Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KIMIA ANORGANIK

“LOGAM ALKALI TANAH”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Kimia Anorganik II

Dosen Pengampu:
Pangoloan Soleman Ritonga, S.Pd, M.Si

Oleh :
Anggun Delia Fitri (12110724360)
Jessica Leani (12110722210)
Laila Aisah (12110724860)
Sulistianingsih (11910723004)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUSKA RIAU
2023/1444
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas limpahan karunia-Nya yang
berupa kesehatan sehingga makalah yang berjudul “Logam Alkali Tanah”, dapat terselesaikan
tepat waktu, makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata Kimia Anorganik IIa.
Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sangat baik dari segi penulisan ataupun
penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya semoga makalah ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat
makalah ini penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 1 mei 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah...............................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
A. Sumber-Sumber Logam Alkali Tanah..............................................................................3
B. Ekstraksi Logam Alkali Tanah..........................................................................................4
C. Sifat Fisis dan Kimia Logam Alkali Tanah.......................................................................8
D. Penggunaan Logam Alkali Tanah.....................................................................................11
E. Karakteristik Senyawa Oksida, Peroksida Logam alkali Tanah.......................................11
F. Sintesis Hidroksida Garam-Garam Karbonat, Nitrat, Sulfat, Halida, dan Karbida dari
Logam Alkali Tanah..........................................................................................................14
G. Sifat-Sifat Hidroksida Garam-Garam Karbonat, Nitrat, Sulfat, Halida, dan Karbida dari
Logam Alkali Tanah..........................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................19
A. Kesimpulan.......................................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

ii
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Logam alkali tanah merupakan sebuah unsur atau senyawa yang terletak pada
golongan II A pada sistem periodik unsur. Logam alkali tanah memiliki 6 unsur yang
terdapat pada golongan II A diantaranya: Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca),
Stronsium (Sr), Barium (Ba) dan juga Radium (Ra). Disebut logam alkali karena
mempunyai sifat alkalin atau basa jika di reaksian dengan air. Logam alkali tanah ini juga
dapat membentuk bas, tetapi lebih lemah apabila dibandingkan dengan jenis logam alkali
lainya.
Selain itu, logam alkali tanah juga sukar larut dalam ai. Unsur logam golongan II
A ini umumnya dapat ditemukan di dalam tanah berupa senyawa yang tidak larut.Hal
itulah yang menyebabkan logam golongan ini disebut dengan logam alkali tanah. Unsur
alkali tanah ini memiliki reaktifitas yang tinggi, sehingga tidak ditemukan dalam bentuk
monoatomik, Jika yang pada baris sebelumnya dikatakan bahwa unsur logam ini sukar
beraksi dengan air, maka dijelaskan kembali bahwasanya logam ini mudah untuk
bereaksi dengan oksigen dan logam murni yang berada di udara dan akan membentuk
lapisan luar pada oksigen.
Setiap logam memiliki konfigurasi elektron sama seperti gas mulia atau golongan
VIII A setelah ditambah dengan 2 elektron pada lapisan kulit 5 paling luar. Ikatan yang
dimiliki kebanyakan senyawa logam alkali tanah adalah ikatan ionik, sebab elektron yang
paling luarnya Tah siap untuk di lepaskan agar elektron tersebut berada pada keadaan
stabil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sumber-sumber logam alkali tanah?
2. Bagaimana proses ekstraksi logam alkali tanah
3. Apa saja sifat fisis dan kimia logam alkali tanah?
4. Bagaimana penggunaan dari logam alkali tanah?
5. Apa saja karakteristik logam alkali tanah?
6. Bagaimana sintesis hidroksida garam-garam karbonat, nitrat, sulfat, halida,dan
karbida dari logam alkali tanah?

1
7. Bagaimana sifat hidroksida garam- garam karbonat, nitrat, sulfat, halida,dan karbida
dari logam alkali tanah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui sumber-sumber logam alkali tanah
2. Untuk mengetahui proses ekstraksi logam alkali tanah
3. Untuk mengetahui sifat fisis dan kimia logam alkali tanah
4. Untuk mengetahui penggunaan dari logam alkali tanah
5. Untuk mengetahui karakteristik logam alkali tanah
6. Untuk mengetahui sintesis hidroksida garam-garam karbonat, nitrat, sulfat, halida,dan
karbida dari logam alkali tanah
7. Untuk mengetahui sifat hidroksida garam- garam karbonat, nitrat, sulfat, halida,dan
karbida dari logam alkali tanah

2
PEMBAHASAN

A. Sumber-Sumber Logam Alkali Tanah


Sumber utama mineral berilium adalah mineral beril, yang terdiri dari silikat berilium,
aluminium, dan unsur silikon. Berilium juga dapat ditemukan dalam beberapa mineral lain,
seperti fenakit dan bertrandit, tetapi mineral beril adalah sumber utama karena mengandung
kadar berilium yang lebih tinggi.
Mineral beril biasanya ditemukan dalam batuan granitik dan pegmatit, serta dalam endapan
alluvial dan sedimentasi laut. Negara-negara yang memiliki deposit mineral berilium terbesar
antara lain Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Kazakstan, dan China.
Penggunaan utama berilium adalah dalam industri nuklir, di mana logam berilium digunakan
sebagai reflektor neutron di reaktor nuklir. Berilium juga digunakan dalam pembuatan komponen
pesawat terbang, peralatan telekomunikasi, dan peralatan militer, karena sifatnya yang ringan,
tahan korosi, dan memiliki konduktivitas panas dan listrik yang baik. Namun, berilium dapat
beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia jika terhirup dalam jumlah yang cukup besar.
Oleh karena itu, penggunaannya harus diatur dan diawasi dengan ketat.
Sumber mineral utama logam magnesium adalah mineral dolomit dan magnesit. Dolomit
adalah batuan sedimen yang mengandung magnesium karbonat dan kalsium karbonat. Magnesit
adalah mineral karbonat yang terbentuk dari magnesium. Kedua mineral ini merupakan sumber
utama dari magnesium di alam dan biasanya ditambang secara terpisah atau dalam kombinasi
dengan logam lainnya seperti besi dan tembaga. Selain itu, magnesium juga dapat ditemukan
dalam bentuk mineral seperti brucite, karnalit, dan bischofit, meskipun tidak sebanyak dolomit
dan magnesit.
Sumber mineral utama logam kalsium adalah batu kapur (calcium carbonate). Kalsium juga
dapat ditemukan dalam mineral seperti gipsum (calcium sulfate) dan fluorit (calcium fluoride),
namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan batu kapur. Selain itu, kalsium juga dapat
ditemukan dalam beberapa jenis mineral lainnya seperti apatit, dolomit, dan feldspar. Namun,
konsentrasi kalsium di dalam mineral tersebut biasanya lebih rendah dibandingkan dengan batu
kapur.

