M
PETROLOGI
Oleh:
Dr. Agus Harjanto, ST, MT Dr. Ir. Sutanto, DEA
Ir Firdaus Maskuri, MT Ir. FX. Suhartono, M. Si Ir. Joko Soesilo, MT
Ir. RM. Basuki Rahmad, MT Staff Asisten Petrologi
L ABORAT ORI U M BA H A N GA L I AN
SI E . PE T ROL OGI
JU RU SA N T E KN I K GE OL OGI
FA KU LTA S T E KN OL OGI M I N E RA
L
U N I VERSI TA S PE M BAN GU N A N N A SI ON AL “ V ET ERAN ”
YOGY A KARTA
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan revisi Panduan Praktikum Petrologi ini.
Penyusunan Panduan Praktikum Petrologi ini dimaksudkan agar dipergunakan
sebagai penuntun bagi para praktikan dan diharapkan praktikan mampu
mengelompokkan, mendeskripsikan dan menamai batuan baik berupa sekepal batuan
maupun suatu singkapan. Adapun tujuan utama adalah supaya praktikan dapat
memahami batuan yang ada di bumi.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama proses penyelesaian buku Panduan Praktikum Pertologi
ini. Dan tak lupa kami mengharapkan para pembaca untuk membantu kami dalam
mengoreksi buku ini, sehingga pada massa yang akan datang dapat tercapai
kesempurnaan dalam penyusunan buku Panduan Praktikum Petrologi ini.
Penyususn
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I. BATUAN BEKU
1. Pengenalan Magma.........................................................................2
2. Jenis Batuan Beku...........................................................................6
3. Struktur Batuan Beku......................................................................8
4. Tekstur Batuan Beku.......................................................................8
5. Komposisi Mineral Batuan Beku....................................................11
i
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
GAMBAR
Gambar 1.1 Jenis-jenis intrusi…............................................................................1
Gambar 1.2 Skema differensiasi magma (Atlas of Volcanic USGS)…......4
Gambar 1.3 Skema yang menunjukkan seri reaksi Bowen.....................................7
Gambar 2.1 Ilustrasi terbentuknya partikel/butiran vulkanik hingga proses
sedimentasi dan litifikasi…...............................................................20
Gambar 2.2 Hubungan genetik antara produk endapan vulkanik primer dan
Sekunder ............................................................................................. 24
Gambar 3.1 Derajat sortasi batuan ……………………………………………. 28
Gambar 3.2 Bangun Butiran Sedimen…………………………………………. 29
Gambar 3.3 Derajat Kebundaran Butiran ……………………………………... 29
Gambar 3.4 Bentuk bentuk lapisan sedimen ……………………………………. 31
TABEL
Tabel 1.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya ......................................................... 13
Tabel 1.2 Diagram Alir Deskripsi Batuan Beku.……………………. 14
Tabel 1.3 Dasar Penamaan Batuan Beki Asam – Intermediet Berdasarkan
Perbandingan K. Felspar Dengan Total Plagioklas……....................... 15
Tabel 1.4 Pembagian Batuan Beku dari Berbagai Aspek....................................... 17
Tabel 2.1 Kesetaraan penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik
dan sedimen…………………………………………………………… 20
Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran
Butirnya..................................................................................................21
v
Modul Praktikum
BAB I
BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat ,
pijar, bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan
batuan beku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu 1. Berdasarkan genetik batuan,
2. Berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan 3. Berdasarkan susunan
mineraloginya.
Batuan beku dapat dibagi menjadi:
A. Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan
bumi baik di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di permukaan
masa tersebut membeku relatif cepat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh
karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya
(vesikuler). Magma yang keluar di permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava
Aa dan Lava Pahoehoe. Lava Aa terbentuk dari masa yang kental sedangkan lava
Pahoehoe terbentuk oleh masa yang encer
B. Batuan Beku Intrusi
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran mineralnya
kasar, > 1 mm atau 5 mm.
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
1. Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak diketahui batas
bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km 2 disebut batolith, yang kurang
dari 100 km2 dikenal dengan stock sedangkan yang lebih kecil dan relatif
membulat disebut boss. Ketiganya merupakan peristilahan dalam batuan
plutonik.
2. Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan) disebut
dyke/korok sedangkan yang konkordan disebut sill atan lakolit kalau cembung
ke atas.
3. Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan intrusi silinder
atau pipa.
(Dally 1933, Winkler 1957, Vide W. T. Huang 1962) berpendapat lain yaitu
magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses
diferensiasi menjadi magma yang bersifat lain.
