Min Ismy Vistarayu

NIM : 4022022032

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri Kimia
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis. mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Alamsyah,
S.T., M.T. selaku Dosen Proses Industri Kimia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi
sarana pembelajaran bagi pembaca di masa yang akan datang.

Poea, 2024

Min Ismy Vistarayu


DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
2.1 Batu Bara.......................................................................................
2.2 Komposisi Batu Bara....................................................................
2.3 Proses Pembentukan Batu Bara....................................................
2.4 Reaksi Pembentukan Batu Bara....................................................
2.5 Faktor-faktor dalam Pembentukan Batu bara...............................
2.6 PT. Aneka Tambang.....................................................................
2.6.1 Sejarah Perusahaan PT. Aneka Mambang...........................
2.6.2 Misi, Sasaran, dan Strategi PT. Aneka Tambang................
2.6.3 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT. Aneka Tambang....
2.6.4 Pusat dan Penelitian Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu
Bara......................................................................................
2.6.5 Kegiatan laboratorium..........................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................
3.1 Hasil..............................................................................................
3.2 Pembahasan...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati, yang
keterjadiannya disebabkan oleh proses-proses geologi. Berdasarkan keterjadian
dan sifatnya bahan galian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu mineral
logam, mineral industri, serta batubara dan gambut. Karakteristik ketiga bahan
galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan juga berbeda.
Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode untuk mengetahui
keterpadatan, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya (Rachimoellah, 2022).
Dewasa ini pemerintah tengah meningkatkan pemanfaatan batu bara
sebagai energi alternatif baik untuk keperluan domestik seperti pada sektor
industri dan pembangkit tenaga listrik, maupun untuk ekspor. Batubara
merupakan salah satu komoditi yang diunggulkan dan merupakan produk
pertambangan andalan yang menarik bagi investor dan akan berkembang pada
tahun-tahun mendatang seiring dengan harga batubara yang bagus (Tim Kajian
Batubara Nasional, 2016).
Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai
batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Papua, dan Sulawesi.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama
yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignit (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat). Ini
adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batu bara sub-bituminus. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk
bituminus atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses terbentuknya batu bara ?
2. Apa saja Misi, Sasaran dan Strategi pada PT.Aneka Tambang?
3. Apa saja faktor-faktor pembentukan dalam pembuatan batu bara?

1.3 Tujuan
1. mengetahui bagaimana proses terbentuknya batu bara.
2. Mengetahui Misi, sasaran, dan strategi pada Pt. Aneka Tambang.
3. mengetahui faktor- faktor pembentukan dalam pembuatan batu bara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batubara
Batubara (coal) adalah sumber energi fosil yang paling banyak kita miliki
di dunia ini. Batubara sendiri merupakan campuran yang sangat kompleks dari zat
kimia organik yang mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah
rantai karbon serta sedikit nitrogen dan sulfur. Pada campuran ini juga terdapat
kandungan air dan mineral.
Batubara merupakan sisa tumbuhan dari zaman prasejarah yang berubah
bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan danau
dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai
pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke
kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan
tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi
tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu
bara.
pada proses pembentukan batubara adalah lingkungan yang berawa
dangkal. Kondisi tersebut terdapat pada cekungan sedimen yang terbentuk
sepanjang pantai, daerah delta dan danau. Batubara terbentuk oleh adanya
perubahan secara fisik dan kimia yang dipengaruhi oleh bakteri pengurai, tekanan,
temperatur, serta waktu.
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya
terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira
340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di
belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada zaman Permian, kira-kira 270 juta
tahun lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan
bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke zaman
tersier (70 - 13 juta tahun lalu) di berbagai belahan bumi lain (Bayuseno,2109).
Tingkat perubahan yang dialami batubara dalam proses pembentukannya,
dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki
hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batu
bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-
bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan
kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya
rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat
dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu
yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat
kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak
(Bayuseno,2019).