3
Sumber mineral utama logam stronsium adalah mineral celestine (SrSO4) dan strontianite
(SrCO3). Kedua mineral ini mengandung stronsium dalam bentuk senyawa dan ditemukan di
deposit bijih stronsium di seluruh dunia.
Sumber utama logam barium adalah mineral barit atau barium sulfat (BaSO4). Barit
ditemukan di seluruh dunia, terutama di deposito hidrotermal, endapan sedimen laut dalam, dan
batuan metamorfik. Negara-negara produsen utama barit meliputi Cina, India, Maroko, Amerika
Serikat, Turki, dan Meksiko. Setelah diekstraksi dari tambang, barit kemudian dihancurkan,
digiling, dan dimurnikan menjadi logam barium. (Lingjun, 2020)
Radium adalah logam berat yang sangat jarang ditemukan di alam. Radium terbentuk melalui
peluruhan radioaktif uranium atau thorium yang terdapat di batuan dan tanah. Oleh karena itu,
sumber mineral utama logam radium adalah bijih uranium atau thorium.
Namun, karena radioaktivitas tinggi dari radium, pengambilan dan pengolahan bijih uranium
dan thorium dapat sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Karena itu,
pengambilan radium dari bijih uranium dan thorium saat ini sangat terbatas dan hanya dilakukan
dalam kondisi yang sangat terkontrol dan aman.
Sebagian besar radium yang digunakan saat ini berasal dari limbah nuklir yang dihasilkan
oleh reaktor nuklir dan pusat pengolahan nuklir. Radium juga dapat ditemukan dalam jumlah
kecil di beberapa mineral seperti uraninit, kasiterit, dan wolframit. Namun, pengambilan radium
dari mineral-mineral tersebut tidak ekonomis dan sulit dilakukan.

B. Proses Ekstraksi Logam Alkali Tanah


Ekstraksi logam alkali tanah merupakan proses pemisahan logam alkali tanah dari mineral
alaminya. Berikut langkah-langkah ekstraksi logam alkali tanah (berellium, magnesium, kalsium,
stronsium, barium, radium:
Proses ekstraksi logam berilium dari mineralnya: (Elnagli, 2021)
1. Penghancuran dan Penggilingan: Mineral beril dimasukkan ke dalam mesin penghancur
dan penggilingan untuk dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil.
2. Pengapungan: Setelah dihancurkan, mineral beril dicampur dengan air dan bahan kimia
tertentu seperti penstabil busa dan pengumpul mineral untuk membentuk campuran yang
homogen. Kemudian campuran ini dihembuskan dengan udara untuk membentuk

4
gelembung busa yang memungkinkan mineral beril terapung di permukaan, sedangkan
mineral lain tenggelam ke dasar.
3. Pengeringan: Mineral beril yang telah diapungkan kemudian dipindahkan ke tempat
kering dan diangin-anginkan sampai kadar airnya rendah.
4. Pemurnian: Mineral beril yang sudah dikeringkan kemudian diproses lebih lanjut untuk
memisahkan logam berilium dari mineral lainnya. Proses pemurnian yang paling umum
digunakan adalah elektrolisis, di mana elektroda dari logam murni berilium dimasukkan
ke dalam campuran mineral dan dioperasikan menggunakan arus listrik sehingga logam
berilium terpisah dari mineral lainnya dan menempel pada elektroda.
5. Peleburan: Setelah dipisahkan, logam berilium kemudian dilebur untuk membentuk
logam murni yang siap digunakan.

Proses ekstraksi logam magnesium dari mineralnya melibatkan beberapa langkah berikut:
1. Pengolahan Bijih: Bijih magnesium diekstraksi dari sumber alaminya seperti dolomit,
magnesit, atau mineral lainnya. Bijih ini harus dihancurkan, digiling, dan disaring untuk
menghilangkan kotoran dan bahan lain yang tidak diinginkan.
2. Pengolahan Bijih: Bijih magnesium kemudian diolah dengan bahan kimia tertentu seperti
klorin atau asam sulfat untuk menghasilkan magnesium klorida atau magnesium sulfat.
3. Elektrolisis: Magnesium klorida atau magnesium sulfat dicairkan dan kemudian
dielektrolisis dalam sebuah sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari dua elektroda:
katoda (negative) dan anoda (positive). Magnesium akan terbentuk pada katoda,
sementara gas klorin atau gas hidrogen akan terbentuk pada anoda.
4. Penyulingan: Magnesium yang dihasilkan selama proses elektrolisis memiliki kemurnian
yang rendah dan masih mengandung beberapa unsur lain. Oleh karena itu, magnesium
harus disuling dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan kontaminan dan
meningkatkan kemurniannya.
5. Pencetakan: Setelah magnesium disuling, itu dicetak menjadi bentuk yang diinginkan
seperti blok atau batang.

Proses ekstraksi logam kalsium dari mineralnya dapat dilakukan melalui proses elektrolisis atau
reduksi dengan menggunakan karbon.