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
(Bunsen 1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis
magma primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran
dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
BATUAN BEKU
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
4
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral- mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral
dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh
SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan
pasangan ”Incongruent Melting”; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan
bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan
pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir
tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam temperatur yang rendah.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Felspar ke
mineral Muskovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka mineral Kwarsa merupakan
mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan
sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil
dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
5
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
c. Under saturated rock , bila batuan beku tersebut tidak jenuh silika. Contoh
batuan yang non felspatoid yaitu batuan yang tidak muncul mineral felspatoid
biasanya pada fase olivin magnesian.
Basa
K-Felspar
(K-Al Silikat)
6000C Muskovit
(K-Al-Cr Silikat)
Kuarsa
(SiO2)
Garis putus merupakan batasan golongan batuan yang ditandai dengan komposisi
Mineral yang dominan dalam pembatasannya. Misalnya Kuarsa, Muskovit, Biotit,
Kalium Felspar tergolong ke dalam Batuan Asam. Selanjutnya amati apakah batuan
tersebut Plutonik atau Vulkanik, lalu perhatikan antara perbandingan Plagioklas dengan
Kalium Felspar.
7
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
8
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982; Huang,
1962 )
1. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa gelas
dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
a) Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa kristal
b) Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas
c) Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusum oleh masa gelas
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat
halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula
sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga
tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
b. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-
ukuran :
- Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
- Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
- Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
- Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
a. Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
- Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal
yang sempurna
- Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna
- Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang tidak sempurna
Secara tiga dimensi dikenal :
9
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
I. 7. KOMPOSISI MINERAL
Menurut Walker T. Huang (1962), komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga
kelompok mineral yaitu :
A. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya
sangat menentukkan dalam penamaan batuan.
1. Mineral felsic ( mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5 - 2,7 ), yaitu :
- Kuarsa ( SiO2 )
- Kelompok felspar, terdiri dari seri felspar alkali (K, Na) AlSi3O8. Seri felspar
alkali terdiri dari sanidin, orthoklas, anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri
plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesin, labradorit, biwtonit dan
anortit.
- Kelompok felspatoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari nefelin, sodalit,
leusit.
2. Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas
rata-rata 3,0 - 3,6), yaitu :
- Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite
- Kelompok piroksen, terdiri dari enstatite, hiperstein, augit, pigeonit, diopsid.
- Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit.
- Kelompok Amphibole, terdiri dari antofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit,
tremolit, aktinolite, glaukofan, dll.
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
B. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-mineral utama.
Dengan demikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma
(non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari hasil
ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil
ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen).
- Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan
mineral kelompok plagioklas.
- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan sebagai hasil
pelapukan batuan beku.
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Tidak berwarna,
Kubus, masif,
Halit putih Sempurna Sebagai garam evaporite
membutir
kekuningan,
merah
Tidak berwarna, Memapan, membutir, Lembar-lembar tipis terjadi
Gypsum Sempurna
putih menyerat karena evaporasi
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Putih, abu-abu, biru
Anhidrit Massif, membutir Sempurna Karena evaporasi
pucat
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Warna :
Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif)
Tekstur
Granulitas/Besar
Halus < 1 mm
Kasar 5 mm - 3 cm, Sedang 1 mm - 5
Afanitik
Keseragaman Butir/Kristal
Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara
Nama Batuan :
Granitoid/Syenitoid/ Dioritoid, dll. (Gunakan diagram dari IUSGS)
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Asam
KF >2/3 Plagioklas KF > 2/3< Plagioklas KF< 1/3 Plagioklas
Vulkanik Riolit Riodasit Dasit
Plutonik Granit Adamelit Granidiorit
Intermediet
KF >2/3 Plagioklas KF > 2/3< Plagioklas KF< 1/3 Plagioklas
Vulkanik Trachyt Trachyandesit Andesit
Plutonik Syenit Monzonit Diorit
Ultrabasa
Plutonik Peridotite dan Dunite
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
VARIABEL
ULTRABASA BASA INTERMEDIET ASAM
DASAR
SiO2 < 45% 45 – 52% 52 – 66% >66%
Warna Gelap Gelap Abu-abu Terang
Ultra mafik > Mafik (40 – Mafelsik (10 –
Indeks warna Felsik ± 10%
70% 70%) 40%)
Melanokratik
Hipermelanik Mesokratik Leukokratik
Mineralogi (60-90%
(90% mafik) (30% mafik) (30% mafik)
mafik)
Magma / lava - Encer Kental
Holo-
- Hipokristalin Holohialin
hipokristalin
V Vesikuler- Vesikuler Vesikuler
Kecenderungan
O - skoria (kand. (kand.gas (kand. gas
tekstur gas tinggi) sedang) rendah)
L