2.2 Komposisi Kimia Batubara


Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam
dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis
material yang membentuk batubara, yaitu :
2.1.1 Combustible Material
Combustible Material yaitu bahan atau material yang dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari:
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2.2.2 Non Combustible Material
Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari senyawa
anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O, dan
senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash
dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya diingini
karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor
fisika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami
perubahan menjadi lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses
transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
5(C6Hl0O5) → C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Selulosa lignit gas metan
6(C6H10O5) → C22H20O3 + 5CH4 + 10H2O + 8CO2 + CO
Selulosa bituminous gas metan
Untuk proses coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau dengan
bantuan pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk akan
bertambah sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini
hidrogen yang terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit.
Nitrogen pada batubara pada umumnya ditemukan dengan kisaran 0,5 –
1,5 % w/w yang kemungkinan berasal dari cairan yang terbentuk selama proses
pembentukan batubara.
Oksigen pada batubara dengan kandungan 20 – 30 % w/w terdapat pada
lignit atau 1,5 – 2,5 % w/w untuk antrasit, berasal dari bermacam-macam material
penyusun tumbuhan yang terakumulasi ataupun berasal dari inklusi oksigen yang
terjadi pada saat kontak lapisan source dengan oksigen di udara terbuka atau air
pada saat terjadinya sedimentasi.
Variasi kandungan sulfur pada batubara berkisar antara 0,5 – 5 % w/w
yang muncul dalam bentuk sulfur organik dan sulfur inorganik yang umumnya
muncul dalam bentuk pirit. Sumber sulfur dalam batubara berasal dari berbagai
sumber. Pada batubara dengan kandungan sulfur rendah, sulfurnya berasal
material tumbuhan penyusun batubara. Sedangkan untuk batubara dengan
kandungan sulfur menengah-tinggi, sulfurnya berasal dari air laut (Dinas
Pertambangan dan Energi,2015).
2.3 Proses Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati dengan
cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang sangat lama
(puluhan sampai ratusan juta tahun) yang dipengaruhi oleh proses fisika dan
kimia ataupun keadaan geologi. Komposisi kimia batubara hampir sama
dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur
utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. ( Ghozali, 2015).

2.3.1 Skala Waktu Geologi


Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh
material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan
selama jutaan tahun. Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses
pembentukan batubara vang mencakup proses :
 Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan
(decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam
suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan
seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
 Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan
terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya
terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
 Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan
mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya
air (H2O) dan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (CO 2),
karbonmonoksida (CO), dan metana (CH4).
 Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya
tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami lipatan dan
patahan. Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya
intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi
high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
 Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa
pengangkatan kemudian dierosi sehingga permukaan batubara yang ada
menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang
dieksploitasi pada saat ini (Ghozali, 2105).
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, batubara berasal dari sisa
tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, pemadatan yang telah
tertimbung oleh lapisan diatasnya, pengawetan sisa-sisa tanaman yang
dipengaruhi oleh proses biokimia yaitu pengubahan oleh bakteri. Akibat
pengubahan oleh bakteri tersebut, maka sisa-sisa tumbuhan kemudian
terkumpul sebagai suatu masa yang mampat yang disebut gambut
(Peatification) terjadi karena akumulasi sisa-sisa tanaman tersimpan dalam
kondisi reduksi didaerah rawa dengan sistem draenase yang buruk yang
mengakibat selalu tergenang oleh air, yang pada umumnya mempunyai
kedalaman 0,5-1,0 meter. Gambut yang telah terbentuk lama-kelamaan
tertimbun oleh endapan-endapan seperti batulampung, batulanau dan
batupasir. Dengan jangka waktu puluhan juta tahun sehingga gambut ini
akan mengalami perubahan fisik dan kimia akibat pengaruh tekanan (P) dan
temperature (T) sehingga berubah menjadi batubara yang dikenal dengan
Poroses Pembatubaraan (Coalitification) pada tahap ini lebih dominan oleh
proses geokimia dan proses fisika. (Ghozali, 2015).
Proses geokimia dan fisika berpengaruh besar terhadap pematangan
batubara yaitu perubahan gambut menjadi batubara lignit, batubara
bituminous, sampai pada batubara jenis antrasit. Pematangan bahan organik
secara normal terjadi dengan cepat apabila endapannya terdapat lebih dalam,
hal ini disebabkan karena temperatur bumi semakin dalam akan semakin
panas. Proses pengubahan tumbuh-tumbuhan menjadi batubara ini dikenal
dengan cualitification. Dengan urutan zat yang dihasilkan berupa tumbuh-
tumbuhan yaitu mulai dari:
- Gambut (Peat)
- Lignit
- Sub Bituminous
- Bituminous
- Semi Antrasit
- Antrasit
- Meta Antrasit
Urutan proses pembentukan batubara tersebut secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Peat (Gambut)

