Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Umum
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada. Geologi merupakan
kelompok ilmu yang membahas tentang sifat dan bahan pembentuk bumi, struktur, proses-
proses yang bekerja baik di dalam maupun di atas permukaan bumi, kedudukannya di alam
semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga
sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kompleks,
mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang
ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda
sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan, dan rangkaian pegunungan.
Ilmu geologi tidak bisa lepas dari masalah batuan, hal ini disebabkan karena sebagian
bahan penyusun bumi adalah batuan. Umumnya kita mengenal batuan hanya sebagai bahan
alam yang bersifat keras dan berwarna gelap, namun sebenarnya batasan tentang batuan
tidak sesederhana itu. Menurut ilmu geologi, batuan adalah segala kumpulan atau agregasi
dari mineral, baik yang terkonsolidasi kuat maupun lemah, dimana terbentuknya dengan
proses alamiah dan menjadi bahan pembentuk kerak bumi.
Geologi Teknik merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi yang merupakan
interaksi antara Ilmu Geologi dengan Ilmu Teknik.
Beberapa pengertian geologi teknik dari para ahli:
1. Menurut Rengers (1975)
Antara Geologi dan Teknik Sipil terdapat :
a. Geologi Teknik yang bekerja dengan dasar empiris dan distriktif.
b. Mekanika tanah dan batuan yang bekerja dengan dasar teoritis dan analisis.
2. Menurut Price (1978)
Pekerjaan teknik Sipil dibangun di atas tanah atau di dalam tanah dengan bahan
baku yang diambil dari tanah atau batuan alam di sekitarnya. Aksi dari kegiatan
manusia ini akan menimbulkan reaksi dari tanah atau batuan tersebut. Geologi
bertugas untuk mengetahui reaksi ini, pengaruhnya terhadap rencana bangunan, dan
cara penanggulangan masalah.
1.2 Latar Belakang Masalah
Geologi Teknik berkaitan dengan Teknik Sipil dan Teknik Pengairan. Geologi Teknik
hampir selalu terpakai dalam pelaksanaan suatu proyek bangunan sipil atau pengairan.
Bahkan geologi teknik dapat dikatakan sebagai faktor penentu bisa tidaknya suatu
bangunan konstruksi didirikan dan sampai kapan masa guna suatu bangunan tersebuat.
Dalam pelaksanaan suatu proyek bangunan pengairan, geologi memberikan
sumbangan dalam:
1. Penelitian batu dan tanah sehubungan dengan bangunan yang direncanakan,
2. Penyelidikan geomorfologi dan keairan,
3. Mengetahui struktur geologi
4. Dalam taraf pembangunan, geologi dapat membantu memberikan informasi tentang
bahan bangunan yang ada di suatu daerah.
Berdasarkan penjelasan tersebut kita dapat mengetahui bahwa peranan ilmu Geologi
Teknik sangat besar dalam Teknik Pengairan.

1.3 Tujuan dan Manfaaat


1.3.1 Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah agar mahasiswa jurusan Teknik
Pengairan dapat lebih mempelajari jenis-jenis batuan dan sifat-sifatnya. Hal tersebut
penting jika kita ingin memperoleh hasil yang optimal pada saat membuat suatu konstruksi
bangunan khususnya mengenai bangunan air. Misalnya dengan mengetahui sifat dan
karakterisasi jenis batuan dan dapat ditentukan dengan mudah tipe pondasi yang akan
digunakan dalam bangunan tersebut. Dengan mengetahui proses pembentukannya, dapat
diketahui kekerasan dan ketahanan batuan dalam menahan suatu beban.

1.3.2 Manfaat
Pembuatan tugas ini pada dasarnya merupakan suatu metode untuk mempelajari
Geologi Teknik, mengingat penyusunannya didukung oleh berbagai referensi atau sumber
pustaka serta praktikum Geologi Teknik. Tujuan dari mempelajari ilmu Geologi Teknik
adalah :
- mengenal macam-macam batuan yang lazim didapatkan di alam,
- mengetahui sifat-sifat batuan,
- memahami struktur dan tekstur batuan,
- mengetahui kemampuan tanah dalam menahan gaya-gaya yang ditimbulkan oleh
bangunan diatasnya.
Dalam aplikasi di bidang teknik, tujuan utamanya adalah untuk memperoleh hasil
yang optimal dalam membangun suatu bangunan.

1.4 Sistematika Pembahasan


Dalam pengerjaan tugas Geologi Teknik ini sistematika pembahasannya adalah
sebagai berikut:
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum....................................................................................................................
1.2 Latar Belakang Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat...............................................................................................
1.3.1 Tujuan........................................................................................................
1.3.2 Manfaat......................................................................................................
1.4 Sistematika Pembahasan.......................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


.1 Geologi Teknik Untuk Perencanaan Bangunan Sipil dan Bangunan Air………..
.2 Mineral..................................................................................................................
.3 Batuan....................................................................................................................
2.3.1 Batuan Beku............................................................................................
2.3.1.1 Teori Pembentukan Batuan Beku...........................................
2.3.1.2 Komposisi dan Sifat-Sifat Batuan Beku.................................
2.3.1.3 Klasifikasi Batuan Beku.........................................................
2.3.1.4 Kekuatan Batuan Beku (Rock Strength) ................................
2.3.2 Batuan Sedimen.......................................................................................
2.3.2.1 Teori Pembentukan Batuan Sedimen......................................
2.3.2.2 Komposisi dan Sifat-Sifat Batuan Sedimen...........................
2.3.2.3 Klasifikasi Batuan Sedimen....................................................
2.3.2.4 Kekuatan Batuan Sedimen (Rock Strength)............................
2.3.3 Batuan Metamorf.....................................................................................
2.3.3.1 Teori Pembentukan Batuan Metamorf....................................
2.3.3.2 Komposisi dan Sifat-Sifat Batuan Metamorf.........................
2.3.3.3 Klasifikasi Batuan Metamorf..................................................
2.3.3.4 Kekuatan Batuan Metamorf (Rock Strength)..........................
2.4 Tanah dan Proses Pembentukannya......................................................................
2.4.1 Pengertian Tanah.....................................................................................
2.4.2 Proses Pembentukan Tanah (Pelapukan dan Sedimentasi)....................
2.4.3 Klasifikasi Tanah dan Pemanfaatan Untuk Bangunan Air......................
2.5 Proses Geologi …………………………………………......................................
2.5.1 Gerakan Tanah........................................................................................
2.5.2 Proses Endogenik dan Teori Tektonik Lempeng....................................
2.5.2.1 Teori Tektonik Lempung........................................................
2.5.2.2 Gempa.....................................................................................
2.5.2.3 Vulkanisme.............................................................................
2.5.2.4 Struktur Geologi ....................................................................
2.5.3 Proses Eksogenik.....................................................................................
2.5.3.1 Proses Oleh Air Permukaan....................................................
2.5.3.2 Proses Oleh Air Tanah............................................................
2.5.3.3 Proses Oleh Air Angin............................................................
2.5.3.4 Proses Oleh Air Gelombang Air Laut ...................................
2.6 Penyelidikan Geologi Teknik................................................................................
2.6.1 Penyelidikan Langsung ..........................................................................
2.6.2 Penyelidikan Tidak Langsung.................................................................
2.7 Geohidrologi..........................................................................................................
2.7.1 Teori Dasar .............................................................................................
2.7.2 Sifat Hidrolis Batuan...............................................................................
2.7.3 Akuifer ...................................................................................................
2.7.4 Penyelidikan Geofisika Untuk Eksplorasi Air Tanah.............................
2.8 Peta Topografi………...........................................................................................
2.8.1 Sejarah Pembuatan Peta.........................................................................
2.8.2 Pembuatan Peta Topografi......................................................................
2.8.3 Simbol-Simbol........................................................................................
2.8.4 Profil dan Interpretasi..............................................................................
2.9 Peta Geologi ……….............................................................................................
2.9.1 Pemetaan Geologi ..................................................................................
2.9.2 Simbol-Simbol Peta-Peta Geologi..........................................................
2.9.3 Pembuatan Profil Geologi dan Interpetasinya ........................................

BAB III HASIL PRAKTIKUM


3.1 Mineral .................................................................................................................
3.2 Batuan .................................................................................................................
3.2.1 Batuan Beku ...........................................................................................
3.2.2 Batuan Sedimen.......................................................................................
3.2.3 Batuan Metamorf ....................................................................................
3.3 Profil Tanah...........................................................................................................
3.4 Profil Topografi.....................................................................................................
3.5 Profil Geologi .....................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................
4.2 Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
LAMPIRAN ……………………………………………………………….................

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Geologi Teknik Untuk Perencanaan Bangunan Sipil dan Bangunan Air
Geologi pada hakikatnya merupakan suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok dari ilmu-ilmu yang membahas perihal sifat-sifat dan bahan-bahan
yang membentuk bumi, struktur dalam, proses-proses yang bekerja baik di dalam maupun
di atas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangannya
sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.
Geologi Teknik di jaman modern telah berkembang sebagai ilmu terapan di dalam
pembangunan Teknik Sipil dan bangunan air. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
terhadap bangunan-bangunan teknik seperti waduk, bendung, terowongan, jembatan, jalan,
dan lainnya memerlukan data geologi karena bangunan tersebut harus dibangun di atas
permukaan bumi. Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti dengan
penyediaan sarananya, maka lokasi hunian yang semula terletak di daerah-daerah yang
mudah dijangkau dan sederhana tatanan geologinya, sekarang sudah meluas ke wilayah-
wilayah yang rumit dan memerlukan pengetahuan geologi yang lebih lengkap dan teliti di
dalam pembangunannya. Oleh karena itu, perlu untuk mengenal seluruh bentuk lingkungan
geologi yang dapat memberikan dampak terhadap konstruksi maupun pengembangan fisik
wilayah atau lahan yang diusulkan. Ilmu geologi akan memungkinkan kita untuk bisa
mengenal bentuk-bentuk lingkungan, di antaranya seperti:
a. menetapkan penyebaran lateral dan ketebalan lapisan tanah serta batuan di zona
konstruksi yang diusulkan,
b. menetapkan kondisi air tanah dengan pertimbangan perubahan musim dan efek
konstruksi,
c. menentukan bencana geologi termasuk lereng-lereng yang tidak stabil,
patahan/sesar, penurunan tanah dan collapse,
d. memperoleh sampel-sampel material geologi untuk diklasifikasi, dan
e. melakukan pengujian di tempat untuk mengukur sifat-sifat keteknikan dari material
geologi.

2.2. Mineral
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau senyawa kimia yang
dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan
fisika tertentu serta mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau
dikenal sebagai struktur kristal.
Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses
alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai
sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-
molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola
yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai
sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto,
Helmy, dkk. 1992 ). Definisi mineral menurut beberapa ahli :
- L.G. Berry dan B. Mason, 1959 : Mineral adalah suatu benda padat homogen
yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia
pada batas batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun secara teratur.
- D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972: Mineral adalah suatu bahan padat yang
secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh
proses alam yang anorganik.
- A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 : Mineral adalah suatu bahan atau zat yang
homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan
mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

2.3. Batuan
Batuan ialah kumpulan (agregasi) mineral yang terbentuk oleh alam, baik yang sudah
mengalami konsolidasi sehingga keras ataupun yang lunak dan sebagai pembentuk kulit
bumi. Beberapa batuan terutama tersusun dari sejenis mineral saja, dan sebagian kecil lagi
dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik, serta bahan-bahan vulkanik.
Batuan merupakan bahan dari kerak bumi yang selalu dapat kita lihat dimana-mana.
Batuan dapat didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi, yang
merupakan agregat dari mineral-mineral yang telah mengeras. Tanah dan bahan-bahan
lepas lainnya merupakan hasil dari proses pelapukan dan erosi. Jadi, segala sesuatu yang
menjadi bahan kerak bumi disebut sebagai batuan.
Batuan dalam pengertian sehari-hari sangat berbeda dengan pengertiannya dalam ilmu
Geologi. Dalam pengertian Geologi, yang disebut batuan adalah massa materi mineral baik
yang tampak keras maupun yang tidak, yang membentuk bagian kerak bumi dimana
terbentuknya melalui proses alamiah.
Batuan bisa berasal dari satu macam mineral (monomineralistik), tetapi pada
umumnya berasal dari satu kumpulan (agrogate) dari berbagai macam mineral. Mineral itu
sendiri didefinisikan sebagai bahan alam yang dibuat oleh tenaga atom yang bersifat
homogen dan tersusun dari senyawa-senyawa organik yang sifat fisik dan kimianya
tertentu serta mempunyai struktur atom yang konstan. Dari hasil penelitian kimia, unsur-
unsur penyusun batuan yang paling penting adalah O2, Si, Al, K, Mg. Kesatuan unsur
tersebut membentuk sebagian dari bermacam-macam silikat, karbon oksida serta
membentuk sebagian mineral utama. Batu-batu secara umum biasanya dibagi menurut
proses yang membentuknya, dan dengan itu dibagi kepada tiga kumpulan yang besar yaitu:
a) Batuan Beku
b) Batuan Endapan
c) Batuan Metamorf

2.3.1. Batuan Beku

2.3.1.1. Teori Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma
gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses kristalisasi yang berada bawah
permukaan bumi yang disebut sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi
disebut sebagai batuan ekstrutif. Proses terbentuknya batuan beku berasal dari pembekuan
magma. Menurut para ahli, magma adalah cairan silikat kental yang terdapat di kerak bumi
bagian bawah dengan temperatur yang sangat tinggi, dan bersifat dinamis. Jadi dapat
dikatakan bahwa bahan baku batuan beku adalah magma pijar yang mengalami proses
pembekuan alami.

