PENDAHULUAN
1.1 Umum
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada. Geologi merupakan
kelompok ilmu yang membahas tentang sifat dan bahan pembentuk bumi, struktur, proses-
proses yang bekerja baik di dalam maupun di atas permukaan bumi, kedudukannya di alam
semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga
sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kompleks,
mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang
ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda
sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan, dan rangkaian pegunungan.
Ilmu geologi tidak bisa lepas dari masalah batuan, hal ini disebabkan karena sebagian
bahan penyusun bumi adalah batuan. Umumnya kita mengenal batuan hanya sebagai bahan
alam yang bersifat keras dan berwarna gelap, namun sebenarnya batasan tentang batuan
tidak sesederhana itu. Menurut ilmu geologi, batuan adalah segala kumpulan atau agregasi
dari mineral, baik yang terkonsolidasi kuat maupun lemah, dimana terbentuknya dengan
proses alamiah dan menjadi bahan pembentuk kerak bumi.
Geologi Teknik merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi yang merupakan
interaksi antara Ilmu Geologi dengan Ilmu Teknik.
Beberapa pengertian geologi teknik dari para ahli:
1. Menurut Rengers (1975)
Antara Geologi dan Teknik Sipil terdapat :
a. Geologi Teknik yang bekerja dengan dasar empiris dan distriktif.
b. Mekanika tanah dan batuan yang bekerja dengan dasar teoritis dan analisis.
2. Menurut Price (1978)
Pekerjaan teknik Sipil dibangun di atas tanah atau di dalam tanah dengan bahan
baku yang diambil dari tanah atau batuan alam di sekitarnya. Aksi dari kegiatan
manusia ini akan menimbulkan reaksi dari tanah atau batuan tersebut. Geologi
bertugas untuk mengetahui reaksi ini, pengaruhnya terhadap rencana bangunan, dan
cara penanggulangan masalah.
1.2 Latar Belakang Masalah
Geologi Teknik berkaitan dengan Teknik Sipil dan Teknik Pengairan. Geologi Teknik
hampir selalu terpakai dalam pelaksanaan suatu proyek bangunan sipil atau pengairan.
Bahkan geologi teknik dapat dikatakan sebagai faktor penentu bisa tidaknya suatu
bangunan konstruksi didirikan dan sampai kapan masa guna suatu bangunan tersebuat.
Dalam pelaksanaan suatu proyek bangunan pengairan, geologi memberikan
sumbangan dalam:
1. Penelitian batu dan tanah sehubungan dengan bangunan yang direncanakan,
2. Penyelidikan geomorfologi dan keairan,
3. Mengetahui struktur geologi
4. Dalam taraf pembangunan, geologi dapat membantu memberikan informasi tentang
bahan bangunan yang ada di suatu daerah.
Berdasarkan penjelasan tersebut kita dapat mengetahui bahwa peranan ilmu Geologi
Teknik sangat besar dalam Teknik Pengairan.
1.3.2 Manfaat
Pembuatan tugas ini pada dasarnya merupakan suatu metode untuk mempelajari
Geologi Teknik, mengingat penyusunannya didukung oleh berbagai referensi atau sumber
pustaka serta praktikum Geologi Teknik. Tujuan dari mempelajari ilmu Geologi Teknik
adalah :
- mengenal macam-macam batuan yang lazim didapatkan di alam,
- mengetahui sifat-sifat batuan,
- memahami struktur dan tekstur batuan,
- mengetahui kemampuan tanah dalam menahan gaya-gaya yang ditimbulkan oleh
bangunan diatasnya.
Dalam aplikasi di bidang teknik, tujuan utamanya adalah untuk memperoleh hasil
yang optimal dalam membangun suatu bangunan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Geologi Teknik Untuk Perencanaan Bangunan Sipil dan Bangunan Air
Geologi pada hakikatnya merupakan suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok dari ilmu-ilmu yang membahas perihal sifat-sifat dan bahan-bahan
yang membentuk bumi, struktur dalam, proses-proses yang bekerja baik di dalam maupun
di atas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangannya
sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.
Geologi Teknik di jaman modern telah berkembang sebagai ilmu terapan di dalam
pembangunan Teknik Sipil dan bangunan air. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
terhadap bangunan-bangunan teknik seperti waduk, bendung, terowongan, jembatan, jalan,
dan lainnya memerlukan data geologi karena bangunan tersebut harus dibangun di atas
permukaan bumi. Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti dengan
penyediaan sarananya, maka lokasi hunian yang semula terletak di daerah-daerah yang
mudah dijangkau dan sederhana tatanan geologinya, sekarang sudah meluas ke wilayah-
wilayah yang rumit dan memerlukan pengetahuan geologi yang lebih lengkap dan teliti di
dalam pembangunannya. Oleh karena itu, perlu untuk mengenal seluruh bentuk lingkungan
geologi yang dapat memberikan dampak terhadap konstruksi maupun pengembangan fisik
wilayah atau lahan yang diusulkan. Ilmu geologi akan memungkinkan kita untuk bisa
mengenal bentuk-bentuk lingkungan, di antaranya seperti:
a. menetapkan penyebaran lateral dan ketebalan lapisan tanah serta batuan di zona
konstruksi yang diusulkan,
b. menetapkan kondisi air tanah dengan pertimbangan perubahan musim dan efek
konstruksi,
c. menentukan bencana geologi termasuk lereng-lereng yang tidak stabil,
patahan/sesar, penurunan tanah dan collapse,
d. memperoleh sampel-sampel material geologi untuk diklasifikasi, dan
e. melakukan pengujian di tempat untuk mengukur sifat-sifat keteknikan dari material
geologi.
2.2. Mineral
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau senyawa kimia yang
dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan
fisika tertentu serta mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau
dikenal sebagai struktur kristal.
Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses
alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai
sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-
molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola
yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai
sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto,
Helmy, dkk. 1992 ). Definisi mineral menurut beberapa ahli :
- L.G. Berry dan B. Mason, 1959 : Mineral adalah suatu benda padat homogen
yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia
pada batas batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun secara teratur.
- D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972: Mineral adalah suatu bahan padat yang
secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh
proses alam yang anorganik.
- A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 : Mineral adalah suatu bahan atau zat yang
homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan
mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
2.3. Batuan
Batuan ialah kumpulan (agregasi) mineral yang terbentuk oleh alam, baik yang sudah
mengalami konsolidasi sehingga keras ataupun yang lunak dan sebagai pembentuk kulit
bumi. Beberapa batuan terutama tersusun dari sejenis mineral saja, dan sebagian kecil lagi
dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik, serta bahan-bahan vulkanik.