Peat atau gambut adalah tumbuh-tumbuhan yang mati dan mengalami


pembusukan dan tercampur dalam paya yang dikenal dengan peat (gambut).
Jumlah air dalam gambut ini sangat besar dan jumlah kandungan air tersebut
berkisar antara 80-90 % ketika baru ditambang dari paya. Penggunaannya
sebagai bahan bakar dalam timber karena akan menghasilkan nyala yang lebih
panjang dengan suhu yang relatif rendah (Pitojo. S, 1983). Berdasarkan
lingkungan tumbuhan dan pengendapan gambut di Indonesia dapat dibagi atas
dua jenis yaitu:
 Gambut Ombrogenus, yaitu gambut yang kandungan airnya hanya berasal dari
air hujan. Gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana
tumbuhan pembentuk dimasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan, sehingga
kadar abunya adalah asli (Inherent) dari tumbuhan itu sendiri.
 Gambut Topogenus, yaitu gambut yang kandungan airnya berasal dari air
permukaan. Jenis gambut ini diendapkan dari sisa tumbuhan yang semasa
hidupnya tumbuh dari pengaruh air permukaan tanah, sehingga kadar abunya
juga dipengaruhi oleh bagian yang terbawa oleh air permukaan tersebut.
Daerah gambut topogenus lebih bermanfaat untuk lahan pertanian bial
dibanding dengan daerah gambut ombrogenus karena gambut topogenus
mengandung lebih banyak nutrisi. (Bayuseno, 2019).

b. Lignit (Brown Coal)

Lignit yaitu suatu nama yang digunakan pada tahap pertama lapisan
Brown Coal. Pada umumnya lignit mengandung material kayu yang sedikit
mempunyai struktur yang lebih kompak bila dibandingkan dengan gambut.
Lignit mempunyai warna yang berkisar antara coklat sampai kehitaman, lignit
segar mempunyai kandungan air antara 20-45 % dan nilai bakar 3056-4611
kal/gram, sedangkan lignit yang bebas air dan abu berkisar antara 5566-111 111
kal/gram (putrago, 2109).

c. Batubara Sub Bituminous

Jenis batubara ini berwarna hitam mengkilap dan mempunyai kilapan


logam. Batubara ini saat ditambang kandungan air yang terkandung mencapai
45 % dan mempunyai nilai kalor bakar sangat rendah, kandungan karbon
sedikit, kandungan abu banyak dan kandungan sulfur yang banyak.

d. Batubara Bituminous

Batubara bituminous merupakan jenis batubara yang terpenting dan


dipakai sebagai bahan bakar karena memiliki nialai kalor, kandungan karbon
yang relative tinggi, sedangkan kandungan air, kandungan abu, dan kandungan
sulfur yang relative rendah. Jenis batubara ini juga digunakan sebagai bahan
bakar dalam pembuatan kokas dan pabrik gas.
e. Batubara Semi Antrasit
Batubara semi antrasit ini merpakan batubara yang memiliki sifat antara
batubara bitumen yang mempunyai kandungan zat terbang rendah disbanding
dengan batubara antrasit yang mempunyai zat terbang yang tinggi berkisar
antara 6-14 %. Batubara ini mudah terbakar dan warna nyalanya sedikit
kekuning-kuningan.
f. Batubara Antrasit