2.3.1.2. Komposisi dan Sifat-Sifat Batuan Beku

Batuan beku memiliki berbagai macam komposisi mineral. Berikut ini adalah
beberapa komposisinya.

a) Mineral Utama
Mineral pembentuk batuan beku hampir selalu mengandung silisium (Si)
sehingga sering disebut silikat alam. Mineral tersebut ada yang berbentuk kristal
ada yang berbentuk gelas (amorf). Untuk menentukan komposisi mineral pada
batuan  beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas
dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu Felsic Mineral dan Mafic Mineral. Felsic Mineral tersusun dari mineral-
mineral yang berwarna terang dan cerah serta mempunyai berat jenis kecil atau
ringan, dengan densitas rata-rata 2,5-2,7. Sedangkan Masic Mineral tersusun dari
mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat jenis besar atau berat,
dengan densitas rata-rata 3,0-3,6.
b) Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan reaksi hidrothemal maupun hasil metaforsisma terhadap mineral-mineral
utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tak ada hubunganya dengan
pembekuan magma (non  pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit) dapat terbentuk dari
hasil ubahan mineral plagioklas. Kelompok serpentin (antigorit krisotil), umumnya
terbentuk dari hasil ubahan mineral mafic (terutama kelompok olivin dan
pirokson). Kelompok klorit (proklor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil
ubahan mineral plagioklas. Kelompok sericit sebagai ubahan mineral plagioklas.
Kelompok kaulin (Kaolin, Hallosyte), umumnya ditemukan sebagai hasil
pelapukan batuan beku.
c) Mineral Tambahan
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma,
umumnya dalam jumlah sedikit. Apabila hadir dalam jumlah cukup banyak tidak
mempengaruhi penamaan batuan , tetapi hal tersebut mempunyai nilai ekonomis.
Termasuk dalam golongan ini antara lain : Hematit, Kromit,Rutile,
Apatit,Muscovit, Magnetit, Zeolite, dll.
Batuan beku juga memiliki sifat-sifat tersendiri antara lain:
a. Tekstur
Tekstur dalam batuan beku didefinisikan sebagai hubungan antara massa
mineral dan massa gelas yang membentuk massa yang menata dari batuan. Tekstur
berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan susunan butiran mineral dalam batuan.
Tekstur ini ditentukan oleh kecepatan kristalisasi, jadi tekstur merupakan fungsi dai
sejarah suatu pembentukan batuan beku. Tekstur menunjukkan derajat kristalisasi,
ukuran butir atau granulasi dan kemas atau hubungan antar unsur-unsur itu.
Macam-macam tekstur batuan beku :
 Faneritik yaitu tekstur dengan ukuran butir individu kristal yang relatif besar,
sehingga dapat dibedakan dengan mata telanjang.
 Afanitik adalah tekstur dengan ukuran butir kristal yang relatif halus, sehingga
tidak dapat diidentifikasi dengan mata telanjang.
 Porfiritik adalah  tekstur batuan beku yang memiliki butiran kristal tidak seragam
dan dibedakan menjadi dua yaitu faneroparfiritik apabila butiran-butiran mineral
yang berukuran besar (fenokris) dikelilingi mineral-mineral yang berukuran lebih
kecil(massa dasar) yang dapat dikenal dengan meta telanjang dan porfiroafanitik
apabila butiran mineral sulung dikelilingi dasar yang afanitik.
b. Struktur
Struktur adalah kenampakkan hubungan antar bagian yang berbeda.
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar, seperti lava
bantal yang terbentuk dalam lingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran dan
lainnya.
Beberapa macam struktur batuan beku :
 Massif adalah struktur yang tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya. Kenampakkan struktur massif berupa batuan pejal, tanpa
retakan-retakan atau lubang-lubang gas.
 Struktur Bantal adalah struktur yang terbentuk pada suatu tubuh lava dan biasa
disebut struktur lava bantal (pillow lava) dan dicirikan dengan kenampakan seperti
kubah-kubah yang saling bersusun dan tumpah tindih. Di mana ukuranya antara 30-
60 cm.
 Struktur vesikular adalah struktur yang terjadi akibat gas-gas yang keluar dan
terlarut di dalam magma, Karena tekanan di sekitarnya menurun.
 Struktur aliran adalah struktur yang terjadi akibat ke-tidakhomogenan antara
komposisi, kadar gas, kekentalan, dan derajat kristalisasi, dan berupa garis-garis
yang sejajar.
 Struktur rakahan adalah struktur yang berbentuk kolom yang memanjang berbentuk
prisma, dan segi enam.
 Struktur amigdaloidal adalah struktur yang sama dengan struktur vesikuler hanya
bedanya pada struktur amigdaloidal rongga-rongga gas tidak terisi oleh mineral.
2.3.1.3. Klasifikasi Batuan Beku

a. Klasifikasi Berdasarkan Tempat Terbentuknya:


a) Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses
pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal
(struktur holohialin). Contoh :Granit, Diorit, Gabro, Sienit dan Granodiorit.
b) Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api.
Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas
kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga
membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini adalah Granit.
c) Batuan beku luar (efusif), terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses  pendinginan
sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini
dinamakan amorf. Contohnya Andesit, Riolit, Batu basalt dan Batu apung.
b. Klasifikasi Berdasarkan Komposisi Kimia:
a) Batuan beku asam, apabila batuan beku tersebut mengandung lebih dari 66% SiO.
Contoh batuan ini : Granit, Rhyolit.
b) Batuan beku intermediet (menengah), bila batuan beku tersebut 52%-66% SiO2.
Contoh batuan ini: Diorit, Andesit
c) Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45%-52% SiO2. Contoh
batuan ini: Gabro dan Basal.
d) Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung <45% SiO2. Contoh
batuan ini adalah Peredotit dan Dunit.
c. Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi
Dasar klasifikasi perbandingan indeks warna mineral mefic dan felsic
(S.J.Shand,1943).
a) Leucocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung <30% mineral mafic.
b) Mesocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30%-60% mineral mafic.
c) Melanocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 60%-90% mineral
mafic.
d) Hypermalanic rock, bila batuan beku tersebut mengandung >90% mineral mafic.
2.3.1.4. Kekuatan Batuan Beku (Rock Strength)

Kekuatan batuan sangatlah penting jika digunakan untuk material bangunan.


Misalnya pada pekerjaan fondasi, material batuan merupakan lapisan pendukung yang
baik, dan dapat mendukung beban besar bila di bawahnya tidak terletak lapisan tanah
lunak. Bila lapisan sangat tebal, pada beban yang besar, masih dibutuhkan pemeriksaan
adanya retakan-retakan, patahan dan kemiringannya.

Batuan beku memiliki karakteristik yang tepat untuk bahan fondasi. Karena batuan
beku mempunyai karakteristik material yang baik, keras, padat dan berkualitas baik bila
digunakan sebagai material bangunan. Batuan beku juga memiliki kapasitas dukung tinggi,
sehingga sangat baik untuk mendukung fondasi bangunan.

2.3.2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen ini merupakan salah satu jenis batuan yang mana terbentuk
sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan sedimen atau sering
juga disebut sebagai endapan merupakan batuan yang terbentuk dari endapan bahan-
bahan yang terbawa oleh air ataupun angin. Ada lagi pengertian mengenai batuan
sedimen yakni batuan yang terbentuk karena adanya proses pembatuan atau litifikasi
dari hasil proses pelapukan dan juga erosi tanah yang telah terbawa arus dan kemudian
diendapkan. Seorang ahli, yakni Hutton (1875) menyatakan bahwasannya batuan
sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai
material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan juga
longsoran gravitasi, gerakan tanah atau juga tanah longsor. Selain terbentuk dari
demikian, batuan sedimen ini juga terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat,
silika, garam, dan juga material- material lainnya. Demikianlah yang disebut dengan
batuan sedimen.
2.3.2.1. Teori Pembentukan Batuan Sedimen

1. Proses Sedimentasi Kimiawi

Proses ini merupakan proses pengendapan yang melalui perubahan komposisi pada
mineral-mineral dalam suatu batuan secara kimiawi. Proses sedimentasi kimiawi
diakibatkan komponen kimia berasal dari luar masuk menembus pori-pori dan
kemudian menjadi bagian dari batuan tersebut. Setelah mineral tersebut masuk
dalam batuan, reaksi kimia akan terjadi pada mineral baru dengan mineral yang
sudah lama menetap dalam batu. Setelah terjadi pencampuran akan dilanjutkan
dengan kristalisasi yang menjadi proses akhir dalam pembentukan batuan sedimen.
2. Proses Sedimentasi Mekanik
Proses sedimentasi mekanik adalah proses pengendapan disebabkan oleh aktivitas
mekanik atau pergerakan banyak hal. Penyebabnya bisa dari air, gravitasi, es, angin
atau bahkan pergerakan makhluk hidup dari manusia, tumbuhan dan hewan.
3. Proses Sedimentasi Biologis (Organik)
Proses sedimentasi biologis atau diakibatkan oleh makhluk hidup adalah karena
proses hancurnya bebatuan karena tingkah laku manusia, hewan dan tumbuhan.
Sesudah hancur, batuan tersebut menjadi partikel kecil dan terbawa menuju tempat
baru sehingga akan beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
Batuan sedimen juga mengalami proses pengompakan dan pemadatan dari endapan
hingga menjadi batuan sedimen utuh. Proses pemadatan disebut dengan proses
diagenesa. Proses ini terjadi diatara suhu 300oC dan tekanan atmosfer antara 1-2
kilobar atau 300MPa. Proses diagnesa berlangsung mulai dari penguburan sedimen
sampai terangkat di atas permukaan Bumi.
Berdasarkan proses diagenesa dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

- Diagnesa Eogenik adalah proses awal pembentukan batuan sedimen yang


terletak di bawah permukaan air.
- Diagnesa Mesogenik adalah proses diagnesa pada saat penguburan batuan
sedimen yang berada dalam posisi semakin dalam dari tanah.
Diagnesa Telogenik adalah diagnesa yang ada pada batuan sedimen terungkap kembali
diatas permukaan bumi diakibatkan oleh erosi dan pengaruh pengangkatan tanah karena
gaya tertentu.
2.3.2.2. Komposisi dan Sifat-Sifat Batuan Sedimen

>> Komposisi

Batuan klatis:

- karbonatan: batu lempung karbonatan

- batu lempung gampingan, dll

- kwarsa: konglomerat kwarsa, dll

Batuan non klatis:

- Karbonat: kalsit –dolomit


- Silika: chert (rijang) –diatom –radiolarit

- Oksida besi: nodule mangan / konkresi besi


- Karbon: gambut, lignit, batubara

- Garam: gipsum, halit, anhidrit

>> Sifat-sifat

Warna : Warna dari batuan sedimen sebagian besar ditentukan oleh besi yang
terkandung didalamnya, yang merupakan unsur dengan dua oksida utama: besi (II)
oksida dan besi (III) oksida.

Tekstur : Tekstur adalah sifat-sfiat skala kecil dari batuan, namun tekstur juga
cukup banyak ditentukan oleh sifat-sifat batuan skala besar, seperti kepadatan,
porositas atau permeabilitas.
Mineralogi : Kebanyakan batuan sedimen mengandung baik kuarsa (terutama batuan
silisiklastik) maupun kalsit ( terutama batuan karbonat).
Struktur sedimen : Struktur di batuan sedimen dapat dibagi ke dalam struktur 'primer'
(terbentuk selama pengendapan) dan struktur 'sekunder' (terbentuk setelah
pengendapan).

2.3.2.3. Klasifikasi Batuan Sedimen

Batuan sedimen klastik : terdiri dari mineral silikat dan fragmen batuan yang diangkut
menggunakan fluida yang bergerak (sebagai bed load, suspended load, atau sebagai
sedimen aliran gravitasi) dan terendapkan ketika fluida ini berhenti.
Batuan sedimen biokimia : dibuat ketika biota menggunakan bahan terlarut di udara
atau air untuk membangun jaringan mereka.
Batuan sedimen kimia : terbentuk ketika konstituen mineral dalam larutan menjadi
jenuh dan terpresipitasi secara anorganik.

2.3.2.4. Kekuatan Batuan Sedimen (Rock Strength)

Batuan Sedimentasi asal – usul penyusunnya baerasal dari runtuhan yang disebabkan
erosi di permukaan bumi. Batuan sediment biasanya dapat di jumpai di lembah yang
terdekomposisi, dan dasar laut. Batuan sediment memiliki tekstur yang sebagian besar
bergranul dan tersemen. Struktur dari batuan sedimentasi adalah berlapis, terlapisi oleh
lapisan. Kekuatan dari batuan sedimentasi adalah lemah dan dilapisi dengan lapisan
yang lunak. Batuan sedimentasi dalam tipe yang besar biasanya adalah pasir, batu
kapur dan lempung.

2.3.3 Batuan Metamorf

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk".

2.3.3.1. Teori Pembentukan Batuan Metamorf

1. Perubahan Tekanan

Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses pembentukan


batuan ini. Perubahan tekanan semakin tinggi bisa menyebabkan rekristalisasi
(pengkristalan ulang) pada mineral dalam kandungan batuan induk sebelumnya.
Tekanan yang terjadi kurang lebih antara 1 – 10.000 bar (Jackson)
2. Aktivitas Kimia

Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan, yaitu mengubah


dan merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang tidak perlu melewati fase cair.
Tempetur saat aktivitas kimia berlangsung sekitar 350 derajat Celcius sampai 1200
derajat Celcius. Sedangkan tekanan yang terbentuk ada diantara 1 – 10000 bar
(Jackson)
3. Perubahan Temperatur

Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient geothermal


atau dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut, gesekan antar massa
batuan menyebabkan temperatur mudah berubah dan akan berujung saat proses
metamorfisme berlangsung.