K Tak ada-sedikit Gelas umum-
- Gelas umum
A gelas banyak
N Porfiritik;vitrov
- Afirik-porfiritik Porfiritik
I erik
K Biotit;<hornble
Olivin;piroksen; Piroksen;horn
nde;kuarsa;plag
Fenokris - plagioklas blende;biotit;
ioklas;feldspar
basa;feldspatoid plagioklas
alkali
BASALT/BAS ANDESIT/TR
Nama
ANIT/TEPRIT/ AKHIANDES DASIT/RIOLIT
SPILIT IT/TRAKIT
Hornblende;
piroksen<<; Biotit; kuarsa;
Olivin;
p Komposisi Olivin; plagioklas; feldspar alkali;
piroksen;plagiokl
L Mineral piroksen;plagio biotit; hornblende<<pl
as; spinel;
U klas basa feldspar; agioklas;
hornblende
T alkali; muskovit
O kuarsa<<
N Tekstur Holokristalin
I DUNIT,
GABRO; DIORIT, GRANIT,
K PERIDOTIT,
Nama DIABAS/DOL MONZONIT, ADAMELIT,G
HORNBLENDIT
ERIT SYENIT RANODIORIT
, SERPENTINIT
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
1
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
BAB II
BATUAN PIROKLASTIK
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Volcano
f
slope
Floating pumice
Area of slumping
Volcaniclastic Volcaniclastic Pryoclastic fall deposit Turbidity
grains Sedimen currents &
Bombs- Volcaniclastic flow deposit mass flow
ected Blocks-
uid Agglomerat
ej Ejected - ignimbrites (fluidized ash+ flows)
fl
solid
64 mm Volcanic - base surge deposits
Lapili br eccia - mud flow (lahar deposit)
2 mm
0.06 mm
Ash Lapilistone Hyaloclastites: fragmented &
Dust Vitric granulated basaltitic lava through contact with water
Tuff Lithic
Cristal
Gambar
Gambar III.2. 1. Ilustrasi
Illustrasi terbentuknya
terbentuknya partikel/butiran
partikel/butiran volkanik vulkanik
hingga proses sedimentasi hingga proses
dan litifikasi
sedimentasi dan litifikasi
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu kriteria untuk
menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik
tersebut.
Tabel 2. 2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran
butirnya.
Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik. Pengendapan yang dikarenakan gaya
beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi di
setiap gunungapi. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua kelompok
piroklastik yang lain adalah piroklastik aliran dan piroklastik hembusan.
2. Derajat Pembundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan Sedimen Klastik sedang dampai Kasar. Kebundaran dibagi menjadi:
Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua permukaan cembung
( Ekuidimensional)
21
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
A. Mineral-Mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
Kuarsa (Si02), ditemukan hanya pada batuan gunungapi yang kaya kandungan
silika atau bersifat asam.
Felspar, baik alkali maupun kalsium felspar (Ca)
Felspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.
B. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang
kadang-kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
mineral
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
C. Mineral Tambahan
Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit. keduanva merupakan mineral
bijih. Selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.
D. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
terlapukkan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti: klorit, epidot,
serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Gambar 2.2. Hubungan genetik antara produk endapan vulkanik primer dan
sekunder
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
BAB III
BATUAN SEDIMEN
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
A. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir
serta susunannya ( Pettijohn, 1975 ).
2. Pemilahan ( Sorting )
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan /
sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran
besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sediment.
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
3. Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi
Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua permukaan cembung
(Ekuidimensional.)
Membundar (Rounded), Pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-
ujung dan tepi butiran cekung.
Agak Membundar (Subrounded), Permukaan umumnya datar dengan ujung-
ujung yang membundar.
Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan datar dengan ujung-ujung yang
tajam
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan
tajam
2
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
B. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.
Studi Struktur paling baik dilakukan di lapangan (Pettijhon, 1975 ). Berdasarkan
asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme
pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain : perlapisan, gelembur
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
Struktur batuan sedimen yang penting adalah perlapisan. Struktur ini umum
terdapat pada batuan Sedimen Klastik yang terbentuknya disebabkan beberapa faktor antara
lain:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
Adanya perbedaan warna mineral.
Adanya perbedaan ukuran besar butir.
Adanya perbedaan komposisi mineral.
Adanya perubahan macam batuan.
Adanya perubahan struktur sedimen
Adanya perubahan kekompakan
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
5. Komposisi Mineral
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
32
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya menggunakan
skala Wenthworth dengan modifikasi sebagai berikut :
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau metamorf
2. Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktifitas
organisme. Macam-macamnya :
a. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil
b. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik,
bersifat konsentrisdengan diameter kurang dari 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
d. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone, strutur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut
per kerucut.
f. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu .
g. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
h. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya
adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral
karbonat.
i. Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi
oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa
kalsit maupun kuarsa.
j. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
33
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
3 . Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat
B. Struktur
Pemerian sama dengan batuan sedimen klastik.