Batuan merupakan bahan dari kerak bumi yang selalu dapat kita lihat dimana-mana.
Batuan dapat didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi, yang
merupakan agregat dari mineral-mineral yang telah mengeras. Tanah dan bahan-bahan
lepas lainnya merupakan hasil dari proses pelapukan dan erosi. Jadi, segala sesuatu yang
menjadi bahan kerak bumi disebut sebagai batuan.
Batuan dalam pengertian sehari-hari sangat berbeda dengan pengertiannya dalam ilmu
Geologi. Dalam pengertian Geologi, yang disebut batuan adalah massa materi mineral baik
yang tampak keras maupun yang tidak, yang membentuk bagian kerak bumi dimana
terbentuknya melalui proses alamiah.
Batuan bisa berasal dari satu macam mineral (monomineralistik), tetapi pada
umumnya berasal dari satu kumpulan (agrogate) dari berbagai macam mineral. Mineral itu
sendiri didefinisikan sebagai bahan alam yang dibuat oleh tenaga atom yang bersifat
homogen dan tersusun dari senyawa-senyawa organik yang sifat fisik dan kimianya
tertentu serta mempunyai struktur atom yang konstan. Dari hasil penelitian kimia, unsur-
unsur penyusun batuan yang paling penting adalah O2, Si, Al, K, Mg. Kesatuan unsur
tersebut membentuk sebagian dari bermacam-macam silikat, karbon oksida serta
membentuk sebagian mineral utama. Batu-batu secara umum biasanya dibagi menurut
proses yang membentuknya, dan dengan itu dibagi kepada tiga kumpulan yang besar yaitu:
a) Batuan Beku
b) Batuan Endapan
c) Batuan Metamorf
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma
gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses kristalisasi yang berada bawah
permukaan bumi yang disebut sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi
disebut sebagai batuan ekstrutif. Proses terbentuknya batuan beku berasal dari pembekuan
magma. Menurut para ahli, magma adalah cairan silikat kental yang terdapat di kerak bumi
bagian bawah dengan temperatur yang sangat tinggi, dan bersifat dinamis. Jadi dapat
dikatakan bahwa bahan baku batuan beku adalah magma pijar yang mengalami proses
pembekuan alami.
Batuan beku memiliki berbagai macam komposisi mineral. Berikut ini adalah
beberapa komposisinya.
a) Mineral Utama
Mineral pembentuk batuan beku hampir selalu mengandung silisium (Si)
sehingga sering disebut silikat alam. Mineral tersebut ada yang berbentuk kristal
ada yang berbentuk gelas (amorf). Untuk menentukan komposisi mineral pada
batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas
dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu Felsic Mineral dan Mafic Mineral. Felsic Mineral tersusun dari mineral-
mineral yang berwarna terang dan cerah serta mempunyai berat jenis kecil atau
ringan, dengan densitas rata-rata 2,5-2,7. Sedangkan Masic Mineral tersusun dari
mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat jenis besar atau berat,
dengan densitas rata-rata 3,0-3,6.
b) Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan reaksi hidrothemal maupun hasil metaforsisma terhadap mineral-mineral
utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tak ada hubunganya dengan
pembekuan magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit) dapat terbentuk dari
hasil ubahan mineral plagioklas. Kelompok serpentin (antigorit krisotil), umumnya
terbentuk dari hasil ubahan mineral mafic (terutama kelompok olivin dan
pirokson). Kelompok klorit (proklor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil
ubahan mineral plagioklas. Kelompok sericit sebagai ubahan mineral plagioklas.
Kelompok kaulin (Kaolin, Hallosyte), umumnya ditemukan sebagai hasil
pelapukan batuan beku.
c) Mineral Tambahan
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma,
umumnya dalam jumlah sedikit. Apabila hadir dalam jumlah cukup banyak tidak
mempengaruhi penamaan batuan , tetapi hal tersebut mempunyai nilai ekonomis.
Termasuk dalam golongan ini antara lain : Hematit, Kromit,Rutile,
Apatit,Muscovit, Magnetit, Zeolite, dll.
Batuan beku juga memiliki sifat-sifat tersendiri antara lain:
a. Tekstur
Tekstur dalam batuan beku didefinisikan sebagai hubungan antara massa
mineral dan massa gelas yang membentuk massa yang menata dari batuan. Tekstur
berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan susunan butiran mineral dalam batuan.
Tekstur ini ditentukan oleh kecepatan kristalisasi, jadi tekstur merupakan fungsi dai
sejarah suatu pembentukan batuan beku. Tekstur menunjukkan derajat kristalisasi,
ukuran butir atau granulasi dan kemas atau hubungan antar unsur-unsur itu.
Macam-macam tekstur batuan beku :
Faneritik yaitu tekstur dengan ukuran butir individu kristal yang relatif besar,
sehingga dapat dibedakan dengan mata telanjang.
Afanitik adalah tekstur dengan ukuran butir kristal yang relatif halus, sehingga
tidak dapat diidentifikasi dengan mata telanjang.
Porfiritik adalah tekstur batuan beku yang memiliki butiran kristal tidak seragam
dan dibedakan menjadi dua yaitu faneroparfiritik apabila butiran-butiran mineral
yang berukuran besar (fenokris) dikelilingi mineral-mineral yang berukuran lebih
kecil(massa dasar) yang dapat dikenal dengan meta telanjang dan porfiroafanitik
apabila butiran mineral sulung dikelilingi dasar yang afanitik.
b. Struktur
Struktur adalah kenampakkan hubungan antar bagian yang berbeda.
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar, seperti lava
bantal yang terbentuk dalam lingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran dan
lainnya.
Beberapa macam struktur batuan beku :
Massif adalah struktur yang tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya. Kenampakkan struktur massif berupa batuan pejal, tanpa
retakan-retakan atau lubang-lubang gas.
Struktur Bantal adalah struktur yang terbentuk pada suatu tubuh lava dan biasa
disebut struktur lava bantal (pillow lava) dan dicirikan dengan kenampakan seperti
kubah-kubah yang saling bersusun dan tumpah tindih. Di mana ukuranya antara 30-
60 cm.
Struktur vesikular adalah struktur yang terjadi akibat gas-gas yang keluar dan
terlarut di dalam magma, Karena tekanan di sekitarnya menurun.