2.3.3.2. Komposisi dan Sifat-Sifat Batuan Metamorf

Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan tekanan
tinggi terkait dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal sebagai mineral -
mineral indeks, termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit, beberapa garnet,
olivin, piroksen, ampibol, mika, feldspar, dan kuarsa dapat ditemukan dalam batuan
metamorf

2.3.3.3. Klasifikasi Batuan Metamorf

a. Batuan Tipe Metamorfisme Kontak

Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena terjadinya kontak
(interaksi) antara batuan asal dengan magma. Tentunya dengan magma yang sangat
panas akan terjadi peningkatan suhu dan peningkatan tekanan sehingga dapat membuat
batu tersebut berubah menjadi batuan yang baru. Biasanya batuan yang terbentuk
melalui metamorfisme kontak memiliki ciri lebih keras, berkristal kasa, dan kompak.
Contohnya adalah perubahan batu kapur menjadi batu marmer.

b. Batuan Tipe Metamorfisme Dinamo (Regional)

Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk karena mengalami
perubahan akibat tekanan tinggi dari tenaga endogen dalam waktu yang lama.
Biasanya terjadi pada batuan dengan massa besar dan permukaan yang luas. Btuan
yang mengalami tipe metamorfisme ini cenderung lebih keras, berfoliasi, terdiri dari
susunan planar mineral yang sejajar. Contohnya adalah perubahan batu lumpur
menjadi batu tulis.

c. Batuan Tipe Metamorfisme Kataklastik

Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk akibat deformasi mekanis.
Contohnya ketika dua tubuh batuan bergeser melewati satu sama lain sehingga
terjadinya gesekan. Gesekan tersebut akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga
tubuh batuan asal akan berubah.

d. Batuan Tipe Metamorfisme Tindihan

Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada kedalaman beberapa
ratus meter dari permukaan. Batuan ini terbentuk pada daerah yang suhunya lebih besar
dari 300 derajat celcius tanpa adanya stres diferensial. Dikatakan batuan metamorf karena
adanya pembentukan mineral baru walaupun struktur batuan secara fisik tidak mengalami
perubahan.
a. Batuan Tipe Metamorfisme Hidrotermal

Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada


suhu tinggi dengan tekanan sedang akibat cairan hidrotermal.
Seringkali terjadi dalam batuan basalt yang kekurangan mineral
hidrat.

2.3.3.4. Kekuatan Batuan Metamorf (Rock Strength)

Batuan Metamorf asal – usul materilanya dari dirubah dari panas dan atau tekanan.
Lingkungan batuan metamirf biasnya ditemukan sebagian besar di bagian dalam
rangkaian gunung. Tekstur batuan metamorf adalah mosaic dan terikat kuat dengan
adanya kristal – kristal. Struktur batuan ini adalah crystal dari tekanan. Kekuatan
batuan ini adalah berubah – ubah, dan dilapisi lapisan yang lemah. Tipe batuan
metamorf yang besar adalah cshist dan slate.

2.4 Tanah dan Proses Pembentukannya


2.4.1 Pengertian Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk yang bercampur dengan
bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik (senyawa
organik dan organisme) air dan udara.
2.4.2 Proses Pembentukan Tanah (Pelapukan dan Sedimentasi)
Tanah terbentuk melalui proses alami dan berlangsung sangat lama. Selain itu terdapat
hubungan antara perkembangan lapisan tanah dan perkembangan tumbuh-tumbuhan,
hewan, manusia. Jenis tanah memiliki perbedaan antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Perbedaan itu terjadi karena berbagai faktor, di antaranya adalah:
- Jenis batuan
- Bahan induk
- Curah hujan
- Penyinaran matahari
- Bentuk permukaan bumi
- Organisme yang ada di tanah
- Tumbuh-tumbuhan penutup tanah (Vegetasi)
Selain itu kegiatan manusia juga berpengaruh penting dalam pembentukan tanah.
Misalnya, kegiatan pertanian, kegiatan perhutanan dan perubahan dari pedesaan menjadi
perkotaan. Selain dari beberapa faktor di atas terdapat pula faktor pelapukan dalam
pembentukan tanah.
Pelapukan
Pelapukan (weathering) adalah suatu istilah untuk menggambarkan suatu proses
yang merupakan gabungan dari proses-proses mekanik (fisika), kimia dan biologis
(organik) yang terjadi di permukaan bumi, yang juga merupakan akibat adanya
pengambangan (perbedaan tinggi rendah) temperatur udara, pembekuan air, aksi dan
reaksi oksigen dan karbondioksida di udara, pengendapan penguatan atmosfer (curah
hujan) dan aksi-aksi dan reaksi asam-asam organik di permukaan dan di dalam tanah.
Kita membedakan pelapukan-pelapukan yang terjadi berdasarkan proses-proses
kimia, fisika dan biologi, tetapi sering terasa sangat sulit sekali, jika bukan tidak
mungkin, untuk melihat perbedaan di antara mereka. Proses pelapukan kimia, fisika
dan biologi terjadi secara simultan di alam semesta ini.
Pelapukan fisik atau pelapukan mekanis
a. Pelapukan fisik atau pelapukan mekanis terjadi oleh:
- Udara yang membeku
- Insolasi dan perubahan temperatur
- Akar tumbuhan dan binatang-binatang lain
b. Pelapukan kimia
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya pelapukan kimiawi adalah air
hujan dan air tanah. Perubahan kimia yang dapat terjadi adalah pelapukan,
oksidasi, hidrasi, dan pembentukan karbonat.

Pelapukan Fisika
Hal ini disebabkan adanya perubahan temperatur mineral-mineral dan batu-batu,
yang mana perubahan temperatur disebabkan oleh pengembangan-pengembangan
suhu udara dan juga karena mendapat panas langsung dari matahari.mineral dan batu
akan memuai kalau dipanaskan dan menciut atau mentusut kalau didinginkan.
Pemuaiyan dan penyusutan itu sendiri sebenarnya tidaklah terlalu berarti, terapi
kalau hal tersebut secara konstan terjadi berulang-ulang kali dalam kurun ratusan dan
ribuan tahun, tertentu dampaknya sangat terasa. Dibawah pengaruh penyusutan dan
pemuaian yang berulang-ualng ini, ikatan antara molekul-molekul dalam suatu batu
akhirnya secara bertahap menjadi rapuh, semakin besar molekul, semakin cepat
ikatan antara mereka merapuh, karena molekul-molekul yang lebih halus
pemuaiannya tidaklah sebesar molekul yang besar. Warna batu juga penting. Mineral
yang berwarna gelap dan merah lebih cepat menyerap panas dan dengan demikian
volumenya bertambah lebih besar dengan cepat dari pada mineral-mineral dan batu-
batu yang berwarna cerah.
Ikatan antara molekul-molekul pada batu-batu yang berwarna-warni merapuh
atau merenggang lebih cepat dari pada molekul-molekul batu-batu yang mempunyai
satu macam warna.
Batu-batu yang mempunyai molekul-molekul yang kasar dan berwarna-warni
paling lemah terhadap perubahan temperatur. Pemanasan di siang hari setelah
pendinginan di malam hari mulai menimbulkan suatu proses desquamasi, sementara
pendinginan menyebabkan batu-batu menjadi retak. Dalam kurun waktu berabad-
abad, pemuaian dan penyusutan yang terjadi silih berganti menyebabkan
tampilannya keretakan-keretakan pada bagan-bagan mineral. Secara bertahap mereka
memuai terus dan dengan sendirinya keretakan-keretakan dapat terlihat dengan mata,
sehingga batu dan mineral monolitihik mulai terpilah-pilah. Pembelahan secara
mekanik ini semakin menguat terhadap massa mineral pada waktu perubahan
temperatur yang tajam terjadi selama musim semi dan musim dingin, terutama di
daerah beriklim continental, misal di gurun pasir, di mana permukaan bumi atau batu
menerima panas sampai 70% di siang hari, sedangkan pada malam hari menjadi
dingin sampai 0o C. di daerah-daerah gurun pasir perubahan volume mineral sangat
mencolok dan pelapukan fisika memainkan peranan yang sangat penting.
Air juga memprasaranai aksi panas dan dingin. Dalam musim hujan batu-batu
menjadi basah dan kering silih berganti. Pembasahan dan pengeringan yang
berulang-ulang ini memperlemah ikatan antara partikel-partikel yang terkandung di
dalam batu-batu tersebut. Air yang membeku di dalam pori-pori dan retakan batu-
batu bahkan memainkan peranan yang lebih penting lagi.
Perubahan temperatur terjadi di wilayah-wilayah kutub dan ini mengakibatkan
terjadinya suatu hal yang dikenal dengan istilah pelapukan “frost”. Air berubah
menjadi es jika suhu turun sampai di bawah 0o C, dan volumenya bertambah besar
sepersebelas. Jadi jika pada siang hari suhu kembali naik menjadi di atas 0 o C, es
kembali menjadi cair yang mengisi tempat-tempat kosong diretakan-retakan batu,
dan air itu cenderung untuk memperlebar retakan air manakala ia membeku kembali
di malam hari.
Tekanan yang amat kuat, yang kadang-kadang sampai ribuan kg/cm 2 kuatnya,
dilancarkan oleh air yang membeku terhadap retakan-retakan dinding. Itulah
sebabnya, di daerah-daerah yang memiliki perbedaan suhu udara dalam perputaran
satu hari yang mencolok, terutama dari positif ke negatif, pelapukan fisika terjadi
dengan intensif dan mengakibatkan terbentuknya “Talus”, yang berakumulasi pada
dasar dan lereng-lereng batu-batu karang yang rusak. Talus-talus ini bersifat “astatik”
dan sulit untuk diubah bentuknya. Pada bidang permukaan karang, batu-batu
berdesintegrasi (melepaskan diri) melalui pelapukan dan berubah menjadi boulder-
boulde.
Fenomena elektrik atmosfer juga mempengaruhi pelapukan batu. Kilat
menyambar dan memecahkan batu-batu dan sekaligus mencairkan mereka, namun
fenomena ini sangat jarang terjadi.

Pelapukan Kimia
Uap-uap dan gas-gas yang beraksi di udara dan sinar matahari mengakibatkan
perubahan kimia terhadap kompiosisi mineral dan batu-batu. Uap air yang
berkondensasi (mengental) menjadi cairan boleh jadi mengandung berbagai jenis
unsur dalam larutan, yang menambah kecairan larutan-larutan mineral. Kelembapan
yang kaya dengan asam-asam organik bukan hanya bahan pelarut tetapi juga
menstimulir terjadinya proses-proses seperti hydrolisis dan oksidasi.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pelapukan kimia, mari
kita lihat reaksi penguraian Fledspar di bawah pengaruh kelembapan udara dan
karbon dioksida, yang menghasilkan Kaolin lunak (lithomarge) dari Fledspar padat,
seperti berikut:
Na2O.Al2O3.6SiO2+H2O+CO2 = Na2CO3+SiO2.nH2O+2H2O.Al2O3.2SiO2
Dibawah pengaruh kelembapan udara dan oksigen, pelapukan mineral yang
mengandung belerang, seperti Pyrite umpamanya, berlangsung dengan (mirip) cara
yang sama dan melepaskan senyawa-senyawa Ferro Sulfat dan asam belerang.
FeS2 + 8H2O + FO = FeSO4 + 7H2O + H2SO4
Bila batu-batu unhydrous menjadi subjek dalam suatu pelapukan kimia, mereka
kadang-kadang mengikat air dan berkembang menjadi senyawa hidrat. Dengan cara
seperti itu, anhidrat mengubah Gypsum (CaSO4 + 2H2O = CaSO4 . 2H2O), dan besi
menjadi Limonite (2Fe2O3 + 3H2O = 2Fe2O . 3H2O). Transformasi-transformasi ini
sangat sering terjadi di alam. Sodium Karbonat, Potassium Karbonat, Alkalin Sulfat,
larutan-larutan silica yang melarut dengan cepat dalam air, juga terbentuk akibat
pelapukan kimia. Dengan berpenetrasi ke dalam produk-produk pelapukan, air
atmosfer (hujan, salju yang mencair) melarutkan dan membawa mereka ke dalam
lapisan-lapisan permukaan tanah. Produk-produk pelapukan yang tidak melarut
seperti tanah liat, pasir, rockwaste, gruss, dan lain-lain tetap tinggal di permukaan.

Sedimentasi
Sedimentasi ini terjadi melalui proses pengendapan material yang ditransport
oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di
mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (And dunes) yang terdapat di gurun
dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh
angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti tanah hasil pelapukan secara
berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di
permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau
digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa
mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat
hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. pengendapan material tanah yang
telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi.