5
Proses Elektrolisis:
1. Pertama-tama, mineral kalsium seperti batu kapur (CaCO3) dipecahkan menjadi partikel-
partikel kecil.
2. Kemudian partikel-partikel kalsium dicampurkan dengan bahan kimia penghantar arus
listrik yang disebut elektrolit.
3. Campuran mineral kalsium dan elektrolit dimasukkan ke dalam sebuah tangki
elektrolisis.
4. Di dalam tangki elektrolisis, elektroda positif (anoda) terbuat dari logam kalsium dan
elektroda negatif (katoda) terbuat dari logam yang tidak bereaksi dengan elektrolit.
5. Ketika arus listrik dialirkan melalui elektrolit, ion kalsium (Ca2+) di tarik ke elektroda
negatif (katoda) dan bereaksi dengan elektron untuk membentuk logam kalsium.
6. Logam kalsium yang terbentuk kemudian dipisahkan dari elektroda dan disaring untuk
menghilangkan sisa elektrolit yang masih menempel.
Proses Reduksi dengan Karbon:
1. Mineral kalsium seperti batu kapur (CaCO3) dicampurkan dengan karbon dalam bentuk
kokas.
2. Campuran mineral kalsium dan karbon dimasukkan ke dalam tungku reduksi yang
dipanaskan hingga suhu tinggi.
3. Karbon bereaksi dengan oksigen dalam mineral kalsium, membentuk karbon monoksida
(CO) dan gas buangan lainnya.
4. Karbon monoksida yang terbentuk kemudian bereaksi dengan mineral kalsium untuk
membentuk logam kalsium dan gas karbon dioksida (CO2).
5. Logam kalsium yang terbentuk kemudian dipisahkan dari sisa-sisa kokas dan gas
buangan lainnya dengan cara disaring dan diproses lebih lanjut.

Proses ekstraksi stronsium dari mineralnya melibatkan beberapa tahapan, antara lain:
1. Penghancuran: Mineral stronsium dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil dengan
menggunakan alat penghancur seperti jaw crusher atau hammer mill.
2. Pemisahan: Setelah penghancuran, mineral dipisahkan dari bahan pengotor lainnya
dengan menggunakan teknik pemisahan seperti flotasi atau pemisahan gravitasi.

6
3. Leaching: Mineral yang telah dipisahkan kemudian direndam dalam larutan kimia yang
mengandung asam atau basa. Larutan ini akan membantu mengeluarkan stronsium dari
mineral dan membentuk senyawa terlarut yang dapat diambil.
4. Pemurnian: Larutan yang mengandung stronsium kemudian dipurnakan dengan
menggunakan teknik seperti presipitasi atau pertukaran ion untuk menghilangkan
pengotor lainnya dan memisahkan stronsium dari senyawa lainnya.
5. Pemisahan akhir: Setelah pemurnian, stronsium dapat dipisahkan dari larutan dan
dihasilkan dalam bentuk padatan atau larutan yang siap untuk diproses lebih lanjut.

Proses ektraksi logam barium dari mineralnya melibatkan beberapa tahapan, antara lain:
1. Pemisahan mineral: Mineral yang mengandung barium harus dipisahkan dari mineral lain
dalam bijih. Pemisahan ini biasanya dilakukan dengan teknik seperti flotasi atau
pemisahan magnetik.
2. Penggilingan dan penghancuran: Mineral yang dipisahkan kemudian digiling dan
dihancurkan menjadi partikel yang lebih kecil untuk memudahkan proses ekstraksi.
3. Pelarutan: Partikel bijih yang sudah dihancurkan kemudian direndam dalam asam untuk
melarutkan logam barium. Asam sulfat atau asam klorida biasanya digunakan untuk
pelarutan.
4. Pengendapan: Setelah pelarutan selesai, logam barium harus dipisahkan dari larutan
asam. Ini dapat dilakukan dengan mengendapkan barium sebagai garam barium klorida
atau barium sulfat.
5. Pengeringan dan pemurnian: Setelah pengendapan selesai, garam barium harus
dikeringkan dan kemudian dimurnikan untuk menghilangkan kotoran dan memastikan
kemurnian yang tinggi.
6. Reduksi: Barium dapat diekstraksi dari garam barium dengan cara mereduksinya dengan
magnesium atau aluminium dalam kondisi vakum atau atmosfer inert.

Proses ekstraksi logam radium dari mineralnya melibatkan beberapa tahapan, antara lain:
1. Penambangan mineral: Pertama, mineral yang mengandung radium harus ditambang dan
diangkut ke lokasi pengolahan.

7
2. Penghancuran mineral: Mineral harus dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil
agar mudah diproses. Ini biasanya dilakukan dengan penggilingan dan penghancuran.
3. Pemisahan mineral: Selanjutnya, mineral harus dipisahkan dari bahan pengotor seperti
tanah dan batu. Proses ini biasanya dilakukan dengan pengapungan atau pemisahan
magnetik.
4. Pengolahan kimia: Setelah mineral dipisahkan, radium diekstraksi menggunakan
proses kimia yang kompleks. Langkah-langkah dalam proses ini tergantung pada jenis
mineral dan bahan kimia yang tersedia. Namun, metode yang umum digunakan
melibatkan penggunaan asam sulfat atau asam klorida untuk melarutkan radium dari
mineral.
5. Pengendapan dan pemurnian: Setelah radium terlarut dalam larutan, ia harus dipisahkan
dari bahan kimia lainnya dan dimurnikan. Ini biasanya dilakukan dengan pengendapan
dan filtrasi.
6. Penyimpanan dan penggunaan: Setelah radium dimurnikan, ia dapat digunakan untuk
berbagai aplikasi seperti dalam radioterapi dan penelitian ilmiah. Namun, karena
sifat radioaktifnya yang sangat tinggi, radium harus disimpan dengan hati-hati dan
diatur sesuai dengan peraturan dan standar keamanan yang ketat.

C. Sifat Fisis Dan Kimia Logam Alkali Tanah


Sifat- sifat Logam Alkali Tanah
Unsur – unsur golongan II A disebut juga dengan alkali tanah karena unsur – unsur
tersebut bersifat basa dan banyak ditemunakn dalam mineral tanah. Unsur alkali tanah terdiri atas
berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra).
Radium merupakan unsur radioaktif.

