OLEH
Darmawan Adi Prasetya
Nis : 199223574
XI GP 2
SMKN 1 BALIKPAPAN
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
bahan galian ” BATUBARA ”
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa juga dalam kesempatan
ini kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman serta bantuan dari berbagai
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita
sendiri, umumnya kepada para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
2
DAFTAR ISI
3
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 26
3.2 Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
5
2. Mengetahui Sifat Fisik dan Kimia Batubara
3. Mengetahui komposisi kimia Batubara
4. Mengetahui Proses Pembentukan Batubara
5. Mengetahui tempat ditemukan Batubara
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
A. Berat jenis
B. Kekerasan
C. Warna
8
D. Goresan
9
B. Hidrogen
C. Oksigen
D. Nitrogen
E. Sulfur
10
Sulfur Piritik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari
total sulfur yang terdapat dalam makrodeposit (lensa, urat,
kekar, dan bola) dan mikrodeposit (partikel halus yang
menyebar).
Sulfur Organik
11
2. Non Combustible Matter atau Bahan yang Tidak Dapat Tebakar (non-
BDT)
Bahan yang Tidak Dapat Terbakar yaitu bahan atau mineral yang
tidak dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material/bahan tersebut
umumnya adalah senyawa anorganik (SiO2, Al2O3, TiO2, Mn3O4,
CaO, MgO, Na2O, K2O, dan senyawa-senyawa logam lainnya dalam
jumlah kecil yang akan membentuk abu dalam batubara. Bahan yang
tidak dapat terbakar ini umumnya tidak diinginkan keberadaannya
karena akan mengurangi nilai bakarnya.
b) Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang
mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. Pada umumnya
12
gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil
yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai
disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah
yang umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan jenis inilah
yang paling banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa)
yang kemudian terurai dan membentuk batubara.
13
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama
pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan
tumbuh di iklim hangat.
14
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.
15
3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
Sub-Bituminus Di Alaska
4. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.
16
Gambut
Pada dasarnya semua teori setuju bahwa batubara berasal dari fosil
tumbuhan. Namun demikian ada beberapa teori yang menerangkan
bagaimana proses terjadinya batubara tersebut
Untuk memahami bagaimana proses terbentuknya batubara dari
tumbuh tumbuhan perlu diketahui dimana batubara tersebut terbentuk dan
faktor apa saja yang mempengaruhinya.
Adapun dua teori terkenal mengenai terbentuknya batubara yaitu :
17
1. Teori Insitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada.
Dengan demikian setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami
proses transportasi, segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan
cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih
baik karena kadar abunya relatif kecil, Dapat dijumpai pada lapangan
batubara Muara Enim (SumSel).
2. Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terbentuknya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan
asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan tersebut mati,
diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, segera
tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification.
Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran
tidak luas tetapi dijumpai dibeberapa tempat, kualitasnya kurang baik
karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut
bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke
18
tempat sedimentasi. Dapat dijumpai pada lapangan batubara delta
Mahakam Purba, Kaltim.
19
C6H10O5 + H2O Þ C6H12O6
(cellulose) (glukose)
Jika suplai oksigen berlangsung terus, maka proses ini akan menuju
pada penguraian lengkap dari senyawa organik, yaitu:
20
60%. Lebih dalam lagi, pertambahan kandungan karbon mencapai
64%. Kandungan karbon yang tinggi pada peatigenic layer disebabkan
karena pada lapisan tersebut kaya substansi yang mengandung
oksigen, terutama cellulose dan humicellulose yang diubah secara
mikrobiologi.
Dari keseluruhan proses, maka pembentukan substansi humus
merupakan proses penting yang tidak tergantung pada fasies dan tidak
semata-mata pada kedalaman.
Oleh karena itu, faktor yang mempengaruhi proses humifikasi dimana
bakteri dapat beraktivitas dengan baik adalah kondisi lingkungan
berikut ini:
a. Keasaman air, yaitu pada pH 7,0-7,5.
b. Kedalaman, yaitu pada kedalaman sekitar 0,5 m untuk bakteri
aerob, sedangkan untuk bakteri anaerob bisa sampai kedalaman
10 m.
c. Suplay oksigen, akan menurun mengikuti kedalaman.
d. Temperatur lingkungan, pada suhu yang hangat akan
mendukung kehidupan bakteri.
Potonie (1920 dalam Teichmuller, 1982 dan Diessel, 1984),
menyebutkan bahwa pada rumpun tumbuhan yang sama, iklim dan
kondisi lingkungan yang sama, maka potensial redox (Eh) memegang
peranan penting untuk aktifitas bakteri dan penggambutan.
Ketersediaan oksigen menentukan apakah proses penggambutan
berjalan atau tidak.
Berikut ini transformasi organik dalam kaitannya dengan ketersediaan
oksigen, dimana salah satu dari empat proses biokimia di bawah ini
akan terjadi pada tumbuhan yang telah mati, yaitu:
Ciri umum gambut adalah sebagai berikut:
1. Berwarna kecoklatan sampai hitam.
2. Kandungan air > 75% (pada brown coal < 75%)
3. Kandungan karbon umumnya < 60% (pada brown coal > 60%).
21
4. Masih memperlihatkan struktur tumbuhan asal, terdapat
cellulose (pada brown coal cellulose tidak hadir).
5. Dapat dipotong dengan pisau (pada brown coal tidak dapat
dipotong).
6. Bersifat porous, bila diperas dengan tangan, keluar airnya.
22
Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat bahwa, material asal
pembentuk rawa gambut ada dua yaitu, Autochton (Material yang
tidak mengalami transportasi) dan Allochton (material yang
mengalami transportasi).
Material rawa gambut tersebut mengalami proses peatification atau
proses penggambutan. Dalam proses tersebut mikroba memiliki
peranan yang sangat penting, seiring dengan proses penggambutan,
proses pembentukan humin dan penurunan keseimbangan biotektonik
pun dapat berlangsung.
23
tetap dan oksigen berkurang sampai satu atom oksigen tertinggal
di molekul.
4. Tahap keempat, kandungan hidrogen berkurang, sedangkan
kandungan oksigen menurun lebih lambat dari tahapan
sebelumnya. Hasil sampingan tahap tiga dan empat adalah CH4,
CO2, dan sedikit H2O.
5. Tahap kelima adalah proses pembentukan antrasit dimana
kandungan oksigen tetap dan kandungan hidrogen menurun lebih
cepat dari tahap-tahap sebelumnya.
Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong
kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim
basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada
24
kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke
dalam sistem dan membentuk lapisan batubara yang berkadar abu dan sulfur
rendah dan menebal secara lokal.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
http://achmadinblog.wordpress.com/2010/05/21/pembentukan-batubara/
(Di akses pada tanggal 7-12-2015, Pukul 19.50 Wib)
http://pedulianalismakasar.socialgo.com/magazine/read/mengenal-
batubara_31.html
www.teknikpertambangan.wordpress.com (Di akses pada tanggal 7-12-2015,
Pukul 20.00 Wib)
27