Struktur aliran adalah struktur yang terjadi akibat ke-tidakhomogenan antara
komposisi, kadar gas, kekentalan, dan derajat kristalisasi, dan berupa garis-garis
yang sejajar.
Struktur rakahan adalah struktur yang berbentuk kolom yang memanjang berbentuk
prisma, dan segi enam.
Struktur amigdaloidal adalah struktur yang sama dengan struktur vesikuler hanya
bedanya pada struktur amigdaloidal rongga-rongga gas tidak terisi oleh mineral.
2.3.1.3. Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku memiliki karakteristik yang tepat untuk bahan fondasi. Karena batuan
beku mempunyai karakteristik material yang baik, keras, padat dan berkualitas baik bila
digunakan sebagai material bangunan. Batuan beku juga memiliki kapasitas dukung tinggi,
sehingga sangat baik untuk mendukung fondasi bangunan.
Batuan sedimen ini merupakan salah satu jenis batuan yang mana terbentuk
sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan sedimen atau sering
juga disebut sebagai endapan merupakan batuan yang terbentuk dari endapan bahan-
bahan yang terbawa oleh air ataupun angin. Ada lagi pengertian mengenai batuan
sedimen yakni batuan yang terbentuk karena adanya proses pembatuan atau litifikasi
dari hasil proses pelapukan dan juga erosi tanah yang telah terbawa arus dan kemudian
diendapkan. Seorang ahli, yakni Hutton (1875) menyatakan bahwasannya batuan
sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai
material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan juga
longsoran gravitasi, gerakan tanah atau juga tanah longsor. Selain terbentuk dari
demikian, batuan sedimen ini juga terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat,
silika, garam, dan juga material- material lainnya. Demikianlah yang disebut dengan
batuan sedimen.
2.3.2.1. Teori Pembentukan Batuan Sedimen
Proses ini merupakan proses pengendapan yang melalui perubahan komposisi pada
mineral-mineral dalam suatu batuan secara kimiawi. Proses sedimentasi kimiawi
diakibatkan komponen kimia berasal dari luar masuk menembus pori-pori dan
kemudian menjadi bagian dari batuan tersebut. Setelah mineral tersebut masuk
dalam batuan, reaksi kimia akan terjadi pada mineral baru dengan mineral yang
sudah lama menetap dalam batu. Setelah terjadi pencampuran akan dilanjutkan
dengan kristalisasi yang menjadi proses akhir dalam pembentukan batuan sedimen.
2. Proses Sedimentasi Mekanik
Proses sedimentasi mekanik adalah proses pengendapan disebabkan oleh aktivitas
mekanik atau pergerakan banyak hal. Penyebabnya bisa dari air, gravitasi, es, angin
atau bahkan pergerakan makhluk hidup dari manusia, tumbuhan dan hewan.
3. Proses Sedimentasi Biologis (Organik)
Proses sedimentasi biologis atau diakibatkan oleh makhluk hidup adalah karena
proses hancurnya bebatuan karena tingkah laku manusia, hewan dan tumbuhan.
Sesudah hancur, batuan tersebut menjadi partikel kecil dan terbawa menuju tempat
baru sehingga akan beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
Batuan sedimen juga mengalami proses pengompakan dan pemadatan dari endapan
hingga menjadi batuan sedimen utuh. Proses pemadatan disebut dengan proses
diagenesa. Proses ini terjadi diatara suhu 300oC dan tekanan atmosfer antara 1-2
kilobar atau 300MPa. Proses diagnesa berlangsung mulai dari penguburan sedimen
sampai terangkat di atas permukaan Bumi.
Berdasarkan proses diagenesa dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
>> Komposisi
Batuan klatis:
>> Sifat-sifat
Warna : Warna dari batuan sedimen sebagian besar ditentukan oleh besi yang
terkandung didalamnya, yang merupakan unsur dengan dua oksida utama: besi (II)
oksida dan besi (III) oksida.
Tekstur : Tekstur adalah sifat-sfiat skala kecil dari batuan, namun tekstur juga
cukup banyak ditentukan oleh sifat-sifat batuan skala besar, seperti kepadatan,
porositas atau permeabilitas.
Mineralogi : Kebanyakan batuan sedimen mengandung baik kuarsa (terutama batuan
silisiklastik) maupun kalsit ( terutama batuan karbonat).
Struktur sedimen : Struktur di batuan sedimen dapat dibagi ke dalam struktur 'primer'
(terbentuk selama pengendapan) dan struktur 'sekunder' (terbentuk setelah
pengendapan).
Batuan sedimen klastik : terdiri dari mineral silikat dan fragmen batuan yang diangkut
menggunakan fluida yang bergerak (sebagai bed load, suspended load, atau sebagai
sedimen aliran gravitasi) dan terendapkan ketika fluida ini berhenti.
Batuan sedimen biokimia : dibuat ketika biota menggunakan bahan terlarut di udara
atau air untuk membangun jaringan mereka.
Batuan sedimen kimia : terbentuk ketika konstituen mineral dalam larutan menjadi
jenuh dan terpresipitasi secara anorganik.
Batuan Sedimentasi asal – usul penyusunnya baerasal dari runtuhan yang disebabkan
erosi di permukaan bumi. Batuan sediment biasanya dapat di jumpai di lembah yang
terdekomposisi, dan dasar laut. Batuan sediment memiliki tekstur yang sebagian besar
bergranul dan tersemen. Struktur dari batuan sedimentasi adalah berlapis, terlapisi oleh
lapisan. Kekuatan dari batuan sedimentasi adalah lemah dan dilapisi dengan lapisan
yang lunak. Batuan sedimentasi dalam tipe yang besar biasanya adalah pasir, batu
kapur dan lempung.
Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk".
1. Perubahan Tekanan
Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan tekanan
tinggi terkait dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal sebagai mineral -
mineral indeks, termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit, beberapa garnet,
olivin, piroksen, ampibol, mika, feldspar, dan kuarsa dapat ditemukan dalam batuan
metamorf
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena terjadinya kontak
(interaksi) antara batuan asal dengan magma. Tentunya dengan magma yang sangat
panas akan terjadi peningkatan suhu dan peningkatan tekanan sehingga dapat membuat
batu tersebut berubah menjadi batuan yang baru. Biasanya batuan yang terbentuk
melalui metamorfisme kontak memiliki ciri lebih keras, berkristal kasa, dan kompak.
Contohnya adalah perubahan batu kapur menjadi batu marmer.
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena mengalami
perubahan akibat tekanan tinggi dari tenaga endogen dalam waktu yang lama.