8
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwasannya sifat fisis dari kimia logam
alakali tanah ini memiliki kecenderungan yang sangat beraturan. Dapat dilihat dari atas ke
bawah, dari jari-jari atom dan massa jenis yang semakin bertambah dan juga dapat dilihat bahwa
secara beraturan titik leleh dan titik didihnya semakin berkurang, begitu pula dengan energi
ionisasinya serta keelektronegatifannya yang juga semakin berkurang. Sedangkna potensial
elektroda jika dilihat dari atas ke bawah maka akan semkain bertambah, namun hal itu tidak
dipeuntukkan pada litium, karena litium memiliki potensial elektroda yang paling tinggi dinatara
senyawa alkali tanah lainnya.
1. Sifat fisika
- Relatif lunak tetapi lebih keras dibanding logam natrium dan kalium. Barium bersifat
keras seperti timbal
- Berwarna perak mengkilat
- Penghantar listrik (konduktor)

Magnesium Berilium Calcium Stronsium Barium

9
Radium

2. Sifat Kimia

a. Sangat reaksi atau mudah bereaksi. Kereaktifan menurun, Ba > Sr > Ca > Mg > Be
b. Oksidator kuat
c. Bereaski dengan halogen
d. Mudah bereaksi dengan oksigen kecuali Be dan Mg
e. Bereaski dengan air, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Be tidak berekasi dengan air
2. Mg harus dengan air panas diatas 1000 C
3. Ca dan Sr bereaksi lambat dengan air pada suhu kamar
4. Ba bereaksi dahsyat dengan air pada suhu kamar
f. Untuk identifikasi dilakukan tes nyala pada senyawa garamnya menggunakan nyala api
bunsen atau spiritus. (Johari, 2008)
Logam alkali tanah ini termasuk pada logam tipe III, sebab logam alkali tanah ini memiliki
konfigurasi elektron ns2. Keberadaan unsur ini di alam adalah sebagai garam karbonat dan sulfat
yang tidak mudah larut kecuali MgSO4. 7h2O. (Sriatun, 2012)
Beberapa sifat keperiodikan unsur logam alkali tanah diantaranya, yaitu :
1. Semua sifat logam alakali tanah memiliki kecenderungan dari Be ke Ba.
2. Meskipun energi ionisasinya tinggi, energi hidrasi ion M2+ alkali tanah lebih besar
daripada energi ionisasi ion M+ logam alkali, sehingga logam alkali tetap mudah untuk
melepaskan kedua elektron valensinya dan stabil sebagai ion +2.
3. Jari-jari atom yang lebih kecil menyebabkan logam alkali tanah lebih mudah membentuk
kristl dengan susunan yang lebih rapat, sehingga memiliki sifat yang lebih keras karena
massa jenisnya yang lebih tinggi
4. Potensial reduksi logam alkali tanah bernilai negatif, yang menandakan bahwa golongan
ini merupakan reduksi kuat.

10
D. Penggunaan Dari Logam Alkali Tanah
Penggunaan logam alkali tanah antara lain:
1. Berilium diperoleh dari reduksi BeCl dengan logam Ca atau Mg. Berilium dimanfaatkan
sebagai paduan logam dengan tembaga untuk membuat pegas tahan karat. Kerapatan
elektron dlaam logam Be sangat tinggi sehingga mempunyai daya serap tinggi terhadap
radiasi, maka dapat dimanfatkan sebagai pera;atan sinar X dan penghambat neutron pada
reaksi nuklir.
2. Magnesium diperoleh dari elektrolisis leburan MgCl3 yang dicampur dengan sedikit
CaCl2 dan NaCl untuk menurunkan titik leburnya. Magnesium digunakan sebagai logam
paduan magnalium yang mengandung 90% magnesium. Nyala yang terang bila terbakar
dimanfaatkan untuk lampu kilat pada fotografi. Senyawa Mg(OH)2 digunakan dalam
pasta gigi untuk mengurangi asam yang terdapat di mulut dan mencegah terjadinya
keruskan gigi, sekaligus sebagai pencegah maag. Selain itu magnesium juga digunkan
untuk membri warna putih terang pada kembang api dan pada lampu bitz.
3. Kalsium dalam bentuk logam jarang dimanfaatkan, tetapi senyawa kalsium dimanfaatkan
sebagai basa kuat, bubur gips untuk bahan cetakan dan kalsium kabridauntuk
menghasilkan gas asetilena
4. BaSo4 dimanfaatkan sebagai bahan cat berwarna putih. BaSo4 diserap oleh usus dalam
jumlah yang sedikit karena kelarutannya yang rendah, sehingga dimanfaatkan pada
proses pemotretan sinar X dalam rongga usus.

E. Karakteristik Senyawa Oksida dan Peroksida Logam Alkali Tanah


 Senyawa Oksida
Oksida adalah senyawa yang terjadi antara suatu unsur dengan oksigen. Oksigen selalu
bervalensi 2 dalam peresenyawaan, dengan rumus umum A_2 O_X. . Logam alkali akan
bereaksi dengan gas oksigen membentuk oksida 〖 (O 〗 ^2) peroksida (O_2^(2-)) dan
superoksida (O_2) Kecuali litium yang hanya dapat membentuk oksida. Semua oksida. Oksida
alkali bereaksi hebat dengan air yang bisa membentuk larutan alkali hidroksida.. Ada beberapa
macam rumus oksida :
1). Oksida Basa (Oksida Logam)

11
Oksida basa atau sering disebut dengan oksida logam yang dapat menghasilkan basa atau
hidroksida bila oksidanya direaksikan dengan air, oksida yang berasal dari unsur logam
(biasanya golongan IA dan IIA) dengan oksigen, misalnya 〖Na〗_2 O,CaO,〖Fe〗_2 O_3 dan
sebagainya. Contoh oksida basa yaitu : 〖Na〗_2 O,K_2 O,CaO,SrO,FeO,〖Fe〗_2 O_3 dan
ZnO.