2.4.3 Klasifikasi Tanah dan Pemanfaatan Untuk Bangunan Air


Klasifikasi tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan lategorisasi tanah berdasarkan
karakteristik yang membedakan masing-masing jenis tanah. Klasifikasi tanah merupakan
sebuah subjek yang dinamis yang mempelajari struktur dari sistem klasifikasi tanah,
definisi dari kelas-kelas yang digunakan untuk penggolongan tanah, kriteria yang
menentukan penggolongan tanah, hingga penerapannya di lapangan. Tanah sendiri dapat
dipandang sebagai material maupun sumber daya.
Klasifikasi keteknikan yang paling banyak digunakan adalah klasifikasi Unified Soil
Classification (USCS). Klasifikasi USCS memiliki tiga kelompok utama, yaitu tanah
dengan ukuran partikel kasar (mengandun pasir dan kerikil), partikel halus (tanah lempung
dan liat), dan tanah dengan kadar organik tinggi (missal tanah gambut). Sistem tanah untuk
keteknikan lainnya yaitu AASHTO Soil Classification System dan the Modified Burmister
dan USDA.

Klasifikasi USCS
Metode klasifikasi tanah dengan menggunakan USCS (Unified Soil Classification)
merupakan metode klasifikasi tanah yang cukup banyak digunakan dalam bidang
geoteknik. Klasifikasi ini diusulkan oleh A. Cassagrande pada tahun 1942 dan direvisi
pada tahun 1952 oleh The Corps of ENgeneers and The US Bureau of Reclamation.
Pada prinsipnya menurut metode ini, ada 2 pembagian jenis tanah yaitu tanah berbutir
kasar (kerikil dan pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung). Tanah digolongkan
dalam butiran kasar jika lebih dari 50% tertahan di atas saringan no. 200. Sementara itu
tanah digolongkan berbutir halus jika lebih dari 50% lolos dari saringan no. 200. Beberapa
simbol berikut ini sering digunakan dalam klasifikasi metode USCS.
a. jenis tanah:
G : gravel (kerikil)
S : sand (pasir)
M : silt (lanau)
C : clay (lempung)
b. jenis gradasi:
W : well graded (bergradasi baik)
P : poorly graded (bergradasi buruk)
c. konsistensi plasititas:
H : high plasticity (plastisitas tinggi)
L : low plasticity (plastisitas rendah)
Klasifikasi USDA
Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal
dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi ini menggunakan tabel
dengan persentase lempung, lanau dan pasir yang di tentukan dengan segitiga tekstur tanah
berikut ini:

Gambar 2.7. Tabel USDA

Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan
jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar (subgrade). Karena sistem ini ditujukan
untuk pekerjaan jalan tersebut,maka penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus
dipertimbangkan terhadap maksud aslinya.
Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 Sampai dengan A-7.
Tanah yang terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan tanah
granuler yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang
lolos saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6, dan
A-7.
Tanah-tanah dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tanah lanau dan lempung.
Sistem klasifikasi menurut AASHTO didasarkan pada kriteria sebagai berikut ini:
1. Ukuran partikel :
a) Kerikil : fraksi yang lolos saringan ukuran 75 mm (3 in) dan tertahan pada
saringan No. 10.
b) Pasir : fraksi yang lolos saringan No. 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan
No. 200 (0,075 mm).
c) Lanau dan lempung : fraksi yang lolos saringan No. 200.
2. Plastisitas :
tanah berbutir halus digolongkan lanau bila memiliki indek plastisitas, PI ≤
10, dan dikategorikan sebagai lempung bila mempunyai indek plastisitas, PI ≥ 11.

Tanah memiliki banyak kegunaan juga pada bidang konstruksi bangunan. Baik secara
mentah ataupun olahan. Berikut ini beberapa kegunaan tanah di bidang konstruksi
bangunan.

Bahan tanah tanpa diolah


Yang dimaksud dengan bahan tanah tanpa diolah merupakan tanah dalam keadaan
asli, yang digunakan sebagai bahan urugan maupun campuran mortar atau perekat, sebagai
contoh adalah pasir yang merupakan tanah dengan butiran yang kasar, pasir merupakan
bahan yang digunakan langsung menjadi bahan urugan. Sedangkan sebagai bahan yang
melalui proses dicampur dengan bahan lain, misalnya dicampur dengan PC, semen merah
atau kapur, campuran tersebut akan menjadi spesi atau bahan perekat.

Bahan tanah yang diolah


Bahan yang diolah adalah bahan tanah yang digunakan sebagai bahan bangunan, yang
memerlukan proses lanjutan dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhannya. Tanah jenis ini
umumnya merupakan tanah lempung, di mana lempung dalam keadaan aslinya dengan
atau tanpa bahan tambahan perlu diproses. Karena sifat muai susutnya yang besar,
sehingga tidak dapat langsung digunakan dalam keadaan aslinya.

Contoh dari bahan ini merupakan :


 Bata merah
Bata merah adalah bahan bangunan yang digunakan sebagai bahan dinding
bangunan. Proses pembuatannya adalah proses sederhana yang dikerjakan secara
tradisional dari tanah liat yang dicampur dengan air, kemudian dicetak menjadi
bentuk yang diinginkan setelah dijemur di panas matahari sampai kering. Setelah
kering bata merah dibakar pada suhu yang tinggi, sehingga menjadi keras. Tingkat
kekerasan bata merah ini tergantung dari proses pembakarannya.
Pada pembuatan bata merah di pabrik proses yang dilaksanakan berbeda
dengan cara tradisional. Di pabrik tanah liat digiling kemudian dimasukkan ke
dalam alat dicampur (ekstruder). Di dalam ekstruder tanah liat dicampur dengan
air, hingga menjadi suatu bahan yang liat.
Bahan campuran yang ada di dalam ekstruder ditekan, setelah keluar akan
berbentuk balok-balok tanah liat dengan ukuran lebar tertentu, selanjutnya balok-
balok tersebut dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
Balok-balok tanah liat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ruang untuk
diangin-anginkan atau dilakukan pengeringan dengan udara. Setelah kering udara
bata matahari. Pengeringan terakhir dilakukan dengan menggunakan tungku
pengering. Hasil proses dari tungku ini merupakan bata merah yang kering. Keras
dengan bentuk yang bagus, yang akhirnya dikemas, siap untuk dijual. Bata merah
produksi tradisional teksturnya kasar, kepadatannya tidak rata, ukuran
 Genteng
Genteng dalam bangunan digunakan sebagai penutup atap, dalam buku
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982, ada beberapa
macam genteng, yaitu genteng dari bahan beton, keramik, kaca, bambu dan tanah.
Genteng tanah merupakan tanah liat yang diproses seperti pembuatan bata merah,
sehingga menjadi bahan yang keras dan tidak tembus.
 Keramik
Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982 dan
dalam buku “Bahan Bangunan”. Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, ME, (1995).,
keramik merupakan tanah liat murni yang dicampur dengan kaolin, serisit, silikat
(kuarsa, felspar) bahan-bahan tersebut dan seterusnya diaduk dengan ditambahkan
air menjadi campuran.
Selanjutnya campuran-campuran dicetak sesuai dengan bentuk yang
dikehendaki. Setelah kering udara dibakar pada suhu yang tinggi sehingga menjadi
produk setengah jadi.
Kemudian diglazzur dengan bahan pemoles, hingga menjadi produk jadi.
Dalam proses pembakaran, bahan campuran tersebut akan bereaksi satu sama lain,
sehingga menjadi bahan yang keras, licin dan bersifat sebagai isolator. Pemanfaatan
bahan keramik antara lain: ubin, pelapis dinding, genteng, isolator dan lain-lain.

 Pipa tanah liat


Pipa tanah liat umumnya digunakan untuk saluran pembuangan air kotor
berupa pipa lurus atau yang berbentuk leher angsa. Yang dibuat dari tanah liat
dibakar seperti proses pembuatan bata merah.

2.5 Proses Geologi


2.5.1 Gerakan Tanah
Gerakan tanah dibagi menjadi 6 tipe, antara lain:
Runtuhan
Runtuhan merupakan gerakan tanah yang disebabkan keruntuhan tarik yang diikuti
dengan tipe gerakan jatuh bebas akibat gravitasi. Pada tipe runtuhan ini massa tanah atau
batuan lepas dari suatu lereng atau tebing curam dengan sedikit atau tanpa terjadi
pergeseran (tanpa bidang longsoran) kemudian meluncur sebagian besar di udara seperti
jatuh bebas, loncat atau menggelundung. Runtuhan batuan adalah runtuhan massa batuan
yang lepas dari batuan induknya. Runtuhan bahan rombakan adalah runtuhan yang terdiri
dari fragmen-fragmen lepas sebelum runtuh. Termasuk pada tipe runtuhan ini adalah
runtuhan kerikil (ukuran kurang dari 20 mm), runtuhan kerakal (ukuran dari 20 mm - 200
mm), dan runtuhan bongkah (ukuran lebih dari 200 mm).

Jungkiran
Jungkiran adalah jenis gerakan memutar ke depan dari satu atau beberapa blok
tanah/batuan terhadap titik pusat putaran di bawah massa batuan oleh gaya gravitasi dan
atau gaya dorong dari massa batuan di belakangnya atau gaya yang ditimbulkan oleh
tekanan air yang mengisi rekahan batuan. Jungkiran ini biasanya terjadi pada tebing-tebing
yang curam dan tidak mempunyai bidang longsoran.
Longsoran
Longsoran adalah gerakan yang terdiri dari regangan geser dan perpindahan sepanjang
bidang longsoran di mana massa berpindah melongsor dari tempat semula dan terpisah dari
massa tanah yang mantap.
Penyebaran Lateral
Penyebaran lateral adalah gerakan menyebar ke arab lateral yang ditimbulkan oleh
retak geser atau retak tarik. Tipe gerakan ini dapat terjadi pada batuan ataupun tanah.
Aliran adalah jenis gerakan tanah di mana kuat geser tanah kecil sekali atau boleh
dikatakan tidak ada, dan material yang bergerak berupa material kental. Termasuk dalam
tipe ini adalah gerakan yang lambat, berupa rayapan pada massa tanah plastis yang
menimbulkan retakan tarik tanpa bidang longsoran.

Majemuk
Majemuk merupakan gabungan dua atau lebih tipe gerakan tanah seperti diterangkan
di atas.

2.5.2 Proses Endogenik dan Teori Tektonik Lempeng


2.5.2.1 Teori Tektonik Lempeng
Teori Tektonik Lempeng pada dasarnya adalah suatu teori yang menjelaskan
mengenai sifat-sifat bumi yang dinamis yang disebabkan oleh gaya yang berasal dari
dalam bumi. Konsep dari Teori Tektonik Lempeng adalah lapisan kerak Bumi (litosfer)
terbagi menjadi beberapa lempeng mayor (lempeng besar) dan lempeng minor (lempeng
kecil).

Tabel 2.1 Lempeng Mayor dan Lempeng Minor


Lempeng Mayor Lempeng Minor
1) Lempeng Pasifik (Pasific plate) 1) Lempeng Nasca (Nasca plate)
2) Lempeng Eurasia (Eurasian plate) 2) Lempeng Arab (Arabian plate)
3) Lempeng India-Australia (Indian- 3) Lempeng Karibia (Caribian plate)
Australian plate) 4) Lempeng Philippines (Phillippines
4) Lempeng Afrika (African plate) plate)
5) Lempeng Amerika Utara (North 5) Lempeng Scotia (Scotia plate)
American plate) 6) Lempeng Cocos (Cocos plate)
6) Lempeng Amerika Selatan (South
American plate)
7) Lempeng Antartika (Antartic plate)
Gambar 2.8 Lempeng-Lempeng Utama Litosfer
Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan
lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling melewati.
1. Pergerakan lempeng saling mendekat
Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya
tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng
yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan
merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu, di belakang jalur
penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan
pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan
Lempeng IndoAustralia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api di Sumatra,
Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan Jawa. Batas
antar lempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan dan salah
satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct) disebut batas
konvergen atau batas lempeng destruktif.

1) Pergerakan lempeng saling menjauh.


Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan
peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang
membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak
terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang
baru. Proses ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan lempeng
ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra
Pasifik dan Benua Afrika. Batas antarlempeng yang saling menjauh hingga
mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau
batas lempeng konstruktif.

2) Pergerakan lempeng saling melewati


Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar
dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan
ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi
penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini
kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat
menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah
patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena Lempeng
Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke
arah utara.
2.5.2.2 Gempa
Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada
permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat
gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam bentuk
gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi
disebut gempa bumi.

2.5.2.3 Vulkanisme
Pengertian vulkanisme dalam Ilmu Geografi adalah suatu peristiwa yang
berkaitan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma adalah
campuran batu-batuan dalam keadaan cair serta sangat panas yang berada dalam
perut bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan
banyaknya gas yang terkandung didalamnya sehingga dapat terjadi retakan-
retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Magma dapat berbentuk gas padat
dan cair. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang
menyusup ke litosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas
kulit bumi bagian dalam dinamakan Intrusi Magma. sedangkan penyusupan
magma sampai keluar kepermukaan bumi disebut Ekstrusi Magma.
Intrusi Magma adalah " peristiwa menyusupnya magma diantara
lapisanbatu-batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi ". Intrusi magma
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) Intrusi Datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma yang menyusup
diantara dua lapisan batuan, mendatar dan paralel dengan lapisan batuan
tersebut.
2) Lakolit, yaitu magma yang menerobos diantara lapisan bumi paling atas.
Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
3) Gang (korok), yaitu batuan hasilintrusi magma yang menyusup dan
membeku disela-sela lipatan (korok).
4) Diaterma adalah lubang (pipa) diantara dapur magma dan kepundan
gunung berapi, bentuknya seperti silinder memanjang.
Ekstrusi Magma adalah " peristiwa penyusupan magma hingga keluar
permukaan bumi dan membentuk gunung api ". Hal ini terjadi bila tekanan gas
cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi. Ekstrusi magma dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1) Erupsi Linier, yaitu magma keluar melalui retakan pada kulit bumi,
berbentuk kerucut gunung api.
2) Erupsi Sentral, yaitu magma yang keluar melalui sebuah lubang
permukaan bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri.
3) Erupsi Areal, yaitu magma yang meleleh pada permukaan bumi karena
letak magma yang sangat dekat dengan permukaan bumi, sehingga
terbentuk kawah gunung berapi yang sangat luas.