Biasanya terjadi pada batuan dengan massa besar dan permukaan yang luas. Btuan
yang mengalami tipe metamorfisme ini cenderung lebih keras, berfoliasi, terdiri dari
susunan planar mineral yang sejajar. Contohnya adalah perubahan batu lumpur
menjadi batu tulis.
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk akibat deformasi mekanis.
Contohnya ketika dua tubuh batuan bergeser melewati satu sama lain sehingga
terjadinya gesekan. Gesekan tersebut akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga
tubuh batuan asal akan berubah.
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada kedalaman beberapa
ratus meter dari permukaan. Batuan ini terbentuk pada daerah yang suhunya lebih besar
dari 300 derajat celcius tanpa adanya stres diferensial. Dikatakan batuan metamorf karena
adanya pembentukan mineral baru walaupun struktur batuan secara fisik tidak mengalami
perubahan.
a. Batuan Tipe Metamorfisme Hidrotermal
Batuan Metamorf asal – usul materilanya dari dirubah dari panas dan atau tekanan.
Lingkungan batuan metamirf biasnya ditemukan sebagian besar di bagian dalam
rangkaian gunung. Tekstur batuan metamorf adalah mosaic dan terikat kuat dengan
adanya kristal – kristal. Struktur batuan ini adalah crystal dari tekanan. Kekuatan
batuan ini adalah berubah – ubah, dan dilapisi lapisan yang lemah. Tipe batuan
metamorf yang besar adalah cshist dan slate.
Pelapukan Fisika
Hal ini disebabkan adanya perubahan temperatur mineral-mineral dan batu-batu,
yang mana perubahan temperatur disebabkan oleh pengembangan-pengembangan
suhu udara dan juga karena mendapat panas langsung dari matahari.mineral dan batu
akan memuai kalau dipanaskan dan menciut atau mentusut kalau didinginkan.
Pemuaiyan dan penyusutan itu sendiri sebenarnya tidaklah terlalu berarti, terapi
kalau hal tersebut secara konstan terjadi berulang-ulang kali dalam kurun ratusan dan
ribuan tahun, tertentu dampaknya sangat terasa. Dibawah pengaruh penyusutan dan
pemuaian yang berulang-ualng ini, ikatan antara molekul-molekul dalam suatu batu
akhirnya secara bertahap menjadi rapuh, semakin besar molekul, semakin cepat
ikatan antara mereka merapuh, karena molekul-molekul yang lebih halus
pemuaiannya tidaklah sebesar molekul yang besar. Warna batu juga penting. Mineral
yang berwarna gelap dan merah lebih cepat menyerap panas dan dengan demikian
volumenya bertambah lebih besar dengan cepat dari pada mineral-mineral dan batu-
batu yang berwarna cerah.
Ikatan antara molekul-molekul pada batu-batu yang berwarna-warni merapuh
atau merenggang lebih cepat dari pada molekul-molekul batu-batu yang mempunyai
satu macam warna.
Batu-batu yang mempunyai molekul-molekul yang kasar dan berwarna-warni
paling lemah terhadap perubahan temperatur. Pemanasan di siang hari setelah
pendinginan di malam hari mulai menimbulkan suatu proses desquamasi, sementara
pendinginan menyebabkan batu-batu menjadi retak. Dalam kurun waktu berabad-
abad, pemuaian dan penyusutan yang terjadi silih berganti menyebabkan
tampilannya keretakan-keretakan pada bagan-bagan mineral. Secara bertahap mereka
memuai terus dan dengan sendirinya keretakan-keretakan dapat terlihat dengan mata,
sehingga batu dan mineral monolitihik mulai terpilah-pilah. Pembelahan secara
mekanik ini semakin menguat terhadap massa mineral pada waktu perubahan
temperatur yang tajam terjadi selama musim semi dan musim dingin, terutama di
daerah beriklim continental, misal di gurun pasir, di mana permukaan bumi atau batu
menerima panas sampai 70% di siang hari, sedangkan pada malam hari menjadi
dingin sampai 0o C. di daerah-daerah gurun pasir perubahan volume mineral sangat
mencolok dan pelapukan fisika memainkan peranan yang sangat penting.
Air juga memprasaranai aksi panas dan dingin. Dalam musim hujan batu-batu
menjadi basah dan kering silih berganti. Pembasahan dan pengeringan yang
berulang-ulang ini memperlemah ikatan antara partikel-partikel yang terkandung di
dalam batu-batu tersebut. Air yang membeku di dalam pori-pori dan retakan batu-
batu bahkan memainkan peranan yang lebih penting lagi.
Perubahan temperatur terjadi di wilayah-wilayah kutub dan ini mengakibatkan
terjadinya suatu hal yang dikenal dengan istilah pelapukan “frost”. Air berubah
menjadi es jika suhu turun sampai di bawah 0o C, dan volumenya bertambah besar
sepersebelas. Jadi jika pada siang hari suhu kembali naik menjadi di atas 0 o C, es
kembali menjadi cair yang mengisi tempat-tempat kosong diretakan-retakan batu,
dan air itu cenderung untuk memperlebar retakan air manakala ia membeku kembali
di malam hari.
Tekanan yang amat kuat, yang kadang-kadang sampai ribuan kg/cm 2 kuatnya,
dilancarkan oleh air yang membeku terhadap retakan-retakan dinding. Itulah
sebabnya, di daerah-daerah yang memiliki perbedaan suhu udara dalam perputaran
satu hari yang mencolok, terutama dari positif ke negatif, pelapukan fisika terjadi
dengan intensif dan mengakibatkan terbentuknya “Talus”, yang berakumulasi pada
dasar dan lereng-lereng batu-batu karang yang rusak. Talus-talus ini bersifat “astatik”
dan sulit untuk diubah bentuknya. Pada bidang permukaan karang, batu-batu
berdesintegrasi (melepaskan diri) melalui pelapukan dan berubah menjadi boulder-
boulde.
Fenomena elektrik atmosfer juga mempengaruhi pelapukan batu. Kilat
menyambar dan memecahkan batu-batu dan sekaligus mencairkan mereka, namun
fenomena ini sangat jarang terjadi.