Senyawa oksida basa akan menghasilkan hidroksida jika direaksikan dengan air, contohnya :
〖Na〗_2 O+ H_2 O →2NaOH
K_2 O+ H_2 O→2KOH
CaO+ H_2 O →Ca(〖OH)〗_2
Rumus :
Oksida Basa+ H_2 O →Basa
Meskipun dari semua oksida, oksida basa dikenal hidroksidanya, namun yang bereaksi dengan
air hanya 〖Na〗_2 O,K_2 O,CaO,SrO dan BaO.
2). Oksida asam
Oksida Asam atau sering disebut dengan oksida non logam, yang dapat menghasilkan asam
jika direaksikan dengan air. Oksida asam merupakan suatu senyawa oksida yang dapat bereaksi
dengan cairan dan memproduksi larutan yang bersifat asam. Contoh oksida asam adalah :
〖SO〗_(3 ) Menjadi H_2 〖SO〗_4
SO 2 menjadi H 2 SO 3 ( Asam sulfit ).
3). Oksida amfoter
Oksida amfoter adalah senyawa yang dapat bereaksi dengan ion asam dengan ion asam
(H+) dan ion basa (OH-). Oksida yang terbentuk dari unsur unsur amfoter berupa unsur (B, Si,
As, Te, Po) disebut senyawa amfoter karena dapat berlaku sebagai asam dan juga dapat berlaku
sebagai basa tergantung pada kondisi atau larutan yang direaksikan dengannya.

 Peroksida
Peroksida adalah senyawa dua atom oksigen yang dihub8ngkan oleh ikatan kovalen tunggal.
Ikatan kovalen dua atom oksigen membuat senyawa perokasida memiliki struktur OO yang
disebut dengan gugu peroksida. Hidrogen peroksida dapat digunakanm sebagai disinfektan.

12
Hidrogen peroksida memiliki rumus kimia H_2 O_2, adalah senyawa organic yang memiliki
sifat oksidator yang kuat. Ciri ciri hydrogen peroksida adalah fase cair dalam berbagai
konsentrasi, larutan yang tidak berwarna, berbau keasaman, dan larut dalam air dengan baik.
Ikatankovalen pada struktur H-O-O-H membentuk ikatan hydrogen yang bersifat non polar yang
tidak ditemukan didalam air.
Senyawa peroksida dibentuk melalui reaksi subsitusi hydrogen peroksida dengan reagen
organic. Senyawa ini dimanfaatkan secara komersial sebagai katalis sebagai reaksi polimerisasi
dan zat pengoksidasi untuk beberapa reaksi khusus. Produk utama dari reaksi ini termasuk zat
alkilasi (alkylhydroperoxides), asam karboksilat dan peroksi, asam anhidrida atau klorida, keton
dan peroksida keton.
Hidrogen peroksida banyak digunakan diindustri kimia, digunakan sebagai zat pengental
atau bleaching agent pada industry pulp, kertas dan tekstil dan berfungsi sebagai senyawa
pengoksidasi nonpoltulting agent.
Sifat fisika dan kimia Hidrogen peroksida :
Rumus molekul : H2O2
Berat molekul : 34,016 gram/mol
Bentuk : Cair
Warna : tanpa warna
Titik didih : 141 °C
Densitas : 1,387 (20 C, Kg/m3 )

Aseton peroksida adalah senyawa yang mudah terbakar sehingga serimg digunakan sebagai
bahan peledak. Barium Peroksida merupakan senyawa yang larut dalam air dan tidak mudah
terbakarsering digunakan dalam industry kertas, kaca, tekstil pengolahan kulit, penambang
minyak dan gas dan untuk pengelas besi. Benzoil peroksida digunakan untuk membunuh bakteri
dibawah kulit dan membantu pori-pori meluruhkan sel kulit mati dan juga minyak berlebih
dikulit. Kumena Hidroperoksida adalah contoh senyawa peroksida organic, yang serng
digunakan sebagai katalis reaksi kimia proses polimerasi atau pembuatan aseton dan fenol.

13
F. Sintesis Hidroksida Garam-Garam Karbonat, Nitrat, Sulfat, Halida,Dan Karbida Dari
Logam Alkali Tanah
Hidroksida senyawa alkali merupakan zat padat berwarna putih, bening dan mudah meyerap
uap air yang ada diudara. Semua alkali hidroksida jika terpapar langsung ke manusia akan
berbahaya, karena akan menyebabakan kulit terasa panas dan melepuh. Karena inilah natrium
hidroksida NaOH disebut sebagai soda api. NaOH dibuat dari elektrolisis larutan NaCl jenuh.
Senyawa karbonat dari logam alkali adalah garam garam yang larut dalam air, natrium
karbonat anhidrat ini digunakan diindustri pembuatan gelas/kaca, digunakan juga untuk
melunkkan air sadah dan sebagai bahan penunjang deterjen. Natrium bikarbonat sama dengan
asam sitrat (sitrum) digunakan untuk membuat minuman bersoda dan untuk mengembangkan
adonan kue atau roti.
Kegunaan beberapa senyawa alkali
Li2CO3 :Pada pengolahan aluminium (dicampurkan ke dalam elektrolit cair
LiH : Reduktor pada reaksi-reaksi organik
NaCl : Sumber natrium dan senyawa-senyawa natrium, sumber klor, bumbu masak dan
pengawet makanan, mencairkan salju, untuk regenerasi alat pelunak air (water softener), industri
sabun, cairan sel/jaringan ; bila kekurangan NaCl akan kehilangan kesadaran (lemas)
NaOH : Industri kertas/pulp, industri rayon viskosa, pemisahan aluminium dari bauksit,
industri sabun, pemurnian minyak bumi
Na2CO3 :Industri gelas/kaca,industri sabun dan deterjen, pelunak air (menghilangkan
kesadahan)
Na2SO4. 10 H2O : pembuatan kaca, pengolahan kayu menjadi pulp (bubur serat), bahan
penyimpan energi matahari
Na2O2 : Pemutih tekstil
NaNH2 : Pembuat zat warna untuk bahan denim (jeans)
14
KCl : Untuk pupuk, sumber senyawa kalium lainnya
KOH : Pembuatan sabun lunak, pembuatan senyawa kalium
lainnya K2CO3 : Industri gelas
KNO3 : Untuk pupuk, mesiu dan kembang api. (Farida, 2018)