2.5.2.4 Struktur Geologi


Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat
adanya kekuatan tektonik sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi. Di
samping itu, struktur geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk
deformasi tektonik .
Cabang geologi yang menjelaskan struktur geologi secara detail disebut
geologi struktur, dimana ilmu tersebut merupakan cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai bentuk arsitektur kulit bumi.
Kekuatan tektonik dan orogenik yang membentuk struktur geologi itu
berupa stress (tegangan). Berdasarkan keseragaman kekuatannya, stress
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Uniform stress (Confining Stress)
Uniform stress atau confining stress yaitu tegangan yang
menekan atau menarik dengan kekuatan yang sama dari atau
ke segala arah.

2) Differential Stress
Differential stress yaitu tegangan yang menekan atau
menarik dari atau ke satu arah saja dan bisa juga dari atau ke
segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang lebih
dominan.

Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung dapat dilakukan


melalui cara-cara berikut ini:
1) Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip,
2) Interprestasi peta topografi,yaitu dari penampakan gejala
penelusuran sungai,penelusuran morfologi dan garis kontur
serta pola garis konturnya,
3) Foto udara,
4) Pemboran, dan
5) Geofisika,yang didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh
batuan,yaitu dengan metode : Grafity, Geolektrik, Seismik,
dan Magnetik.

Umumnya struktur geologi terbentuk oleh differential stress. Dari aspek


arah kerjanya, ada 3 macam Differential stress, yaitu:
1) Compressional stress;
2) Tensional stress; dan
3) Shear stress.
Batuan bila mengalami gaya atau stress akan berubah atau mengalami
perubahan,dalam geologi struktur hal ini disebut deformasi. Tahapan-
tahapan deformasi adalah sebagai berikut :
1) Elastic Deformation (Deformasi sementara)
Deformasi sementara terjadi jika kerja stress tidak
melebihi batas elastis batuan. Begitu stress terhenti, maka
bentuk atau posisi batuan kembali seperti semula.

2) Ductile Deformation
Yaitu deformasi yang melampaui batas elastis batuan.
Mengakibatkan batuan berubah bentuk dan volume secara
permanen, sehingga bentuknya berlainan dengan bentuk
semula.

3) Fracture Deformation
Yaitu deformasi yang sangat melampaui batas elastis
batuan,sehingga mengakibatkan pecah.

Seperti diketahui,bumi terdiri dari berbagai bagian yang paling luar


(kerak bumi), tersusun oleh berbagai lapisan batuan. Kedudukan daripada
batuan-batuan tersebut pada setiap tempat tidaklah sama. Hal itu bergantung
dari kekuatan tektonik yang sangat mempengaruhiya.

Adanya gaya-gaya yang bekerja menyebabkan batuan terangkat dan


terlipat-lipat serta apabila terkena pelapukan dan erosi, maka batuan
tersebut akan menjadi tersingkap dipermukaan bumi.

1. Struktur Kekar (Joint)


Hampir tidak ada suatu singakapan di muka bumi ini yang
tuidak memperlihatkan gejala rekahan. Rekahan pada batuan bukan
merupakan gejala yang kebetulan. Umumnya hal ini terjadi akibat
hasil kekandasan akibat tegangan (stress), karena itu rekahan akan
mempunyai sifat-sifat yang menuruti hukum fisika.
Kekar adalah struktur rekahan dalam blok batuan di mana tidak
ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran (hanya retak saja),
umumnya terisi oleh sedimen setelah beberapa lama terjadinya
rekahan tersebut. Rekahan atau struktur kekar dapat terjadi pada
batuan beku dan batuan sedimen.
Pada batuan beku, kekar terjadi karena pembekuan magma
dengan sangat cepat (secara mendadak). Pada batuan sedimen, ekar
terjadi karena: (a) intrusi atau ekstrusi dan (b) pengaruh iklim atau
musim.
Dalam batuan sedimen umunya kekar juga dapat terbentuk
mulai dari saat pengendapan atau segera terbentuk setelah
pengendapannnya.dimana sedimen tersebut masih sedang mengeras.
Struktur kekar dapat berguna dalam memecahkan masalah
sebagai berikut:
1) Geologi Teknik;
2) Geologi Minyak, terutama dengan masalah cadangan dan
produksi minyak; serta
3) Geologi Pertambangan, yaitu dalam hal sistem
penambangan maupun pengarahan terhadap bentuk-bentuk
mineralisasi.

2. Struktur Sesar (Fault)


Sesar adalah suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang
berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Hal ini
terjadi apabila blok batuan yang dipisahkan oleh rekahan telah
bergeser sedemikian rupa hingga lapisan batuan sedimen pada blok
yang satu terputus atau terpisah dan tidak bersambungan lagi dengan
lapisan sediment pada blok yang lainnya. Ukuran panjang maupun
kedalaman sesar dapat berkisar antara beberapa sentimeter saja
sampai mencapai ratusan kilometer.
Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan gejala sesar
antara lain :
1) Bidang Sesar
Bidang sesar merupakan bidang rekahan pada batuan
yang telah mengalami pergeseran.

2) Bagian-bagian yang tersesarkan (tergeser)


Bagian ini terdiri dari hanging wall dan foot wall.
Hanging wall (atap sesar) adalah bongkahan patahan yang
berada dibagian atas bidang sesar. Sedangkan foot wall (alas
sesar) adalah bongkahan patahan yang berada dibagian
bawah bidang sesar.
3) Throw dan Heave
Throw, adalah jarak yang memisahkan lapisan atau vein
yang terpatahkan yang diukur pada sesar dalam bidang tegak
lurus padanya. Heave, adalah jarak horizontal yang diukur
normal (tegak lurus) pada sesar yang memisahkan bagian-
bagian dari lapisan yang terpatahkan.

Berdasarkan pada sifat geraknya, sesar dapat dibedakan menjadi


3 jenis yaitu :
1. Sesar Normal (Gravity Fault) yaitu gerak relatif Hanging
Wall turun terhadap Foot Wall. Disebut juga sebagai Sesar
Turun.
2. Sesar Naik (Reverse Fault),yaitu gerak relatif Hanging Wall
naik terhadap Foot Wall. Posisi Hanging Wall lebih tinggi
daripada Foot Wall. Namun jika Hanging Wall bergeser naik
hingga menutupi Foot Wall, maka sesar tersebut.
3. disebut Thrust Fault yang bergantung pada kuat stress
horizontal dan dip (kemiringan bidang sesar).
4. Sesar Mendatar (Horizontal Fault),yaitu gerak relative
mendatar pada bagian-bagian yang tersesarkan. Hanging
Wall dan Foot Wall bergeser Horizontal yang diakibatkan
oleh kerja shear stress.
Di samping itu juga terdapat sesar-sesar yang lain, di antaranya :
1) Strike Dip Fault, yaitu kombinasi antara sesar turun dan sesar
horizontal
2) Hing Fault, yaitu Sesar Rotasional

3. Lipatan (Folding)
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang
ditunjukkan oleh lengkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat
pengaruh suatu tegangan (gaya) yang bekerja pada batuan tersebut
yang umunya refleksi perlengkungannya ditunjukkan oleh perlapisan
pada batuan sedimen serta bisa juga pada foliasi batuan metamorf .
Secara umum,jenis-jenis lipatanyang terpenting adalah sebagai
berikut :
1) Antiklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang saling berlawanan,
2) Sinklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah
kemiringan yang menuju ke satu arah yang sama.
Beberapa defenisi tentang lipatan :
1) Sayap Lipatan, yaitu bagian sebelah menyebelah dari sisi
lipatan
2) Puncak Lipatan, yaitu titik atau garis yang tertinggi dari
sebuah lipatan
3) Bidang Sumbu Lipatan, yaitu suatu bidang yang memotong
lipatan, membagi sama besar sudut yang dibentuk oleh
lipatan tersebut.
4) Garis Sumbu Lipatan, yaitu perpotongan antara bidang
sumbu dengan bidang horizontal.
5) Jurus (Strike), yaitu arah dari garis horizontal dan merupakan
perpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan bidang
horizontal.
6) Kemiringan (Dip), yaitu sudut kemiringan yang tersebar dan
dibentuk oleh suatu bidang miring dengan bidang horizontal
dan diukur dengan tegak lurus dengannya.
2.5.3 Proses Eksogenik
Gaya eksogen adalah gaya yang dipengaruhi oleh energi matahari dan gaya tarik bumi
(gravitasi). Adapun proses proses yang dipengaruhi oleh gaya eksogen adalah pelapukan,
erosi, mass wasting dan sedimentasi.
Bentang alam eksogen adalah bentuk-bentuk bentang alam yang proses
pembentukannya/ genetikanya dikontrol oleh gaya eksogen. Bentang alam eksogen dikenal
juga sebagai bentang alam destruksional (destructional landforms). Proses eksogenik
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan pembentukannya.

2.5.3.1 Proses oleh Air Permukaan


Air yang jatuh ke atas permukaan bumi dapat memiliki beberapa kemungkinan. Ada
yang terkumpul dan menumpuk di permukaan lalu menyebabkan genangan, ada pula yang
terinfiltrasi ke tanah, ada yang kembali mengalami transpirasi, dan ada pula yang mengalir
sebagai limpasan. Masing masing dari air permukaan tersebut terjadi dalam jangka waktu
yang sangat panjang dan secara kumulatif akan mempengaruhi pembentukan permukaan
bumi sebagai berikut:
1. Proses Deluvial
Air yang mengalir menjadi limpasan secara berkala akan membentuk pola
aliran sungai. Dari aliran yang terjadi, endapan deluvial merupakan salah satu
pembentuk permukaan bumi. Komposisi unsur dalam lapisan-lapisan endapan
deluvial, warnanya, ketebalannya dan faktor-faktor lainnya tergantung kepada
ketinggian lereng, kecuraman, dan bobot kekerasan batu yang terkikis.
2. Erosi
Celah celah yang ada pada permukaan tanah, akan secara berkelanjutan dilalui
oleh aliran air, sehingga mengakibatkan erosi yang merupakan pembentuk
permukaan bumi akibat air permukaan.

2.5.3.2 Proses oleh Air Tanah


Air tanah disebabkan terutama oleh air permukaan yang mengalami infiltrasi. Air
tanah juga dapat berupa air dari danau, sumur, waduk yang mengalami rembesan. Air
tanah mengalir dengan pergerakan jauh lebih lambat daripada pergerakan air di atas
permukaan tanah dengan kecepatan geraknya rata-rata 0,5 – 1 meter per hari. Laju
kecepatannya bergantung pada ukuran pori-pori dalam lapisan batu-batu (laju geraknya
lebih cepat melalui lapisan batu-batu yang berpori besar), derajat kemiringan hidrolik dari
lapisan batu pembawa air, jarak yang ditempuh dan temperatur yang menentukan
kecairannya. Dalam lapisan tanah dan batu yang sulit diterobos air, air tanah memerlukan
waktu berbulan-bulan untuk mencapai jarak beberapa ratus meter. Air tanah dikenal
memiliki kandungan mineral yang tinggi sehingga probabilitas terjadinya endapan yang
merubah permukaan bumi tinggi.

2.5.3.3 Proses oleh Angin


Wilayah-wilayah yang curah hujan (presipitasi) tahunannya kecil umumnya jarang
tumbuh tumbuhan sehingga tanah dan batuan yang terdapat di wilayah tersebut tersingkap
dan hal ini menyebabkan tanah dan batuan yang ada dapat tererosi oleh angin dan terkena
sinar matahari secara langsung. Angin sebagai agent akan mengerosi partikel partikel yang
berukuran lempung, lanau dan pasir pada batuan dan tanah membentuk bentang alam yang
unik hasil pengendapan partkel partikel tersebut. Angin yang sangat kuat dapat mengerosi
dan mengangkut sedimen lebih banyak, partikel pasir halus dapat berpindah hingga ratusan
kilometer sedangkan partikel lempung dan lanau dapat dibawa hingga ribuan kilometer.

2.5.3.4 Proses oleh Gelombang Air Laut


Wilayah Pesisir adalah suatu wilayah yang berada pada batas antara daratan dan lautan
dan merupakan tempat pertemuan antara energi dinamis yang berasal dari daratan dan
lautan. Dengan demikian wilayah pesisir merupakan wilayah yang dipengaruhi oleh
proses-proses erosi, abrasi, sedimentasi, penurunan (submergence), dan pengangkatan
(emergence). Gelombang air laut juga merupakan salah satu faktor pembentukan
permukaan bumi. Pengikisan daratan oleh gelombang air laut membentuk wajah dari
perbatasan daratan dan lautan.

2.6 Penyelidikan Geologi Teknik


Terdapat beberapa cara melakukan penyelidikan geologi Teknik.

2.6.1 Penyelidikan Langsung


1. Pocket Penetrometer Test
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tanah, yaitu dengan cara
menekan atau menusukan alat penetrometer kedalam tanah, maka akan didapat
besaran kekuatan tanah dalam satuan kg/cm².
2. Uji Geser Baling
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan geser tanah lempung,
umumnya pada tanah lempung lunak dengan hasil yang diperoleh merupakan
nilai kekuatan geser dalam kondisi tidak terdrainase.