Batubara antrasit biasanya disebut batubara keras (hard coal) penamaan


ini berdasarkan atas dasar kekerasan dan juga kekuatannya antrasit. Batubara
antrasit ini mudah untuk ditambang karena letak lapisan didalam kerak bumi
yang tidak pasti, dimana letak lapisannya kadang-kadang tegak dan kadang-
kadang juga vertical bahkan kadang-kadang juga berlekuk. Sifat barubara ini
ditentukan dari derajat kilap atau warna.
Batubara antrasit mempunyai nilai kalor dan kandungan karbon sangat tinggi
dan memiliki kandungan air atau sulfur yang relative rendah dan kandungan zat
terbang tinggi berkisar antara 8,0 %. (pitrago, 2015).

g. Meta Antrasit
Batubara Meta Antrasit adalah batubara dengan kelas yang sangat tinggi
dimana nilai kalorinya sangat tinggi, berkisar antara 8000-9000 kalori. Kadar
air (Water content) sangat kecil kurang dari 1 %, warna hitam mengkilat,
pecahan concoidal, tidak mengotori tangan bila dipegang, menghasilkan api
yang biru bila dibakar, tidak mengeluarkan asap, tidak berbau, kadar abu dan
sulfur juga sangat rendah. Batubara jenis ini adalah antrasit yang mengalami
pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akibat proses tektonik maupun aktivitas
vulkanik yang ada di dekat endapan. Batubara jenis ini terdapat di daerah
Pensylvania, Amerika Serikat.
Semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat,
sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang, karena tingkat pembatubaraan
secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, maka batubara
dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah
seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh
dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang
tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah.
Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar. ( Rachimnoellah, 2022).

2.4 Reaksi Pembentukan Batubara


Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, komposisi
utama terdiri dari cellulose. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai
proses pembatubaraan (coalification). Faktor fisika dan kimia yang ada di alam
akan mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit.
Reaksi pembentukan batubara adalah sebagai berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulose lignit gas metan

Keterangan :
 Cellulosa (senyawa organik), merupakan senyawa pembentuk batubara.
 Unsur C pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah
unsur C pada bitumina, semakin baik kualitasnya.
 Unsur H pada lignit jumlahnya relatif banyak dibandigkan jumlah unsur H
pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah
kualitasnya.
 Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan bitumina, semakin banyak (CH4) lignit semakin baik
kualitasnya. ( Rachimoellah, 2022).