G. Sifat Hidroksida Garam- Garam Karbonat, Nitrat, Sulfat, Halida,Dan Karbida Dari
Logam Alkali Tanah
 Hidroksida
Hidroksida garam karbonat adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi antara basa
(hidroksida) dengan asam (karbonat), dan dapat merujuk pada berbagai jenis senyawa garam
karbonat, seperti natrium karbonat (Na2CO3), kalium karbonat (K2CO3), kalsium karbonat
(CaCO3), dan lain-lain(Rosu et al.,2005).
Beberapa sifat umum dari hidroksida garam karbonat adalah sebagai berikut:
1. Bersifat basa: Hidroksida garam karbonat dapat bereaksi dengan asam untuk membentuk
garam dan air. Contohnya, jika hidroksida garam karbonat direaksikan dengan asam
klorida, maka akan terbentuk garam natrium klorida (NaCl) dan air (H2O).
2. Mudah larut dalam air: Beberapa hidroksida garam karbonat, seperti natrium karbonat,
dapat larut dalam air dan membentuk larutan yang bersifat basa. Konsentrasi larutan ini
tergantung pada seberapa banyak hidroksida garam karbonat yang larut dalam air.
3. Reaktif terhadap asam: Hidroksida garam karbonat dapat bereaksi dengan asam untuk
membentuk garam dan air. Reaksi ini akan menghasilkan karbon dioksida gas.
Contohnya, jika natrium karbonat direaksikan dengan asam sulfat, maka akan terbentuk
garam natrium sulfat (Na2SO4), air (H2O), dan karbon dioksida (CO2) gas.
4. Membentuk endapan: Beberapa hidroksida garam karbonat, seperti kalsium karbonat,
dapat membentuk endapan dengan senyawa logam lain yang membentuk endapan dengan
basa. Endapan ini dapat terbentuk ketika hidroksida garam karbonat bereaksi dengan
senyawa logam yang membentuk endapan basa, seperti kalsium klorida (CaCl2) atau
tembaga sulfat (CuSO4).
5. Bersifat alkalis: Hidroksida garam karbonat bersifat alkalis karena mengandung ion
hidroksida (OH-) yang dapat meningkatkan pH larutan. Oleh karena itu, hidroksida

15
garam karbonat dapat digunakan sebagai bahan pembersih atau penghilang noda yang
bersifat alkalis.

 Nitrat
Nitrat adalah senyawa kimia yang terdiri dari nitrogen dan oksigen, dengan rumus kimia
NO3. Nitrat dapat ditemukan secara alami di dalam tanah dan air, atau dibuat secara sintetis
untuk digunakan dalam pupuk, bahan peledak, dan industri lainnya. (Suarez et al.,2006).
Berikut adalah beberapa sifat umum dari nitrat:
1. Dapat terurai menjadi oksigen: Nitrat dapat terurai menjadi oksigen dalam kondisi
tertentu, seperti dalam proses denitrifikasi di dalam tanah atau lingkungan anaerobik
lainnya.
2. Mudah larut dalam air: Nitrat mudah larut dalam air dan dapat bergerak dengan mudah
melalui tanah dan sistem perairan.
3. Bersifat oksidator: Nitrat bersifat oksidator dan dapat membantu mempercepat
pembakaran atau peledakan senyawa lain, seperti bahan bakar atau bahan peledak.
4. Beracun bagi manusia dan hewan dalam jumlah besar: Meskipun nitrat diperlukan oleh
tanaman sebagai nutrisi, tetapi dalam jumlah yang berlebihan, nitrat dapat menjadi
beracun bagi manusia dan hewan, terutama bayi dan anak-anak.
5. Terlibat dalam siklus nitrogen: Nitrat merupakan salah satu senyawa penting dalam siklus
nitrogen, yaitu proses alamiah di mana nitrogen diubah menjadi berbagai bentuk untuk
digunakan oleh makhluk hidup dan kembali ke lingkungan melalui berbagai proses alam.

 Sulfat
Sulfat adalah senyawa kimia yang terdiri dari sulfur dan oksigen, dengan rumus kimia
SO42. Sulfat dapat ditemukan secara alami di dalam air, tanah, dan batuan, atau dibuat secara
sintetis untuk digunakan dalam berbagai aplikasi industry (Goto et al.,2012).
Berikut adalah beberapa sifat umum dari sulfat:
1. Dapat membentuk garam: Sulfat dapat membentuk garam dengan berbagai kation, seperti
natrium, kalsium, atau magnesium. Contoh dari garam sulfat adalah natrium sulfat
(Na2SO4) dan kalsium sulfat (CaSO4).

16
2. Bersifat korosif: Sulfat dapat bersifat korosif terhadap logam, terutama pada kondisi
lingkungan yang basa.
3. Beracun dalam jumlah besar: Sulfat sendiri tidak beracun bagi manusia dan hewan, tetapi
dalam jumlah yang berlebihan, sulfat dapat menyebabkan masalah kesehatan dan
lingkungan.
4. Terlibat dalam siklus sulfur: Sulfat merupakan salah satu senyawa penting dalam siklus
sulfur, yaitu proses alamiah di mana sulfur diubah menjadi berbagai bentuk untuk
digunakan oleh makhluk hidup dan kembali ke lingkungan melalui berbagai proses alam.

 Halida
Halida adalah senyawa ionik yang terbentuk dari gabungan antara unsur-unsur logam
dengan unsur halogen. Contoh dari halida adalah natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl),
kalsium klorida (CaCl2), dan lain-lain. Berikut adalah beberapa sifat umum dari halida:
1. Larut dalam air: Sebagian besar halida adalah senyawa yang mudah larut dalam air.
2. Bersifat higroskopis: Beberapa halida dapat menyerap kelembaban dari udara dan
menjadi basah atau meleleh.
3. Bersifat korosif: Beberapa halida bersifat korosif terhadap logam dan dapat merusak
permukaan logam.
4. Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi: Beberapa halida mempunyai titik lebur
dan titik didih yang tinggi, misalnya natrium klorida mempunyai titik lebur 801°C dan
titik didih 1465°C. (Lide et.,2008).