Pelapukan Kimia
Uap-uap dan gas-gas yang beraksi di udara dan sinar matahari mengakibatkan
perubahan kimia terhadap kompiosisi mineral dan batu-batu. Uap air yang
berkondensasi (mengental) menjadi cairan boleh jadi mengandung berbagai jenis
unsur dalam larutan, yang menambah kecairan larutan-larutan mineral. Kelembapan
yang kaya dengan asam-asam organik bukan hanya bahan pelarut tetapi juga
menstimulir terjadinya proses-proses seperti hydrolisis dan oksidasi.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pelapukan kimia, mari
kita lihat reaksi penguraian Fledspar di bawah pengaruh kelembapan udara dan
karbon dioksida, yang menghasilkan Kaolin lunak (lithomarge) dari Fledspar padat,
seperti berikut:
Na2O.Al2O3.6SiO2+H2O+CO2 = Na2CO3+SiO2.nH2O+2H2O.Al2O3.2SiO2
Dibawah pengaruh kelembapan udara dan oksigen, pelapukan mineral yang
mengandung belerang, seperti Pyrite umpamanya, berlangsung dengan (mirip) cara
yang sama dan melepaskan senyawa-senyawa Ferro Sulfat dan asam belerang.
FeS2 + 8H2O + FO = FeSO4 + 7H2O + H2SO4
Bila batu-batu unhydrous menjadi subjek dalam suatu pelapukan kimia, mereka
kadang-kadang mengikat air dan berkembang menjadi senyawa hidrat. Dengan cara
seperti itu, anhidrat mengubah Gypsum (CaSO4 + 2H2O = CaSO4 . 2H2O), dan besi
menjadi Limonite (2Fe2O3 + 3H2O = 2Fe2O . 3H2O). Transformasi-transformasi ini
sangat sering terjadi di alam. Sodium Karbonat, Potassium Karbonat, Alkalin Sulfat,
larutan-larutan silica yang melarut dengan cepat dalam air, juga terbentuk akibat
pelapukan kimia. Dengan berpenetrasi ke dalam produk-produk pelapukan, air
atmosfer (hujan, salju yang mencair) melarutkan dan membawa mereka ke dalam
lapisan-lapisan permukaan tanah. Produk-produk pelapukan yang tidak melarut
seperti tanah liat, pasir, rockwaste, gruss, dan lain-lain tetap tinggal di permukaan.
Sedimentasi
Sedimentasi ini terjadi melalui proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (And dunes) yang terdapat di gurun
dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh
angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti tanah hasil pelapukan secara
berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di
permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau
digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa
mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat
hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. pengendapan material tanah yang
telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi.
Klasifikasi USCS
Metode klasifikasi tanah dengan menggunakan USCS (Unified Soil Classification)
merupakan metode klasifikasi tanah yang cukup banyak digunakan dalam bidang
geoteknik. Klasifikasi ini diusulkan oleh A. Cassagrande pada tahun 1942 dan direvisi
pada tahun 1952 oleh The Corps of ENgeneers and The US Bureau of Reclamation.
Pada prinsipnya menurut metode ini, ada 2 pembagian jenis tanah yaitu tanah berbutir
kasar (kerikil dan pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung). Tanah digolongkan
dalam butiran kasar jika lebih dari 50% tertahan di atas saringan no. 200. Sementara itu
tanah digolongkan berbutir halus jika lebih dari 50% lolos dari saringan no. 200. Beberapa
simbol berikut ini sering digunakan dalam klasifikasi metode USCS.
a. jenis tanah:
G : gravel (kerikil)
S : sand (pasir)
M : silt (lanau)
C : clay (lempung)
b. jenis gradasi:
W : well graded (bergradasi baik)
P : poorly graded (bergradasi buruk)
c. konsistensi plasititas:
H : high plasticity (plastisitas tinggi)
L : low plasticity (plastisitas rendah)
Klasifikasi USDA
Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal
dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi ini menggunakan tabel
dengan persentase lempung, lanau dan pasir yang di tentukan dengan segitiga tekstur tanah
berikut ini:
Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan
jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar (subgrade). Karena sistem ini ditujukan
untuk pekerjaan jalan tersebut,maka penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus
dipertimbangkan terhadap maksud aslinya.
Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 Sampai dengan A-7.
Tanah yang terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan tanah
granuler yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang
lolos saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan
A-7.
Tanah-tanah dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tanah lanau dan lempung.
Sistem klasifikasi menurut AASHTO didasarkan pada kriteria sebagai berikut ini:
1. Ukuran partikel :
a) Kerikil : fraksi yang lolos saringan ukuran 75 mm (3 in) dan tertahan pada
saringan No. 10.
b) Pasir : fraksi yang lolos saringan No. 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan
No. 200 (0,075 mm).
c) Lanau dan lempung : fraksi yang lolos saringan No. 200.
2. Plastisitas :
tanah berbutir halus digolongkan lanau bila memiliki indek plastisitas, PI ≤
10, dan dikategorikan sebagai lempung bila mempunyai indek plastisitas, PI ≥ 11.
Tanah memiliki banyak kegunaan juga pada bidang konstruksi bangunan. Baik secara
mentah ataupun olahan. Berikut ini beberapa kegunaan tanah di bidang konstruksi
bangunan.
Jungkiran
Jungkiran adalah jenis gerakan memutar ke depan dari satu atau beberapa blok
tanah/batuan terhadap titik pusat putaran di bawah massa batuan oleh gaya gravitasi dan
atau gaya dorong dari massa batuan di belakangnya atau gaya yang ditimbulkan oleh
tekanan air yang mengisi rekahan batuan. Jungkiran ini biasanya terjadi pada tebing-tebing
yang curam dan tidak mempunyai bidang longsoran.
Longsoran
Longsoran adalah gerakan yang terdiri dari regangan geser dan perpindahan sepanjang
bidang longsoran di mana massa berpindah melongsor dari tempat semula dan terpisah dari
massa tanah yang mantap.
Penyebaran Lateral
Penyebaran lateral adalah gerakan menyebar ke arab lateral yang ditimbulkan oleh
retak geser atau retak tarik. Tipe gerakan ini dapat terjadi pada batuan ataupun tanah.
Aliran adalah jenis gerakan tanah di mana kuat geser tanah kecil sekali atau boleh
dikatakan tidak ada, dan material yang bergerak berupa material kental. Termasuk dalam
tipe ini adalah gerakan yang lambat, berupa rayapan pada massa tanah plastis yang
menimbulkan retakan tarik tanpa bidang longsoran.
Majemuk
Majemuk merupakan gabungan dua atau lebih tipe gerakan tanah seperti diterangkan
di atas.