2.5 Faktor-Faktor dalam Pembentukan Batubara


Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang
lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi
dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat
berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk. Lingkungan
pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar
menjadi material sedimen.
Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek
sebagai berikut :
a) Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan.
Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi
geotektonik.
b) Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan
pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat
pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di
mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh
proses geotektonik.
c) Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan
batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum
proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi
setempat.
d) Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang
terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
e) Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk
material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka
proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara
dengan kandungan karbon yang tinggi.
f) Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu
lapisan batubara dari :
 Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
 Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan,
atau patahan.
 Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan
batubara yang dihasilkan . ( simanjuntak, 2017).
2.6 PT.Aneka Tambang
2.6.1 Sejarah Perusahaan PT.Aneka Tambang
PT Aneka Tambang (Persero), Tbk dibentuk pada tanggal 5 Juli 1968,
sebagai perusahaan negara yang khusus bergerak dalam bidang pertambangan dan
pengolahan mineral. Ketujuh perusahaan negara yang tergabung di dalam PT
Aneka Tambang yaitu : PT Nikel Indonesia, PT Anaka Tambang Bauksit
Indonesia, PT Logam Mulia, Proyek Penambangan Intan Kalimantan Selatan,
Perusahaan Tambang Umum Negara, PN Tambang Emas Cikotok dan Proyek
Emas Pekan baru Riau (Simanjuntak 2017).
Pada tanggal 21 mei 1975, sesuai dengan keputusan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia, status Aneka Tambang berubah dari Perusahaan Negara
menjadi Perusahaan Terbatas (PT Aneka Tambang). Unit Geologi adalah salah
satu unit PT Aneka Tambang (Persero), Tbk yang didirikan dengan maksud
sebagai suatu usaha untuk menuju kemandirian perusahaan dibidang geologi dan
eksplorasi, bahkan diarahkan pada pelayanan jasa geologi dan eksplorasi pada
pihak III. Selaras dengan semakin berkembangnya misi, sasaran serta strategi dan
kebijaksanaan yang diembannya sejak berdiri sebagaimana tertuang pada SK
Direksi PT Aneka Tambang Nomor 54/1974, 58/1976, 85/1978 dan 67/1980,
sampai saat ini telah mengalami empat kali pergantian nama serta struktur
organisasi, mulai dari Divisi Geologi, diubah menjadi Dinas Geologi, diubah lagi
menjadi Divisi Geologi dan kemudian ditetapkan menjadi Unit Geologi. Dalam
rangka mencapai visi, melaksanakan misi dan mengimplementasikan strategi
perseroan, dianggap perlu menyesuaikan susunan organisasi Unit Geologi, maka
sesuai dengan keputusan Direksi PT Aneka Tambang (Persero), Tbk nomor:
258a.k/0251/DAT/2000 Unit Geologi diubah namanya menjadi Unit Geomin
(Simanjuntak,2017).
Unit Geomin adalah suatu unit bisnis strategis yang menjadi bagian dari
unsur pelaksana dalam organisasi PT Aneka Tambang (Persero), Tbk. Tugas
pokok Unit Geomin adalah mengelola dan mengembangkan usaha jasa eksplorasi,
usaha mencari cadangan baru dan usaha jasa penambangan berdasarkan prinsip-
prinsip bisnis untuk menghasilkan keuntungan dan manfaat menurut tolak ukur
yang ditetapkan oleh direksi (Simanjuntak 2017).

2.6.2 Misi, Sasaran dan Strategi PT.Aneka Tambang


a. Misi
Misi utama PT Aneka Tambang (Persero), Tbk Unit Geomin adalah sebagai
ujung tombak PT Aneka Tambang (Persero), Tbk khususnya dalam eksplorasi
untuk mencari dan menemukan cadangan baru (new discovery) komoditi mineral.
Sasaran komoditi mineral adalah emas, nikel dan bauksit tanpa mengabaikan
komoditi mineral lainnya yang tentunya akan ditentukan oleh perkembangan
teknologi abad ke-21. Misi perusahaan akan diimplementasikan dengan bertopang
pada tiga pilar, yaitu: Integritas (kejujuran dan kebenaran), Profesional
(kerahasiaan dan kualitas), Kemandirian (berkembang berdasarkan kualitas)
(Simanjuntak 2017).
b. Sasaran
Untuk mempertajam misinya, Unit Geomin menetapkan sasaran pokok
sebagai berikut, inventori data yang memungkinkan diperoleh cadangan komoditi
yang potensial untuk dikembangkan sesuai dengan sasaran yang ditentukan oleh
Direktur Pengembangan PT Aneka Tambang (Persero), Tbk Unit Geomin atau
komoditas lain yang ajukan berdasarkan proposal yang dipersiapkan oleh Unit
Geomin. Penyempurnaan Organisasi dan optimasi personil Unit Geomin yang
dapat mendukung pelaksanaan misinya selaku penjual jasa yang mandiri dan
profesional.
c. Strategi
Misi dan sasaran Unit Geomin dituangkan dalam beberapa srategi pokok
sebagai berikut : pedoman kerja eksplorasi adalah sistemika yang baik, ketat
namun inovatif, peningkatan efisiensi dengan tolak ukur kualitas, kuantitas dan
standarisasi, pendataan Geomin atas kuasa pertambangan milik PT Aneka
Tambang (Persero), Tbk yang merupakan aset yang perlu dilakukan pengamanan,
investasi peralatan eksplorasi untuk mendukung sasaran yang dicapai, Pengolahan
laporan secara tertib dan professional dan pemanfaatan computer secara terpadu
disetiap bidang untuk mewujudkan sistem informasi manajemen Unit Geomin.