3. Uji Permeabilitas tanah


Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui koefisien permeabilitas tanah (k)
langsung di lapangan dengan media lubang bor. Metoda pengujian ada
beberapa cara, antara lain:
a. Pengujian Constan Head
b. Pengujian Falling Head
c. Pengujian Packer
d. Pengujian Lugeon
4. Point Load Test
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui/mengukur kekuatan batuan
dengan dengan bentuk tidak beraturan atau beraturan.
5. Schmidt Hammer Test
Pengujian untuk mengukur kekerasan batuan di lapangan. Hasil dari pengujian
tersebut, dimasukan dalam grafik kurva akan memberikan nilai kuat tekan
batuan.

2.6.2 Penyelidikan Tidak Langsung

2.6.2.1 Foto Udara dan Citra Penginderaan Jauh


Foto udara atau peta foto adalah peta foto yang diperoleh dari survei udara dengan
cara melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris
tertentu. Sebagai gambaran pada foto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto
miring, dan foto miring sekali. Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada
saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi, sedangkan
yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. Untuk
foto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang
digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf dalam Hazzir, 2011).
Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data
dan informasi tentang suatu obyek serta keadaan di sekitarnya melalui suatu proses
pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan).
Bedasarkan definisi tersebut, maka pekerjaan fotogrametri dapat dibagi menjadi Metric
fotogametri (Suatu pengukuran yang sangat teliti dengan hitungan-hitungannya untuk
menentukan ukuran dan bentuk suatu objek) dan Interpretasi fotogamentri (Kegiatan-
kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek).
Geometri foto udara pada dasarnya tidak akan selalu berada pada kondisi yang ideal
(tegak sempurna), hal tersebut dapat diakibatkan beberapa faktor:
a. Pergerakan wahana, adanya variasi tinggi terbang dan pergerakan rotasi dari
pesawat menyebabkan variasi bentuk objek.
b. Pergeseran relief, variasi tinggi permukaan tanah menyebabkan bentuk radial
dari objek-objek yang tinggi ekstrim seperti gedung tinggi, tiang listrik, dsb.
c. Foto udara miring, sumbu optik kamera membentuk sudut terhadap arah gaya
berat (tidak boleh lebih dari 3o),
d. Overlap dan Sidelap, besaran overlap dan sidelap (60% untuk overlap dan 30%
untuk sidelap) menyebabkan paralaks pada foto.
e. Crab & Drift, pengaruh angin yang mendorong badan pesawat menyebabkan
penyimpangan pemotretan dari rencana jalur terbang membuat variasi posisi
dan bisa menimbulkan gap.
Informasi tepi adalah sesuatu yang memiliki makna atau manfaat yang berada pada
tepi foto udara. Adapun informasi pada photo udara yang perlu diidentifikasi sebagai
informasi atau data awal dalam pelaksanaan pekerjaan photogrametri, dan yang termasuk
didalamnya adalah :
a. Fiducial mark : merupakan 4 tanda titik bidang focus kamera udara yang
kegunaannya untuk menentukan titik utama photo udara.yang merupakan titik
pusat exposure dan proyeksi.
b. Titik utama (principal point)merupakan titik pusat exposure dan proyeksi, dan
merupakan titik perpotongan antara 4 titik fiducial mark.
c. Nivo merupakan alat pendatar kamera udara yang terbuat dari cairan yang peka
terhadap getaran dan kemiringan.
d. Jam merupakan alat penentu waktu saat pemotretan.
e. Fokus merupakan panjang lensa saat pemotretan objek, bisa diamati pada
informasi tepi photo udara.
f. Tinggi terbang merupakan ketinggian penerbangan saat pemotretan dilakukan
alat pencatatnya dinamakan altimeter yang dapat dibaca pada informasi tepi
photo udara.
g. Arah utara merupakan arah utara yang ditunjukkan pada photo udara yang
penentuannya mengacu pada waktu pemotretan dan arah bayangan photo.
h. Skala merupakan besaran pembanding antara jarak pada photo dan di lapangan
yang penentuannya dengan cara nilai fokus kamera saat pemotretan (f) dibagi
dengan tinggi terbang (H) (Skala = f / H).
i. Skala Foto Udara adalah perbandingan jarak pada foto udara dengan jarak di
permukaan bumi
f
Penentuan skala=S=
H
Keterangan :
S : skala panjang fokus lensa
h : tinggi
f : nilai fokus kamera

Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan
fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-
kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto
merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan
identifikasi atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto
udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan
pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan.
Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh
informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang
Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi
foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi
foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah
satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat
pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Di dalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada
karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual
atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada
cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan
memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai
spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara
manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah
kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto
dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara.
Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :

a. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek
individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting
dalam pengenalan objek pada citrta foto.

b. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
c. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu
atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun
buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto
dalam mengenalinya.
d. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini
berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.
e. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam
interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar
untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
f. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan
oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali
secara individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk,
ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka
tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.

g. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat
dalam identifikasi.

2.6.2.2 Seismik
Metode seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran
respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian
direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan.
Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada
pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit.
Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang
mengukur pergerakan bumi.
Terdapat dua macam metoda dasar seismik yang sering digunakan, yaitu seismik refraksi
dan seismik refleksi.
a. Seismik refraksi
Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan sepanjang
formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi
pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik
waktu datang gelombang pertama seismik pada masing-masing geofon memberikan
informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari horison-horison geologi ini.
Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk
menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari bantalan
batuan cadas.
b. Seismik refleksi
Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk
melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali
ke permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip
dengan gema pada suatu muka tebing atau jurang.Metoda seismic repleksi banyak
dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa
ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-batas
formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis gelombang
yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan Gelombang Love.

2.6.2.3 Georadar
Geo-radar (Ground Penetration Radar = GPR) adalah merupakan salah satu metode
survey yang dingunakan untuk mendeteksi soil,bangunan dan kondisi bawah permukaan
dengan tingkat kedalama tertentu tanpa harus merusak / melakukan penggalian. Metode
georadar ini menggunakan analisa refleksi / pantulan dari gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan akibat dari perbedaan sifat / konstanta dielektrik benda-benda di bawah
permukaan.
Secara umum peralatan georadar terdiri dari dua komponen utama yaitu peralatan
pemancar gelombang radar (transmitter) dan peralatan penerima pantulan / refleksi
gelombang radar (tranceiver). Sistem yang digunakan adalah merupakan sistem aktif
dimana dilakukan ‘penembakan’ pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (pada interval
gelombang radar) untuk kemudian dilakukan perekaman intensitas gelombang radar yang
berhasil dipantulkan kembali. Pengukuran dan perekaman selisih waktu (Δt) ini kemudian
akan membentuk suatu pola penampang gelombang radar yang khas untuk tiap interval
meter kedalamannya. Pola-pola refleksi ini mencerminkan perbedaan nilai dielektrik massa
/ benda-benda yang terhadap gelombang radar yang mengenainya.
Jika suatu gelombang elektromagnet dipancarkan ke bawah permukaan tanah dan
mengenai suatu lapisan atau objek dengan suatu konstanta dielektrik berbeda, gelombang
elektromagnet tersebut akan dipantulkan kembali, yang diterima oleh antena receiver,
waktu dan besar gelombang elektromagnet direkam pada gambar.

2.6.2.4 Geolistrik
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah
permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan
tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical
constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat
menyimpan potensial dan lain-lain.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik. Metoda -
metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda yang dapat dimasukkan dalam
kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat dimasukkan kedalam kategori statis.
Salah satu keunikan lain dari metoda geolistrik adalah terpecah-pecaah menjadi bermacam-
macam aliran yang berbeda satu dengan yang lain.
Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda I) buatan
kedalam tanah melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda potensial (beda
V) pada elektroda lain. Hasil pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis bahan yang
dilalui oleh arus listrik dapat diketahui dengan Hukum Ohm yaitu :
V =I × R
R = tahanan (ohm/mohm),
V= beda potensial listrik (volt/mvolt)
I = beda arus listrik dalam amper/m amper).

2.6.2.5 Sondir
Tujuan sondir secara umum adalah untuk mengetahui kekuatan tanah tiap kedalaman
dan stratifikasi tanah secara pendekatan. Pada percobaan ini tidak ada contoh tanah yang di
ambil untuk uji labulaturium. Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan "keras"
(Hard Layer) dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Hasil Cone Penetration Test
disajikan dalam bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan friksi
selubung, kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan
pada tanah tersebut. Penyondiran ini dilaksanakan hingga mencapai lapisan tanah keras
dimana alat ini dilengkapi dengan Adhesion Jacket Cone type Bagemann yang dapat
mengukur nilai perlawanan konus (cone resistence) dan hambatan lekat (local friction)
secara langsung dilapangan. Pembacaan manometer dilakukan setiap interval 2.00 m.
dimana nilai perlawanan konus telah mencapai 250 kg/cm2 atau telah mencapai jumlah
hambatan lekat 2.50 ton (kapasitas alat). Hasil penyondiran disajikan dalam bentuk
diagram sondir yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman sondir dibawah muka
tanah dan besarnya nilai perlawanan konus (qc) serta jumlah hambatan pelekat (tf)

2.6.2.6 SPT
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau perlawanan tanah/batuan
terhadap penetrasi tabung SPT atau tabung baja sehingga akan diperoleh jumlah pukulan
untuk memasukan tabung SPT tersebut sedalam 30 cm ke dalam tanah yang masih belum
terganggu atau diperoleh nilai SPT (N). Dengan melihat pada nilai SPT akan dapat
diperkirakan kondisi batas tanah dan lapisan keras serta dapat dikorelasikan dengan sifat-
sifat maupun variasi tanah yang diuji. Hasil pengujian akan berguna dalam perencanaan
letak dan jenis pondasi.

2.7 Geohidrologi
2.7.1 Teori Dasar
Geohidrologi adalah ilmu yang memperlajari tentang distribusi dan pergerakan
air yang berada di bawah permukaan tanah. Geohidrologi mirip dengan hidrogeologi,
namun pada hidrogeologi lebih ditekankan pada aspek geologi.

Air Tanah adalah air (yang berasal dari air hujan) yang tersimpan pada rongga-
rongga (porosity/intencities) batuan atau tanah pada rongga jenuh yang
bergerak.  Rongga jenuh disebut juga saturated zone. Air Tanah bergerak dengan
kecepatan maksimum 10m/hari dankecepatan minimum 1m/hari. Secara umum berarti
ada airtanah yang bergerak lebih cepat dan lebih lambat dari 10m/hari dalam kondisi
tertentu. namun ada juga dalam suatu tempat yang airtanahnya tidak bergerak.
Kecepatan airtanah bergantung dari kemiringan lereng, jenis batuan, dan struktur
batuan. Tidak setiap batuan memiliki porositas, tergantung dari jenis batuannya.

Pengetahuan tentang airtanah telah diketahui sejak jaman dahulu, misalnya di


Persia telah ditemukan pembuatan qanat. Airtanah adalah sumber air yang berada
dibawah permukaan tanah pada di zona jenuh (zone of saturation) dengan tekanan
hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan udara.

2.7.2. Sifat Hidrolis Batuan


1) Porositas
Porositas merupakan perbandingan antara volume ruang natar butir
terhadap volume total batuan. Porositas tergantung pada kebundaran, sorting
dan kompaksi. Batuan dengan butir yang semakin membundar dan sorting yang
baik menyebabkan porositas yang besar, sedang kompaksi akan memperkecil
porositas.
2) Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan material batuan untuk mengalirkan
fluida (air). Batuan dengan porositas yang besar, mampu menyimpan air, tapi
belum tentu mampu mengalirkan air (permeabel), contohnya batu lempung.
Tapi sebaliknya batuan yang permeabel tentu mempunyai porositas.
Permeabilitas tergantung pada sifat cairan pori (viskositas), rasio ruang antar
butir, bentuk dan susunan pori batuan atau struktur tanah. Parameter
Permeabilitas ada dua :
 Konduktivitas Hidrolik (K), satuan cm/s atau m/s. Nilai K tidak
konstan, tergantung pada media dan fluida (viskositas dan densitas
fluida yang tergantung pada tekanan dan temperatur)
 Permeabilitas Intrinsik (k), satuannya cm2 atau m2. Nilai k hanya
tergantung pada sifat fisik batuan/tanah.
Hubungan antara Konduktivitas Hidrolik (K) dengan Permeabilitas
Intrinsik (k) adalah :

k .γω
K=
μ

Dimana:
K = Konduktivitas Hidrolik (L/t)
k = Permeabilitas Intrinsik (L2)
= Berat unit cairanγω
(m/L3)
= Viskositas (m/L2)μ
3) Transmisivitas
Nilai permeabilitas tiap satu meter akifer, menggambarkan kemampuan
akifer untuk membawa air secara kuantitatif.
T=K.d
Dimana :
T = Transmissivitas
K = Konduktivitas Hidrolik
d = Tebal akuifer
4) Storativitas
Spesifik Lapangan (Sy) untuk unconfined aquifer atau volume air yang
dapat dikeluarkan dari akifer tertekan.
Dengan kata lain, Storativitas merupakan volume air yang dapat
dikeluarkan dari akifer per unit kemiringan permukaan potensial muka air tanah
per satu satuan luas akifer.