 Karbida
Karbida logam alkali tanah adalah senyawa biner yang terbentuk dari gabungan antara
logam alkali tanah (kelompok 2 di tabel periodik) dengan unsur karbon. Contoh dari karbida
logam alkali tanah adalah kalsium karbida (CaC2) dan magnesium karbida (Mg2C3). Berikut
adalah beberapa sifat umum dari karbida logam alkali tanah:
1. Bersifat keras dan rapuh: Karbida logam alkali tanah mempunyai sifat keras dan rapuh,
dan sulit dipecahkan.
2. Reaktif terhadap air: Karbida logam alkali tanah sangat reaktif terhadap air, dan dapat
menghasilkan gas etana dan hidrogen.

17
3. Dapat digunakan sebagai bahan bakar: Karbida logam alkali tanah dapat digunakan
sebagai bahan bakar untuk produksi gas etana dan asetilen.
4. Mempunyai struktur kristal yang khas: Karbida logam alkali tanah mempunyai struktur
kristal yang khas, yang terdiri dari ion karbon dan ion logam alkali tanah. (Sahoo et
al.,2008).

18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami sampaikan ini, kami mengambil kesimpulan bahwasanya hampir
semua unsur logam alkali tanah berbahaya bagi kesehatan. Namun, adadiantaranya yang justru
sangat baik bagi kesehatan manusia, bahkan berperan pentingdalam tubuh, seperti kalsium dan
magnesium. Logam alkali tanah tidak terdapat di alam sebagai unsur bebas, melainkan selalu
dijumpai dalam bentuk senyawa-senyawa ataupun mineral. Logam alkali tanah dapat diperoleh
melalui elektrolisis lelehan garam-garamnya (terutama garam kloridanya) sertamelalui reduksi
dari beberapa senyawa.

B. Kesimpulan
Saran yang dapat kami utarakan adalah, setiap unsur yang ada mempunyai dampak
dankegunaan tersendiri bagi kehidupan manusia. Semua itu bergantung dari manusia
yangmenggunakan. Tapi apapun dan bagaimana pun unsur tersebut lebih baik digunakan
secaraseimbang, supaya dapat memberikan dampak yang baik bagi kita dan juga bagi
lingkungan hidupdi sekitar kita.

19
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Kenapa proses ekstraksi metode elektrolisis terjadi pada unsur kalium?


Jawaban : Proses ekstraksi logam dengan metode elektrolisis didasarkan pada
prinsip reduksi elektrokimia, di mana ion-ion logam positif (kation) direduksi
menjadi logam netral dengan menggunakan arus listrik yang lewat melalui larutan
elektrolit. Dalam proses ini, elektrolit harus mengandung ion logam yang akan
diekstraksi.
Dalam kasus ekstraksi kalium dengan metode elektrolisis, biasanya digunakan
senyawa kalium klorida (KCl) sebagai elektrolit. Pada proses elektrolisis,
elektroda negatif (katoda) menarik ion kalium positif (K+) dari larutan elektrolit,
sedangkan elektroda positif (anoda) menarik ion klorida negatif (Cl-) dari larutan
elektrolit.
Namun, jika arus listrik yang digunakan terlalu besar atau konsentrasi kalium
dalam larutan elektrolit terlalu rendah, maka ion-ion kalium yang telah direduksi
di katoda akan bermigrasi kembali ke larutan elektrolit, bukannya menumpuk
pada elektroda tersebut. Hal ini dapat terjadi karena ion kalium yang telah
bereaksi dengan air di katoda membentuk ion hidroksida (OH-) yang dapat
melarutkan kembali kalium yang telah direduksi.
Kondisi ini dikenal sebagai "ptosis ekstraksi", di mana proses ekstraksi logam
tidak efektif karena ion-ion logam yang telah direduksi kembali terlarut ke dalam
elektrolit. Oleh karena itu, untuk menghindari ptosis ekstraksi, arus listrik yang
digunakan harus cukup kecil dan konsentrasi kalium dalam larutan elektrolit harus
cukup tinggi.

2. Lebih efektif yang mana metode elektolisis atau metode reduksi?


Jawaban : Kedua metode, yaitu metode elektrolisis dan metode reduksi, dapat
digunakan untuk mengekstraksi logam dari bijihnya. Namun, keefektifan dari
masing-masing metode tergantung pada jenis logam yang diekstraksi, sumber
daya yang tersedia, biaya produksi, dan faktor-faktor lainnya.

20
Metode elektrolisis adalah proses ekstraksi logam dengan menggunakan arus
listrik melalui elektrolit. Metode ini biasanya lebih cocok untuk logam yang
sangat reaktif dan memiliki afinitas elektron yang rendah, seperti natrium, kalium,
dan magnesium. Namun, proses elektrolisis membutuhkan biaya yang cukup
tinggi karena memerlukan energi listrik yang besar, serta membutuhkan elektroda
yang tahan korosi dan elektrolit yang memadai.
Metode reduksi, di sisi lain, adalah proses ekstraksi logam dengan mereaksikan
bijih logam dengan zat reduktor, seperti karbon atau hidrogen. Metode ini
umumnya lebih cocok untuk logam yang kurang reaktif dan memiliki afinitas
elektron yang tinggi, seperti besi, tembaga, dan timah. Namun, proses reduksi
dapat memerlukan suhu tinggi dan membutuhkan zat reduktor yang cukup
banyak, sehingga memerlukan biaya yang cukup besar.
Oleh karena itu, tidak dapat dinyatakan dengan pasti bahwa salah satu metode
lebih efektif daripada yang lain, karena efektivitasnya tergantung pada kondisi
dan kebutuhan spesifik dari masing-masing kasus. Pemilihan metode yang tepat
harus didasarkan pada berbagai faktor seperti keberlanjutan, biaya, dan efisiensi
produksi.