2.6.3 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT.Aneka Tambang


PT Aneka Tambang (Persero), Tbk Unit Geomin berlokasi di Jalan Pemuda
No 1 Pulogadung, Jakarta Timur. Lokasi ini adalah lokasi yang cukup starategis
sehingga mudah diakses dari segala arah.
2.6.4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Dan Batubara
2.6.4.1 Sejarah dan Perkembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
(Puslitbang Tekmira), terbentuk dari penggabungan Balai Penelitian Tambang dan
Pengolahan Bahan Galian dengan Akademi Geologi dan Pertambangan tahun
1976. Awalnya Puslitbang Tekmira bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral (P3TM) sebagai perubahan dari nama Pusat Pengembangan
Teknologi Mineral (PPTM). Saat ini Puslitbang Tekmira berada di bawah Badan
Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Puslitbang
Tekmira memiliki empat kelompok fungsional kelitbangan, hal ini untuk
mendukung manajemen dalam aspek kelitbangan dan administratif. Empat
kelompok fungsional tersebut yaitu kelompok litbang pengolahan dan
pemanfaatan mineral, kelompok litbang pengolahan dan pemanfaatan batubara,
kelompok penerapan teknologi penambangan mineral dan batubara, dan kelompok
kajian kebijakan pertambangan mineral dan batubara (sukandarrumidi, 2020).
Puslitbang Tekmira memiliki banyak pengalaman dalam melaksanakan
penelitian dan pengembangan teknologi mineral dan batubara yang didukung oleh
tenaga profesional, laboratorium pengujian yang terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN), (ISO/IEC 17025:2005) serta sistem pengelolaan
manajemen yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000. Demi menjaga
kualitas kelitbangan dan pelayanan jasa teknologi, Puslitbang Tekmira dilengkapi
oleh standar mutu yang diterapkan secara konsisten. Pelaksanaan kegiatan di
Puslitbang Tekmira didukung oleh Laboratorium Pengujian dan Laboratorium
Penelitian (sukandarrumidi, 2020).
2.6.4.2 Visi dan Misi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
memiliki visi yaitu menjadi Puslitbang yang mandiri, profesional, dan unggul
dalam pemanfaatan mineral dan batubara. Visi tersebut dapat terwujud dengan
adanya misi Puslitbang Tekmira yaitu melaksanakan litbang mineral dan batubara,
melaksanakan fungsi decission support system dalam perumusan kebijakan
pemerintah, serta memberikan pelayanan jasa teknologi (sukandarrumidi, 2020).
2.6.4.3 Tugas dan Fungsi
Puslitbang Tekmira mempunyai tugas antara lain melaksanakan penelitian
dan pengembangan teknologi pertambangan, teknologi pengolahan mineral,
teknologi pemanfaatan batubara, rancang bangun dan rekayasa pertambangan,
takso-ekonomi dan informasi serta pelayanan jasa teknologi pertambangan dan
pemanfaatan batubara. Puslitbang Tekmira mempunyai fungsi penelitian dan
pengembangan teknologi tambang terbuka, tambang dalam, geomekanika
tambang, keselamatan kerja dan reklamasi tambang, serta melakukan pelayanan
jasa teknologi penambangan; pengujian kimia dan fisika mineral, penelitian dan
pengembangan pengolahan mineral industri, mineral logam, teknologi pengolahan
atau ekstraksi mineral; dan pengujian kimia dan fisika gambut, penelitian dan
pengembangan teknologi pengolahan konservasi terhadap batubara dan gambut
(sukandarrumidi, 2020).