2.7.3 Akuifer
Akuifer adalah lapisan batuan dibawah permukaan tanah yang mengandung
air dan dapat dirembesi air. Akuifer adalah formasi geologi atau grup formasi yang
mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi
alaminya. Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa
air. Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui
dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah
lapisan pembawa air.
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air
tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau
kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable,
seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan
air disebut akuifer.
Suatu akuifer mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai penyimpan
laksana sebuah waduk dan sebagai penyalur air seperti jaringan pipa. Kedua fungsi
itu diemban oleh pori-pori atau rongga di dalam batuan akuifer itu. Dua sifat yang
berhubungan dengan fungsinya sebagai penyimpan adalah porositas (porosity) dan
hasil jenis (specific yield).
Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-
macam akifer sebagai berikut:
a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)
yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water
table (preatik level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan
hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer)
yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap
air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh
lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)
yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh
lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)
yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air,
sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada
lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan
demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan
aquifer semi tertekan.
Dari pengertian mengenai akuifer tersebut di atas, menurut Puradimaja (1993),
dilihat dari tipologinya di Indonesia, sistem akuifer memiliki lima tipologi sistem
akuifer, antara lain sebagai berikut:

1. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi. Sistem ini terjadi pada area gunung berapi
dimana lapisan pembawa air mulai dari permukaan gunung yang terdiri dari batuan
piroklastik yang turun ke bagian dalam gunung berapi menuju aliran lava dan
selanjutnya masuk kedalam batuan dasar gunung berapi;
2. Sistem Akuifer Endapan Aluvial. Sistem ini terdapat pada jenis tanah endapan
aluvial yang terdapat di sepanjang aliran sungai yang jenis tanahnya masih muda
dan belum terkonsolidasi dengan sempurna sehingga lapisan tanah ini dapat
mengalirkan air atau meresapkan air menuju permukaan dalam lapisan tanah;
3. Sistem Akuifer Batuan Sedimen. Sistem ini mengalami prosesnya pada lapisan
batuan sedimen yang memiliki ronga atau pori atau rekahan dan meneruskan air di
atas permukaan menuju ke bagian dalam atau bawah permukaan tanah;
4. Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf; dan
5. Sistem Akuifer Endapan Glasial.

2.7.4 Penyelidikan Geofisika untuk Eksplorasi Air Tanah


Salah satu upaya penting untuk mencari airtanah adalah memahami
keterdapatannya di dalam tanah. Dalam bahasa hidrogeologi upaya ini disebut
sebagai identifikasi geometri akifer. Upaya untuk mengidentifikasi geometri
akuifer merupakan suatu tahapan penting dalam eksplorasi. Metode yang dapat
digunakan guna identifikasi tersebut salahsatunya adalah dengan pendekatan
analisa sifat fisik bumi terhadap airtanah (Hidrogeofisika). Metode ini memiliki
bermacam cara. Tetapi yang saat ini populer di Indonesia adalah metoda
geolistrik. Metoda Geolistrik aslinya adalah salah satu metoda geofisika untuk
menyelidiki kondisi bawah permukaan, dengan mempelajari sifat aliran listrik
pada batuan dibawah permukaan bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di
permukaan bumi.
Penyelidikan geolistrik menyangkut pendeteksian besarnya medan
potensial, medan elektromagnet dan arus listrik yang mengalir di dalam bumi
baik secara alamiah (metoda pasif) maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi
(metoda aktif) dari permukaan. Ada beberapa cara yang digunakan antara lain:
1) Resistivitas (Tahanan Jenis)
2) Self Potensial (Potensial Diri)
3) Induced Polarization (IP)
4) Very Low Frequency (VLF)
5) Magnetotelluric
6) Arus Telluric (AT)
7) Elektromagnetik, dan lain-lain.
Aplikasi Geolistrik dalam eksplorasi Hidrogeologi digunakan untuk
mengidentifikasi muka air tanah, akuifer, intrusi air asin dan lain-lain. Tulisan
ini mencoba membahas mengenai salah satu metode yaitu metoda tahanan jenis
(resistivitas) yang saat ini di dalam masyarakat cenderung disebut sebagai
metode geolistrik. Dalam metoda resistivitas bumi, arus listrik searah, atau arus
listrik bolak-balik berfrekwensi rendah, dialirkan ke dalam bumi melalui
elektroda-elektroda arus, dan distribusi potensial yang dihasilkan diukur dengan
elektroda lainnya yang dinamakan elektroda pengukur atau elektroda potensial.
Setelah kita dapat nilai resistivitas lapisan dan ketebalannya dapat kita
interpretasikan jenis batuan.
Metode Geolistrik
Pada prinsipnya metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika untuk
menyelidiki kondisi bawah permukaan bumi, dengan cara mempelajari sifat
aliran listrik pada batuan dibawah permukaan bumi (Telford, 1982). Pada
eksplorasi Hidrogeologi adanya variasi nilai aliran listrik digunakan untuk
membedakan lapisan berdasarkan Variasi kedalaman dari lapisan akifer yang
berbeda (multi akifer), Perubahan horisontal dari lapisan akifer
(menebal/menipisnya suatu lapisan akifer), Ketidakmenerusan akifer akibat
perbedaan kondisi geologi setempat (intrusi, patahan, lensa), Ketebalan dari
lapisan akifer dan lapisan impermeabel, Nilai porositas dan permeabilitas suatu
lapisan, Derajat salinitas dari airtanah (kandungan garam dari airtanah).
Metode yang umum digunakan di Indonesia adalah electrical logging dan
metode tahanan jenis (resistivity), sedangkan metode geolistrik lainnya, seperti
metodepengukuran resistivity 2D dan 3D, VLF (Very Low Frequency),
Georadar, IP (Induced Polarization) dan magnetotelurik belum terlalu
berkembang dan lebih sering digunakan untuk suatu studi khusus, sebagai
contoh studi intrusi airlaut.
Electrical Logging
Electrical logging merupakan bagian daripada geofisika well logging.
Geofisika well logging (Guyot dan Sane, 1969) merupakan suatu teknik pengukuran
parameter fisika yang digunakan untuk menginterpretasi karakteristik batuan dan
kandungan fluida dalam batuan di dalam satu lubang bor. Dalam eksplorasi
hidrogeologi metoda ini selalu digunakan setelah tahapan kita membuat suatu sumur
bor, metoda ini digunakan untuk membuat konstruksi sumur bor dan penentuan
screen.
Elektrical logging sendiri terdiri dari : (1) Spontaneous Potential Logs (SP) dan
(2) Resistivity Logging. Metoda Geofisika Logging yang lainnya adalah Radioaktif
Logging (gamma,rey, neutron logging dan lain-lain), Caliper logging dan Temperature
Logging

2.8 Peta Topografi

2.8.1 Sejarah Pembuatan Peta

Peta adalah gambar sebagian atau keseluruhan permukaan bumi


dengan perbandingan tertentu. Peta tak ubahnya seperti denah. Yang
membedakan peta dengan denah adalah bahwa peta menggambarkan tempat
yang lebih luas sedangkan denah biasanya hanya menggambarkan lokasi yang
sempit, seperti misalnya denah sekolah.
Selain itu peta harus dibuat dengan perbandingan tertentu sedangkan
denah tidak. Perbandingan inilah yang disebut dengan skala. Pada denah,
pembuatannya tidak menggunakan skala, hanya kira-kira saja. Skala
mempunyai arti perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi. Peta dibuat dengan skala tertentu supaya dapat
menggambarkan keadaan di permukaan bumi dengan ukuran yang tepat. Pada
peta untuk menggambarkan obyek alam atau buatan yang ada di permukaan
bumi digunakan simbol.

Pada jaman dahulu orang mengembara tanpa arah tujuan. Saat itu
manusia belum mengenal semua bagian bumi. Para ilmuwan mengembara ke
berbagai tempat. Mereka mencoba menggambar rute perjalanan mereka
menjadi peta sederhana. Ketika peralatan semakin canggih, para ilmuwan bisa
memotret bumi dari atas dengan mudah. Selain dengan pesawat, satelit juga
bisa digunakan untuk memotret. Dari potret itu dibuatlah peta. Jalan, gang dan
daerah kecil yang sulit tertangkap oleh kamera dari pesawat terbang, dicatat
dan diukur langsung oleh petugas langsung di lapangan.

Permukaan bumi yang bulat bisa digambarkan di atas kertas yang datar.
Untuk melakukannya diperlukan proyeksi, yaitu memperkirakan jarak, arah,
dan bentuk. Dari semua cara tadi, akhirnya diperoleh sebuah peta yang
lengkap. Ada nama jalan, sungai, gunung, termasuk juga ketinggian dan
kedalaman suatu tempat.

Kumpulan peta yang dibukukan disebut Atlas. Ada pula peta yang dibuat
di permukaan bulat yang disebut dengan globe. Globe disebut juga dengan bola
dunia.

Secara historis, perkembangan peta topografi sebagian besar didorong


oleh kebutuhan militer. Saat ini, operasi taktis dan kegiatan tentara sedemikian
kompleks sehingga sangat penting bagi semua prajurit untuk dapat membaca
dan menafsirkan peta, agar dapat bergerak cepat dan efektif di medan perang.
Pengenalan medan dapat memberikan perbedaan nyata dalam medan
pertempuran. Kemampuan membaca peta sangat di butuhkan jika ingin
memenangkan pertempuran. Tidak hanya dalam medan pertempuran, hal ini
juga berlaku untuk keperluan sipil seperti berburu, menempuh rimba,
menyusur rawa, hiking, mendaki gunung, bukit atau penggunaan lainnya
dimana ketepatan navigasi darat diperlukan.

Kata topografi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu topos (lapangan) dan grafos (penjelasan dari lapangan). Sedangkan
pengertian dari peta adalah:

1) Gambaran suatu permukaan datar dari seluruh atau sebagian dari


permukaan bumi, untuk memperlihatkan kenampakan fisik atau
yang lainnya.
2) Gambaran konvensional dari permukaan bumi, yang diperkecil
kenampakannya seperti dilihat dari atas dengan tambahan tulilsan-
tulisan sebagai tanda.
3) Gambaran konvensional permukaan bumi dinyatakan dengan
simbol. Simbol ini bisa berupa:
a. Satu dimensional : titik, garis
b. Dua dimensional : bentuk-bentuk luas
c. Tiga dimensional : bentuk-bentuk isi
Jadi, peta topografi adalah peta dengan skala tertentu yang memuat
detail dengan lengkap, baik gambar jalan, batas kampung, hutan-hutan sampai
pada bentuk-bentuk tanah.

2.8.2 Pembuatan Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan penyebaran, bentuk


dan ukuran dari roman bumi (earth feature), yang meliputi:

a) Relief, yaitu beda tinggi dari suatu tempat dengan tempat lainnya
pada suatu daerah, dan juga curam landainya lereng-lereng yang ada.
Termasuk dalam pengertian ini adalah bentuk-bentuk : bukit,
lembah, dataran, tebing, gunung, pegunungan dan lain sebagainya.
b) Drainage, yaitu pola-pola pengaliran, termasuk di sini semua jalan-
jalan seperti sungai, danau, rawa-rawa, laut dan sebagainya.
c) Culture, yaitu semua bentuk-bentuk hasil karya manusia, seperti :
kota, desa, jalan raya, jalan KA, jalan setapak, batas administrasi
daerah dan sebagainya.
Dalam menggambar relief, dapat dipakai berbagai cara, antara lain:

a) Dengan Garis Kontur, yaitu dengan cara menghubungkan titik-titik


yang mempunyai ketinggian yang sama.
b) Garis Hachures yaitu dengan cara menghubungkan titik-titik yang
tinggi ke titik yang lebih rendah disekitarnya, dan ditarik searah
dengan lereng. Makin curam lerengnya, makin rapat garis yang
ditarik.
c) Pewarnaan yaitu dengan cara mewarnai daerah yang mempunyai
kisaran ketinggian tertentu.
d) Pembayangan
Yaitu dengan cara membuat bayangan dari tempat yang lebih tinggi.

Dari keempat macam penggambaran relief, yang paling baik adalah cara
garis kontur, karena selalu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Sebab dari cara
tersebut dapat ditentukan perhitungan besarnya ketinggian suatu tempat. Peta
yang menggambarkan garis kontur untuk menggambarkan relief disebut peta
topografi.

Beberapa unsur yang sebaiknya ada pada peta topografi, yaitu :

1. Skala.
Adalah perbandingan jarak antara dua titik pada peta
dengan jarak sebenarnya (dua titik di lapangan). Makin besar skala,
maka makin teliti dan detail yang diperhatikan. Jarak yang ada pada
peta adalah jarak horizontal, jarak yang sebenarnya harus
diperhatikan adalah jarak kelerengan.

Cara penggambaran skala :


a) Skala Fraksional, yaitu penggambaran dengan angka
pecahan. Misalnya : 1:50.000 dan 1:1.000.
b) Skala Grafis, yaitu penggambaran dengan sepotong
garis. Misalnya : 0 1/2 1 km
c) Skala Verbal, yaitu skala yang dinyatakan dalam satuan
jarak. Misalnya : 1 cm = 10 km, artinya 1 cm pada peta
sama dengan 10 km di lapangan.

2. Arah utara.
Pada setiap peta, harus diketahui arah utara. Dalam hal ini,
dikenal tiga macam arah utara, yaitu :

a) Arah Utara Magnetit (MN), yaitu arah utara yang


ditunjukkan oleh kompas.
b) Arah Utara Sebenarnya (TN), yaitu arah utara yang
sesuai dengan sumbu bumi/arah utara geografis.
c) Arah Utara Grid (GN), yaitu arah utara tepi peta.
Pada kebanyakan peta topografi, batas pinggiran peta (GN)
berimpit dengan arah utara yang sebenarnya (TN), dalam hal ini GN
= TN. Arah utara magnetit tidak pernah berimpit dengan arah utara
geografis, sehingga membentuk deklinasi magnetit yang biasanya
tergantung pada posisi geografis tempat yang bersangkutan dan
menurut waktu dalam musim yang berlainan. Untuk itu perlu
koreksi.