2.5.2.3 Vulkanisme
Pengertian vulkanisme dalam Ilmu Geografi adalah suatu peristiwa yang
berkaitan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma adalah
campuran batu-batuan dalam keadaan cair serta sangat panas yang berada dalam
perut bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan
banyaknya gas yang terkandung didalamnya sehingga dapat terjadi retakan-
retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Magma dapat berbentuk gas padat
dan cair. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang
menyusup ke litosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas
kulit bumi bagian dalam dinamakan Intrusi Magma. sedangkan penyusupan
magma sampai keluar kepermukaan bumi disebut Ekstrusi Magma.
Intrusi Magma adalah " peristiwa menyusupnya magma diantara
lapisanbatu-batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi ". Intrusi magma
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) Intrusi Datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma yang menyusup
diantara dua lapisan batuan, mendatar dan paralel dengan lapisan batuan
tersebut.
2) Lakolit, yaitu magma yang menerobos diantara lapisan bumi paling atas.
Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
3) Gang (korok), yaitu batuan hasilintrusi magma yang menyusup dan
membeku disela-sela lipatan (korok).
4) Diaterma adalah lubang (pipa) diantara dapur magma dan kepundan
gunung berapi, bentuknya seperti silinder memanjang.
Ekstrusi Magma adalah " peristiwa penyusupan magma hingga keluar
permukaan bumi dan membentuk gunung api ". Hal ini terjadi bila tekanan gas
cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi. Ekstrusi magma dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1) Erupsi Linier, yaitu magma keluar melalui retakan pada kulit bumi,
berbentuk kerucut gunung api.
2) Erupsi Sentral, yaitu magma yang keluar melalui sebuah lubang
permukaan bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri.
3) Erupsi Areal, yaitu magma yang meleleh pada permukaan bumi karena
letak magma yang sangat dekat dengan permukaan bumi, sehingga
terbentuk kawah gunung berapi yang sangat luas.
2) Differential Stress
Differential stress yaitu tegangan yang menekan atau
menarik dari atau ke satu arah saja dan bisa juga dari atau ke
segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang lebih
dominan.
2) Ductile Deformation
Yaitu deformasi yang melampaui batas elastis batuan.
Mengakibatkan batuan berubah bentuk dan volume secara
permanen, sehingga bentuknya berlainan dengan bentuk
semula.
3) Fracture Deformation
Yaitu deformasi yang sangat melampaui batas elastis
batuan,sehingga mengakibatkan pecah.
3. Lipatan (Folding)
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang
ditunjukkan oleh lengkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat
pengaruh suatu tegangan (gaya) yang bekerja pada batuan tersebut
yang umunya refleksi perlengkungannya ditunjukkan oleh perlapisan
pada batuan sedimen serta bisa juga pada foliasi batuan metamorf .
Secara umum,jenis-jenis lipatanyang terpenting adalah sebagai
berikut :
1) Antiklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang saling berlawanan,
2) Sinklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang menuju ke satu arah yang sama.
Beberapa defenisi tentang lipatan :
1) Sayap Lipatan, yaitu bagian sebelah menyebelah dari sisi
lipatan
2) Puncak Lipatan, yaitu titik atau garis yang tertinggi dari
sebuah lipatan
3) Bidang Sumbu Lipatan, yaitu suatu bidang yang memotong
lipatan, membagi sama besar sudut yang dibentuk oleh
lipatan tersebut.
4) Garis Sumbu Lipatan, yaitu perpotongan antara bidang
sumbu dengan bidang horizontal.
5) Jurus (Strike), yaitu arah dari garis horizontal dan merupakan
perpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan bidang
horizontal.
6) Kemiringan (Dip), yaitu sudut kemiringan yang tersebar dan
dibentuk oleh suatu bidang miring dengan bidang horizontal
dan diukur dengan tegak lurus dengannya.
2.5.3 Proses Eksogenik
Gaya eksogen adalah gaya yang dipengaruhi oleh energi matahari dan gaya tarik bumi
(gravitasi). Adapun proses proses yang dipengaruhi oleh gaya eksogen adalah pelapukan,
erosi, mass wasting dan sedimentasi.
Bentang alam eksogen adalah bentuk-bentuk bentang alam yang proses
pembentukannya/ genetikanya dikontrol oleh gaya eksogen. Bentang alam eksogen dikenal
juga sebagai bentang alam destruksional (destructional landforms). Proses eksogenik
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan pembentukannya.
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan
fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-
kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto
merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan
identifikasi atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto
udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan
pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan.
Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh
informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang
Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi
foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi
foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah
satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat
pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Di dalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada
karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual
atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada
cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan
memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai
spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara
manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah
kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto
dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara.
Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :
a. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek
individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting
dalam pengenalan objek pada citrta foto.
b. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
c. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu
atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun
buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto
dalam mengenalinya.
d. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini
berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.
e. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam
interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar
untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
f. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan
oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali
secara individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk,
ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka
tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
g. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat
dalam identifikasi.
2.6.2.2 Seismik
Metode seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran
respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian
direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan.
Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada
pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit.
Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang
mengukur pergerakan bumi.
Terdapat dua macam metoda dasar seismik yang sering digunakan, yaitu seismik refraksi
dan seismik refleksi.
a. Seismik refraksi
Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan sepanjang
formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi
pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik
waktu datang gelombang pertama seismik pada masing-masing geofon memberikan
informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari horison-horison geologi ini.
Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk
menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari bantalan
batuan cadas.
b. Seismik refleksi
Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk
melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali
ke permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip
dengan gema pada suatu muka tebing atau jurang.Metoda seismic repleksi banyak
dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa
ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-batas
formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis gelombang
yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan Gelombang Love.
2.6.2.3 Georadar
Geo-radar (Ground Penetration Radar = GPR) adalah merupakan salah satu metode
survey yang dingunakan untuk mendeteksi soil,bangunan dan kondisi bawah permukaan
dengan tingkat kedalama tertentu tanpa harus merusak / melakukan penggalian. Metode
georadar ini menggunakan analisa refleksi / pantulan dari gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan akibat dari perbedaan sifat / konstanta dielektrik benda-benda di bawah
permukaan.