2.6.5 Kegiatan Laboratorium


a) Laboratorium Pengujian Kimia Mineral
Laboratorium Pengujian Kimia Mineral melakukan analisis komposisi
kimia bahan baku maupun hasil pengolahan atau produk berbagai mineral dan
bahan galian. Hasil analisis berguna untuk menunjang kegiatan penelitian,
kegiatan eksplorasi, dan kegiatan eksploitasi bahan tambang, bahkan sampai
kegiatan pemasaran. Pengujian yang dilakukan meliputi analisis mineral lempung
(kaolin, bentonit, zeolit, ball clay, felspar, tufa, trass, perlit, mika, diatome, batu
apung, toseki, obsidian, dan sebagainya); batuan/bijih sulfida (emas, perak,
galena, pirit, kalkopirit, spalerit, antimon, dan lain-lain), kapur (batu gamping,
kalsit, dolomit, kapur tohor, marmer, kalk, dan sebagainya), batuan fosfat, pasir
kuarsa, pasir zirkon, bijih bauksit, bijih besi (pasir besi, laterit, dan pelet besi),
bijih mangan, barit, barium karbonat, batuan/bijih timah, antimon, bismuth, dan
lain-lain. Fasilitas peralatan yang digunakan ialah AAS SpectrAA 220FS lengkap
dengan VGA dan GTA, Spektrofotometer UV-Vis, Auto Titrator, Microwave
Digester, Peralatan Fire Assay, Muffle Furnace, Drying Oven dan sebagainya
(sukandarrumidi, 2016).

b) Laboratorium Pengujian Fisika Mineral


Laboratorium Pengujian Fisika Mineral menyiapkan layanan teknologi
analisis komposisi mineral yang meliputi uji mikroskopi, difraksi sinar-X (XRD),
serta melakukan pengujian sifat-sifat fisika mineral lainnya seperti distribusi
ukuran butir, daya serap air/minyak, kapasitas tukar kation dan lain sebagainya.
Pengujian yang dilakukan yaitu identifikasi mineral dengan XRD untuk
mengetahui jenis-jenis mineral yang terkandung dalam contoh batuan. Fasilitas
peralatan yang digunakan X-Ray Difraction (sukandarrumidi, 2016).
c) Laboratorium Batubara
Laboratorium Batubara melakukan layanan teknologi karakterisasi
batubara melalui analisis proksimat (air lembab, zat terbang dan kadar abu),
analisis ultimat (C, H, S, N, Cl dan O), pengujian nilai kalor, titik leleh abu dan
analisis komposisi abu batubara (SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O,
TiO2, MnO2, dan LOI). Fasilitas peralatan yang digunakan ialah Minimum Free
Space Oven, Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), UV-Vis
Spectrophotometer, Gas Chromatography (GC), Gas Chromatography Mass
Spectrophotometer (GCMS) dan lain-lain (sukandarrumidi, 2016).
d) Laboratorium Mekanika Tanah dan Mekanika Batuan
Laboratorium Pengujian Mekanika Tanah melayani pengujian tanah,
diantaranya pengujian sifat-sifat fisik (kadar air, berat isi, berat jenis, analisis
ayak, hidrometer), sifat-sifat mekanik (kuat tekan, kuat geser, konsolidasi,
permeabilitas, Triaxial/ Unconsolidated Undrained/UU, Consolidated
Undrained/CU, Saturated Consolidated Undrained/SCU, Consolidated
Drained/CD) dan bahan jalan (Compaction, dan California Bearing Ratio/CBR).
Fasilitas peralatan yang digunakan ialah peralatan-peralatan uji sifat fisik (kadar
air, berat isi, berat jenis, analisis ayak, hidrometer, alat Atterberg), dan peralatan
uji sifat mekanik (kuat tekan, kuat geser, konsolidasi, permeabilitas, Triaxial UU,
CU, SCU, CD, Compaction, dan CBR). Laboratorium Pengujian Mekanika
Batuan melayani pengujian batuan diantaranya pengujian sifat-sifat fisik (kadar
air, berat isi, berat jenis, daya serap air, kekerasan, slake durability), sifat-sifat
mekanik (kuat tekan, kuat tarik, triaxial, kuat geser residu, point load,
ultrasionic/dynamic poisson's ratio), dan agregat (daya aus gesek dengan bejana
Los Angeles, daya aus tekan dengan bejana Rudeloff, soundness dengan larutan
natrium sulfat). Fasilitas peralatan yang digunakna ialah Peralatan uji sifat fisik,
uji sifat mekanik (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, triaxial), dan peralatan uji
agregat (bejana Los Angeles, bejana Rudeloff) (mirnanto, 2107).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Batubara merupakan sisa tumbuhan dari zaman prasejarah yang
berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut.
Penimbunan danau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran
kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan
gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam.
Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu
dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut
menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika
dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan
kemudian batu bara.
2. PT Aneka Tambang (Persero), Tbk dibentuk pada tanggal 5 Juli 1968,
sebagai perusahaan negara yang khusus bergerak dalam bidang
pertambangan dan pengolahan mineral. Ketujuh perusahaan negara
yang tergabung di dalam PT Aneka Tambang yaitu : PT Nikel
Indonesia, PT Anaka Tambang Bauksit Indonesia, PT Logam Mulia,
Proyek Penambangan Intan Kalimantan Selatan, Perusahaan Tambang
Umum Negara, PN Tambang Emas Cikotok dan Proyek Emas Pekan
baru Riau (Simanjuntak 2017).
3. Misi utama PT Aneka Tambang (Persero), Tbk Unit Geomin adalah
sebagai ujung tombak PT Aneka Tambang (Persero), Tbk khususnya
dalam eksplorasi untuk mencari dan menemukan cadangan baru (new
discovery) komoditi mineral. Sasaran komoditi mineral adalah emas,
nikel dan bauksit tanpa mengabaikan komoditi mineral lainnya yang
tentunya akan ditentukan oleh perkembangan teknologi abad ke-21.
Misi perusahaan akan diimplementasikan dengan bertopang pada tiga
pilar, yaitu: Integritas (kejujuran dan kebenaran), Profesional
(kerahasiaan dan kualitas), Kemandirian (berkembang berdasarkan
kualitas) (Simanjuntak 2017).
3.2 Saran
1. Perlunya kesadaran pihak pertambangan dalam menangani dampak
negative dari kegiatan penambangan yang ada.
2. Masyarakat yang ada disekitar pertambangan ataupun masyarakat lokal
harus sebagian besar bekerja di tambang tersebut untuk menambah
perekonomian keluarga.
3. Perlunya kerjasama antara masyarakat, pemerintah setempat untuk
menanggulangi pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertambangan.
DAFTAR PUSTAKA