3. Legenda.

Adalah penjelasan mengenai tanda dan simbol yang


dipergunakan pada peta.

4. Indeks peta dan nomor lembar peta.


Yaitu pembagian wilayah suatu negara menjadi kotak-kotak
yang akan dibuat peta topografi. Setiap negara mempunyai aturan
tertentu. Pembagian menjadi kotak-kotak tersebut dikenal dengan
sistem QUODRALE. Dalam lembar peta topografi, tidak semua
indeks dicantumkan, tetapi pada peta dan indeks peta
disebelahnya. Hal ini berguna untuk mencari peta disebelahnya.

5. Judul peta.

Biasanya memakai daerah atau tempat atau pulau yang


digambarkan pada peta tersebut.

6. Coverage diagram.

Adalah diagram yang meunjukkan bagaimana peta yang


dibuat dan bagaimana cara memperoleh data. Kalau dalam satu
lembar peta dibuat dengan satu cara, maka biasanya hanya berupa
tulisan.

7. Indeks administrasi.

Adalah batas administrasi dari daerah yang dipetakan.

8. Edisi peta

Menunjukkan tahun pembuatan peta.

9. Lain-lain.

a). Grafik konversi ukuran panjang.


b). Glosari (istilah pada peta).

c). Sistem proyeksi yang dipakai.

d). Tergantung kepentingan.

Berikut ini merupakan hal yang diperhatikan dalam penggambaran:

Garis Kontur

Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta
topografi adalah informasi tentang tinggi (elevasi) suatu tempat
terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu
tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (). Garis
kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian
sama. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-
titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi
tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke
bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala
tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan
sesuai skala. 

Pengertian Kontur Topografi

Kontur topografi adalah garis khayal untuk menggambarkan


semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di
bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-
rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval
kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang
ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai
dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu
dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang
kontinyu (biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur
keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks,
dan digambarkan dengan garis yang lebih tebal. Kontur indeks
dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung
kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur diletakkan
pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar
terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).

Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm


sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat
berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang datar.
Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk
membedakan dengan kontur standar.

Gambar 2.8 Kontur Bantu, Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta
rupabumi skala 1:25.000

Sumber:
Bentuk Kontur

Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan


yang sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan
kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan
kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama
lain secara tetap, maka kemiringannya teratur.

Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:

- Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun


kontur berada, tetap akan bertemu kembali di titik awalnya.
Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu daerah
kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan
ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada
pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut
digambarkan dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur
akan masuk dan keluar dari simbol tersebut.
- Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka
bentuk lereng disebut konveks (cembung), dan memberikan
pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu merenggang,
maka disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan
pandangan yang panjang.
- Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak
terlalu rapat maka permukaan lapangannya merupakan
daerah yang undulasi (bergelombang).
- Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan
lereng yang patah-patah. Kontur-kontur yang halus
belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur
(tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada
umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya
proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan
detil-detil kecil (minor).

Gambar 2.8 Bentuk Kontur Berbagai kenampakan kontur

Gambar 2.9 Profil

Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B

Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur


adalah bukit dan lembah. Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup
berarti meskipun ada bangunan gedung, jalan, pemotongan pepohanan
(hutan atau perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk
permukaan lahan membutuhkan latihan, praktek dan pengalaman yang
memadai di lapangan.

Membuat Potongan Profil

Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A
dan B pada peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta
antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang
terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200
meter, dan yang terendah adalah 80 meter. Letakkan secarik kertas
dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A dan
titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong garis.
Berilah label angka tinggi

Gambar 2.10 Potongan Profil


Sumber:

Pemotongan Garis Kontur

Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar
dengan pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan
skala yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing
kontur yang dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter.
Buat sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala
tinggi sejajar sesuai dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-
tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus, memungkinkan untuk
membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di lembah dan di
puncak bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan memudahkan
penggambaran.

Gambar 2.1 Potongan Profil

Menentukan Gradien Jalan Pada Peta


Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu
gradien. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16,
artinya 2 unit vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama
kedua unit tersebut sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya
apapun satuan panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut
biasanya ditulis sebagai 2/16.

Gambar 2.12 Gradien

Kemiringan lereng atau slope (kadangkala gradient) dinyatakan


dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah mengalikan
perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu: 2/16 x 100% = 1,25%. Untuk
menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak
horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan
dalam unit yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika
interval kontur 10 meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur
yang berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya
antara dua kontur adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%. Untuk
menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di
mana dua kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah
seperti prosedur di atas.

Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama


terhadap beberapa interval kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti
kecuali ada kemiringan lereng yang konstan pada arah yang sama.

Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum


sepanjang suatu jalan tidak melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10
meter, maka jarak antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10
= 60 meter. Tandailah pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada
skala peta, interval kontur dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada
titik mana pun lebih pendek dari jarak yang ditentukan. Jika demikian
halnya maka gradiennya lebih terjal dari 1/6.

2.8.3 Simbol-Simbol

Pada peta topografi banyak digunakan simbol/ tanda untuk mewakili


bermacam-macam keadaan dilapangan. Penjelasan tanda/ simbol yang
pergunakan untuk dikelompokkan dan tercakup dalam legenda. Legenda ini
biasanya diletakkan pada bagian bawah peta. Contoh simbol adalah sebagai
berkut :

Gambar 2.13 Simbol-simbol


2.8.4 Profil dan Interprestasi

a. Kerangka horisontal
Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka
peta yang digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi
menjadi poligon terbuka dan tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka
horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah
diketahui koordinatnya. Dan poligon tertutup di bagi menjadi 2 yaitu, poligon
dengan sudut luar dan poligon dengan sudut luar.
Rumus-rumus yang harus dipenuhi :
1. Syarat sudut
Jumlah sudut dalam poligon : d = (n – 2) x 180o
Jumlah sudut luar poligon :  = (n + 2) x 180o
Dimana : n = jumlah titik poligon
= jumlah sudut poligon
2. Syarat sisi
Jumlah proyeksi pada sumbu y = (d sin ) = 0
Jumlah proyeksi pada sumbu x = (d cos ) = 0
3. Azimuth awal
Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau
azimuth kompas.
4. Menghitung azimuth masing-masing titik
Untuk poligon sudut dalam (n,n+1) = (n – 1, n) + 180o - d
Untuk poligon sudut luar (n,n+1) = (n – 1, n) + 180o - 
Dimana : n = nomor titik
 = azimuth
 = sudut luar/dalam poligon

Cara perhitungan poligon dilakukan menurut tetapan :


1. Menjumlahkan sudut dari sudut dalam atau luar yang diukur.
2. Menentukan besar penyimpangan () kemudian memberikan koreksi pada
tiap titik.
3. Menghitung sudut jurusan didasarkan pada sudut poligon yang telah
terkoreksi.
4. Menghitung proyeksi titik ke sumbu x dan y yaitu d sin  dan d cos 
5. Menentukan penyimpangan jumlah jarak proyeksi dan memberikan
koreksi pada tiap-tiap jarak tertentu
b. Kerangka vertikal
Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass. Pekerjaan
waterpassing atau pengukuran beda tinggi yaitu :
1. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat
2. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah memanjang.
Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam vertikal atau
jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Penampang
adalah tampang yang arahnya melintang. Pengukuran beda tinggi
diperlukan untuk menghitung volume galian dan timbunan tanah.
Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang
untuk ketinggian titik detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi
suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang
didapat nantinya akan digunakan sebagai data dalam pembuatan dan
penggambaran peta topografi.
Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan Metode
Menyipat Datar
Metode ini menggunakan waterpass sebagai alat ukurnya

HAB = BTA – BTB

HB = HA + HAB
Dimana:
HAB: beda tinggi antara titik A dan titik B
BT: Bacaan benang tengah
H: Ketinggian/elevasi

2. Metode Barometris
Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukurnya.
Metode ini memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat
yang akan dicari ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka
air laut rata-rata. Setelah ketinggian diketahui maka beda tinggi yang
diperoleh kurang akurat, karena tergantung dari suhu, kelembaban udara,
dan juga gaya tarik bumi.

Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi


lapangan, yaitu jangan terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu
jarang maka hasil peta situasi tidak akan mencerminkan kondisi yang
sebenarnya, namun jika terlalu rapat kurang efisien. Untuk daerah datar
cukup diambil beberapa titik saja tetapi untuk tanah bergelombang diambil
titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang kedalaman dan lebarnya.
Agar pengambilan titik detail lebih mudah, mengenai sasaran, maka titik
tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Semua jalan (meliputi : jalan raya, jalan kecil, dll)
b. Saluran-saluran air batas sungai, batas pantai
c. Jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll
d. Lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman
e. Kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll
f. Batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll
Pada setiap pengukuran suatu titik detail, perhitungan, jarak dan
beda tinggi dilakukan dengan cara tachimetri atau disesuaikan dengan
alat yang digunakan.

2.9 Peta Geologi


2.9.1 Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat
memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta
memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola
penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan
ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Banyak proyek yang harus didahului oleh penelitian geologis. Umumnya seorang ahli
geologi harus dapat berorientasi dan memahami pentingnya peta-peta yang membuat
berbagai fakta geologis. Yang menjadi dasar peta geologi adalah peta tofografi. Hubungan
antara tepi lapisan tanah dan tofografi dapat memberikan sebuah gambaran tentang
formasi-formasi tepi lapisan tersebut. Pada lapisan tanah horizontal, tepi lapisan pada peta
adalah sejajar dengan garis tinggi ( konturnya ). Pada lapisan yang terletak miring di
betulan perpotongan dengan lembah, tepi lapisan akan tampak seperti huruf “V” yang
menunjukkan arah kemiringannya. Pada lapisan tanah yang vertikal, jalannya tepi lapisan
tidak akan terpengaruh oleh konturnya.
Macam-macam peta geologi:
a. Peta geologi permukaan, atau peta rincian (surface geological map) memberikan
formasi geologi yang langsung terletak dibawah permukaan. Tetapi umumnya dasar
pelapukan tidak dicantumkan (peta yang ditutupi). Skalanya adalah 1:50.000 atau lebih
besar. Peta ini berguna dalam penentuan lokasi bahan bangunan (pasir dan kerikil),
drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang dan jalan, dan lain sebagainya.
b. Peta pengungkap (out crop map), pada umumnya berskala besar. Yang
dicantumkan hanyalah tempat di temukannya batuan padat, yang dapat memberikan
keterangan dari pemboran dan sebagainya beserta sifat batuan dan kondisi
strukturalnya. Peta ini digunakan untuk menentukan dimana misalnya material untuk
pecahan batu dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.
c. Peta ikhtisar geologi, umumnya berskala sedang atau kecil, 1:100.000 atau lebih
kecil. Peta ini tidak saja memberikan pengamatan langsung terhadap formasi-formasi
yang telah tersingkap, akan tetapi ada kalanya pula ekstrapolasi atas daerah-daerah
yang beberapa formasinya diliputi oleh lapisan holosen. Kadang agak skematis.
d. Peta struktur, berskala besar hingga sedang. Peta ini adalah peta dengan garis
kedalaman yang dikontruksikan pada permukaan lapisan tertentu, yang berada di tanah
bawah.
e. Peta isopach, berskala sedang hingga besar, disebut peta “foto geologi“. Pada
umumnya foto udara diambil vertikal ke bawah. Titik potong sumbu optik negatif
dalam kamera (yakni permukaan bumi dalam keadaan sebenarnya) disebut “titik
utama“, yaitu pusat proyeksi. Lewat pengimpitan foto-foto, terdapat kemungkinan
dilakukannya studi stereoskopik; antara lain paralaks, pengukuran selisih ketinggian,
dan pembuatan kontur.
Peta geologi selalu harus disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya melalui
pengukuran di lapangan. Penelitian lapangan dapat memberikan banyak petunjuk. Seorang
ahli geologis harus berusaha agar petunjuk-petunjuk ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya oleh para pemakai. Berbagai hasil pengukuran dan perhitungan dialihkan ke dalam
sejumlah tabel dan grafik. Pekerjaan tersebut dilengkapi dengan peta-peta dan profil-profil
geologi teknik, semua ini penting sekali, karena pada peta dan profil tersebut dapat
disajikan dengan baik berbagai faktor geologis yang terkait. Kita dapat membedakan dua
jenis peta geologi :
1. Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta
umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik
kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya.
2. Peta khusus, disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya
menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang
inginditampilkan. Dengan kata lain, yang ditampilkan berdasarkan tema tertentu.
2.9.2 Simbol-Simbol Peta Geologi
Berikut ini merupakan simbol-simbol yang digunakan dalam peta Geologi.
Gambar 2.14 Simbol-simbol dalam Peta Geologi
2.9.3 Pembuatan Profil Geologi dan Interpretasinya
Dalam penggambaran peta geologi, hanya 3 poin yang perlu diperhatikan
antara lain :
- Unsur geologi pada peta garis hijau menggunakan pena rapidograf
atau pensil HB oleh pemeta.
- Tebal garis mengikuti pedoman
-Format penggambaran sesuai ketentuan yang ada

Anda mungkin juga menyukai