Secara umum peralatan georadar terdiri dari dua komponen utama yaitu peralatan
pemancar gelombang radar (transmitter) dan peralatan penerima pantulan / refleksi
gelombang radar (tranceiver). Sistem yang digunakan adalah merupakan sistem aktif
dimana dilakukan ‘penembakan’ pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (pada interval
gelombang radar) untuk kemudian dilakukan perekaman intensitas gelombang radar yang
berhasil dipantulkan kembali. Pengukuran dan perekaman selisih waktu (Δt) ini kemudian
akan membentuk suatu pola penampang gelombang radar yang khas untuk tiap interval
meter kedalamannya. Pola-pola refleksi ini mencerminkan perbedaan nilai dielektrik massa
/ benda-benda yang terhadap gelombang radar yang mengenainya.
Jika suatu gelombang elektromagnet dipancarkan ke bawah permukaan tanah dan
mengenai suatu lapisan atau objek dengan suatu konstanta dielektrik berbeda, gelombang
elektromagnet tersebut akan dipantulkan kembali, yang diterima oleh antena receiver,
waktu dan besar gelombang elektromagnet direkam pada gambar.
2.6.2.4 Geolistrik
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah
permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan
tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical
constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat
menyimpan potensial dan lain-lain.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik. Metoda -
metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda yang dapat dimasukkan dalam
kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat dimasukkan kedalam kategori statis.
Salah satu keunikan lain dari metoda geolistrik adalah terpecah-pecaah menjadi bermacam-
macam aliran yang berbeda satu dengan yang lain.
Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda I) buatan
kedalam tanah melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda potensial (beda
V) pada elektroda lain. Hasil pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis bahan yang
dilalui oleh arus listrik dapat diketahui dengan Hukum Ohm yaitu :
V =I × R
R = tahanan (ohm/mohm),
V= beda potensial listrik (volt/mvolt)
I = beda arus listrik dalam amper/m amper).
2.6.2.5 Sondir
Tujuan sondir secara umum adalah untuk mengetahui kekuatan tanah tiap kedalaman
dan stratifikasi tanah secara pendekatan. Pada percobaan ini tidak ada contoh tanah yang di
ambil untuk uji labulaturium. Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan "keras"
(Hard Layer) dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Hasil Cone Penetration Test
disajikan dalam bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan friksi
selubung, kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan
pada tanah tersebut. Penyondiran ini dilaksanakan hingga mencapai lapisan tanah keras
dimana alat ini dilengkapi dengan Adhesion Jacket Cone type Bagemann yang dapat
mengukur nilai perlawanan konus (cone resistence) dan hambatan lekat (local friction)
secara langsung dilapangan. Pembacaan manometer dilakukan setiap interval 2.00 m.
dimana nilai perlawanan konus telah mencapai 250 kg/cm2 atau telah mencapai jumlah
hambatan lekat 2.50 ton (kapasitas alat). Hasil penyondiran disajikan dalam bentuk
diagram sondir yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman sondir dibawah muka
tanah dan besarnya nilai perlawanan konus (qc) serta jumlah hambatan pelekat (tf)
2.6.2.6 SPT
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau perlawanan tanah/batuan
terhadap penetrasi tabung SPT atau tabung baja sehingga akan diperoleh jumlah pukulan
untuk memasukan tabung SPT tersebut sedalam 30 cm ke dalam tanah yang masih belum
terganggu atau diperoleh nilai SPT (N). Dengan melihat pada nilai SPT akan dapat
diperkirakan kondisi batas tanah dan lapisan keras serta dapat dikorelasikan dengan sifat-
sifat maupun variasi tanah yang diuji. Hasil pengujian akan berguna dalam perencanaan
letak dan jenis pondasi.
2.7 Geohidrologi
2.7.1 Teori Dasar
Geohidrologi adalah ilmu yang memperlajari tentang distribusi dan pergerakan
air yang berada di bawah permukaan tanah. Geohidrologi mirip dengan hidrogeologi,
namun pada hidrogeologi lebih ditekankan pada aspek geologi.
Air Tanah adalah air (yang berasal dari air hujan) yang tersimpan pada rongga-
rongga (porosity/intencities) batuan atau tanah pada rongga jenuh yang
bergerak. Rongga jenuh disebut juga saturated zone. Air Tanah bergerak dengan
kecepatan maksimum 10m/hari dankecepatan minimum 1m/hari. Secara umum berarti
ada airtanah yang bergerak lebih cepat dan lebih lambat dari 10m/hari dalam kondisi
tertentu. namun ada juga dalam suatu tempat yang airtanahnya tidak bergerak.
Kecepatan airtanah bergantung dari kemiringan lereng, jenis batuan, dan struktur
batuan. Tidak setiap batuan memiliki porositas, tergantung dari jenis batuannya.
k .γω
K=
μ
Dimana:
K = Konduktivitas Hidrolik (L/t)
k = Permeabilitas Intrinsik (L2)
= Berat unit cairanγω
(m/L3)
= Viskositas (m/L2)μ
3) Transmisivitas
Nilai permeabilitas tiap satu meter akifer, menggambarkan kemampuan
akifer untuk membawa air secara kuantitatif.
T=K.d
Dimana :
T = Transmissivitas
K = Konduktivitas Hidrolik
d = Tebal akuifer
4) Storativitas
Spesifik Lapangan (Sy) untuk unconfined aquifer atau volume air yang
dapat dikeluarkan dari akifer tertekan.
Dengan kata lain, Storativitas merupakan volume air yang dapat
dikeluarkan dari akifer per unit kemiringan permukaan potensial muka air tanah
per satu satuan luas akifer.
2.7.3 Akuifer
Akuifer adalah lapisan batuan dibawah permukaan tanah yang mengandung
air dan dapat dirembesi air. Akuifer adalah formasi geologi atau grup formasi yang
mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi
alaminya. Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa
air. Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui
dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah
lapisan pembawa air.
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air
tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau
kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable,
seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan
air disebut akuifer.
Suatu akuifer mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai penyimpan
laksana sebuah waduk dan sebagai penyalur air seperti jaringan pipa. Kedua fungsi
itu diemban oleh pori-pori atau rongga di dalam batuan akuifer itu. Dua sifat yang
berhubungan dengan fungsinya sebagai penyimpan adalah porositas (porosity) dan
hasil jenis (specific yield).
Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-
macam akifer sebagai berikut:
a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)
yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water
table (preatik level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan
hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer)
yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap
air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh
lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)
yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh
lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)
yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air,
sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada
lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan
demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan
aquifer semi tertekan.