Bayuseno , A.P. 2019. Pengaruh Sifat Fisik dan Struktur Mineral Batu Bara
Lokal terhadap Sifat Pembakaran. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.

Dinas Pertambangan dan Energi. 2015. Sejarah dan Perkembangan Dinas


Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

Ghozali M. 2015. Analisis Kimia Batu Gamping. IPB. Bogor

Mirmanto. 2017. Nilai Kalor Sampah Hasil Produksi Masyarakat Kota


Mataram. Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram.

Putrago. 2019. Pengertian Sumber Daya dan Cadangan Batubara.


http://putrago.blog.akprind.ac.id/content/ Diakses pada tanggal 18 Maret
2010.

Rachimoellah. 2022. Prospek Pemanfaatan Batubara Dan Gambut Sebagai


Bahan Baku Industri Kimia dalam Makalah Simposium Nasional Kimia.
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Simanjuntak B. 2017. Perbandingan Metode Fire Assay dan MIBK dalam


Penentuan Kadar Emas Menggunakan Spektofotometer Serapan Atom.
IPB. Bogor

Sukandarrumidi. 2020. Batubara dan Gambut. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Sukandarrumidi. 2016. Batubara dan Pemanfaatannya. Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

Tim Kajian Batubara Nasional. 2016. Batubara Indonesia. Kelompok Kajian


Kebijakan Mineral dan Batubara Pusat Litbang Teknologi Mineral dan
Batubara.

Anda mungkin juga menyukai