3. Kenapa Elektrolisis dari leleh garam kenapa tidak larutan senyawa?


Jawaban : Metode elektrolisis dari lelehan garam dapat digunakan untuk
mengekstraksi logam dari bijihnya, terutama untuk logam-logam yang sangat
reaktif seperti natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Metode ini
menggunakan elektrolit berupa lelehan garam, yaitu senyawa ionik yang
dilarutkan dan dipanaskan hingga meleleh sehingga ion-ion logamnya dapat
bergerak bebas.
Salah satu alasan mengapa metode elektrolisis dari lelehan garam lebih disukai
daripada dari larutan senyawa adalah karena sifat ionik garam yang stabil pada
suhu tinggi. Ion-ion logam dan non-logam dalam lelehan garam terpisah secara
fisik, sehingga elektrolisis dapat berlangsung dengan lebih efisien karena tidak
ada reaksi kimia lain yang terjadi selain reduksi elektrokimia yang diinginkan.
Selain itu, suhu tinggi pada lelehan garam juga memungkinkan ion-ion logam

21
untuk bergerak bebas dan menyebar ke seluruh bagian dari elektrolit, sehingga
mempercepat proses elektrolisis.
Di sisi lain, elektrolisis dari larutan senyawa memerlukan penggunaan elektrolit
yang lebih kompleks. Jika elektrolitnya terlalu mudah mengalami oksidasi atau
reduksi, maka reaksi kimia yang tidak diinginkan dapat terjadi selama proses
elektrolisis, sehingga membuatnya kurang efisien. Selain itu, dalam larutan
senyawa, ion-ion logam dan non-logam bercampur, sehingga memperlambat
pergerakan ion-ion logam menuju elektroda.
Dalam kesimpulannya, metode elektrolisis dari lelehan garam lebih disukai
daripada dari larutan senyawa karena elektrolitnya yang stabil pada suhu tinggi
dan memungkinkan ion-ion logam bergerak bebas, sehingga membuatnya lebih
efisien untuk mengekstraksi logam dari bijihnya.

4. Nitrat dan sulfat bagaimana cara menemukannya di tanah dan air ?


Jawaban : kimia sederhana menggunakan bahan kimia tertentu. Berikut adalah
beberapa metode umum yang digunakan untuk menemukan nitrat dan sulfat di
tanah dan air:
Uji pereaksi: Untuk menguji keberadaan nitrat dan sulfat di air atau tanah,
pereaksi tertentu dapat ditambahkan ke sampel uji dan diperhatikan perubahan
warna atau reaksi kimia yang terjadi. Misalnya, untuk menguji keberadaan nitrat,
ion sianida (CN-) dapat ditambahkan ke sampel, dan jika nitrat hadir, akan terjadi
reaksi yang menghasilkan gas nitrogen monoksida (NO). Sementara itu, untuk
menguji keberadaan sulfat, asam barium (BaSO4) dapat ditambahkan ke sampel,
dan jika sulfat hadir, maka akan terbentuk endapan putih yang disebut sulfat
barium (BaSO4).
Elektroda selektif ion: Elektroda selektif ion (ISE) dapat digunakan untuk
mengukur kadar nitrat atau sulfat di dalam air. ISE ini bekerja dengan mendeteksi
ion-ion nitrat atau sulfat yang ada dalam air dan menghasilkan sinyal listrik yang
proporsional dengan kadar ion tersebut. Kadar ion nitrat atau sulfat kemudian
dapat dihitung berdasarkan sinyal listrik yang dihasilkan oleh elektroda ISE.

22
Metode kolorimetri: Metode kolorimetri menggunakan bahan kimia tertentu yang
dapat bereaksi dengan nitrat atau sulfat dan menghasilkan perubahan warna yang
dapat diukur dengan spektrofotometer. Metode ini digunakan untuk mengukur
kadar nitrat atau sulfat di dalam air atau tanah dengan ketelitian yang tinggi.
Namun, penting untuk diingat bahwa metode ini hanya dapat menunjukkan
keberadaan atau kadar nitrat dan sulfat pada saat pengambilan sampel. Oleh
karena itu, jika hasil uji menunjukkan keberadaan nitrat atau sulfat yang
berlebihan, langkah-langkah pengelolaan tanah dan air perlu dilakukan untuk
mengurangi paparan atau polusi yang dapat menyebabkan kandungan nitrat atau
sulfat menjadi berlebihan.

23
DAFTAR PUSTAKA

D. L. Suarez et al. "Denitrification and dissimilatory nitrate reduction to ammonium in sediments


of the Tana River Delta (Kenya)", Estuarine, Coastal and Shelf Science, vol. 68, no. 4,
2006, pp. 544-554. DOI: 10.1016/j.ecss.2006.02.004.
D. R. Lide, ed. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 87th ed., CRC Press, 2007.
Elnagdi Mohamed H. dan Yasser H. Abdelwahab "Solvent Extraction of Alkali Metals with
Calixarene-Based Ligands",dalam jurnal Separation Science and Technology pada tahun
(2021).
Johari, R. (2008). Kimia 3 SMA dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Lingjun Chou et al. "Recent Advances in the Synthesis and Catalytic Applications of Barium-
based Materials" oleh dalam jurnal Catalysis Today (2020).
M.H. Rosu et al. "The influence of Na2CO3 on the properties of the lead-acid battery paste",
Journal of Power Sources, vol. 140, no. 1, 2005, pp. 140-145. DOI:
10.1016/j.jpowsour.2004.08.032.
S. Goto et al. "Sulfate adsorption behavior of binary and ternary systems of Ca, Mg, and Sr with
various anions onto goethite", Journal of Colloid and Interface Science, vol. 367, no. 1,
2012, pp. 301-308. DOI: 10.1016/j.jcis.2011.10.035.
Sriatun, T. (2012). Kimia Unsur. Semarang: CV Lestari Mediakreatif.
S. Sahoo et al. "Structure and bonding of alkaline earth metal carbides and nitrides from first-
principles calculations", Journal of Physics: Condensed Matter, vol. 20, no. 6, 2008, pp.
065209. DOI: 10.1088/0953-8984/20/6/065209.

24

Anda mungkin juga menyukai