Dari pengertian mengenai akuifer tersebut di atas, menurut Puradimaja (1993),
dilihat dari tipologinya di Indonesia, sistem akuifer memiliki lima tipologi sistem
akuifer, antara lain sebagai berikut:
1. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi. Sistem ini terjadi pada area gunung berapi
dimana lapisan pembawa air mulai dari permukaan gunung yang terdiri dari batuan
piroklastik yang turun ke bagian dalam gunung berapi menuju aliran lava dan
selanjutnya masuk kedalam batuan dasar gunung berapi;
2. Sistem Akuifer Endapan Aluvial. Sistem ini terdapat pada jenis tanah endapan
aluvial yang terdapat di sepanjang aliran sungai yang jenis tanahnya masih muda
dan belum terkonsolidasi dengan sempurna sehingga lapisan tanah ini dapat
mengalirkan air atau meresapkan air menuju permukaan dalam lapisan tanah;
3. Sistem Akuifer Batuan Sedimen. Sistem ini mengalami prosesnya pada lapisan
batuan sedimen yang memiliki ronga atau pori atau rekahan dan meneruskan air di
atas permukaan menuju ke bagian dalam atau bawah permukaan tanah;
4. Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf; dan
5. Sistem Akuifer Endapan Glasial.
Pada jaman dahulu orang mengembara tanpa arah tujuan. Saat itu
manusia belum mengenal semua bagian bumi. Para ilmuwan mengembara ke
berbagai tempat. Mereka mencoba menggambar rute perjalanan mereka
menjadi peta sederhana. Ketika peralatan semakin canggih, para ilmuwan bisa
memotret bumi dari atas dengan mudah. Selain dengan pesawat, satelit juga
bisa digunakan untuk memotret. Dari potret itu dibuatlah peta. Jalan, gang dan
daerah kecil yang sulit tertangkap oleh kamera dari pesawat terbang, dicatat
dan diukur langsung oleh petugas langsung di lapangan.
Permukaan bumi yang bulat bisa digambarkan di atas kertas yang datar.
Untuk melakukannya diperlukan proyeksi, yaitu memperkirakan jarak, arah,
dan bentuk. Dari semua cara tadi, akhirnya diperoleh sebuah peta yang
lengkap. Ada nama jalan, sungai, gunung, termasuk juga ketinggian dan
kedalaman suatu tempat.
Kumpulan peta yang dibukukan disebut Atlas. Ada pula peta yang dibuat
di permukaan bulat yang disebut dengan globe. Globe disebut juga dengan bola
dunia.
Kata topografi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu topos (lapangan) dan grafos (penjelasan dari lapangan). Sedangkan
pengertian dari peta adalah:
a) Relief, yaitu beda tinggi dari suatu tempat dengan tempat lainnya
pada suatu daerah, dan juga curam landainya lereng-lereng yang ada.
Termasuk dalam pengertian ini adalah bentuk-bentuk : bukit,
lembah, dataran, tebing, gunung, pegunungan dan lain sebagainya.
b) Drainage, yaitu pola-pola pengaliran, termasuk di sini semua jalan-
jalan seperti sungai, danau, rawa-rawa, laut dan sebagainya.
c) Culture, yaitu semua bentuk-bentuk hasil karya manusia, seperti :
kota, desa, jalan raya, jalan KA, jalan setapak, batas administrasi
daerah dan sebagainya.
Dalam menggambar relief, dapat dipakai berbagai cara, antara lain:
Dari keempat macam penggambaran relief, yang paling baik adalah cara
garis kontur, karena selalu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Sebab dari cara
tersebut dapat ditentukan perhitungan besarnya ketinggian suatu tempat. Peta
yang menggambarkan garis kontur untuk menggambarkan relief disebut peta
topografi.
1. Skala.
Adalah perbandingan jarak antara dua titik pada peta
dengan jarak sebenarnya (dua titik di lapangan). Makin besar skala,
maka makin teliti dan detail yang diperhatikan. Jarak yang ada pada
peta adalah jarak horizontal, jarak yang sebenarnya harus
diperhatikan adalah jarak kelerengan.
2. Arah utara.
Pada setiap peta, harus diketahui arah utara. Dalam hal ini,
dikenal tiga macam arah utara, yaitu :
3. Legenda.
5. Judul peta.
6. Coverage diagram.
7. Indeks administrasi.
8. Edisi peta
9. Lain-lain.
Garis Kontur
Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta
topografi adalah informasi tentang tinggi (elevasi) suatu tempat
terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu
tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (). Garis
kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian
sama. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-
titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi
tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala
tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan
sesuai skala.
Gambar 2.8 Kontur Bantu, Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta
rupabumi skala 1:25.000
Sumber:
Bentuk Kontur
Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A
dan B pada peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta
antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang
terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200
meter, dan yang terendah adalah 80 meter. Letakkan secarik kertas
dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A dan
titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong garis.
Berilah label angka tinggi
Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar
dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan
skala yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing
kontur yang dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter.
Buat sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala
tinggi sejajar sesuai dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-
tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus, memungkinkan untuk
membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di lembah dan di
puncak bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan memudahkan
penggambaran.
2.8.3 Simbol-Simbol
a. Kerangka horisontal
Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka
peta yang digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi
menjadi poligon terbuka dan tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka
horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah
diketahui koordinatnya. Dan poligon tertutup di bagi menjadi 2 yaitu, poligon
dengan sudut luar dan poligon dengan sudut luar.
Rumus-rumus yang harus dipenuhi :
1. Syarat sudut
Jumlah sudut dalam poligon : d = (n – 2) x 180o
Jumlah sudut luar poligon : = (n + 2) x 180o
Dimana : n = jumlah titik poligon
= jumlah sudut poligon
2. Syarat sisi
Jumlah proyeksi pada sumbu y = (d sin ) = 0
Jumlah proyeksi pada sumbu x = (d cos ) = 0
3. Azimuth awal
Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau
azimuth kompas.
4. Menghitung azimuth masing-masing titik
Untuk poligon sudut dalam (n,n+1) = (n – 1, n) + 180o - d
Untuk poligon sudut luar (n,n+1) = (n – 1, n) + 180o -
Dimana : n = nomor titik
= azimuth
= sudut luar/dalam poligon
HB = HA + HAB
Dimana:
HAB: beda tinggi antara titik A dan titik B
BT: Bacaan benang tengah
H: Ketinggian/elevasi
2. Metode Barometris
Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukurnya.
Metode ini memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat
yang akan dicari ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka
air laut rata-rata. Setelah ketinggian diketahui maka beda tinggi yang
diperoleh kurang akurat, karena tergantung dari suhu, kelembaban udara,
dan juga gaya tarik bumi.