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
C. Komposisi
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan istilah (
Folk, 1954 ), meliputi :
a. Allochem : sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik.
Macam – macam Allochem :
Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil
pertumbuhan.
Interclas , merupakan butiran – butiran dari hasil abrasi batugamping yang
telah ada.
Pisolit , merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2 mm.
Pellet , Fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukkan struktur konsentris .
b. Mikrit :
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa kristal-kristal karbonat
terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari air laut dan mengisi
rongga antar butir.
c. Sparit :
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran halus
(0,02-0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau rekristalisasi
dari mikrit.
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KLASTIK
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT NONKLASTIK
3
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
BAB IV
BATUAN METAMORF
39
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini
pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama.Tekanan yang terjadi di daerah
tersebut berkisar sekitar 2000 – 13.000 bars ( 1 bar = 10 6
dyne/cm2), dan temperatur
berkisar antara 200 – 8000.C.
Metamorfisme Beban
Metomorfisme regional yang terjadi jika bauan terbebani oleh sedimen yang tebal
di atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting daripada suhu. Metamorfisme
ini umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan sebagaimana pada
metamorfisme dinamotermal. Metamorfisme regional beban, tidak berkaitan dengan
kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur pada metamorfisma beban
lebih rendah daripada metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400–450 oC. Gerak-
gerak penetrasi yang menghasilkan skistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak,
biasanya tidak hadir.
Metamorfisme Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai pembentukannya di
punggungan tengah samudera. Perubahan mineralogy dikenal juga metamorfisme
hidrotermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan-
retakan batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya.
Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur dalam batuan yang
dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan metasomatisme.
4
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
b. Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap daripada
batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai terdapat mineral
lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfose regional,
sangat jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit dan
mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih dengan mineral
granular dimana mineral pipih lebih banya daripada mineral granular. orientasi
penjajaran mineral pipih menerus
d. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling tinggi, dimana dimana terdapat
mineral mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
menerus/terputus.
4
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
e. Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.
f. Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa tertanam
pada masa dasar milonit.
g. Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir felspar, dalam masa dasar yang lebih halus.
TEKSTUR
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair.
Karena itu kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
a.Kristaloblastik
Yaitu tektur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat
proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
1. Porfirobalstik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar dan
fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
2. Granoblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam.
3. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah,
bentuk mineralnya tabular.
4. Nematoblastik
Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral-mineralnya
berbentuk prismatis, menyerat dan menjarum.
5. Idioblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya
berbentuk euhedral (baik).
4
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
6. Hipidiobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
subhedral (sedang).
7. Xenobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya
berbentuk anhedral (buruk).
b. Palimsest (Tekstur Sisa)
1. Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
2. Blastofitik
Sisa tektur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
3. Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih besar
dari pasir (psepit).
4. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir
(psemit).
5. Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir
lempung (pelit).
4
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
4
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009
Modul Praktikum
DAFTAR PUSTAKA
1. Anthony Hall, 1989, Igneous Petrology, Longman Inc, New York, h 573.
2. Blatt, H. Middleton, dan G. Murray. R., 1979. Origin of Sedimentary Rock,
Prince-Hall, Englewood, Dlifs.
3. Ehler,E.G., dan Blatt, H., 1982, Petrology Igneous, Sedimentary and
Metamorphic, Freeman, Cooper & Company, United State of America, h 732.
4. Fisher, R.V. dan Scmincke, H.U, 1984, Pyroklastic Rocks, Springer Verlag, h 472
5. Huang, W.T., 1962, Petrology, Mc.Graw Hill Book Company, New York, San
Fransisco, Toronto, London.
6. Jackson K.C., 1970, Text Book of Lithology, Mc. Graw Hill Book Company,
New York.
7. Koesoemadinata, R.P., 1981, Prinsip-prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik
Geologi, ITB.
8. Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rock, Third Edition, Marker and Bow
Publisher.
9. Williams, H, Turner, F.J dan Gilbert C.M., 1954, Petrography ; An Introduction
to he study of rocks in thin section, 2st edition, W.H. Freeman and ompany,
i. New York, h 626
10. Winkler H.G.F., 1975, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, 2nd Edition,
Spring- Verlag, New York Inc.
11. Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis A Global Tectonic Approach, London :
i. Depart of Earth Sciences, University of Leeds, h 466
12. Yardley B.W.D, 1989, An Introduction to Metamorphic Petrology, 1st Edition,
John Willey and Sons Inc.
4
Laboratorium Petrologi
UPN “Veteran”
Yogyakarta 2009